Anda di halaman 1dari 3

Indahnya Keanekaragaman Tuban

Pada pagi hari yang sangat cerah Ziya sedang bersepeda mengelilingi kota Tuban
yang sangat indah dan sejuk ketika matahari muncul menyinari bumi. Ia melewati desa
sampai tengah kota yaitu sawah-sawah mulai menguning yang bertanda padi tersebut siap
untuk dipanen, melewati alun-alun kota Tuban, Masjid Agung yang megah nan indah dan
juga laut utara yang sangat enak dipandang. Sesudah ia berolahraga pagi dengan bersepeda
mengelilingi kota Tuban ia segera pulang ke rumah untuk memakan sarapan yang sudah
dimasak oleh ibunya. Ia memakan sarapannya sangat lahap karena lelah sudah mengitari kota
Tuban yang bisa dibilang lumayan luas dan mempunyai pemandangan alam yang banyak dan
sangat indah.

Di dalam rumah, setelah ia makan sarapan yang sudah disajikan, Ziya segera mandi
membersihkan diri karena ia berkeringat setelah bersepeda tadi. Setelah mandi ia melihat
berita yang ada di TV seputar masalah-masalah atau konflik yang belakangan ini terjadi di
Indonesia maupun di luar negeri. Salah satu contohnya adalah adanya berita tentang RUU-
Cipta Kerja yang ramai dibincangkan di khalayak. Dan banyak aksi demonstrasi yang
dilakukan untuk mendapatkan keadilan diberbagai kota di Indonesia. Dan aksi tersebut ada
beberapa yang berakhir damai dan ada juga yang berakhir rusuh serta rusaknya fasilitas
umum dikarenakan aksi demonstrasi tersebut. Ia sudah bosan berlama-lama di depan TV
melihat berita yang itu-itu saja, dan ia pun memutuskan untuk belajar dan mencari tahu
tentang budaya-budaya yang ada di Indonesia. Di layar laptopnya ia terlihat sedang mencari
budaya yang berasal dari Jawa Timur, dan yang sangat ia ingin ketahui adalah budaya di kota
Tuban ini. Karena Ziya adalah anak pindahan dari kota Bandung dan baru beberapa bulan
menetap di Tuban karena memang pekerjaan ayahnya yang memungkinkan untuk berpindah-
pindah kota sesuai tugasnya.

Setelah ia melihat-lihat dan mencari tahu tentang kebudayaan Tuban, ia menjadi


sangat penasaran dan ingin tahu lebih lanjut tentang kebudayaan yang ada di Tuban ini. Ia
tiba-tiba berpikir untuk berjalan-jalan mengelilingi Tuban lagi dengan temannya yaitu Lilie
dan Joni. Setelah terlintas pikiran itu, Ziya langsung menghubungi teman-temannya untuk
berpergian menjelajah kota Tuban serta tradisi budayanya. Ziya melakukan grup video call
bersama Lilie dan Joni. “Hai, Lilie dan Joni.” Lilie dan Joni menjawab secara bersamaan,
“Haii juga, Ziya.” Lilie pun penasaran mengapa Ziya menghubungi mereka berdua dan
segera bertanya. Kepada Ziya, “Ada keperluan apa Ziya sampai menghubungi kami berdua?”.
Dan Ziya pun menjawab, “Oh ini, aku sedang ingin tahu dan berjalan-jalan menjelajahi Kota
Tuban untuk mencari tahu tentang budayanya karena tadi sedang iseng mencari tahu tentang
budaya di Indonesia terutama di kota ini.” Joni menjawab, “Oh jadi begitu. Kapan kita akan
jalan-jalan?” Ziya pun berkata, “Bagaimana kalau hari Minggu besok jam 7 pagi?” Joni dan
Lilie lagi-lagi menjawab secara bersamaan, “Siap, Ziya. Berkumpulnya di rumahmu ya.”
Ziya menjawab, “Siap deh, terima kasih ya kawan-kawan.” Mereka berdua menjawab,
“Sama-sama, Ziya.”

Hari Minggupun sudah tiba. Ziya, Lilie, dan Joni sedang bersiap-siap untuk
menjelajah kota Tuban serta melihat pemandangan yang indah dan juga untuk mencari tahu
tentang tradisi budaya Tuban. Mereka bertiga memakai kendaraan sepeda motor. Di tengah
perjalanan mereka bertiga sangat menikmati dalam berkendara karena pemandangan alamnya
yang sangat indah seperti, air terjun nglirip yang berada di Singgahan, Pemandian Kolam
Renang Bektiharjo dan beberapa pantai utara yang sangat indah yaitu Pantai Remen, Pantai
Kelapa, Pantai Sowan dan juga Pantai Boom. Ada Goa Akbar dan Goa Putri Asih yang tidak
kalah indahnya dengan pantai-pantai tersebut.

Mereka juga mengunjungi tempat-tempat lain yakni Wisata Pelang yang berada di
Merakurak, Air Terjun yang Banyulangse yang berada di Semanding serta Tebing Pelangi
yang ada di Merakurak. Di tengah perjalanan juga Lilie bercerita kepada Ziya tentang tradisi
keagamaan yang menjadi ciri khas Tuban dan dilakukan 1 tahun sekali dan dilaksanakan
setiap malam Jum'at Wage di bulan Muharram (Sura). Selain itu, kota Tuban juga disebut
sebagai bumi ronggolawe dan juga bumi wali karena Makam Sunan Bonang yang berada di
kota ini menyebabkan banyak peziarah datang berbondong-bondong untuk berziarah ke
Makam Sunan Bonang tersebut.

Setelah berkeliling kota Tuban Ziya dan kawan-kawan berhenti di sebuah tempat
untuk beristirahat, saat itu juga ada banyak warga yang membawa sebuah tumpeng yang
sangat besar berisi tumpukan buah-buahan, sayur-sayuran yang merupakan hasil dari panen
perkebunan mereka. Sambil melihat warga berlalu-lalang membawa sesembahan Lilie juga
menjelaskan mengenai hal tersebut yakni tradisi itu dinamakan tradisi sedekah bumi. Sedekah
bumi adalah tradisi Tuban yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh warga tertentu saja.
Sedekah bumi merupakan suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala
bentuk hasil bumi. Biasanya juga tumpeng pada tradisi sedekah bumi ini berisi nasi dan lauk
pauk. Dan warga-warga berkumpul di suatu tempat untuk makan bersama serta ada juga yang
saling bertukar makanan satu sama lain. Untuk tempat yang digunakan tradisi ini sangat
beragam yaitu dari tanah lapang, telaga sampai kuburan.

Ziya yang mendengar hal tersebutpun tersentak kaget. Lilie bertanya, “Ada apa Zi?”
Ziya menjawab, “Apakah benar memakan makanan itu di kuburan?”. “Ya, benar.” Jawab
Lilie.

“Aku tidak setuju dengan hal itu. Mengapa sampai begitu?” Tanya Ziya. Dan Joni pun
menjawab, “Aku pun tidak tahu, tetapi mereka mempercayai hal itu dan tetap melakukannya
untuk melestarikan budaya kita yang hampir jarang ditemukan pada zaman sekarang. Jadi
kita harus saling menghormati dan menghargai tradisi dan budaya kita.” Lilie menyetujui hal
tersebut dan berkata, “Ya benar kata Joni, kita harus saling menghargai meskipun kita tidak
setuju atau menentang tetapi kita harus menunjukkan toleransi kita terhadap budaya lain
karena Indonesia kaya akan budaya-budayanya yang sangat indah dan perlu untuk tetap
dilestarikan agar anak cucu kita tetap mengetahui betapa indahnya Inonesia kita ini.” Ziya
baru menyadarinya dan mengangguk-angguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lilie
dan Joni. Bahwa kita sebagai generasi penerus bangsa harus melestarikan budaya yang ada di
Indonesia dan jika kita tidak setuju atau menentang hal tersebut kita harus menghargai
budaya itu karena hal tersebut juga termasuk bagian dari Indonesia dan identitas Indonesia.

Pada perjalanan pulang mereka bertiga sangat senang dan juga lelah karena sudah
mengunjungi tempat-tempat yang sangat indah di Tuban, dan juga Ziya tahu tentang tradisi
khas Tuban dan mendapat pelajaran yang berharga. Sesudah sampai di Rumah Ziya dengan
selamat. Lilie dan Joni pun langsung pulang ke rumah masing-masing dan berpamitan dengan
Ziya. Sungguh hari yang sangat indah bagi Ziya dan ia pun sangat bahagia karena hal itu.

ANGIE NURSHABRINA PUTRI

XI MIPA 2 / 04

Anda mungkin juga menyukai