BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Saluran drainase adalah sebuah sistem yang dibuat untuk menangani persoalan
kelebihan air, baik kelebihan air yang berada diatas permukaan tanah maupun air berada
dibawah permukaaan tanah. Semakin berkembangnya suatu daerah, lahan kosong untuk
meresapkan air secara alami akan semakin berkurang. Permukaan tanah tertutup oleh beton
dan aspal, hal ini akan menambah kelebihan air yang tidak terbuang. Kelebihan air ini jika tidak
dapat dialirkan akan menyebabkan genangan. Dalam perencanaan saluran drainase harus
memperhatikan tata guna lahan daerah tangkapan air saluran drainase yang bertujuan menjaga
wilayah sekitar drainase tetap kering walaupun terjadi kelebihan air, sehingga air permukaan
tetap terkontrol dan tidak mengganggu masyarakat. Dalam pembahasan lebih lanjut akan dititik
beratkan pada drainase perkotaan sebab drainase lebih komplek terdapat pada wilayah
perkotaan. Genangan akan mengganggu masyarakat dalam melakukan aktivitas perekonomian.
Banjir atau genangan yang terjadi bisa disebabkan oleh beberapaf faktor, tapi yang lebih
dominan biasanya adalah akibat perubahan tata guna lahan dan dimensi saluran drainase yang
tidak memnuhi syarat. Jika masalah genangan tersebut tidak teratasi, maka dapat
memungkinkan terjadi bencana yang lebih besar hingga merugikan masyarakat setempat baik
harta benda maupun nyawa.
Melalui perencanaan Perencanaan Pembuatan Desain Talud Wilayah Kabupaten Tanah
Laut Tahun 2019 ini diharapkan dapat diformulasikan teknis pelaksanaan fisik pekerjaan yang
akan memberikan fungsi optimal dan memiliki estetika yang selaras dengan tata kota. Juga
dapat dijadikan pijakan dalam desain pembangunan jaringan Talud kedepan
BAB II
GAMBARAN UMUM
WILAYAH STUDI
2.1. Umum
Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten Tanah Laut terletak di Pelaihari yang
merupakan pusat kegiatan Kabupaten Tanah Laut.
Letak geografis Kabupaten Tanah Laut adalah diantara 114º 30′ 20″ – 115º 23′ 31″ Bujur Timur
dan 30º 30′ 33″ – 4º 11′ 38″ Lintang Selatan. Secara astronomis Kabupaten Tanah Laut terletak
dibagian paling selatan dari Provinsi Kalimantan Selatan, dengan batas-batas sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru
Selatan : Laut Jawa
Timur : Kabupaten Tanah Bumbu dan Laut Jawa
Barat : Laut Jawa
Luas wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah 3.631,35 km² (363.135 ha) atau sekitar
9,71% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Keadaan wilayahnya terdiri dari dataran tinggi dan
bergunung-gunung, dataran rendah, serta pantai dan rawa. Jenis tanahnya sangat beragam
yaitu latosol, podsolik, alluvial dan organosol. Dari segi pemanfaatannya, lahan tersebut terdiri
dari pemukiman, persawahan, tegalan, kebun campuran, perkebunan, alang-alang/semak dan
hutan.
Melihat dari luas wilayah yang ada dengan penggunaan lahan seluas 92.814 ha (24.6 %) merupakan
kawasan hutan, 71.288 ha (19,2 %) merupakan lahan perkebunan, 51.122 ha (13,7 %) merupakan
lahan sawah dan tegalan serta sisanya 4.157 ha (1,11 %) untuk kawasan pemukiman dan lain-lain,
maka Kabupaten Tanah Laut telah menyiapkan beragam potensi yang masih dan dapat dikelola untuk
kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1
Kecamatan Pelaihari adalah sebuah kecamatan dan juga merupakan pusat pemerintahan
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Pelaihari terletak di tepi
sungai Tabaneo dan berjarak 65 km di sebelah timur Kota Banjarmasin, ibukota provinsi
Kalimantan Selatan. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pelaihari adalah sebagai berikut :
Letak astronomisnya antara 114°642’ - 114°7872’ Bujur Timur dan 3°64’ - 3°99’ Lintang Selatan.
Luas wilayah Kecamatan Pelaihari sebesar 378,95 km², atau sebesar 10,43 persen dari total luas
Kabupaten Tanah Laut
Dari segi wilayah administrasi, Kecamatan Pelaihari memiliki 15 desa dan 5 Kelurahan.
Desa yang luas daerahnya paling besar yaitu desa Pemuda dengan luas 44,40 km² dan desa
yang paling kecil yaitu desa Pabahanan dengan luas 2,80 km².
1
2.2.2 Iklim
Suhu udara di suatu tempat dapat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut
terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Suhu udara rata-ratadi Pelaihari berkisar
antara 18,22°C dan 27,76°C. Sedangkan kelembaban udara rata-rata berkisar sampai dengan
81,78 persen. Curah hujan di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan
geografi, dan pertemuan arus udara. Pada tahun 2018, curah hujan di Kecamatan Pelaihari
tertinggi tercatat 434,40 mm pada bulan Desember dan hari hujan sebanyak 13 hari setiap bulan.
Tabel 2.2 Informasi Geografi dan Iklim Kecamatan Pelaihari
2.2.3 Pertanian
Banyaknya produksi padi sawah dan padi ladang pada tahun 2018 di Kecamatan
Pelaihari sebesar 20.927 ton yang merupakan hasil panen dari padi sawah seluas 4.909 Ha dan
padi ladang seluas 45 Ha. Selain produksi padi sawah, di Kecamatan Pelaihari juga terdapat
produksi sayur-sayuran dan palawija seperti jagung, kacang tanah, ubi kayu, kedelai, dan kacang
hijau. Total produksi sayur-sayuran pada tahun 2018 sebesar 374 ton dengan total luas tanam
adalah 78
Ha. Sementara untuk palawija, komoditas yang menjadi unggulan adalah tanamana jagung
dengan total produksi pada tahun 2018 sebesar 11.878 ton dengan luas panen 1.917 Ha.
1
Di sub sektor perkebunan, Kecamatan Pelaihari memiliki beberapa komoditi antara lain
kelapa sawit dan karet. Komoditi yang menjadi unggulan adalah kelapa sawit yang produksinya
pada tahun 2018 mencapai 376.690,00 ton dengan luas areal 3.600 Ha. Komoditi berikutnya
yang juga menjadi unggulan adalah karet yang diproduksi pada tahun 2018 sebesar 478,60 ton di
luas lahan 759 Ha.
Di sub sektor peternakan, populasi unggas terbanyak berasal dari ayam ras pedaging
dengan total populasi sebesar 7.070.511 ekor dengan produksi dagingnya sebesar 935.222
kilogram. Sedangkan untuk ternak besar, populasi terbanyak berasal dari sapi potong dengan tal
populasi sebesar 19.816 ekor, dimana produksi dagingnya mencapai 389.650 kilogram.
2.2.4 Penduduk
Salah satu modal dasar dalam pembangunan nasional maupun daerah adalah
penduduk. Jumlah penduduk yang besar dengan disertai kualitas sumber daya manusia yang
baik merupakan suatu keuntungan bagi daerah yang bersangkutanMasalah kependudukan
seringkali menjadi focus persoalan yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Jumlah penduduk
yang terlalu banyak terkadang menjadi beban ekonomi pemerintah jika tidak ditangani dengan
tepat. Hal ini karena berdampak terhadap kualitas pendidikan dan kesehatan, terutama
ketersedia sarana dan prasarana pembangunan.
1
Jumlah penduduk Pelaihari pada tahun 2018 sebanyak 87.523 jiwa. Dimana sekitar
persennya adalah berjenis kelamin laki–laki. Bila dilihat dari sebaran penduduknya, pelaihari
dengan luas wilayah sekitar 378.95 km² ditempati penduduk sebanyak 176 orang per km².
Komposisi penduduk tidak hanya dapat dilihat dari segi umur, tetapi juga dari segi jenis
kelamin. Di Pelaihari, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan.
Hal ini dapat ditunjukkan dari besaran sex ratio yang bernilai di atas 100. Pada tahun 2018,
nilai sex ratio yang sebesar 103 berarti untuk setiap 100 perempuan terdapat 103 laki-laki.
Dari ketiga lokasi wilayah diatas yaitu Kecamatan Bajuin, Kintap dan Pelaihari
berpotensi untuk pengembangan lahan sawah yang didasarkan hasil kajian dari data statistic
tahun 2018 menunjukkan bahwa :
1
Secara Klimat :
Jumlah hari hujan antara 190 – 199 hari hujan /tahun
Kecepatan angina rata-rata 3.5 knot/jam
Kelembaban udara abtara 79,7 – 81,78
o
Rata-rata suhu udara 22 – 28 C
Potensi penduduk cukup menunjang dengan tingkat kepadatan dan jumlah penduduk masing-
masing kecamatan sebagai berikut :
Tabel 2.5 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Bajuin, Kecamatan Kintap dan Kecamatan Pelaihari
tahun 2018
Dari potensi luas lahan 7.408 Ha dengan produksi 30.166 ton pada rata-rata produksi 3.37
ton/Ha yang didukung oleh penduduk sejumlah 160.827 orang maka dapat dikatakan sesuai apa yang
diuraikan pada rencana pengembangan di wilayah daerah studi.
21
2.3.1 Geografi
Kintap adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
Kintap merupakan salah satu permukiman tertua di Tanah Laut, nama daerah ini sudah ada di
dalam Hikayat Banjar yang ditulis terakhir pada tahun 1663. Adapun batas- batas wilayah
Kecamatan Kintap adalah sebagai berikut :
sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Banjar
sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu
sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Jorong
sebelah selatan : berbatasan dengan Laut Jawa.
Letak astronomisnya antara 115°37’ - 115°07’ Bujur Timur dan 3°56’ - 3°94’ Lintang Selatan. Luas
wilayah Kecamatan Kintap sebesar 537,00 km², atau sebesar 6,76 persen dari total luas Tanah Laut
dengan ketinggian 0,5 meter di atas permukaan laut.
Dari segi wilayah administrasi, Kecamatan Kintap memiliki 14 desa. Diantaranya adalah :
Tabel 2.6. Nama Desa di Kecamatan Kintap
NO Desa Kode Desa
1 Pandansari 001
2 Salaman 002
3 Kintapura 002
4 Pasir putih 004
5 Kintap Kecil 005
6 Kintap 006
7 Muara Kintap 007
8 Bukit Mulia 008
9 Sumber Jaya 009
10 Kebun Raya 010
11 Mekarsari 011
12 Sembamban Baru 012
13 Sungai Cuka 013
14 Riam adungan 014
Desa yang luas daerahnya paling besar yaitu desa Riam Adungan dengan luas 191,00 km ² dan
desa yang paling kecil yaitu desa Salaman dengan luas 1,86 km².
2.3.2 Iklim
Suhu udara di suatu tempat dapat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap
permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Suhu udara rata-rata di Kintap berkisar 28,5 °C.
Sedangkan kelembaban udara rata-rata berkisar sampai dengan 79,7 persen.
Curah hujan di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi, dan
pertemuan arus udara. Pada tahun 2018, curah hujan di Kecamatan Kintap tercatat 199,6 mm dan
hari hujan sebanyak 12 hari setiap bulan.
2.3.3 Pertanian
Untuk komoditas perkebunan, terdapat 2 komoditas unggulan yaitu karet dan kelapa sawit.
Pada tahun 2015, produksi karet mencapai 2.146 ton dengan luas tanam 1.947 hektar. Sementara
produksi kelapa sawit mencapai 14.332,5 ton dengan luas tanam seluas 629,25 hektar.
Untuk sektor peternakan, pada tahun 2018 produksi ayam pedaging mencapai 926.318 ekor
untuk kategori hewan unggas. Sementara untuk ternak besar, produksi sapi mencapai 2.016 ekor
pada tahun yang sama. di kecamatan kintap juga terdapat produksi palawija seperti jagung dan
kedelai. Untuk tanaman palawija, komoditas yang total produksi pada tahun 2018 sebesar 14,7 ton
dengan luas panen 317 hektar.
21
2.3.4 Penduduk
Salah satu modal dasar dalam pembangunan nasional maupun daerah adalah penduduk.
Jumlah penduduk yang besar dengan disertai kualitas sumber daya. Hal ini karena berdampak
terhadap kualitas pendidikan dan kesehatan, terutama ketersediaan sarana dan prasarana
pembangunan. Jumlah penduduk Kintap pada Tahun 2018 sebanyak 52.508 jiwa. Dimana sekitar 53
persennya adalah berjenis kelamin laki-laki. Bila dilihat dari sebaran penduduknya, Kintap dengan
luas wilayah sekitar 537 km² ditempati penduduk sebanyak 98 orang per km². Komposisi penduduk
tidak hanya dapat dilihat dari segi umur, tetapi juga dari segi jenis kelamin. Di Kintap, jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan dari
besaran sex ratio yang bernilai di atas 100 Pada tahun 2018, nilai sex ratio yang sebesar 111
berarti untuk setiap
perempuan terdapat 111 laki-laki.
BAB III
METODE ANALISIS PEKERJAAN
Dalam penelitian ini dilaksanakan tahapan-tahapan mulai dari awal sampai selesai seperti yang
21
Data kondisi kawasan daerah pengaliran yang diperoleh dari lapangan yang diambil
menggunakan GPS Waypoints dan Elevasi diambil menggunakan aplikasi Altimeter adalah
sebagai berikut :
Luas kawasan (A)= 1,65 km2
Panjang drainase = 100 m = 0,1 km
Elevasi hulu = 66 msl
Elevasi hilir = 52 msl
Kelandaian / kemiringan (S)
Talud Eksisting
Dalam analisis statistik data, terdapat parameter-parameter yang akan membantu dalam
menentukan jenis sebaran yang tepat dalam menghitung besarnya hujan rencana. Analisis
parameter statistik yang digunakan dalam analisis data hidrologi yaitu : central tendency (mean),
simpangan baku (standar deviasi), koefisien variasi, koefisien skewness, dan koefisien puncak
(kurtosis). Dari perhitungan statistik data hujan maksimum maka diperoleh parameter statistik
sebagai berikut :
Untuk pemilihan jenis sebaran dari hasil perhitungan parameter statistik data hujan maka
sesuai dengan tabel syarat parameter statistik distribusi dengan diketahui nilai Cv = 0,148604272 ;
Cs = -1,357944445 ; dan Ck = 4,72499185 maka diasumsikan data terdistribusi Log person tipe III.
Berikut adalah tabel persyaratan parameter statistik distribusi :
Chi-Square 3,841 0
Dari hasil perhitungan uji kecocokan metode Chi-square dengan menggunakan persamaan :
X 2 k
Ef Of
2
i1 Ef
Sesuai dengan syarat uji chi-square dimana X2 < X2 kritik yang besarnya tergantung pada
derajat kebebasan (DK) dan derajat nyata (α), metode distribusi yang paling mendekati adalah
distribusi log person tipe III dengan nilai X2 = 0 : X2 kritik= 3,841 : DK
= 1: α = 5%
1 2 103,99 mm
2 5 119,12 mm
3 10 127,35 mm
4 25 136,45 mm
4.4 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi digunakan untuk menentukan lamanya air hujan mengalir dari hulu
kawasan pengaliran hingga ketempat keluaran perencanaan drainase. Waktu konsentrasi (tc)
dihitung dengan menggunakan rumus Kirpich (1940) pada Persamaan tc
= (3,97. 𝐿0,77). (𝑆−0,385), Berikut adalah hasil perhitungan waktu konsentrasi tc = ( 3,97.8080,77).
(0,017327-0385) = 16,0543~16 menit. Berdasarkan data panjang dan kemiringan drainase rencana
sebelumnya, diperoleh nilai waktu konsentrasi sebesar 16 menit. Hal ini berarti bahwa waktu yang
diperlukan oleh air hujan untuk mengalir dari
titik terjauh (hulu) sampai ke tempat keluaran drainase (hilir) sebesar 0,26 jam. Durasi hujan yang
sering dikaitkan dengan waktu konsentrasi sehingga sangat berpengaruh pada besarnya debit
yang masuk kesaluran. Hal ini menunjukkan bahwa durasi hujan dengan intensitas tertentu sama
dengan waktu konsentrasi dapat terpenuhi sehingga metode rasional layak digunakan.
Hasil analisis berupa intensitas hujan dengan durasi dan periode ulang tertentu dihubungkan
kedalam sebuah kurva Intensity Duration Frequency (IDF). Kurva IDF menggambarkan hubungan
antara dua parameter penting hujan yaitu durasi dan intensitas hujan selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk menghitung debit banjir/rencana dengan metode rasional. Hal ini sesuai
dengan persyaratan Sosrodarsono dan Takeda (2003), yang mengatakan bahwa lengkung IDF ini
digunakan dalam menghitung debit banjir/rencana dengan metode rasional untuk menentukan
intensitas curah hujan rata-rata dari waktu konsentrasi yang dipilih dari tabel diatas dapat dibuat
kurva IDF seperti gambar dibawah ini :
Intensitas Hujan (mm/jam)
400.0
350.0
2 Tahun
300.0
250.0
5 Tahun
200.0
10
150.0 Tahun
25
100.0
50.0 Tahun
0.0 0 3 6 9 12 15 18
Lama Hujan
(Menit)
Dari kurva IDF diatas terlihat bahwa intensitas hujan yang tertinggi berlangsung dengan
durasi pendek. Hal ini menunjukan bahwa hujan deras pada umumnya berlangsung dalam jangka
waktu singkat, namun hujan tidak deras berlangsung dalam waktu lama. Interpretasi kurva IDF
diperlukan untuk menentukan debit banjir rencana menggunakan metode rasional.
B. Debit Banjir
Berdasarkan data yang diperoleh diatas maka dapat dihitung debit banjir/rencana di
kawasan daerah pengaliran petapahan dengan metode rasional sesuai persamaan Q = 0,278 CIA
untuk berbagai kala ulang tertentu. Lama hujan dengan intensitas hujan tertentu sama dengan
waktu konsentrasi. Sehingga diperoleh seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.16 Debit Banjir
Intensitas Debit Banjir (m3/detik)
No Kala Ulang (Tahun)
(mm/jam)
1 2 87 0.70060
2 5 99,7 0.80254
3 10 106,6 0.85798
4 25 114,2 0.91929
Diketahui :
Debit aliran :Q = 0,80 m3/detik
Kemiringan saluran :s = 1,7 %
Dasar saluran :B = 1,00 H (trial)
Maka :
Luas penampang saluran Fs = B.H = 0,75H.H = 0,75 H2
Keliling basah Ps = B+2H = 0,75H+2H = 2,75H
Radius hidrolik Rs = Fs/Ps
= (0,8H2) : (2,75H) = 0,273 H
1 2 1
Formula manning V = R3S2
n
= (1/0,013)(0,273H)2/3(0,017)1/2
= 79,92 . 0,2732/3 . 0,0171/2 . H2/3
= 4,239 H2/3
Q = Fs.v
0,80 (m3/detik) = 0,8H2 . 4,239 H2/3
8/3
H = 0,2826
H = 0,35163/8 = 0,7960 ~ 0,80
= 0,80 meter
Jadi untuk hasil tinggi keliling basah adalah 0,60 m, dan sesuai dengan ketentuan
tinggi drainase ditambah dengan tinggi jagaan yaitu 0,3H. kemudian didapat tinggi
saluran drainase (H) = 0,60 + (tinggi jagaan) = 0,60+0,3H= 0,78~0,8 m. Dan untuk
lebar saluran (B) yaitu 0,8H.
B = H = 1,00 . 0.80 = 0,80 meter
0,80
Dengan keterangan :
Panjang saluran = 100 m
Lebar saluran = 0,80 m
Tinggi muka air = 0,50 m
Tinggi jagaan = 0,20 m
Tinggi Saluran = 0,80 m
Jenis drainase = (arficial drainage) yang Multi Purpose
Dimensi ini dapat digunakan untuk pembuatan talud sumber mulya dan perbaikan talud jebol di
desa kunyit
Perkuatan Talud Jebol
4.8
Bidang 1
W1 =B.H.γ
= 5,5 . 0,8 . 24
= 105,6 kN/m
Bidang 2
W2 =b.h.γ
= 0,5 . 2,85 . 24
= 74,292 kN/m
Bidang 3
W3 =½.a.t.γ
= ½ . 0,24 . 2,85 . 24
= 17,8301 kN/m
Bidang 4
W4 =p.l.γ
= 2,85 . 1,50 . 20
= 484,38 kN/m
Bidang 5
W5 =½.a.t.γ
= ½ . 0,24 . 2,85 . 20
= 17,8301 kN/m
= 10 kN/m x (1,50+0,24)
= 35 KN
1. x1 = 2,75 m
M1 = W1 . x1
= 105,6 . 2,75
= 290,4 kN
M2 = W2 . x2
= 74,292 . 1,75
= 130,0110 kN
M3 = W3 . x3
=17,8301 . 2,08
= 37,0866 kN
M4 = W4 . x4
= 484,38 . 3,87
= 1874,5653 kN
M5 = W5 . x5
= 17,8301 . 2,16
= 38,513 kN
M6 = W6 . x6
= 35 . 3,75
= 131,25 kN
6 35 3,75 131,25
Kp = 1/Ka = 3
Pa1 = Ka . q . H
= ⅓ . 10 . 6,991
= 23,3033 kN
Pa2 = ½ . Ka . γ1 . H 12
= ⅓ . ½ . 20 . 6,1912
= 127,7616 kN
Pa3 = Ka . γ . Htot
= 33,0187 kN
Σ Pa = Pa1 + Pa2 + Pa3
= 184,0836 kN
l1 = 3,4945 m
l2 = 2,8637 m
l3 = 0,4 m
Momen Pa
Pp = ½ . Kp . γ . Yp
= ½ . 3. 20 . 1,52
= 67,5 kN
Σ Ph = Σ Pa – Σ Pp
= 184,0836 kN - 67,5 kN
= 116,5836
Momen yang Mengakibatkan Penggulingan
Σ Mg = Σ Ma – Σ Mp
= 460,5118 – 67,5
= 393,0118 kN
Menghitung Penggulingan
Total MW
FGS Total MA ≥ 1,5
=
734,9422
460,5118 ≥ 1,5
Σ Rh = cd . B + W tan δb
Σ Rh = tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran
B = lebar pondasi ( m )
Σ Rh = cd . B + W tan δb
= 479,3191 kN/m
∅
= 30 0 , didapat : Nc = 30,1 Nq = 15,4 Ny = 21,8
α =1, β=0,5
Pondasi yang dipakai adalah pondasi menerus ,
α β
Qult = .C.Nc + q.Nq + .
.B.Ny
= 1.0,25.30,1 + 2,0.1,5 + 0,5.1,5.6.21,8
= 151,8250 ton/m2
Qa (ijin) = 1/3. qUlt
= 1/3. 151,8250
= 50,6083 ton/m2
Mencari eksentrisitas dan tegangan yang timbul :
(0,5.b – e ) .
∑
G = ∑ MA
( 0,5.b – e) = ∑ MA
∑ G
( 0,5. 6 – e ) = 54,3272
6.0,8 .1.2,4
( 0,5. 6 – e ) = 54,3272
11,52
3–e = 4,7199
e = 1,7199 m
Perhitungan Tegangan
∂ 1(maks) = ∑ G (1 + 6.e )
A b
= 11,52 ( 1 + 6.1,7199 )
6 6
= 1,92 ( 1 + 1,7199)
∂ 2(min) ∑ G (1 - 6.e )
=
A b
= 11,52 ( 1 - 6.1,7199 )
6 6
= 1,92 ( 1 - 1,7199)
= 1,3822 ton/m2
Perencanaan Penulangan Dinding Retaining wall
1,4
= 400
= 0,0035 '
0,85 f
600
ρb = fy
c
(
β 600+f y )
ρmax = 0,75 . ρb
= 0,75 . 0,0314
= 0,0236
fy
m = 0,85. f ' c
= 16,2272
b = 1000 mm
L
0
11
1,
56 Beronjong Eksisting
18
dimana adalah sudut
8, kemiringan sisi struktur pelindung pantai (1:2).
76
Dengan menggunakan grafik run-up gelombang diperoleh:
Ru
0,85 atau R
0,851,56 1,326 meter.
H
4.9.2 Analisis Stabilitas terhadap Guling
Struktur pelindung pantai dengan batu bronjong ini terdiri dari 5 lapisan
tanah, yaitu lapis 1 untuk tanah berkekuatan sedang, lapis 2 untuk tanah
berkekuatan padat, dan lapis 3 untuk tanah berkekuatan sangat padat.
Grafik korelasi tahanan ujung dan kedalaman untuk mendapatkan nilai
diperoleh dari Durgunoglu dan Mitchell (1975).
tanah (m)
1 1,4 38,0 1840 0
2 1,4 - 3,8 40,0 1900 0
3 3,8 - 6,4 42,5 1960 0
dan
1
P K Ht 2 1187,424 kg / m
a3 2
a
2
2 2
serta
K Hta33 832,216kg
3 / m2
Sehingga tekanan tanah aktif untuk lapisan tanah ke tiga didapat
Pa 4 K a 3 1 Ht 1 2 Ht 2 Ht 3 3029,945 kg / m
dan
1
P K
3Ht 32 915,437 kg / m
a5 a3
2
Tekanan tanah aktif total diperoleh sebagai berikut:
5
dan
2
Ht 3
M P 671,320 kg .
o5 a5
3
Sehingga diperoleh total perubahan momen gerak di sekeliling bangunan
5
kaki:
M
i1
oi Mo1 Mo 2 Mo3 Mo4 Mo4 14302,328 kg
V 45368,5
i1
MR 148545,25
i1
Setelah mendapatkan momen dari struktur pelindung pantai batu bronjong, langkah
selanjutnya menghitung momen akibat beban air. Momen akibat beban air merupakan momen
dari gelombang air yang terdiri dari momen hidrostatis dan momen dinamis, dimana momen
hidrostatis dinyatakan sebagai M hs normal untuk kondisi air laut normal, M hsPG momen hidrostatis
untuk kondisi air laut yang naik akibat pemanasan global, momen dinamis untuk kondisi air laut
normal adalah M hd normal , dan momen dinamis untuk kondisi kenaikan muka air lalu akibat
pemanasan global adalah M hd PG
Akibat gelombang air dibedakan atas dua kasus, yaitu kasus untuk kondisi air laut normal (
Mhnormal ) dan kasus untuk kondisi kenaikan muka air laut akibat pemanasan global ( M h PG
). Sehingga diperoleh
M 1
gh 50943,271 kg ,
hsnormal
h normal
13
M hsPG gh 64876,692 kg ,
h
3
gH2L 2kh
M hdnormal 16T 1
sinh 2kh 52454,295
gH2L
kg ,
2kh
M hdPG
16T 1 sinh 2kh 52322,566 kg ,
2
dimana k 0,033
2 188,76
L0
Mhnormal Mhsnormal Mhdnormal 105781,426 kg ,
dan,
MhPG M hsPG M hdPG 117199,258 kg .
stabil terhadap guling baik dalam kondisi muka air laut normal maupun kondisi saat kenaikan
muka air laut akibat pemanasan global.
V tank Bk
1 3
c 3 Ph normal
2
FSgesernormal 1,555
i 1
Pa.cos .g.h
normal
dan untuk kondisi kenaikan muka air laut diperoleh
FSgeserPG 1,501
2
dimana k da k 2 , serta kemiringan terhadap bidang horizontal
2
konstanta n 3
1
3
0.
Faktor keamanan stabilitas geser 1,5 FS geser normal dan
diperoleh 1,555
1,5 FS geser PG 1,501 , artinya struktur pelindung pantai dengan batu bronjong untuk
kondisi muka air laut normal dan kondisi kenaikan muka air laut akibat
pemanasan global dalam kondisi stabil.
e MR M
B oi
i 1 i 1
3 0,041
4.9.4 Analisis Stabilitas terhadap Geser
V tank Bk
1 3
c 3 Ph normal
2
FSgesernormal 1,555
i 1
Pa.cos .g.h
normal
dan untuk kondisi kenaikan muka air laut diperoleh
FSgeserPG 1,501
2
dimana k da k , serta kemiringan terhadap bidang horizontal
2 2
konstanta n 3
1
3
0.
Faktor keamanan stabilitas geser diperoleh 1,5 FS geser normal 1,555 dan
Hasil perhitungan kestabilan struktur pelindung pantai dengan batu bronjong dapat dilihat
pada Tabel 6. Faktor keamanan stabilitas terhadap guling, geser, dan daya dukung tanah dalam
kondisi stabil.
Dari hasil Analisis Perencanaan Pembuatan Desain Talud Wilayah Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2019 Yang Diantara Pekerjaannya Pembuatan Talud Sumber Mulya, Rehabilitasi Talud Desa
Kunyit, Pembuatan Beronjong Kintap maka dapat mengambil beberapa kesimpulan untuk
penanganan rencanan berdasarkan pada hasil analisa dan perhitungan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk penanganan pembuatan talud desa sumber mulya dari hasil perhitungan dengan
dimensi yang bervariatif maka panjang penanganan 100 meter dengan asumsi rehabilitasi
talud.
2. Untuk penanganan rehabilitasi talud di desa kunyit berdasarkan data lapangan dan hasil
analisis maka penanganan yang digunakan adalah penggunaan retaining wall untuk
menahan/pengganti talud yang rusak parah dan juga ada beberapa segmen talud yang rusak
ringan maka dilakukan penanganan rehabilitasi kecil pada talud tersebut.
3. Untuk pembuatan beronjong di muara kintap maka dilakukan penanganan pembuatan
rencana beronjong baru sepanjang 26 meter dan rehabilitasi beronjong eksisting sepanjang
46 meter.