Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Umum

Saluran drainase adalah sebuah sistem yang dibuat untuk menangani persoalan
kelebihan air, baik kelebihan air yang berada diatas permukaan tanah maupun air berada
dibawah permukaaan tanah. Semakin berkembangnya suatu daerah, lahan kosong untuk
meresapkan air secara alami akan semakin berkurang. Permukaan tanah tertutup oleh beton
dan aspal, hal ini akan menambah kelebihan air yang tidak terbuang. Kelebihan air ini jika tidak
dapat dialirkan akan menyebabkan genangan. Dalam perencanaan saluran drainase harus
memperhatikan tata guna lahan daerah tangkapan air saluran drainase yang bertujuan menjaga
wilayah sekitar drainase tetap kering walaupun terjadi kelebihan air, sehingga air permukaan
tetap terkontrol dan tidak mengganggu masyarakat. Dalam pembahasan lebih lanjut akan dititik
beratkan pada drainase perkotaan sebab drainase lebih komplek terdapat pada wilayah
perkotaan. Genangan akan mengganggu masyarakat dalam melakukan aktivitas perekonomian.
Banjir atau genangan yang terjadi bisa disebabkan oleh beberapaf faktor, tapi yang lebih
dominan biasanya adalah akibat perubahan tata guna lahan dan dimensi saluran drainase yang
tidak memnuhi syarat. Jika masalah genangan tersebut tidak teratasi, maka dapat
memungkinkan terjadi bencana yang lebih besar hingga merugikan masyarakat setempat baik
harta benda maupun nyawa.
Melalui perencanaan Perencanaan Pembuatan Desain Talud Wilayah Kabupaten Tanah
Laut Tahun 2019 ini diharapkan dapat diformulasikan teknis pelaksanaan fisik pekerjaan yang
akan memberikan fungsi optimal dan memiliki estetika yang selaras dengan tata kota. Juga
dapat dijadikan pijakan dalam desain pembangunan jaringan Talud kedepan

1.2 Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan sasaran dilaksanakan Perencanaan Desain Talud adalah sebagai berikut:
1. Untuk lebih memudahkan dan meningkatkan Talud yang ada, sehingga diharapkan dapat
menekan biaya operasional kendaraan angkutan.
2. Secara umum dapat ikut membantu dan mengembangkan keadaan sosial ekonomi di
daerah sekitar lokasi.
3. Menyediakan Informasi mengenai data fisik jaringan jalan Kabupaten Tanah Laut.
4. Mengeluarkan Anggaran Biaya, Volume Bahan, dan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan dalam
Pelaksanaan Pekerjaan Selanjutnya.
1

1.3 Lingkup Perencanaan


Sebelum penanganan fisik dilaksanakan, maka diperlukan suatu perencanaan teknis detil
Engineering Design yang mencakup penyelesaian perencanaan teknik dan penyusunan dokumen tender
guna mendukung pelaksanaan proyek tersebut.

Berikut ini adalah pokok-pokok penting pekerjaan tersebut:


1. Nama Pekerjaan
 Perencanaan Pembuatan Desain Talud Wilayah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2019
Diantaranya :
a. Pembuatan Talud Sumber Mulya
b. Rehabilitasi Talud Desa Kunyit
c. Pembuatan Beronjong Kintap

2. Pemberi Tugas (Pengguna Anggaran)


 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanah Laut.
3. Lokasi Pekerjaan
 Lokasi pekerjaan ini terletak di Kabupaten Tanah Laut

1.4 Jenis dan Ruang Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan jasa layanan konsultasi untuk pekerjaan perencanaan ini adalah:
1. Melaksanakan perencanaan Full Engineering Design secara lengkap dan terperinci.
2. Melaksanakan survey lapangan.
3. Membuat gambar rencana, perhitungan biaya proyek.
Bagian-bagian pekerjaan yang tercakup dalam pekerjaan jasa konsultasi ini antara lain:
a. Kompilasi Data-data awal perencanaan.
b. Survey Lapangan.
c. Pembuatan Laporan.
1

BAB II
GAMBARAN UMUM
WILAYAH STUDI

2.1. Umum
Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten Tanah Laut terletak di Pelaihari yang
merupakan pusat kegiatan Kabupaten Tanah Laut.
Letak geografis Kabupaten Tanah Laut adalah diantara 114º 30′ 20″ – 115º 23′ 31″ Bujur Timur
dan 30º 30′ 33″ – 4º 11′ 38″ Lintang Selatan. Secara astronomis Kabupaten Tanah Laut terletak
dibagian paling selatan dari Provinsi Kalimantan Selatan, dengan batas-batas sebagai berikut :
 Utara : Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru
 Selatan : Laut Jawa
 Timur : Kabupaten Tanah Bumbu dan Laut Jawa
 Barat : Laut Jawa

Luas wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah 3.631,35 km² (363.135 ha) atau sekitar
9,71% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Keadaan wilayahnya terdiri dari dataran tinggi dan
bergunung-gunung, dataran rendah, serta pantai dan rawa. Jenis tanahnya sangat beragam
yaitu latosol, podsolik, alluvial dan organosol. Dari segi pemanfaatannya, lahan tersebut terdiri
dari pemukiman, persawahan, tegalan, kebun campuran, perkebunan, alang-alang/semak dan
hutan.
Melihat dari luas wilayah yang ada dengan penggunaan lahan seluas 92.814 ha (24.6 %) merupakan
kawasan hutan, 71.288 ha (19,2 %) merupakan lahan perkebunan, 51.122 ha (13,7 %) merupakan
lahan sawah dan tegalan serta sisanya 4.157 ha (1,11 %) untuk kawasan pemukiman dan lain-lain,
maka Kabupaten Tanah Laut telah menyiapkan beragam potensi yang masih dan dapat dikelola untuk
kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1

Gambar 2.1.Peta administrasi Kabupaten Tanah Laut


Secara administratif Kabupaten Tanah Laut terdiri dari 11 wilayah kecamatan, 130 desa dan 5
kelurahan.

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan


Jumlah
Kecamatan Luas (Km²)
Desa/Kel
Panyipatan 336,00 10
Jorong 628,00 11
Batu Ampar 548,10 14
Kintap 537,00 14
Pelaihari 575,75 20
Takisung 343,00 12
Bati-Bati 234,75 14
Tambang Ulang 176,75 9
Kurau 268,00 11
Bumi Makmur 141,00 11
Bajuin 196,30 9
JUMLAH 3.631,35 135
1

2.2. Kecamatan Pelaihari


2.2.1 Geografi

Kecamatan Pelaihari adalah sebuah kecamatan dan juga merupakan pusat pemerintahan
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Pelaihari terletak di tepi
sungai Tabaneo dan berjarak 65 km di sebelah timur Kota Banjarmasin, ibukota provinsi
Kalimantan Selatan. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pelaihari adalah sebagai berikut :

 sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Tambang Ulang


 sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Bajuin dan Pelaihari
 sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Takisung
 sebelah selatan : berbatasan dengan Kecamatan Panyipatan

Letak astronomisnya antara 114°642’ - 114°7872’ Bujur Timur dan 3°64’ - 3°99’ Lintang Selatan.
Luas wilayah Kecamatan Pelaihari sebesar 378,95 km², atau sebesar 10,43 persen dari total luas
Kabupaten Tanah Laut

Gambar 2.2 Peta wilayah kecamatan Pelaihari

Dari segi wilayah administrasi, Kecamatan Pelaihari memiliki 15 desa dan 5 Kelurahan.
Desa yang luas daerahnya paling besar yaitu desa Pemuda dengan luas 44,40 km² dan desa
yang paling kecil yaitu desa Pabahanan dengan luas 2,80 km².
1

Gambar 2.3 Luas wilayah Kecamatan Pelaihari Per Desa (Km²)

2.2.2 Iklim
Suhu udara di suatu tempat dapat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut
terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Suhu udara rata-ratadi Pelaihari berkisar
antara 18,22°C dan 27,76°C. Sedangkan kelembaban udara rata-rata berkisar sampai dengan
81,78 persen. Curah hujan di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan
geografi, dan pertemuan arus udara. Pada tahun 2018, curah hujan di Kecamatan Pelaihari
tertinggi tercatat 434,40 mm pada bulan Desember dan hari hujan sebanyak 13 hari setiap bulan.
Tabel 2.2 Informasi Geografi dan Iklim Kecamatan Pelaihari

2.2.3 Pertanian
Banyaknya produksi padi sawah dan padi ladang pada tahun 2018 di Kecamatan
Pelaihari sebesar 20.927 ton yang merupakan hasil panen dari padi sawah seluas 4.909 Ha dan
padi ladang seluas 45 Ha. Selain produksi padi sawah, di Kecamatan Pelaihari juga terdapat
produksi sayur-sayuran dan palawija seperti jagung, kacang tanah, ubi kayu, kedelai, dan kacang
hijau. Total produksi sayur-sayuran pada tahun 2018 sebesar 374 ton dengan total luas tanam
adalah 78
Ha. Sementara untuk palawija, komoditas yang menjadi unggulan adalah tanamana jagung
dengan total produksi pada tahun 2018 sebesar 11.878 ton dengan luas panen 1.917 Ha.
1

Gambar 2.4 Produksi padi, palawija dan sayur-sayuran.


di Kecamatan Pelaihari (Ton)

Di sub sektor perkebunan, Kecamatan Pelaihari memiliki beberapa komoditi antara lain
kelapa sawit dan karet. Komoditi yang menjadi unggulan adalah kelapa sawit yang produksinya
pada tahun 2018 mencapai 376.690,00 ton dengan luas areal 3.600 Ha. Komoditi berikutnya
yang juga menjadi unggulan adalah karet yang diproduksi pada tahun 2018 sebesar 478,60 ton di
luas lahan 759 Ha.

Tabel 2.3 Populasi Unggas dan Ternak Besar Menurut Jenisnya

Di sub sektor peternakan, populasi unggas terbanyak berasal dari ayam ras pedaging
dengan total populasi sebesar 7.070.511 ekor dengan produksi dagingnya sebesar 935.222
kilogram. Sedangkan untuk ternak besar, populasi terbanyak berasal dari sapi potong dengan tal
populasi sebesar 19.816 ekor, dimana produksi dagingnya mencapai 389.650 kilogram.

2.2.4 Penduduk
Salah satu modal dasar dalam pembangunan nasional maupun daerah adalah
penduduk. Jumlah penduduk yang besar dengan disertai kualitas sumber daya manusia yang
baik merupakan suatu keuntungan bagi daerah yang bersangkutanMasalah kependudukan
seringkali menjadi focus persoalan yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Jumlah penduduk
yang terlalu banyak terkadang menjadi beban ekonomi pemerintah jika tidak ditangani dengan
tepat. Hal ini karena berdampak terhadap kualitas pendidikan dan kesehatan, terutama
ketersedia sarana dan prasarana pembangunan.
1

Tabel 2.4 Indikator Kependudukan Pelaihari

Jumlah penduduk Pelaihari pada tahun 2018 sebanyak 87.523 jiwa. Dimana sekitar
persennya adalah berjenis kelamin laki–laki. Bila dilihat dari sebaran penduduknya, pelaihari
dengan luas wilayah sekitar 378.95 km² ditempati penduduk sebanyak 176 orang per km².

Gambar 2.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Pelaihari

Komposisi penduduk tidak hanya dapat dilihat dari segi umur, tetapi juga dari segi jenis
kelamin. Di Pelaihari, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan.
Hal ini dapat ditunjukkan dari besaran sex ratio yang bernilai di atas 100. Pada tahun 2018,
nilai sex ratio yang sebesar 103 berarti untuk setiap 100 perempuan terdapat 103 laki-laki.

Dari ketiga lokasi wilayah diatas yaitu Kecamatan Bajuin, Kintap dan Pelaihari
berpotensi untuk pengembangan lahan sawah yang didasarkan hasil kajian dari data statistic
tahun 2018 menunjukkan bahwa :
1

Secara Klimat :
 Jumlah hari hujan antara 190 – 199 hari hujan /tahun
 Kecepatan angina rata-rata 3.5 knot/jam
 Kelembaban udara abtara 79,7 – 81,78
o
 Rata-rata suhu udara 22 – 28 C
Potensi penduduk cukup menunjang dengan tingkat kepadatan dan jumlah penduduk masing-
masing kecamatan sebagai berikut :

Tabel 2.5 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Bajuin, Kecamatan Kintap dan Kecamatan Pelaihari
tahun 2018

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan/Km2

Bujuin 8.780 8.141 16.921 86 orang/Km2

Kintap 24.875 52.508 77.383 48 orang/Km2

Pelaihari 33.823 32.700 66.523 176 orang/Km2

Jumlah 67.478 93.349 160.827

Tabel 2.6 Potensi Pertanian

Kecamatan Luas Jumlah Rata-rata


Tanam(Ha) Produksi produksi
(Ton) (Ton/Ha)

Bujuin 2016 8437 4.19

Kintap 483 802 1.66

Pelaihari 4909 20927 4.26

Jumlah 7408 30166 3.37

Dari potensi luas lahan 7.408 Ha dengan produksi 30.166 ton pada rata-rata produksi 3.37
ton/Ha yang didukung oleh penduduk sejumlah 160.827 orang maka dapat dikatakan sesuai apa yang
diuraikan pada rencana pengembangan di wilayah daerah studi.
21

2.3. KECAMATAN KINTAP

2.3.1 Geografi
Kintap adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
Kintap merupakan salah satu permukiman tertua di Tanah Laut, nama daerah ini sudah ada di
dalam Hikayat Banjar yang ditulis terakhir pada tahun 1663. Adapun batas- batas wilayah
Kecamatan Kintap adalah sebagai berikut :
 sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Banjar
 sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu
 sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Jorong
 sebelah selatan : berbatasan dengan Laut Jawa.
Letak astronomisnya antara 115°37’ - 115°07’ Bujur Timur dan 3°56’ - 3°94’ Lintang Selatan. Luas
wilayah Kecamatan Kintap sebesar 537,00 km², atau sebesar 6,76 persen dari total luas Tanah Laut
dengan ketinggian 0,5 meter di atas permukaan laut.

Gambar 2.6 Peta Wilayah administrasi Kecamatan Kintap


21

Dari segi wilayah administrasi, Kecamatan Kintap memiliki 14 desa. Diantaranya adalah :
Tabel 2.6. Nama Desa di Kecamatan Kintap
NO Desa Kode Desa

1 Pandansari 001
2 Salaman 002
3 Kintapura 002
4 Pasir putih 004
5 Kintap Kecil 005
6 Kintap 006
7 Muara Kintap 007
8 Bukit Mulia 008
9 Sumber Jaya 009
10 Kebun Raya 010
11 Mekarsari 011
12 Sembamban Baru 012
13 Sungai Cuka 013
14 Riam adungan 014

Desa yang luas daerahnya paling besar yaitu desa Riam Adungan dengan luas 191,00 km ² dan
desa yang paling kecil yaitu desa Salaman dengan luas 1,86 km².

Gambar 2.7 Luas Wilayah Kecamatan Per Desa (Km²)


21

2.3.2 Iklim
Suhu udara di suatu tempat dapat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap
permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Suhu udara rata-rata di Kintap berkisar 28,5 °C.
Sedangkan kelembaban udara rata-rata berkisar sampai dengan 79,7 persen.

Tabel 2.7 Informasi Geografis dan Iklim Kecamatan Kintap

Curah hujan di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi, dan
pertemuan arus udara. Pada tahun 2018, curah hujan di Kecamatan Kintap tercatat 199,6 mm dan
hari hujan sebanyak 12 hari setiap bulan.

2.3.3 Pertanian

Untuk komoditas perkebunan, terdapat 2 komoditas unggulan yaitu karet dan kelapa sawit.
Pada tahun 2015, produksi karet mencapai 2.146 ton dengan luas tanam 1.947 hektar. Sementara
produksi kelapa sawit mencapai 14.332,5 ton dengan luas tanam seluas 629,25 hektar.

Untuk sektor peternakan, pada tahun 2018 produksi ayam pedaging mencapai 926.318 ekor
untuk kategori hewan unggas. Sementara untuk ternak besar, produksi sapi mencapai 2.016 ekor
pada tahun yang sama. di kecamatan kintap juga terdapat produksi palawija seperti jagung dan
kedelai. Untuk tanaman palawija, komoditas yang total produksi pada tahun 2018 sebesar 14,7 ton
dengan luas panen 317 hektar.
21

Tabel 2.8 Produksi Tanaman Permukaan Komoditi Peternakan

2.3.4 Penduduk

Salah satu modal dasar dalam pembangunan nasional maupun daerah adalah penduduk.
Jumlah penduduk yang besar dengan disertai kualitas sumber daya. Hal ini karena berdampak
terhadap kualitas pendidikan dan kesehatan, terutama ketersediaan sarana dan prasarana
pembangunan. Jumlah penduduk Kintap pada Tahun 2018 sebanyak 52.508 jiwa. Dimana sekitar 53
persennya adalah berjenis kelamin laki-laki. Bila dilihat dari sebaran penduduknya, Kintap dengan
luas wilayah sekitar 537 km² ditempati penduduk sebanyak 98 orang per km². Komposisi penduduk
tidak hanya dapat dilihat dari segi umur, tetapi juga dari segi jenis kelamin. Di Kintap, jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan dari
besaran sex ratio yang bernilai di atas 100 Pada tahun 2018, nilai sex ratio yang sebesar 111
berarti untuk setiap
perempuan terdapat 111 laki-laki.

Tabel 2.9 Indikator Kependudukan Kintap


21

BAB III
METODE ANALISIS PEKERJAAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data


Berdasrkan teknik pengumpulan datanya, penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik
pengumpulan data primer dan data sekunder. Untuk lebih jelasnya berikut uraian pengambilan data :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil langsung dilapangan, dalam hal ini adalah ada
titik/ordinat saluran, titik koefisien daerah pengaliran.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diambil dari data yang sudah ada, dalam penelitian ini
data sekunder yang dimaksud adalah data curah hujan Pelaihari

3.2 Teknik Analisa Data


Teknik analisa data terdiri dari analisa Hidrologi dan analisa Hidrolika.
1. Analisa Hidrologi
Analisa hidrologi yang dilakukan adalah untuk mengetahui besaran banjir kala ulang yang
terjadi pada kawasan genangan tersebut. Dengan urutan sebagai berikut :
a. Mempersiapkan data hujan maksimum tahunan
b. Melakukan analisis frekuensi
c. Menetukan intensitas hujan
d. Menghitung nilai koefisien dan luasan daerah pengaliran
e. Menghitung banjir rancangan
2. Analisa Hidrolika
Analisa hidrolika terkait dengan pola aliran dan dimensi dari saluran drainase itu sendiri,
artinya dengan besaran banjir yang sudah dihitung pada analisa hidrologi, maka dimensi
saluran bisa direncanakan.
3.3 Bagan Alir Studi

Dalam penelitian ini dilaksanakan tahapan-tahapan mulai dari awal sampai selesai seperti yang
21

ada dalam gambar dibawah ini.


21

Gambar 3.1 Bagan Alir Studi Pekerjaan


BAB IV
ANALISIS STUDI PEKERJAAN

4.1 Perhitungan Talud Sumber Mulya

Data kondisi kawasan daerah pengaliran yang diperoleh dari lapangan yang diambil
menggunakan GPS Waypoints dan Elevasi diambil menggunakan aplikasi Altimeter adalah
sebagai berikut :
Luas kawasan (A)= 1,65 km2
Panjang drainase = 100 m = 0,1 km
Elevasi hulu = 66 msl
Elevasi hilir = 52 msl
Kelandaian / kemiringan (S)

𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 ℎ𝑢𝑙𝑢−𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 ℎ𝑖𝑙𝑖𝑟 = 66−52 =0,14


S=
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑟𝑎𝑖𝑛𝑎𝑠𝑒 100

Talud Eksisting

Tampak Atas Talud Eksisting


4.2 Analisis Data Hidrologi
A. Curah Hujan Maksimum Tahunan
Untuk mengetahui besarnya curah hujan maksimum di kawasan daerah pengaliran desa
sumber mulya diperlukan data curah hujan harian selama beberapa tahun terakhir pada stasiun
hujan terdekat. Data hujan yang digunakan yang merupakan data curah hujan harian selama 9
tahun (2009-2018).
Data curah hujan yang diperoleh terlebih dahulu dianalisis untuk mendapatkan data curah
hujan maksimum. Penentuan data curah hujan maksimum harian ini dilakukan dengan cara
memilih hujan tertinggi di tahun 2009-2018. Data curah hujan yang digunakan dapat dilihat dalam
tabel berikut :

Tabel 2.10 Curah Hujan Maksimum

Data curah hujan harian maksimum


Tahun (Hujan
Bulan dalam mm)
200 2010 2011 2012 201 201 2015 2016 2017 2018
9 3 4
Januari 43 20 67 53 72 32 21,5 30 72 60
Februari 37 66 105, 91,5 27 50 23 30 27 74,4
5
Maret 78 64 65 61 81 21 29 30 81 35
April 58 36 118 50 27 23 43 30 27 62,5
Mei 18 74 42 106 63 83 93 83 63 69,5
Juni 34 27 27 54 58 93 19 6,4 58 110
Juli 56 24 26 59 31 26 14 1 31 25
Agustus 47 67 76 34 92 109 114 87 92 50
September 66 66 103 34 59 21 21 5,5 59 30
Oktober 79,6 37 107 109 27 53 25 12,2 27 25
November 38 55 65 120 110 97 21 105, 106 49
3
Desember 33 48 72 121 27 41 60 42 27 68
Curah Hujan Max 79,6 74 118 121 110 109 114 105, 106 110
3
4.3 Analisis Frekuensi Hujan Rencana
A. Analisis Statistik

Dalam analisis statistik data, terdapat parameter-parameter yang akan membantu dalam
menentukan jenis sebaran yang tepat dalam menghitung besarnya hujan rencana. Analisis
parameter statistik yang digunakan dalam analisis data hidrologi yaitu : central tendency (mean),
simpangan baku (standar deviasi), koefisien variasi, koefisien skewness, dan koefisien puncak
(kurtosis). Dari perhitungan statistik data hujan maksimum maka diperoleh parameter statistik
sebagai berikut :

Tabel 2.11 Hitungan Statistik Hujan Maksimum

M Tahun xi = Hujan (mm) (xi-x)^2 (xi-x)^3 (xi-x)^4


1 2009 79,6 629,5081 -15794,35823 396280,45
2 2010 74 941,8761 -28906,17751 887130,59
3 2011 118 177,1561 2357,947691 31384,284
4 2012 121 266,0161 4338,722591 70764,565
5 2013 110 28,1961 149,721291 795,02006
6 2014 109 18,5761 80,062991 345,07149
7 2015 114 86,6761 806,954491 7512,7463
8 2016 105,3 0,3721 0,226981 0,1384584
9 2017 106 1,7161 2,248091 2,9449992
10 2018 110 28,1961 149,721291 795,02006
Jumlah 1046,9 2178,289 -36814,93032 1395010,8
jumlah data 10
Nilai Rata-Rata 104,69
Standar Deviasi 15,55738124
Koefisien
Skewness -1,357944445 Cs
Koefisien
Variasi 0,148604272 Cv
Koefisien
Kurtosis 4,72499185 Ck
(Sumber : Hasil Perhitungan)

Untuk pemilihan jenis sebaran dari hasil perhitungan parameter statistik data hujan maka
sesuai dengan tabel syarat parameter statistik distribusi dengan diketahui nilai Cv = 0,148604272 ;
Cs = -1,357944445 ; dan Ck = 4,72499185 maka diasumsikan data terdistribusi Log person tipe III.
Berikut adalah tabel persyaratan parameter statistik distribusi :

Tabel 2.12 syarat parameter statistik distribusi


Jenis distribusi Persyaratan Hasil
Cs = 0 Cs = -1,35
Normal
Ck = 3 Ck = 4,72
Log Normal Cs = Cv^3 + 3Cv Cs = 0,44
Ck = Cv^8 + 6Cv^6 Ck = 3,36
+15Cv^4+16Cv^2+3
Cs = 1,14 Cs = -1,35
Gumbel
Ck = 5,4 Ck = 4,72
Log Person Tipe III Selain data diatas
(Sumber : Hasil perhitungan)

B. Uji Kecocokan (Goodness of Fit Test)


Dari distribusi yang telah diketahui, maka dilakukan uji statistik untuk mengetahui
kesesuaian distribusi yang dipilih dengan hasil empiris. Pada penelitian ini, uji statistik dilakukan
dengan metode Chi-Square. Hasil perhitungan Chi-square hujan maksimum kawasan daerah
pengaliran desa petapahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.13 Hasil Uji Chi-Square


Uji Kecocokan Nilai Tabel Nilai Hitung

Chi-Square 3,841 0

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Dari hasil perhitungan uji kecocokan metode Chi-square dengan menggunakan persamaan :

X 2 k
   Ef  Of  
2

i1 Ef
Sesuai dengan syarat uji chi-square dimana X2 < X2 kritik yang besarnya tergantung pada
derajat kebebasan (DK) dan derajat nyata (α), metode distribusi yang paling mendekati adalah
distribusi log person tipe III dengan nilai X2 = 0 : X2 kritik= 3,841 : DK
= 1: α = 5%

C. Perhitungan Curah Hujan Rencana


Hasil perhitungan curah hujan dengan metode Distribusi log person tipe III dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 2.14 Hujan Rencana Berbagai Periode Ulang


No Kala Ulang (Tahun) Hujan Rancangan (mm)

1 2 103,99 mm

2 5 119,12 mm

3 10 127,35 mm

4 25 136,45 mm
4.4 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi digunakan untuk menentukan lamanya air hujan mengalir dari hulu
kawasan pengaliran hingga ketempat keluaran perencanaan drainase. Waktu konsentrasi (tc)
dihitung dengan menggunakan rumus Kirpich (1940) pada Persamaan tc
= (3,97. 𝐿0,77). (𝑆−0,385), Berikut adalah hasil perhitungan waktu konsentrasi tc = ( 3,97.8080,77).
(0,017327-0385) = 16,0543~16 menit. Berdasarkan data panjang dan kemiringan drainase rencana
sebelumnya, diperoleh nilai waktu konsentrasi sebesar 16 menit. Hal ini berarti bahwa waktu yang
diperlukan oleh air hujan untuk mengalir dari
titik terjauh (hulu) sampai ke tempat keluaran drainase (hilir) sebesar 0,26 jam. Durasi hujan yang
sering dikaitkan dengan waktu konsentrasi sehingga sangat berpengaruh pada besarnya debit
yang masuk kesaluran. Hal ini menunjukkan bahwa durasi hujan dengan intensitas tertentu sama
dengan waktu konsentrasi dapat terpenuhi sehingga metode rasional layak digunakan.

4.5 Intensitas Curah Hujan


Untuk mendapatkan intensitas hujan dalam periode 1 jam dari data curah hujan harian
maksimum digunakan persamaan I = R/24 (24/t) 0,67. Hal ini disebabkan karena data curah hujan
jangka pendek tidak tersedia, yang ada Cuma data curah hujan harian, maka intensitas hujan
dapat dihitung dengan rumus Mononobe pada persamaan diatas sesuai dengan persyaratan
𝑚𝑚
Loebis (1992) bahwa intensitas hujan ( ) dapat diturunkan
𝑗𝑎𝑚
dari data hujan harian empiris menggunakan metode Mononobe. Hasil analisis ditunjukkan dalam
tabel dibawah ini :

Tabel 2.15 Intensitas Hujan jam-jaman


Kala Ulang
T 2 5 10 25
Menit
3 265,6 304,3 325,3 348,5
6 167,3 191,7 204,9 219,6
9 127,7 146,3 156,4 167,6
12 105,4 120,8 129,1 138,3
15 90,8 104,1 111,3 119,2
16 87,0 99,7 106,6 114,2

Hasil analisis berupa intensitas hujan dengan durasi dan periode ulang tertentu dihubungkan
kedalam sebuah kurva Intensity Duration Frequency (IDF). Kurva IDF menggambarkan hubungan
antara dua parameter penting hujan yaitu durasi dan intensitas hujan selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk menghitung debit banjir/rencana dengan metode rasional. Hal ini sesuai
dengan persyaratan Sosrodarsono dan Takeda (2003), yang mengatakan bahwa lengkung IDF ini
digunakan dalam menghitung debit banjir/rencana dengan metode rasional untuk menentukan
intensitas curah hujan rata-rata dari waktu konsentrasi yang dipilih dari tabel diatas dapat dibuat
kurva IDF seperti gambar dibawah ini :
Intensitas Hujan (mm/jam)
400.0

350.0
2 Tahun
300.0
250.0
5 Tahun
200.0
10
150.0 Tahun
25
100.0
50.0 Tahun

0.0 0 3 6 9 12 15 18
Lama Hujan
(Menit)

Gambar 4.1 Kurva IDF (Intensity Duration Frequency)

Dari kurva IDF diatas terlihat bahwa intensitas hujan yang tertinggi berlangsung dengan
durasi pendek. Hal ini menunjukan bahwa hujan deras pada umumnya berlangsung dalam jangka
waktu singkat, namun hujan tidak deras berlangsung dalam waktu lama. Interpretasi kurva IDF
diperlukan untuk menentukan debit banjir rencana menggunakan metode rasional.

4.6 Analisis Debit Banjir


A. Koefisien Pengaliran
Dalam perhitungan debit banjir menggunakan metode rasional diperlukan data koefisien
pengaliran. Koefisien pengaliran ini diperoleh dengan menghitung data luasan dari masing-masing
tata guna lahan yang ada. Luas masing-masing tata guna lahan untuk kawasan daerah pengaliran
desa petapahan diperoleh dari pengukuran langsung oleh peneliti dilapangan.
Dari nilai koefisien pengaliran ini dapat diketahui bahwa dari air hujan yang akan turun akan
mengalir/melimpas kepermukaan yang kemudian akan mengalir ke daerah hilir.
Nilai koefisien pengaliran dapat juga digunakan untuk menentukan kondisi fisik kawasan
daerah pengaliran (Subdas). Hal ini sesuai dengan pernyatan Kodoatie dan Syarief (2005), yang
menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan ini merupakan indikator untuk menentukan
kondisi fisik suatu kawasan pengaliran. Nilai C berkisar antara 0-1. Nilai C=0 menunjukan semua
air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi kedalam tanah, sebaliknya untuk C=1 menunjukkan bahwa
air hujan mengalir sebagai aliran permukaan.
Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara langsung mempengaruhi debir banjir
rencana. Untuk itu kondisi di daerah desa petapahan harus ada upaya pelestarian lingkungan
sehingga air hujan bisa terintersepsi guna koefisien aliran tidak naik drastis.

B. Debit Banjir
Berdasarkan data yang diperoleh diatas maka dapat dihitung debit banjir/rencana di
kawasan daerah pengaliran petapahan dengan metode rasional sesuai persamaan Q = 0,278 CIA
untuk berbagai kala ulang tertentu. Lama hujan dengan intensitas hujan tertentu sama dengan
waktu konsentrasi. Sehingga diperoleh seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.16 Debit Banjir
Intensitas Debit Banjir (m3/detik)
No Kala Ulang (Tahun)
(mm/jam)

1 2 87 0.70060
2 5 99,7 0.80254
3 10 106,6 0.85798
4 25 114,2 0.91929

4.7 Dimensi Saluran Drainase


A. Kecepatan Rata-Rata Aliran
Kecepatan rata-rata dalam kasus ini adalah proses mengalirnya air melalui drainase dari hulu
kehilir yang ditempuh tiap satuan waktu (m/detik). Penentuan kecepatan rata-rata juga
dapat ditentukan berdasarkan dengan kemiringan saluran drainase sesuai dengan
tabel 3.12, dengan adanya kemiringan drainase 1,7 % maka berdasarkan tabel didapatlah
kecepatan rata-rata yaitu 0,60 m/detik. Selain itu rumuskecepatan rata-rata pada perhitungan
dimensi saluran menggunakan rumus Manning :
1 2 1
V = R3S 2
n

B. Analisis Dimensi Saluran


Debit aliran harus dialirkan pada saluran berbentuk penampang segitiga, penampang segi
empat, penampang trapesium, dan bentuk penampang setengah lingkaran untuk drainase muka
tanah (surface drainage), dalam hal ini peneliti memilih penampang segi empat (Persegi Panjang) ,
dan untuk Debit Banjir diambil periode ulang 5 tahun.

Diketahui :
Debit aliran :Q = 0,80 m3/detik
Kemiringan saluran :s = 1,7 %
Dasar saluran :B = 1,00 H (trial)
Maka :
Luas penampang saluran Fs = B.H = 0,75H.H = 0,75 H2
Keliling basah Ps = B+2H = 0,75H+2H = 2,75H
Radius hidrolik Rs = Fs/Ps
= (0,8H2) : (2,75H) = 0,273 H
1 2 1
Formula manning V = R3S2
n
= (1/0,013)(0,273H)2/3(0,017)1/2
= 79,92 . 0,2732/3 . 0,0171/2 . H2/3
= 4,239 H2/3
Q = Fs.v
0,80 (m3/detik) = 0,8H2 . 4,239 H2/3
8/3
H = 0,2826
H = 0,35163/8 = 0,7960 ~ 0,80
= 0,80 meter
Jadi untuk hasil tinggi keliling basah adalah 0,60 m, dan sesuai dengan ketentuan
tinggi drainase ditambah dengan tinggi jagaan yaitu 0,3H. kemudian didapat tinggi
saluran drainase (H) = 0,60 + (tinggi jagaan) = 0,60+0,3H= 0,78~0,8 m. Dan untuk
lebar saluran (B) yaitu 0,8H.
B = H = 1,00 . 0.80 = 0,80 meter

0,80

Gambar 4.2 Dimensi Penampang Saluran

Dengan keterangan :
 Panjang saluran = 100 m
 Lebar saluran = 0,80 m
 Tinggi muka air = 0,50 m
 Tinggi jagaan = 0,20 m
 Tinggi Saluran = 0,80 m
 Jenis drainase = (arficial drainage) yang Multi Purpose
 Dimensi ini dapat digunakan untuk pembuatan talud sumber mulya dan perbaikan talud jebol di
desa kunyit
Perkuatan Talud Jebol

4.8

Perhitungan Retaining Wall


Desa Kunyit

Gambar 4.3 Dimensi Penampang Saluran

Tanah I ( urug ) Tanah II ( asli)


c1 = 0 kN/m c2 = 10 kN/m
Ø1 = 30º Ø2 = 30º
γ1 = 20 kN/m3 γ2 = 20 kN/m3

Berat Dinding Penahan Tanah dan Beton di atasnya

Bidang 1

Diambil berat jenis beton = 24 kN/m3

W1 =B.H.γ

= 5,5 . 0,8 . 24
= 105,6 kN/m

Bidang 2

Diambil berat jenis beton = 24 kN/m3

W2 =b.h.γ

= 0,5 . 2,85 . 24

= 74,292 kN/m
Bidang 3

Diambil berat jenis beton = 24 kN/m3

W3 =½.a.t.γ

= ½ . 0,24 . 2,85 . 24

= 17,8301 kN/m

Bidang 4

W4 =p.l.γ

= 2,85 . 1,50 . 20

= 484,38 kN/m

Bidang 5

W5 =½.a.t.γ

= ½ . 0,24 . 2,85 . 20

= 17,8301 kN/m

Beban Akibat Beban Merata


W =q.L

= 10 kN/m x (1,50+0,24)

= 35 KN

Jarak Beban Terhadap Ujung Dinding Penahan ( di titik O )

1. x1 = 2,75 m

2. x2 = 1,5 + 0,25 = 1,75 m

3. x3 = (1/3 . 0,24) + 0,5 + 1,5 = 2,08 m

4. x4 = 5,5 – (1/2 . 1,50) = 3,87 m

5. x5 = (2/3 . 0,24) + 0,5 + 1,5 = 2,16 m

6. x6 = (3,5 / 2 ) + 0,5 + 1,5 = 3,75 m

Momen Terhadap Ujung Dinding Penahan ( Titik O )

M1 = W1 . x1

= 105,6 . 2,75
= 290,4 kN

M2 = W2 . x2

= 74,292 . 1,75

= 130,0110 kN

M3 = W3 . x3

=17,8301 . 2,08

= 37,0866 kN

M4 = W4 . x4
= 484,38 . 3,87

= 1874,5653 kN

M5 = W5 . x5

= 17,8301 . 2,16

= 38,513 kN

M6 = W6 . x6

= 35 . 3,75

= 131,25 kN

No Berat W(KN/m) Jarak(x) Momen(KNm)


1 105,6 2,75 290,4

2 74,292 1,75 130,0110

3 17,8301 2,08 37,0866

4 484,38 3,87 1874,5653

5 17,8301 2,16 38,513

6 35 3,75 131,25

Total 734,9422 2501,8259


Koefisien Tekanan Aktif ( Ka )

Ka = (1 - sin Ø) / (1+sin Ø) = 1/3

Koefisien Tekanan Tanah Pasif ( Kp )

Kp = 1/Ka = 3

Tekanan Tanah Aktif ( Pa )

Pa1 = Ka . q . H

= ⅓ . 10 . 6,991

= 23,3033 kN

Pa2 = ½ . Ka . γ1 . H 12

= ⅓ . ½ . 20 . 6,1912

= 127,7616 kN

Pa3 = Ka . γ . Htot

= 1/3 . 20 . 6,191 . 0,8

= 33,0187 kN
Σ Pa = Pa1 + Pa2 + Pa3

= 23,3033 +127,7617 + 33,0187

= 184,0836 kN

Jarak l Lengan (Aktif) Terhadap Titik O

l1 = 3,4945 m

l2 = 2,8637 m

l3 = 0,4 m

Momen Pa

M1 = Pa1 . I1 = 81,4334 KNm

M2 = Pa2 . I2 = 365,8709 KNm

M3 = Pa3. I3 = 13,2075 KNm

Maktif total = 460,5118

Tekanan Tanah Pasif ( Pp )

Pp = ½ . Kp . γ . Yp

= ½ . 3. 20 . 1,52

= 67,5 kN

Jumlah Gaya – Gaya Horizontal

Σ Ph = Σ Pa – Σ Pp

= 184,0836 kN - 67,5 kN

= 116,5836
Momen yang Mengakibatkan Penggulingan

Σ Mg = Σ Ma – Σ Mp

= 460,5118 – 67,5

= 393,0118 kN

Menghitung Penggulingan

Total MW
FGS Total MA ≥ 1,5
=

734,9422
460,5118 ≥ 1,5

1,6 ≥ 1,5...........OK AMAN !

MengsStabilitas Terhadap Penggeseran

Tahanan geser pada dinding sepanjang B = 5,5 m, dihitung dengan menganggap


dasar dinding sangat kasar. Sehingga sudut geser δb = ϕ2 dan adhesi cd = c2.

Untuk tanah c – ϕ ( ϕ > 0 , dan c > 0 )

Σ Rh = cd . B + W tan δb
Σ Rh = tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran

cd = adhesi antara tanah dan dasar dinding

B = lebar pondasi ( m )

W = berat total dinding penahan dan tanah diatas plat pondasi

δb = sudut geser antara tanah dan dasar pondasi

Σ Rh = cd . B + W tan δb

= ( 10 kN/m . 5,5 m ) + 734,9422 kN/m . tan 30º

= 50 kN/m + 342,8017 kN/m

= 479,3191 kN/m

FGS = 479,3191 / 116,5836 ≥ 1,5 4,1114 ≥ 1,5.

Stabilitas Terhadap Keruntuhan Kapasitas Daya Dukung Tanah


= 30 0 , didapat : Nc = 30,1 Nq = 15,4 Ny = 21,8

α =1, β=0,5
Pondasi yang dipakai adalah pondasi menerus ,

α β
Qult = .C.Nc + q.Nq + .

.B.Ny
= 1.0,25.30,1 + 2,0.1,5 + 0,5.1,5.6.21,8
= 151,8250 ton/m2
Qa (ijin) = 1/3. qUlt
= 1/3. 151,8250
= 50,6083 ton/m2
Mencari eksentrisitas dan tegangan yang timbul :

(0,5.b – e ) .

G = ∑ MA
( 0,5.b – e) = ∑ MA
∑ G
( 0,5. 6 – e ) = 54,3272
6.0,8 .1.2,4

( 0,5. 6 – e ) = 54,3272
11,52
3–e = 4,7199
e = 1,7199 m

Perhitungan Tegangan

∂ 1(maks) = ∑ G (1 + 6.e )

A b

= 11,52 ( 1 + 6.1,7199 )

6 6

= 1,92 ( 1 + 1,7199)

= 5,2232 ton /m2

∂ 2(min) ∑ G (1 - 6.e )
=

A b

= 11,52 ( 1 - 6.1,7199 )

6 6

= 1,92 ( 1 - 1,7199)

= 1,3822 ton/m2
Perencanaan Penulangan Dinding Retaining wall

Direncanakan tulangan D16, dan selimut beton (p) 50 mm.


Tebal efektif = h – p – ½ D tul
= 740 – 50 – ½ . 16
= 680,5 mm
β = 0,85
1,4
ρmin = fy

1,4
= 400

= 0,0035 '
0,85 f
600

ρb = fy
c
(
β 600+f y )

600+400 = 0,85 . 29 0,85 600


( )
= 0,0314

ρmax = 0,75 . ρb
= 0,75 . 0,0314
= 0,0236
fy
m = 0,85. f ' c

= 16,2272
b = 1000 mm

Mu = 2,501 tm = 2,501 . 107 Nmm


4.9. Desain Struktur Pelindung Pantai Bronjong Muara Kintap
4.9.1 Perhitungan Analisis
Elevasi muka air laut rencana merupakan parameter sangat penting di
dalam perencanaan struktur pelindung pantai. Elevasi tersebut merupakan
penjumlahan dari beberapa parameter, seperti tinggi run-up, tinggi kebebasan,
dan tinggi muka air laut tertinggi, serta kenaikan muka air karena perubahan
suhu global. Gelombang dominan dari kedalaman di Pantai Kintap muncul dari
arah Selatan untuk periode ulang 25 tahun dan tingginya adalah 5,52 meter.
Untuk mendapatkan nilai tinggi gelombang (H) desain untuk kondisi di daerah
bibir pantai dengan kondisi gelombang sudah pecah adalah
H  0,78  d  1,56 meter

dan panjang gelombang ( L0 ) di lokasi struktur pelindung pantai adalah:

L 0 1,56  Ts2  188,76 meter


dimana d adalah tinggi air laut rata-rata dan T
adalah perioda ulang gelombang. Tinggi
rayapan gelombang untuk menentukan nilai
run-up gelombang diperoleh dengan
menggunakan rumus Irribaren:
tan45o 
tan 
Ir  
H

L
0
 11

1,
56 Beronjong Eksisting
18
dimana  adalah sudut
8, kemiringan sisi struktur pelindung pantai (1:2).
76
Dengan menggunakan grafik run-up gelombang diperoleh:

Ru
 0,85 atau R
 0,851,56  1,326 meter.
H
4.9.2 Analisis Stabilitas terhadap Guling
Struktur pelindung pantai dengan batu bronjong ini terdiri dari 5 lapisan
tanah, yaitu lapis 1 untuk tanah berkekuatan sedang, lapis 2 untuk tanah
berkekuatan padat, dan lapis 3 untuk tanah berkekuatan sangat padat.
Grafik korelasi tahanan ujung dan kedalaman untuk mendapatkan nilai 
diperoleh dari Durgunoglu dan Mitchell (1975).

Tabel 2.17 Data Tanah.

Lapisan Kedalaman  ( °)    sat (kg/m³) c (kg/m²)

tanah (m)
1 1,4 38,0 1840 0
2 1,4 - 3,8 40,0 1900 0
3 3,8 - 6,4 42,5 1960 0

Langkah selanjutnya adalah menghitung tekanan tanah aktif, yang dihitung


dengan 3 lapisan tanah yang berbeda. Perhitungan tekanan tanah aktif untuk
setiap lapisan tanah bergantung kepada Ka merupakan koefisien tekanan tanah
aktif,  adalah berat volume
tanah, Ht adalah tinggi tanah, merupakan tekanan tanah aktif.
dan Pa

Untuk lapisan tanah 1:


K 2  
a1  45  2  0,238
 
tan
Sehingga tekanan tanah aktif untuk lapisan 1 diperoleh
P 1K
a1 1Ht 12  429,162 kg / m
a1
2
Untuk lapisan tanah 2:
 
K  tan 2 45   0,217
a2  
 2
dan
Ka 2  1Ht 1 558,994 kg / m 2
serta
Ka2 2Ht 2 989,540kg / m2
Sehingga tekanan tanah aktif pada lapisan tanah ke dua diperoleh
Pa 2  Ka 2 1 Ht1 Ht 2  1341,581kg / m

dan
1
P  K  Ht 2  1187,424 kg / m
a3 2
a
2
2 2

Untuk lapisan tanah 3:


 
K  tan 2 45   0,193
a3  
 2
dan
Ka3 Ht
1  2 2  1377,248kg / m
1  Ht
2

serta
K  Hta33 832,216kg
3 / m2
Sehingga tekanan tanah aktif untuk lapisan tanah ke tiga didapat
Pa 4  K a 3  1 Ht 1   2 Ht 2 Ht 3  3029,945 kg / m

dan
1
P  K
 3Ht 32  915,437 kg / m
a5 a3
2
Tekanan tanah aktif total diperoleh sebagai berikut:
5

P ai  Pa1  Pa 2  Pa3  Pa 4  Pa5  6903,549 kg / m

Kemudian menentukan perubahan momen dapat dilihat illustrasinya pada


Sehingga dapat dilakukan serangkaian perhitungan perubahan momen
sebagai berikut:
 Ht1 
M P  4,6  2174,421kg ,
o1 a1  
 3 
 Ht 2 
M P  2,2  4561,375 kg ,
o2 a2  
 2 
 Ht 2 
M P  2,2  3562,272 kg ,
o3 a3  
 3 
 Ht 3 
M
P   3332,940 kg ,
o4 a4  

dan
 2 
 Ht 3 
M P  671,320 kg .
o5 a5  
 3 
Sehingga diperoleh total perubahan momen gerak di sekeliling bangunan
5

kaki:
M
i1
oi  Mo1  Mo 2  Mo3  Mo4  Mo4  14302,328 kg

Langkah selanjutnya mencari berat dan lengan momen pusat area


terhadap titik C dari struktur pelindung pantai dengan batu bronjong.
Berat struktur diperoleh berdasarkan material yang digunakan, yaitu batu
batu pecah

bronjong dengan  sebesar 1450 kg/m3.


 batu bronjong   batu pecah   kawat bronjong  1450  13,5  1463,5 kg / m3 .

Tabel 2.18 Berat dan Momen Tahanan.

Area(m²) Berat (kg/m) Jarak dari tititk C(m) Momen (kg)


No. WA
A D MR  W d
1 2x4 = 4 11708 1 11708
2 1x5 = 5 7317,5 2,5 18293,75
3 3x6 =12 26343 4,5 118543,5
3 3

V  45368,5
i1
 MR  148545,25
i1

Setelah mendapatkan momen dari struktur pelindung pantai batu bronjong, langkah
selanjutnya menghitung momen akibat beban air. Momen akibat beban air merupakan momen
dari gelombang air yang terdiri dari momen hidrostatis dan momen dinamis, dimana momen
hidrostatis dinyatakan sebagai M hs normal  untuk kondisi air laut normal, M hsPG  momen hidrostatis
untuk kondisi air laut yang naik akibat pemanasan global, momen dinamis untuk kondisi air laut
normal adalah M hd normal  , dan momen dinamis untuk kondisi kenaikan muka air lalu akibat
pemanasan global adalah M hd PG 

Akibat gelombang air dibedakan atas dua kasus, yaitu kasus untuk kondisi air laut normal (
Mhnormal  ) dan kasus untuk kondisi kenaikan muka air laut akibat pemanasan global ( M h  PG 

). Sehingga diperoleh

M 1 
 gh   50943,271 kg ,
hsnormal
h normal 


 13 
M hsPG  gh   64876,692 kg ,
 h 


3
gH2L  2kh 
M hdnormal  16T 1 
sinh 2kh   52454,295
gH2L
kg ,
 
 2kh 
M hdPG 
 16T 1 sinh 2kh   52322,566 kg ,
 
2
dimana k    0,033
2 188,76
L0
Mhnormal  Mhsnormal  Mhdnormal  105781,426 kg ,
dan,
MhPG   M hsPG   M hdPG   117199,258 kg .

Perhitungan stabilitas terhadap guling adalah sebagai


3

berikut: Untuk kondisi muka air laut normal:


 MR  M  h normal 
i1
FSguling normal  5
 3,89
 M
i1
oi
 Msnormal

Untuk kondisi naiknya muka air laut akibat pemanasan global:


MR  M 
3
h PG 
i1
FSgulingPG  5
 3,356
 Moi  MsPG 
i1

Faktor keamanan stabilitas terhadap guling adalah 2  FS guling normal   3,89


2  FS guling PG   3,356 . Hasil menunjukkan struktur pelindung pantai dengan batu bronjong

stabil terhadap guling baik dalam kondisi muka air laut normal maupun kondisi saat kenaikan
muka air laut akibat pemanasan global.

4.9.3 Analisis Stabilitas terhadap Geser

Untuk perhitungan stabilitas terhadap geser, dipengaruhi oleh tekanan


yang diakibatkan oleh gelombang air laut yang terdiri dari tekanan hidrostatis dan
tekanan dinamis. Dalam hal ini tekanan yang diakibatkan oleh gelombang juga
dihitung untuk kondisi muka air normal ( Phnormal  ) dan kondisi kenaikan muka air

laut akibat pemanasan global ( PhPG  ), yaitu


 .g.H  cosh.k.h  h 
P  .g.h   47345,354 kg / m
h
normal  2 
  cosh.k.h
dan,
PhPG   52438,500 kg / m
.

Gaya pasif pada umumnya diabaikan dalam menghitung faktor keamanan


terhadap geser. Faktor keamanan stabilitas geser untuk kondisi muka air laut
3
normal:

 V tank    Bk
1 3
c 3  Ph normal
2

FSgesernormal   1,555
i 1
Pa.cos   .g.h
normal
dan untuk kondisi kenaikan muka air laut diperoleh
FSgeserPG   1,501
2
dimana k  da k 2 , serta kemiringan terhadap bidang horizontal
2
konstanta n 3
1
3
0.
Faktor keamanan stabilitas geser 1,5  FS geser normal   dan
diperoleh 1,555
1,5  FS geser PG   1,501 , artinya struktur pelindung pantai dengan batu bronjong untuk
kondisi muka air laut normal dan kondisi kenaikan muka air laut akibat
pemanasan global dalam kondisi stabil.

4.2 Analisis Stabilitas terhadap Daya Dukung Tanah


Langkah awal dalam menganalisa stabilitas terhadap daya dukung tanah
adalah menentukan eksentrisitas:
3 5

e  MR   M
B oi
i 1 i 1
 3  0,041
4.9.4 Analisis Stabilitas terhadap Geser

Untuk perhitungan stabilitas terhadap geser, dipengaruhi oleh tekanan


yang diakibatkan oleh gelombang air laut yang terdiri dari tekanan hidrostatis dan
tekanan dinamis. Dalam hal ini tekanan yang diakibatkan oleh gelombang juga
dihitung untuk kondisi muka air normal ( Phnormal  ) dan kondisi kenaikan muka air

laut akibat pemanasan global ( PhPG  ), yaitu


 .g.H  cosh.k.h  h 
P  .g.h   47345,354 kg / m
h
normal  2 
  cosh.k.h
dan,
PhPG   52438,500 kg / m
.

Gaya pasif pada umumnya diabaikan dalam menghitung faktor keamanan


terhadap geser. Faktor keamanan stabilitas geser untuk kondisi muka air laut
3
normal:

 V tank    Bk
1 3
c 3  Ph normal
2

FSgesernormal   1,555
i 1
Pa.cos   .g.h
normal
dan untuk kondisi kenaikan muka air laut diperoleh
FSgeserPG   1,501
2
dimana k  da k , serta kemiringan terhadap bidang horizontal
2 2
konstanta n 3
1
3
0.
Faktor keamanan stabilitas geser diperoleh 1,5  FS geser normal   1,555 dan
Hasil perhitungan kestabilan struktur pelindung pantai dengan batu bronjong dapat dilihat
pada Tabel 6. Faktor keamanan stabilitas terhadap guling, geser, dan daya dukung tanah dalam
kondisi stabil.

Tabel 2.19 Hasil Perhitungan Faktor Keamanan.

Faktor Keamanan Kondisi


2  FS guling normal   3,890 Stabil
2  FS guling PG   3,356 Stabil
1,5  FS geser normal   1,555 Stabil
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan Penanganan

Dari hasil Analisis Perencanaan Pembuatan Desain Talud Wilayah Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2019 Yang Diantara Pekerjaannya Pembuatan Talud Sumber Mulya, Rehabilitasi Talud Desa
Kunyit, Pembuatan Beronjong Kintap maka dapat mengambil beberapa kesimpulan untuk
penanganan rencanan berdasarkan pada hasil analisa dan perhitungan yaitu sebagai berikut :

1. Untuk penanganan pembuatan talud desa sumber mulya dari hasil perhitungan dengan
dimensi yang bervariatif maka panjang penanganan 100 meter dengan asumsi rehabilitasi
talud.
2. Untuk penanganan rehabilitasi talud di desa kunyit berdasarkan data lapangan dan hasil
analisis maka penanganan yang digunakan adalah penggunaan retaining wall untuk
menahan/pengganti talud yang rusak parah dan juga ada beberapa segmen talud yang rusak
ringan maka dilakukan penanganan rehabilitasi kecil pada talud tersebut.
3. Untuk pembuatan beronjong di muara kintap maka dilakukan penanganan pembuatan
rencana beronjong baru sepanjang 26 meter dan rehabilitasi beronjong eksisting sepanjang
46 meter.

Anda mungkin juga menyukai