PENDAHULUAN
dengan rumus kimia CH4. Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan
melepaskan satu molekul karbondioksida (CO2) dan dua molekul air (H2O).
Metana tidak beracun, tapi mudah terbakar dan menimbulkan ledakan bila
bercampur dengan udara. Metana sangat reaktif terhadap oksidator, halogen, dan
beberapa senyawa lain yang mengandung unsur halogen (Cao, et al., 2010).
Metana merupakan salah satu gas yang menempati urutan kedua penyebab
karbondioksida. Oleh karena itu, pengurangan emisi metana di udara akan lebih
Sumber gas metana selain dari dekomposisi limbah organik sampah dan
kegiatan transportasi gas, juga dihasilkan dari kegiatan pertanian salah satunya
dapat berasal dari tanah sawah. Lahan sawah merupakan salah satu sumber
penghasil emisi metana yang jumlahnya dapat mencapai 5–19% (Denman, et al.,
2007). Metana yang dilepas dari lahan sawah ke atmosfer dilepaskan melalui
1
2
tanaman dan sisanya melalui gelembung air (ebullition) serta melalui proses difusi
gas yang dengan sendirinya akan terdifusi ke atmosfer pada permukaan lapisan
air. Menurut Vishwakarma, et al. (2009), tanah sawah berkontribusi cukup besar
dalam proses emisi gas metana ke atmosfer. Berdasarkan penelitian Wild, (1995),
sebanyak 43% emisi gas metana berasal dari lahan basah dan sawah. Sebanyak
20% dari jumlah total emisi tersebut diperkirakan berasal dari lahan sawah. Oleh
karena itu, sektor pertanian memegang peranan penting dalam memproduksi gas
metana.
Emisi metana pada lahan sawah dapat berasal dari ekosistem yang kondisinya
lebih dominan anaerob terutama kondisi akibat penggenangan seperti pada tanah
sawah. Ada dua proses mikrobial yang berbeda di tanah sawah yaitu, mikroba
metana (metanotrof) (Rudd dan Taylor, 1980). Pembentukan gas metana dalam
metana yang dihasilkan oleh metanogen pada daerah anaerobik sebelum akhirnya
metabolismenya dan dapat hidup pada kondisi aerob dan anaerob. Sebagian
3
metana yang diproduksi akan dioksidasi oleh bakteri metanotrof yang terdapat
pada lapisan permukaan tanah dan area perakaran yang bersifat aerobik (Mer dan
Roger, 2001).
kemudian diubah menjadi formaldehid (HCHO) yang dibantu oleh enzim metanol
metabolisme yaitu jalur metabolisme ribulosa monofosfat (RuMP) dan jalur serin
Cara budidaya padi, terutama pengelolaan air irigasi pada daerah Tanjung
Pasir diduga banyak melepaskan metana. Emisi metana ini sebagian besar
disebabkan oleh kegiatan yang tidak efisien, seperti pengairan yang terus menerus
dan berlebihan, cara pemupukan atau penggunaan pupuk yang tidak tepat. Pada
penelitian ini telah diisolasi dan dikarakterisasi bakteri metanotrof asal tanah
bakteri metanotrof dari lahan sawah di Indonesia masih sangat sedikit. Oleh
metanotrof jangka panjang sebagai salah satu agen penurun emisi gas metana dari
1. Apakah bakteri metanotrof dapat diisolasi dari sampel tanah sawah asal
3. Apakah status taksonomi bakteri yang didapat dari sampel tanah sawah tersebut
karakteristik dan status taksonomi bakteri metanotrof asal tanah sawah. Tujuan
sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhannya. Bakteri ini
dapat ditemukan dan telah diisolasi dari sejumlah lingkungan yang berbeda
termasuk tanah, sedimen, air tawar, sedimen laut, air laut, rawa, tanah gambut, air
panas dan lingkungan yang dingin seperti Antartika (Murrell, et al., 1998).
metanotrof ini didasarkan pada 16S rRNA yang merupakan gen terbaik untuk
I, tipe II, dan tipe X. Tipe I terdiri dari subkelas Gammaproteobacteria dan tipe II
serin (Knief, et al., 2003). Chistoserdova, et al. (2005) menyebutkan bahwa tipe X
isolat termasuk tipe I, dan sembilan isolat tipe II. Isolat tipe I bakteri metanotrof
termasuk spesies baru dalam genus Methylomonas. Pada isolat tipe I, dua isolat
memiliki kemiripan dengan Methylomonas spp, satu isolat yang diperoleh dari
Identifikasi bakteri metanotrof dan gen fungsional isolat dari tanah sawah
dan tanah gambut, menunjukkan bahwa lima isolat memiliki gen pmoA (metana
7
penting dalam metabolisme gas metana. Hasil 16S rRNA dan analisis blast
ke dalam bakteri metanotrof tipe II dan satu isolat Mesorhizobium. Semua isolat
Bogor dan Sukabumi, telah didapatkan 5 isolat bakteri metanotrof yang diketahui
memiliki oksidasi metana yang tinggi. Pada penelitian ini identifikasi molekuler
dilakukan dengan analisis sekuen gen 16S rRNA dari kelima isolat tersebut.
Isolasi dan karakterisasi bakteri metanotrof dari tanah sawah Bogor dan
penelitian telah diperoleh 40 isolat yang berhasil diisolasi dari sedimen sawah.
Tiga puluh satu isolat bertahan dan dapat dikultur dengan hasil oksidasi metana
menunjukan warna koloni yang berbeda yaitu putih (tipis/bening), putih krem,
merah muda, pink orange, kuning terang dan jingga dan kecepatan pertumbuhan
koloni tiap isolat yaitu mencapai ukuran kurang lebih 2 mm dalam waktu 3-14
Isolasi bakteri metanotrof dan deteksi gen pmoA bakteri metanotrof pada
kultur murni sebesar 49%, bahkan terdapat hasil isolat yang dapat menyerap
metana hingga 98%. Jumlah terbanyak bakteri metanotrof dengan metode Most
Probable Number (MPN) di dapat >1100 MPN/ml dan jumlah terkecil yaitu 36
MPN/ml. Jenis bakteri yang didapat yaitu Methylocystis sp. dan Methylobacter sp
(Utami, 2011).
berikut: pengambilan sampel tanah dari tanah sawah, isolasi dan seleksi bakteri
tumbuh pada medium agar tegak, medium agar miring dan medium cair. Secara
elektroforesis. Amplifikasi DNA Primer 16S rRNA dengan primer 27f dan 1492r
9
dan pmoA dengan primer A189f dan mb 661r (Costa dan Weiner, 2003;
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai dengan Oktober
Universitas Padjadjaran.