1. Sebuah badan usaha dapat dikategorikan sebuah BUMN jika modal badan
usaha seluruhnya (100%) dimiliki oleh Negara atau sebagian besar modalnya
Republik Indonesia di suatu badan usaha kurang dari 51%, tidak dapat disebut
sebagai sebuah BUMN. Negara terlibat dalam menanggung risiko untung dan
saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen)
Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
salah satu pelaku ekonomi nasional dituntut untuk dapat memenuhi permintaan pasar
melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
Prosespendirian perusahaan patungan pada dasarnya memiliki proses yang sama dengan
pendirian PT pada umumnya jika perusahaan tersebut menggunakan modal dalam negeri,
tetapi apabila modalnya berasal dari modal asing maka memiliki perbedaan dalam proses
Negara Nomor Per-03/Mbu/08/2017 Tentang Pedoman Kerja Sama Badan Usaha Milik
Negara danPeraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor Per-
04/Mbu/09/2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor Per-03/ Mbu/08/2017 Tentang Pedoman Kerja Sama Badan Usaha Milik Negara.
perundangundangan, (b) Kerjasama dilakukan untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
yang tercantum di dalam perjanjian dan tidak diperkenankan untuk melakukan kerjasama
tanpa batas waktu, kecuali untuk kerjasama dalam bentuk pendirian perusahaan patungan
(joint venturecompany), (c) Kerjasama mengutamakan sinergi antar BUMN dan antar-
anak perusahaan BUMN atau antar-perusahaan terafiliasi BUMN dan peningkatan peran
serta usaha nasional melalui penunjukan langsung, (d) Selain Organ Persero atau Organ
Perum, pihak manapun dilarang ikut campur dalam proses dan pengambilan keputusan
menjamin bebas dari tekanan, paksaan dan campur tangan dari pihak lain.
berikut :(1) Didirikan oleh dua orang atau lebih (kecuali BUMN), (2) Setiap
pendiri wajib mengambil bagian saham, (3) Modal dasar paling sedikit Rp.
50.000.000,- terdiri atas seluruh nilai nominal saham, (4) Minimal paling
sedikit 25% dari modal dasar telah ditempatkan dan disetor penuh, (5) Dalam
pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan
surat kuasa, (6) Didirikan dengan akta notaris dan dalam bahasa Indonesia.
Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain yang berkaitan
kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan menteri
saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham dan nilai
Perjanjian usaha patungan atau yang disebut joint venture agreement memiliki
Joint venture agreement merupakan perjanjian diantara para calon pemegang saham
sebuah perusahaan patungan yang akan didirikan yang bertujuan untuk menetapkan
bagaimana perusahaan tersebut dikelola, baik dari segi tujuan perusahaan, modal,
manajemen, dan hal-hal yang mungkin akan menjadi masalah dikemudian hari. Joint
venture agreement dibentuk melalui negosiasi oleh para pihak yang terdiri dari calon
pemegang saham, kreditur, teknisi atau pihak-pihak lain yang akan terlibat didalam
perusahaan patungan atau joint venture. Adapun bentuk dari perjanjian joint venture
adalah Contractual joint venture contract, bentuk perjanjian yang mengatur kerja sama
para pihak dalam bentuk kesepakatan kerja sama melalui suatu kontrak dan Incorporated
joint venture contract, bentuk perjanjian para pihak dalam membentuk suatu perusahaan
berbadan hukum bersama (patungan). Hukum yang berlaku dalam perjanjian ini adalah
tunduk pada hukum para pihak dan hukum nasional setempat. Hukum para pihak adalah
kebebasan yang dituangkan ke dalam kesepakatan para pihak. Dalam membentuk suatu
perjanjian usaha patungan, tentu memiliki dasar hukum yang digunakan sebagai aturan
dasar dalam pembuatan suatu perjanjian tersebut yang disepakati oleh para pihak. Dasar
hukum tersebut meliputi : (a) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal, (b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan (c) Undang-Undang No. 40 Tahun
Tahun 1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967
Tentang Penanaman Modal Asing serta Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri. Undang-Undang ini yang menjadi salah satu dasar
hukum pendirian perusahaan patungan di Indonesia dan menjadi sumber hukum dalam
membuat perjanjian usaha patungan. sesuai yang tercantum didalam pasal 5 dan 6
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 yang menyatakan “Penanaman modal dalam negeri
dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan
undangan.” dan ”Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas
3. Tujuan Pembentukan Usaha Patungan oleh para pihak dalam perjanjian ini
masing dan usaha patungan yang dibentuk ini merupakan Pembangunan dan
Pengoperasian Terminal Curah Cair (TCC) dengan nama Perseroan PT. Prima
pasal 6 tentang modal dan saham pada Perjanjian Usaha Patungan antara PT.
berikut :
1. PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) memiliki saham sebesar 55% atau 95.700 lembar
2. PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk memiliki saham sebesar 30% atau
52.200 lembar
3. PT. Waskita Karya (Persero) Tbk memiliki saham sebesar 15% atau 26.100 lembar
1. Diharapkan para kedua belah pihak perusahaan lebih teliti dalam membuat surat
perjanjian walaupun hanya secara formalitas saja, dengan ditambahkan pasal demi pasal
mengenai hak masing-masing perusahaannya, karena dalam surat perjanjian tidak ada
sama sekali pasal yang membahas tentang hak-hak dari masing-masing perusahaan.
2. Diharapkan untuk PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk dan PT. Waskita Karya
(Persero) Tbk apabila ingin melakukan perjanjian kerja sama dengan perusahaan lain
surat perjanjian mengenai hak dan kewajiban yang ada diluar surat perjanjiannya.
3. Diperlukan penambahan lampiran surat perjanjian mengenai hal- hal yang lebih rinci
dan spesifik untuk dicantumkan dalam surat perjanjian nantinya serta pasal-pasal