Anda di halaman 1dari 2

Pada awalnya disinilah posisi Partai Keadilan atau sekarang Partai Keadilan Sejahtera, dimana PKS

menumpukan pergerakannya pada kader, sehingga mobilitas partai sangatlah tinggi bergerak dengan aktif
dan mandiri. Namun sekali lagi partai terus berproses, sekarang penulis berasumsi bahwa PKS adalah
“Partai Kader Berbasis Massa” atau dalam kategori selanjutnya adalah partai catch-all. Namun ini sedikit
berbeda dengan PKS di Kalimantan Selatan yang lebih pas nya disebut dengan “Partai Massa Berbasis
Kader”. Hal ini dikarenakan PKS bergerak dengan kekuatan kultural/massa walaupun kader tetap ada
namun dalam tatanan top leader-nya.

a) Partai Massa. Berkembangnya jenis ini karena adanya perluasan hak pilih rakyat. Parpol ini di-
hentuk di luar parlemen (ekstraparlemen). Orientasi parpol ini adalah kepada basis pendukung,
yaitu buruh, petani dan massa lainnva. Tujuannva adalah untuk pendidikan politik dan
pemenangan pemilu. Ideologi dan organisasinva rapi. Di Indonesia tidak dapat dikatakan
sepenuhnva demikian. Sebab berbagai partai yang berbasis formal massa tertentu, seperti buruh,
petani maupun massa lainnya itu sifatnya masih slogan saja. Artinya, basis massa yang
dilembagakannya itu sebatas untuk menarik pemilih dalam pemilu semata, dan lebih dari, untuk
melakukan pendidikan politik dan sebagainya, masih sangat jauh.

Yang menarik di Indonesia justru partai-partai besar (PDIP, Golkar, PKB, PPP, PKS, PAN) justru bukan
merupakan partai massa dalam konteks ini. Mereka lebih banyak sebagai partai ideologis, yang mungkin
justru lebih masuk pada kategori partai catch-all.

b) Partai Diktaktoral. Jenis ini adalah merupakan subtipe partai massa. Ideologinya kaku dan
radikal. Pimpinan tertinggi melakukan kontrol ketat. Rekrutmen anggotanya sangat ketat, di mana
anggota parpol dituntut mengabdi secara total. Di Indonesia jenis partai ini banyak juga
ditemukan, terutama pada partai-partai baru yang berangkat dari ideologisasi yang baru pula.
Misalnya Partai Keadilan (PK) dan sekarang menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai
Rakyat Demokratik (PRD). Ikatan ideologisasi dari partai-partai ini sangatlah kuat. Di dalam
rekrutmen dan kaderisasi anggotanya pun sangat ketat dalam konteks konsistensi mereka
terhadap ideologi yang dianutnya. Namun sesungguhnya di tingkat pengambilan keputusan,
istilah “diktatoral” tampaknya kurang tepat. Hanya saja di sini lebih pada aspek konsistensi dan
ketatnya implementasi ideologi yang coba dikembangkan oleh partai-partai jenis ini.
c) Partai Catch-All. Jenis partai ini merupakan gabungan antara partai kader dan massa. Mereka
berusaha menampung kelompok sosial sebanyakbanyaknya untuk menjadi anggotanya.
Tujuannya memenangkan pemilu berkaitan dengan berkembangnya kelompok kepentingan dan
penekan, dan ideologinya tidak terlalu kaku. Seperti telah dikatakan di muka bahwa sebagian
besar partai politik di Indonesia pemenang Pemilu pada era reformasi adalah masuk dalam
kategori jenis ini. Partai-partai besar yang ada sekarang memang hidup tidak mengandalkan
ideologi, namun penguatan pada kuantitas basis massa, Meskipun demikian mereka juga
melakukan kaderisasi di internal elit pengurusnya, sehingga konsekuensinya adalah terabaikannya
proses pendidikan politik. Banyaknya jenis partai seperti ini sesungguhnya masih sedikit jauh dari
cita-cita partai modern, terutama ketika transformasi di tingkat masyarakat tidak dapat berjalan
secara efektif.

Anda mungkin juga menyukai