Anda di halaman 1dari 8

Penanganan Pasca Panen Buah serta Sayuran di Pasar

Tradisional dan Pasar Swalayan

Oleh
Novi Efriyanti

PROGRAM STUDI
AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan banyak penghasil jenis produk hortikultura beragam.
Produk hortikultura untuk buah dan sayur memiliki manfaat besar bagi manusia terutama jika
rutin dikonsumsi. Sisi lain dari produk holtikultura yaitu bersifat perisable atau mudah rusak
sehingga untuk menghambatnya harus digunakan penanganan yang baik agar mutu dan
manfaat bisa diterima oleh konsumen dengan maksimal.
Penanganan pasca panen merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghambat proses
pengrusakan (Samad 2006). Penanganan pasca panen belum dilakukan terlalu baik di
Indonesia maka dari itu adanya perbedaan penanganan di setiap pasarnya. Bila pasca panen
dilakukan dengan baik maka kerusakan yang timbul akan terhindari dan sedikit kerugian.
Kegiaatan pasca panen dilakukan mulai dari buah atau sayur dipanen, diambil, dipisahkan
dari tanaman. Berbagai cara penanganan pasca panen produk melalui pengawetan,
pendinginan dan teknologi lainnya serta harus dilakukan dengan hati-hati (Samad 2006).
Perlakuan dibedakan menurut jenis dan sifat produk sayur atau buah.

1.2 Tujuan
1. Mendapatkan perbedaan penanganan pasca panen buah atau sayur di pasar tradisional,
pasar swalayan, toko buah atau sayur.
II. METODE

2.1 Metode

Metode dilakukan dengan cara survey lansung dengan menanyakan beberapa pertanyaan
menngenai penanganan pasca panen di pasar tradisional dan di toko swalayan.

2.2 Lokasi

Lokasi survey berada di Kabupaten Tabanan. Pasar Tradisional Kerambitan dan Toko Karya
Sari.

2.3 Komoditi

Komoditi yang dipilih adalah labu siam untuk sayur dan semangka untuk buah.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. 1 Penanganan Pasca Panen Buah Semangka dan Sayur Labu Siam

Semangka merupakan salah satu komoditi buah yang digemari di Indonesia selain itu
semangka juga bisa dikonsumsi oleh siapa saja mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Labu
siam merupakan sayur yang biasa ditemui dipasar maupun swalayan karena bisa dibuat menjadi
olahan sayuran sehari-hari. Segmentasi tersebut yang mengharuskan semangka harus berkualitas.
Penanganan pasca panen holtikultura yang baik harus dilakukan mulai dari on farm sampai off
farm.

Panen semangka pada umumnya 70-100 hari setelah tanam. Kemudian dilakukan sortasi
dan grading menurut bentuknya agar mempermudah dalam penentuan distribusinya. Setelah itu
semangka diangkut kepada supplier baik di pasar tradisional, swalayan dan toko buah. Saat tiba di
pasar sebaiknya hindari sinar matahari karena panas akan mempercepat transpirasi sehingga
menurunkan mutu buah. Hal itu dapat diantisipasi dengan menutup bagian atas buah dengan
menggunakan terpal. Factor lain seperti suhu, kelembapan, sirkulasi juga harus diperhatikan
(Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah 2014).

Labu siam siap dipanen setelah berumun 3-5 bulan setelah tanam. Labu siam yang telah
dipanen dikumpulkan dan disortasi agar tidak terjadi penyusutan dan penuruan kualitas. Setiap
perlakuan pasca panen juga diusahakan untuk terhindar dari sinar matahari untuk menhindari
penguapan. Setalah itu dilakukan pembersihan dan penyimpanannya.

3.2 Penanganan Buah Semangka dan Sayur Labu Siam di Pasar Tradisional Kerambitan
Penanganan pasca panen pada komoditi semangka dan labu siam di pasar tradisional
Kerambitan dapat dikatakan belum terlalu baik karena dilakukan dengan cara sederhana. Dilihat
seperti gambar bahwa semangka diletakkan di keranjang tanpa adanya pelindung dari sinar
matahari. Semangka juga disusun secara acak atau tidak beraturan. Pada Labu siam juga sama
perlakuan penjual hanya meletakkan keranjang dan tidak melakukan pembersihan pada labu siam.
Semangka dan labu siam terletak secara terbuka dan terkena sinar matahari langsung yang berarti
mempercepat penguapan. Penjual juga tidak melakukan pemisahan pada buah yang sudah rusak.
Umur simpan dari hasil survey dikatakan tidak terlalu lama, dan kualitasnya juga tidak bisa dijaga
terlalu lama. Keterbatasan biaya juga menjadi salah satu permasalahan karena penjual juga
menjual semangka dan labu siam lebih murah deibandingkan pasar swalayan atau supermarket.

3.3 Penanganan Buah Semangka dan Sayur Labu Siam di Toko Karya Sari Tabanan

Penanganan pasca panen yang ada di Toko Karya Sari Tabanan sudah baik. Semangka disusun
secara rapih dan labu siam juga dibungkus dengan plastic sehingga mengurangi penguapan. Sayur
dan buah juga diletakkan pada ice cooler pada suhu yang rendah sehingga respirasi dari semangka
dan labu siam sedikit yang berarti terhambatnya proses pengrusakan mutu yang ada pada
semangka dan labu siam. Pada pengemasan dilakukan secara biasa. Pada semangka ada yang
masih utuh diletakkan di keranjang adapula yang sudah dipotong seperti pada gambar. Hal tersebut
dilakukan untuk mempermudah konsumen membeli dalam jumlah yang lebih sedikit. Semangka
dipotong sesuai dengan ukuran lalu ditimbang dan dibungkus dengan plastic sehingga udara yang
masuk sangat sedikit. Jika dilihat dari harga semangka dan labu siam sediikit lebih mahal
dibandingkan di Pasar Kerambitan.

3.3 Upaya yang harus dilakukan untuk memperpanjang self life.

Pada buah semangka setelah dilakukan pemanenan kemudian sebaikmya disimpan disuhu
yang rendah untuk memperpanjang umur simpannya. Kemudian pada beberapa kasus bisa dilapisi
dengan kitosan yang berguna untuk menunda penurunan berat dan meningkatkan kandungan
padatan. Selain itu sebaiknya untuk menghindari sinar matahari langsung. Pada sayuran dengan
melakukan penutupan dengan plastiik. Pembungkusan bisa menggunakan film plastic atau
trayfoam lalu divakum sehingga tidak ada udara yang masuk. Sayuran ditaruh disuhu yang rendah
akan memperpanjang mutu pada sayuran dan juga buah (Sari and Hadiyanto 2013).

Pada pasar tradisional dapat ditemukan banyak hal yang penjual lakukan belum sesuai guna
memperpanjang umur buah dan sayuran. Salah satu hal yang bisa dilakukan yaitu dengan
mensortir buah atau sayuran yang sudah busuk dan tidak menaruh di matahari langsung itu bisa
sedikit mengurangi kerugian karena tidak semua penjual bisa membeli lemari pendingin untuk
tempat penyimpanan. Jika di Toko Karya Sari sudah melakukan penanganan pasca panen dengan
baik sehingga itu juga salah satu factor yang menyebabkan harga komoditas yang dijual lebih
mahal dibandingkan di pasar tradisional.
IV. KESIMPULAN

Pasca panen harus dilakukan untuk mempertahankan kualitas komoditi pertanian, tetapi
kenyataan masih banyak yang belum melakukan penangan dengan maksimal. Pasar tradisional
merupakan salah satu penjual belum banyak melakukan pasca panen secara maksimal sehingga
secara tidak langsung kerugian lebih banyak dibandingkan jika melakukan pasca panen.
Berbalik dengan toko buah atau swalayan yang memiliki ice cooler atau pendingin penanganan
pasca panen lebih diperhatikan sehingga komoditi juga bertahan lebih lama.
V. DAFTAR PUSTAKA
VI.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah. 2014. Panduan Pascapanen Semangka. Jakarta:
Kementrian Pertanian.
Samad, M. Yusuf. 2006. "Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Komoditas
Hortikultura." Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 31-36.
Sari, D. A., and Hadiyanto. 2013. "Teknologi dan metode Penyimpanan Makanan Sebagai
Upaya Memperpanjang Shelf Life." Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 53-59.

Anda mungkin juga menyukai