Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19, No.3 September 2015, hlm.

505–513
Terakreditasi SK. No. 040/P/2014
http://jurkubank.wordpress.com

DETERMINANTS OF ECONOMIC EXPOSURE:


AN EMPIRICAL EVIDENCE FROM THE MISCELLANEOUS
COMPANIES IN INDONESIA
DETERMINAN PAPARAN EKONOMI:
BUKTI EMPIRIS DARI LAIN-LAIN
PERUSAHAAN DI INDONESIA
1 M. Shabri Abd. Majid, Zaida Rizqi Zainul, dan A. Sakir
Faculty of Economics, Syiah Kuala University, Indonesia

Abstrak
Penelitian ini secara empiris mengukur eksposur ekonomi(Eksposur ekonomi (economic
exposure) adalah variasi dalam nilai ekonomi atau nilai pasar perusahaan akibat perubahan
nilai tukar). dari 11 perusahaan miscellaneous(Sesuai namanya, sektor Aneka Industri tak
terfokus pada satu bidang, meliputi subsektor Mesin dan Alat Berat; Otomotif dan
komponennya; Tekstil dan Garmen; Alas Kaki; Kabel; Elektronika; dan Lainnya) terpilih di
Indonesia. Ini juga mencoba untuk mengeksplorasi secara empiris pengaruh ukuran
perusahaan, ekspor, likuiditas, dan leverage terhadap eksposur ekonomi perusahaan-
perusahaan tersebut. Data tahunan dari 2007 hingga 2010, yang dikumpulkan dari
www.idx.co.id dan www.bi.go.id digunakan dan dianalisis dengan regresi linier berganda
untuk mengukur eksposur ekonomi dan menguji pengaruh ukuran perusahaan, ekspor,
likuiditas, dan leverage pada eksposur ekonomi. Hipotesis parsial (uji-t) dan simultan (uji-F)
dibangun dan diuji menggunakan perangkat lunak SPSS for Windows.
Penelitian ini mendokumentasikan bahwa, kecuali likuiditas, yang memiliki pengaruh negatif
dan signifikan secara parsial terhadap eksposur ekonomi, semua variabel lain, yaitu ukuran
perusahaan, ekspor, dan leverage ditemukan memiliki pengaruh yang tidak signifikan.
Sedangkan berdasarkan uji F, penelitian menemukan bahwa ukuran perusahaan, ekspor,
likuiditas, dan leverage berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap eksposur
ekonomi perusahaan. Temuan ini menyiratkan bahwa untuk mengelola eksposur ekonomi
mereka, perusahaan harus mengendalikan variabel-variabel ini, terutama likuiditas.
Kata kunci: Eksposur Ekonomi; Ukuran Perusahaan; Rasio Ekspor; Rasio cepat; Rasio Utang
Jangka Panjang terhadap Total Aset; Perusahaan Lain-Lain; Indonesia

INTRODUCTION
Kurs dalam bisnis dirasa penting dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan
impor karena kurs menjadi alat tukar menukar barang dan jasa yang dilakukan antar
Negara. 

Sebagai contoh, jika Indonesia ingin mengimpor barang dari Tiongkok , maka
Tiongkok tidak ingin menerima bayaran dengan mata uang Indonesia, yaitu rupiah,
mereka menginginkan bayaran dalam Yuan. Di situlah kurs berperan dalam bisnis
sebagai alat tukar dan pembayaran internasional.

Kurs ini dapat mengalami dua jenis perubahan yaitu apresiasi dan
depresiasi. Apresiasi disini adalah mata uang tersebut mengalami peningkatan
dibanding mata uang lainnya, sehingga hal ini mengakibatkan ekspor menjadi lebih
mahal dan impor menjadi lebih murah. Dan sebaliknya, depresiasi terhadap mata uang
suatu Negara berarti nilai mata uang Negara tersebut mengalami penurunan dibanding
mata uang lainnya, hal ini mengakibatkan ekspor menjadi murah dan impor menjadi
mahal. 

Di era globalisasi, hampir tidak mungkin bagi perusahaan untuk mengisolasi kegiatannya dari
pasar internasional. Perusahaan yang masuk ke pasar luar negeri harus mentransaksikan
kegiatan bisnis internasionalnya dengan kelipatan mata uang asing mitra dagang sebagai alat
tukar. Mata uang Amerika Serikat, Dolar AS (USD) telah menjadi mata uang yang paling
dominan digunakan dalam transaksi bisnis internasional di seluruh dunia karena stabilitas
nilainya. Demikian pula, USD juga dominan digunakan oleh perusahaan-perusahaan di
Indonesia yang terlibat dalam kegiatan perdagangan internasional. Secara rata-rata,
penggunaan USD dalam kegiatan ekspor dan impor nonmigas di Indonesia selama periode
2007-2010 masing-masing adalah 93,37% dan 77,88% (Bank Indonesia, 2010).
Kurs ini dapat mengalami dua jenis perubahan yaitu apresiasi dan depresiasi. Jadi,
ketika USD berfluktuasi terhadap mata uang lokal Rupiah Indonesia (IDR), nilai perusahaan-
perusahaan di Indonesia akan terpengaruh sebagaimana tercermin dalam harga saham mereka,
dan pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Jika rupiah terdepresiasi, beban
bunga atas utang luar negeri yang dimiliki perusahaan harus dibayar lebih tinggi.

Fluktuasi nilai tukar mempengaruhi arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan yang
didominasi oleh mata uang domestik. Namun, fluktuasi mata uang tidak selalu buruk bagi
perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan eksportir, depresiasi IDR atau apresiasi mata uang
asing akan membuat produk dan jasa lokal menjadi lebih murah dan lebih kompetitif di pasar
luar negeri sehingga perusahaan tersebut dapat menjual lebih banyak produk dan jasa di pasar
luar negeri, dan dengan demikian mereka pendapatan meningkat. Di sisi lain, depresiasi
Rupiah menyebabkan produk dan jasa luar negeri menjadi lebih mahal, sehingga berdampak
negatif terhadap kinerja perusahaan importir. Karena investor telah mendiversifikasi
investasinya ke dalam saham di berbagai pasar saham asing, maka nilai saham mereka akan
terkena fluktuasi nilai tukar.
https://sukabumiupdate.com/posts/71621/pengaruh-turunnya-nilai-tukar-rupiah-terhadap-
sektor-industri-di-indonesia
Foreign Exchange Exposure (exposure rate)

Dalam keuangan internasional, perubahan nilai perusahaan akibat fluktuasi mata uang asing
ini disebut sebagai eksposur valuta asing (exposure rate) atau eksposur ekonomi. Eksposur
fluktuasi nilai tukar mengukur sensitivitas perubahan nilai riil aset, kewajiban, atau
pendapatan operasional yang dinyatakan dalam mata uang domestik terhadap perubahan nilai
tukar yang tidak diantisipasi (Levi, 2001: 313). Dengan kata lain, eksposur ekonomi
menandakan sejauh mana nilai sekarang dari arus kas masa depan perusahaan dipengaruhi
oleh fluktuasi nilai tukar. Singkatnya, pada dasarnya menunjukkan dampak fluktuasi nilai
tukar terhadap arus kas perusahaan yang merupakan cerminan dari nilai perusahaan (Madura:
2005: 285).

Aneka perusahaan Sesuai namanya, sektor Aneka Industri tak terfokus pada satu bidang,di
Indonesia merupakan salah satu pemain dominan dalam kegiatan perdagangan internasional.
Perusahaan-perusahaan ini (terdiri dari perusahaan otomotif dan komponennya, tekstil dan
garmen, kabel dan elektronik) telah aktif terlibat dalam kegiatan bisnis internasional, sehingga
setiap fluktuasi mata uang mitra dagang pada gilirannya akan mempengaruhi nilai perusahaan
juga. sebagai pertunjukan mereka. Oleh karena itu, studi tentang eksposur ekonomi dan
dampaknya terhadap kinerja perusahaan sangat penting karena memberikan beberapa lampu
bagi perusahaan untuk memilih instrumen manajemen risiko dengan benar untuk mengurangi
dampak eksposur ekonomi (Pantzali, 2001). Umumnya perusahaan melakukan aktivitas
lindung nilai untuk mengantisipasi risiko nilai tukar. Lindung nilai dapat mengurangi
volatilitas arus kas perusahaan karena arus kas masuk dan pengeluaran tidak akan terpengaruh
oleh fluktuasi mata uang asing (Madura, 2000: 274). Selanjutnya, untuk mengurangi dampak
fluktuasi nilai tukar mata uang asing, perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi eksposur ekonomi termasuk ukuran perusahaan (Anggraeni, 2004,
Kurniawati dan Anggraeni, 2008, Ameer, 2010, dan Lin et al. .2010), rasio ekspor, likuiditas
(Anggraeni, 2004, Kurniawati dan Anggraeni, 2008, dan Lin dkk. 2010), dan rasio total aset
(Lin dkk. 2010). Ukuran perusahaan menentukan kemampuan perusahaan untuk melakukan
aktivitas lindung nilai (Ameer, 2010), semakin besar perusahaan semakin kecil pengaruh
eksposur ekonomi terhadap kinerja perusahaan (Anggraeni, 2004). Sementara itu, rasio
ekspor yang mencerminkan derajat internasionalisasi operasi perusahaan berhubungan positif
dengan eksposur ekonomi perusahaan (Kurniawati dan Anggraeni, 2008). Demikian pula,
perusahaan dengan likuiditas yang lebih tinggi (rasio cepat) akan memiliki sedikit insentif
untuk hedging (He dan Ng, 1998), sehingga memiliki efek positif pada eksposur ekonomi
perusahaan (Kurniawati dan Anggraeni, 2008). Terakhir, rasio hutang jangka panjang
terhadap total aset mencerminkan probabilitas perusahaan dalam menghadapi biaya kesulitan
keuangan, sehingga keinginan perusahaan untuk melakukan aktivitas lindung nilai akan lebih
besar (Ameer, 2010), oleh karena itu perusahaan dengan rasio utang jangka panjang terhadap
total aset yang tinggi cenderung memiliki nilai eksposur ekonomi yang lebih rendah (Li et al.,
2011).

Studi tentang eksposur ekonomi dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan telah dilakukan
secara intensif di negara maju dan negara berkembang lainnya (Chow et al., 1997; Miller dan
Reuer, 1998; Bartov dan Bodnar, 1994; Marston, 2001; Choi dan Prasad, 1995). Dalam studi
mereka, Chow et al. (1997) menemukan bahwa eksposur nilai tukar perusahaan individu
meningkat dengan cakrawala kembali, dan besaran eksposur ekonomi kurang untuk
perusahaan yang lebih besar daripada untuk perusahaan yang lebih kecil. Mirip dengan Chow
et al. (1997), Miller dan Reuer (1998) mencatat bahwa 13 sampai 17 persen dari perusahaan
manufaktur AS terkena pergerakan nilai tukar mata uang asing.

Selanjutnya, Marston (2001) menemukan bahwa eksposur ekonomi mempengaruhi secara


signifikan struktur persaingan industri di mana perusahaan beroperasi. Choi dan Prasad, 1995)
juga menemukan yang pada akhirnyafluktuasi nilai tukar mata uang mempengaruhi nilai
perusahaan. Lebih khusus lagi, mereka mendokumentasikan bahwa sekitar enam puluh persen
perusahaan dengan eksposur risiko perubahan nilai tukar yang signifikan memperoleh
keuntungan dari depresiasi dolar. Perbedaan cross-sectional dalam sensitivitas risiko
pertukaran dikaitkan dengan variabel operasional spesifik perusahaan utama (yaitu, laba
operasi, penjualan, dan aset asing). Namun, mereka juga mengamati beberapa variasi cross-
sectional dan inter-temporal dalam koefisien risiko nilai tukar. Tidak seperti studi
sebelumnya, Bartov dan Bodnar (1994) tidak menemukan korelasi yang signifikan antara
pengembalian normal abnormal dari perusahaan yang diselidiki dengan aktivitas internasional
dan perubahan dolar.
Namun, studi serupa pada perusahaan di Indonesia masih langka dan studi ini hanya terfokus
pada sektor perbankan dan industri. Anggraeni (2004) meneliti eksposur valuta asing bank-
bank go-public di Indonesia selama periode 1999 2003 menemukan bahwa loan to deposit
ratio, return on equity dan non performing loan berpengaruh signifikan terhadap eksposur
ekonomi bank. Sementara itu, Kurniawati dan Anggraeni (2008) mengeksplorasi secara
empiris eksposur valuta asing perusahaan-perusahaan di sektor industri di Indonesia selama
periode 1992-2004 dan mendokumentasikan bahwa rasio ekspor berpengaruh positif terhadap
eksposur ekonomi perusahaan, sedangkan book-to-market memiliki pengaruh positif. efek
negatif. Meskipun semua variabel yang diselidiki (yaitu, ukuran perusahaan, rasio ekspor,
rasio cepat, dan utang terhadap ekuitas) secara simultan mempengaruhi eksposur ekonomi
perusahaan, tetapi ukuran perusahaan, rasio cepat, dan rasio utang terhadap ekuitas ditemukan
secara parsial. signifikan dalam mempengaruhi eksposur ekonomi perusahaan.

Berbeda dengan studi-studi di atas yang berfokus pada sektor perbankan dan industri, studi ini
mengukur eksposur ekonomi dari 11 perusahaan miscellaneous terpilih yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta selama periode 2007-2010. Studi ini juga mencoba untuk menyelidiki
secara empiris sejauh mana ukuran perusahaan, rasio ekspor, likuiditas (diproksikan dengan
rasio cepat) dan leverage (diproksikan dengan rasio utang jangka panjang terhadap total aset)
mempengaruhi eksposur ekonomi perusahaan. Temuan studi ini diharapkan dapat
memberikan titik terang bagi perusahaan untuk mengurangi dampak eksposur ekonomi
terhadap nilai perusahaan dengan menerapkan strategi manajemen risiko yang
tepat.KONTRIBUSI

Sisa dari penelitian ini diatur sebagai berikut. Bagian 2 menyoroti kerangka empiris dan
pendahuluan data penelitian. Bagian 3 membahas temuan empiris. Terakhir, bagian 4
merangkum temuan-temuan utama dan menarik implikasi kebijakan yang relevan.

RESEARCH METHODS
Empirical Framework
Variabel
Variabel Eksposur Ekonomi Perusahaan
Dependen
Variabel 1.
Independen
Karena tujuan dari penelitian ini adalah dua kali lipat, maka akan dilakukan dua tahap analisis
regresi berganda, yaitu: (i) untuk mengukur eksposur ekonomi berbagai perusahaan di
Indonesia; dan (ii) secara empiris mengeksplorasi pengaruh ukuran perusahaan, rasio ekspor,
likuiditas (diproksikan dengan rasio cepat) dan leverage (diproksikan dengan rasio utang
jangka panjang terhadap total aset) terhadap eksposur ekonomi perusahaan. Model regresi
pertama (Persamaan 1) dilakukan untuk mengukur eksposur ekonomi perusahaan dapat
dituliskan sebagai berikut:

Dimana Rit adalah return saham individu yang dihitung dengan 1 1  ttt it PPPR , , ERit
adalah perubahan kurs silang IDR terhadap USD yang dihitung dengan 1 1 st st st ER ER ER
ER , Rmit adalah return pasar yang dihitung dengan 1 1  it it it it it JCI JCI JCI RM , 0
adalah suku konstan, â1 dan â1 adalah koefisien eksposur ekonomi dan pasar kembali,
masing-masing, dan e adalah istilah kesalahan. Setelah mengukur koefisien eksposur ekonomi
pada Persamaan (1), kemudian pada tahap kedua, penelitian ini menyelidiki secara empiris
pengaruh ukuran perusahaan, rasio ekspor, likuiditas (diproksikan dengan rasio cepat) dan
leverage (diproksikan dengan utang jangka panjang). to total assets ratio) pada eksposur
ekonomi perusahaan dengan Model Regresi berikut (2):

Dimana ERst adalah eksposur ekonomi, SIZE adalah ukuran perusahaan, EKSPORit adalah
rasio ekspor, QRit adalah rasio cepat, LTDitu adalah hutang jangka panjang terhadap total
aset, 0 adalah istilah konstan, 1, 2 , 3 , dan 4 adalah estimasi koefisien untuk variabel
independen, dan € adalah error term. Dalam penelitian ini,
 “ERst didefinisikan sebagai tingkat sensitivitas perubahan Rupiah terhadap USD
terhadap return saham individu perusahaan, yang diukur dengan Persamaan (1).
 Sedangkan SIZE diukur dengan logaritma dari total aset yang dimiliki perusahaan;
 EKSPOR dihitung berdasarkan rasio antara total penjualan perusahaan di luar negeri
dengan total penjualan perusahaan, dan variabel ini menunjukkan tingkat
internasionalisasi perusahaan;
 QR diukur dengan Quick Ratio yang menandakan tingkat likuiditas suatu perusahaan;
 dan LR dihitung berdasarkan rasio utang jangka panjang terhadap total aset, dan rasio ini
menunjukkan tingkat peluang pertumbuhan perusahaan. Akhirnya, i dan t mengacu pada
perusahaan i untuk periode t. Sebelum Persamaan (1) dan (2) diestimasi, terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik distribusi normal, multikolinearitas, dan
heteroskedastisitas.

Data

Studi ini mengukur dan menyelidiki secara empiris eksposur ekonomi dan determinannya
terhadap perusahaan-perusahaan di sektor aneka yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta untuk
periode 2007 sampai 2010. 11 perusahaan dari sektor aneka (yaitu, PT Polichem Indonesia
Tbk, PT Astra Otoparts Tbk, PT Indo Kordsa Tbk, PT Ever Shine Tex Tbk, PT Goodyear
Indonesia, Tbk, PT Panasia Indosyntex Tbk, PT Sumi Indo Kabel Tbk, PT Indorama
Synthetics Tbk , PT. KMI Wire and Cable Tbk, PT. Supreme Cable Manufac turing Tbk, dan
PT. Voksel Electric Tbk) dipilih berdasarkan ketersediaan data dan keterlibatan mereka dalam
kegiatan perdagangan internasional. Data sekunder yang terdiri dari indeks harga saham
individual harian, indeks pasar (IHSG), dan nilai tukar (kurs silang IDR terhadap USD)
digunakan dalam penelitian untuk mengukur eksposur ekonomi perusahaan. Data tersebut
diperoleh dari website Bursa Efek Jakarta (http://www.idx.co.id) dan website Bank Indonesia
(http://www.bi.go.id). Sementara itu, data tahunan ukuran perusahaan (“ERst), rasio ekspor
(EXPORTit), quick ration (QRit), dan hutang jangka panjang terhadap total aset (LTDit)
digunakan untuk mengeksplorasi pengaruhnya terhadap eksposur ekonomi. Data ini
dikumpulkan dari laporan keuangan perusahaan.

FINDINGS AND DISCUSSION


Sebelum membahas temuan utama makalah dan implikasinya, studi ini menyajikan terlebih
dahulu statistik deskriptif variabel pada Tabel 1 dan koefisien korelasinya pada Tabel 2. Tabel
1 menunjukkan bahwa nilai paparan ekonomi terendah adalah -5.801, sedangkan nilai
tertinggi adalah 2,830 dengan rata-rata -0,102 dan standar deviasi 1,270. Temuan ini
menunjukkan bahwa arus kas perusahaan lain-lain sangat dipengaruhi oleh perubahan mata
uang asing pada tingkat yang berbeda. Perusahaan-perusahaan tersebut dipengaruhi secara
positif dan negatif oleh perubahan mata uang asing, yang ditunjukkan oleh nilai positif dan
nagatif dari eksposur ekonomi. Nilai SIZE terendah dan tertinggi berturut-turut adalah 11,691
dan 12,825, sedangkan nilai rata-rata dan standar deviasinya adalah 12,126 dan 0,351. Angka-
angka ini menunjukkan bahwa, meskipun berbagai perusahaan yang diselidiki dalam
penelitian ini memiliki ukuran yang berbeda, tetapi ukurannya hampir sama yang ditunjukkan
oleh nilai standar deviasi SIZE yang lebih kecil. EKSPOR memiliki nilai terendah dan
tertinggi 0,035 dan 0,971, dengan nilai rata-rata 0,387 dan standar deviasi 0,252. Angka-
angka ini menandakan bahwa ekspor berbagai perusahaan berbeda satu sama lain. Namun,
jumlah ekspor mereka hampir sama. QR memiliki nilai terendah 0,276, nilai tertinggi 5,194,
nilai rata-rata 1,239 dan standar deviasi 1,036. Terakhir, nilai terendah dan tertinggi untuk
LTD masing-masing adalah 0,003 dan 0,516, dan variabel ini memiliki nilai rata-rata 0,132
dan standar deviasi 0,131. Kecuali eksposur ekonomi, semua variabel lainnya mencatat nilai
positif.

temuan ini menunjukkan bahwa, meskipun perusahaan lain-lain yang diselidiki dalam
penelitian ini memiliki tingkat likuiditas dan leverage yang berbeda, tetapi tingkat likuiditas
dan leverage mereka hampir sama seperti yang ditunjukkan oleh nilai standar deviasi QR dan
LTD yang lebih kecil.

Tabel 2 menunjukkan korelasi variabel yaitu studi eksposur ekonomi, SIZE (Firm Size),
EKSPOR (Export Ratio), QR (Quick Ratio) dan LTD (Long Term Debt to Total Assets Ratio)
di berbagai perusahaan industri terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian
dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.

Terkait eksposur ekonomi, hanya dua variabel independen yaitu EKSPOR dan QR yang
memiliki korelasi negatif signifikan lemah dengan eksposur ekonomi dengan koefisien
korelasi masing-masing sebesar -0,312 dan -0,451. Temuan ini menyiratkan bahwa, meskipun
ada korelasi yang lemah antara variabel EKSPOR dan QR, tetapi penelitian tidak menemukan
korelasi antara variabel lainnya. Selain itu, secara keseluruhan koefisien korelasi relatif kecil,
sehingga hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
bebas dari masalah multikolinearitas (Lihat Tabel 2). Asumsi klasik lainnya tentang
normalitas dan heteroskedastisitas diuji, dan studi ini menemukan bahwa variabel memenuhi
asumsi tersebut. Ini menyiratkan bahwa variabel yang diselidiki dalam penelitian ini dapat
digunakan untuk analisis mendalam lebih lanjut untuk mendapatkan temuan yang kuat.

Measuring Economic Exposure


Hasil eksposur ekonomi yang diestimasi dengan Persamaan (1) dilaporkan pada Tabel 3
sebagai berikut. Berdasarkan Tabel 3, secara rata-rata, penelitian menemukan bahwa kecuali
tahun 2008, semua nilai eksposur ekonomi negatif. Rata-rata nilai eksposur ekonomi tahun
2007, 2008, 2009 dan 2010 masing-masing adalah -0,647, 0,056, -0,186 dan -0,463. Secara
keseluruhan, nilai rata-rata eksposur ekonomi selama periode penelitian adalah -0,310. PT.
Indorama Synthetics Tbk mencatat nilai eksposur ekonomi terendah (-2,778), sedangkan PT.
Voksel Electric Tbk mencatatkan rekor tertinggi dengan nilai 0,814. Temuan ini
menunjukkan bahwa selama periode 2007 hingga 2010, perusahaan yang paling tidak
terpengaruh oleh depresiasi Rupiah terhadap USD adalah PT. Indorama Syn thetics Tbk, dan
PT. Voksel Electric Tbk memperoleh keuntungan selama depresiasi mata uang nasional, Rp.
Dari 11 perusahaan, hanya 5 perusahaan yang mencatatkan nilai positif dari eksposur
ekonominya, yang berarti terbantu oleh depresiasi rupiah. Sementara itu, sebagian besar
perusahaan lain, nilainya terpengaruh negatif oleh pelemahan Rupiah.
Analysis of the Determinants of Economic
Exposure
Temuan pengaruh variabel independen (Ukuran Perusahaan, Rasio Ekspor, Rasio Cepat dan
Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Total Aktiva) terhadap eksposur ekonomi perusahaan
pada sektor aneka di Indonesia selama 2007-2010 yang diperkirakan berdasarkan Persamaan
(2) dilaporkan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 4, Persamaan regresi
berganda (2) dapat ditulis kembali sebagai berikut:

Berdasarkan Tabel 4, penelitian menemukan bahwa hanya likuiditas perusahaan (diproksikan


dengan Quick Ratio, QR) dan EKSPOR yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
nilai eksposur ekonomi perusahaan pada level 1% dan 5%. signifikansi, masing-masing.
Sementara itu, variabel lain ditemukan tidak signifikan dalam memprediksi eksposur ekonomi
berbagai perusahaan di Indonesia selama periode penelitian.

Likuiditas perusahaan (QR) ditemukan memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap
eksposur ekonomi pada tingkat signifikansi 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun
perusahaan meningkatkan tingkat likuiditasnya, tetapi perusahaan tetap mempertahankan dan
tidak mengurangi insentif mereka untuk aktivitas lindung nilai. Temuan ini selaras dengan
hasil penelitian Li et al. (2010).
Temuan yang tidak signifikan tentang pengaruh ukuran terhadap eksposur ekonomi serupa
dengan temuan penelitian Anggraeni (2004), dan Anggraeni Kurniawati (2008) dan Li et al.
(2010). Menurut Li dkk. (2010), perusahaan besar memiliki tingkat akses yang lebih tinggi
untuk melakukan lindung nilai terhadap aktivitas perdagangan bisnis internasionalnya
daripada perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar lebih sedikit terkena fluktuasi mata
uang dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dalam praktiknya, beberapa perusahaan kecil
telah aktif terlibat dalam lindung nilai transaksi internasional mereka untuk mengurangi
tingkat risiko kebangkrutan bank akibat fluktuasi nilai tukar. Jadi untuk ukuran dan
hubungannya dengan eksposur ekonomi, variabel ini mungkin memiliki pengaruh positif,
negatif yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Sedangkan untuk variabel EKSPOR (Export Ratio), penelitian ini menemukan pengaruh yang
signifikan dan negatif terhadap eksposur ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi derajat internasionalisasi perusahaan, maka perusahaan akan semakin mengintensifkan
aktivitas lindung nilai untuk melindungi nilai perusahaan yang memburuk akibat fluktuasi
nilai tukar akibat keterlibatannya dalam transaksi bisnis internasional. Temuan ini senada
dengan penelitian Kurniawati dan Anggraeni (2008).

Terakhir, untuk variabel long term debt to to tal assets ratio (LTD), penelitian ini menemukan
pengaruh yang tidak signifikan terhadap eksposur ekonomi. Fakta ini menandakan bahwa
tingkat kesulitan keuangan yang signifikan tidak mempengaruhi eksposur ekonomi
perusahaan di masa depan. Ini berarti bahwa kenaikan dan penurunan yang signifikan dari
LTD tidak mempengaruhi eksposur ekonomi perusahaan, temuan serupa dengan penelitian Li
et al (2010).

Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan bahwa semua variabel independen secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap eksposur ekonomi perusahaan, yang ditunjukkan
oleh nilai F signifikan setidaknya pada tingkat 5%. Seperti yang ditunjukkan oleh koefisien
determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,195, kemampuan variabel independen untuk
menjelaskan variasi tingkat eksposur ekonomi hanya 19,5%. Ini menyiratkan bahwa ada
banyak faktor potensial lain yang harus dimasukkan dalam analisis ketika memprediksi
eksposur ekonomi perusahaan.

Ketika SIZE meningkat dan perusahaan semakin besar, perusahaan perlu meningkatkan
tingkat likuiditasnya yang ditunjukkan dengan peningkatan QR, dan diikuti oleh peningkatan
internasionalisasi (EKSPOR) sehingga perusahaan juga perlu meningkatkan arus kasnya
karena peningkatan LTD perusahaan. Pada saat ini, kemungkinan perusahaan untuk terkena
risiko beban utang yang lebih tinggi akan meningkat karena fluktuasi nilai tukar mata uang
asing, dan kemudian perusahaan cenderung untuk mengintensifkan kegiatan lindung nilai
mereka secara keseluruhan. Ini menjelaskan efek signifikan dan simultan dari SIZE, QR,
EXPORT, dan LTD pada eksposur ekonomi.

CONCLUSION
Penelitian ini secara empiris mengukur eksposur ekonomi dari 11 perusahaan aneka pilihan di
Indonesia. Penelitian ini juga mencoba untuk mengeksplorasi secara empiris pengaruh ukuran
perusahaan (SIZE) ekspor (EKSPOR), likuiditas (QR), dan leverage (LTD) terhadap eksposur
ekonomi perusahaan-perusahaan tersebut selama periode 2007-2010. Karena tujuan dari
penelitian ini ada dua, maka dua tahap analisis regresi berganda masing-masing dilakukan
untuk: (i) mengukur eksposur ekonomi dari berbagai perusahaan di Indonesia; dan (ii) secara
empiris mengeksplorasi pengaruh ukuran perusahaan, rasio ekspor, likuiditas (diproksikan
dengan rasio cepat) dan usia tuas (diproksikan dengan rasio utang jangka panjang terhadap
total aset) terhadap eksposur ekonomi perusahaan-perusahaan. Hasil penelitian menemukan
bahwa nilai paparan ekonomi selama periode penelitian bervariasi antar perusahaan dengan
rata-rata -0,320. Kecuali untuk tahun 2008, semua nilai eksposur ekonomi negatif. Rata-rata
nilai eksposur ekonomi tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 masing-masing adalah -0,647,
0,056, -0,186 dan -0,463. Temuan ini menunjukkan bahwa selama periode 2007 hingga 2010,
perusahaan yang paling tidak terpengaruh oleh depresiasi Rupiah terhadap USD adalah PT.
Indorama Synthetics Tbk, dan PT. Voksel Electric Tbk memperoleh keuntungan selama
depresiasi mata uang nasional, Rp. Dari 11 perusahaan, hanya 5 perusahaan yang mencatat
nilai positif dari eksposur ekonominya, yang berarti terbantu oleh depresiasi Rupiah.
Sementara sebagian besar perusahaan lain, nilainya terpengaruh secara negatif oleh
pelemahan Rupiah.

Sedangkan untuk pengaruh variabel independen terhadap eksposur ekonomi, penelitian ini
mendokumentasikan bahwa hanya likuiditas perusahaan (diproksikan dengan Quick Ratio,
QR) dan EKSPOR yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai ekonomi
perusahaan. Sedangkan variabel lainnya ditemukan tidak signifikan dalam memprediksi
eksposur ekonomi berbagai perusahaan di Indonesia selama periode penelitian. Hal ini
menyiratkan bahwa untuk memprediksi eksposur ekonomi, perusahaan harus
memperhitungkan likuiditas dan tingkat internasionalisasi perusahaan (rasio ekspor).
Informasi ini akan membantu perusahaan untuk mengelola risiko fluktuasi mata uang asing
dengan melindungi aktivitas bisnis internasional mereka.

Untuk meningkatkan dan memberikan wawasan baru tentang masalah penelitian ini,
disarankan untuk penelitian lebih lanjut yang menyelidiki eksposur ekonomi perusahaan di
Indonesia harus memasukkan faktor-faktor potensial lain yang mempengaruhi eksposur
ekonomi baik karakteristik perusahaan maupun variabel makroekonomi, dan mencakup
perusahaan-perusahaan di lebih banyak sektor ekonomi di negara ini. Penelitian lebih lanjut
juga disarankan untuk membandingkan eksposur ekonomi perusahaan di seluruh negara
dengan tingkat kegiatan ekonomi yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai