Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 6 :

1. Vidya Ananda (20190320062)


2. Fatonah Itheng Lestari (20190320100)
3. Akbar nuzul n (20190320095)
4. Ervina Kusuma Wardani (20190320017)
5. Anindita Paramastri (20190320015)
6. Muhammad Rofiq Nurhidayat (20190320029)
7. Raden Roro Nadya El Queena N H (20190320081)
8. Erin Nur Sa’ban (20190320089)

LEMBAR KERJA 1

PENILAIAN SITUATONAL

1. Diskusi dalam kelompok


2. Waktu 30 menit
3. Setelah berdiskusi, masing-masing kelompok akan menyajikan tentang hasil
penilaiannya.
Pertanyaan terpandu:
1. Produk tembakau apa yang paling sering dikonsumsi? Rokok
2. Siapa yang merokok? Remaja
3. Siapa yang paling menderita? Apa beban tembakau terhadap kesehatan?
Asap rokok/tembakau mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, 43
diantaranya bersifat karsinogen. Tidak ada kadar paparan minimal dalam asap
rokok/tembakau yang “aman”. Berdasarkan WHO, tembakau merupakan
penyebab terbesar kematian oleh penyakit-yang-dapat-dicegah. Bahaya
penggunaan tembakau mencakup penyakit yang terkait dengan jantung dan paru-
paru seperti serangan jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, emfisema,
dan kanker (terutama kanker paru-paru, kanker laring, dan kanker pankreas).
Penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan juga dapat diakibatkan dari
pengunaan tembakau. Perokok pasif meski tidak merokok, dapat mengalami
kanker paruparu. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab kematian utama
di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) rokok
adalah pembunuh yang akrab di tengah-tengah masyarakat.
4. Faktor apa yang mendorong penggunaan tembakau di masyarakat?
Penyebab para remaja menggunakan rokok ada banyak faktor sebagai contoh
faktor keluarga, lingkungan, pergaulan. faktor keluarga sebagai contoh akibat dari
meniru orang tua, pelarian dari masalah dalam keluarga. Kemudian faktor
pergaulan yaitu iku-ikutan teman, merasa tidak hebat kalau tidak merokok, dan
lain-lain. Faktor lingkungan juga menyebabkan remaja terpengaruh untuk
merokok sebagai contoh rasa ingin mencoba rokok karena melihat lingkungannya
banyak prang yang menggunakan rokok.
5. Intervensi pengendalian tembakau apa yang belum ada di negara Anda?
Dosen marketing The Business School, Edinburg Napier University, London, ini
mengatakan upaya kontrol rokok di Indonesia tidaklah mudah dan menghadapi
berbagai tantangan. Tidak seperti di sejumlah negara maju yang telah berhasil
mengendalikan rokok secara efektif, Indonesia masih saja kesulitan mengontrol
distribusi rokok di dalam negeri.
Misalnya, Australia telah berhasil menjalankan kebijakan kemasan rokok polos
dalam pengendalian dampak konsumsi rokok. Pemerintah Australia berhasil
memaksa produsen rokok untuk menghilangkan seluruh bagian penting produk
rokok seperti merek dagang, warna kemasan rokok, dan lainnya yang menjadi
identitas sebuah produk rokok.
Sementara, kata dia, pemerintah Indonesia belum mampu menjalankan kebijakan
serupa. Bahkan, sampai saat ini Indonesia pun belum menandatangani dan
meratifikasi konvensi kerangka kerja pengendalian tembakau (FCTC). Indonesia
merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia yang belum tergabung dalam
keanggotaan FCTC.
Kenyataan bahwa industri rokok masih menjadi salah satu industri penghasil
pendapatan terbesar negara masih menjadi pertimbangan untuk membatasi
industri rokok ini. Disamping itu, industri ini mampu menyerap jutaan tenaga
kerja dalam rantai proses produksinya hingga pemasarannya.
6. Apa tantangan dan kemungkinan dampak industri tembakau terhadap penggunaan
tembakau dan pengendalian tembakau?
Industri tembakau juga telah memberikan “kesempatan kerja”, baik tenaga kerja
yang terserap di Industri rokok langsung, maupun tenaga kerja ikutan di sektor
perdagangan rokok, pengecer dan nonformal lainnya (retail). Selain itu juga
menghidupi petani tembakau dan petani cengkeh di berbagai daerah yang
jumlahnya jutaan. Data Kementerian Perindustrian pada tahun 2009 menyebutkan
industri tembakau mampu menyerap tenaga kerja hingga 6,1 juta orang. Dengan
rincian sekitar 2 juta petani tembakau dan sekitar 1,5 juta petani cengkeh, 2 juta
pengusaha retail, dan 600 ribuan pekerja/karyawan industri tembakau. Kontribusi
industri tembakau bagi “penerimaan negara” dan “pendapatan masyarakat”
memang tidak perlu diragukan. Bahkan data tersebut diatas membuktikan betapa
penerimaan negara dari cukai tembakau, terus mengalami kenaikan yang sangat
berarti. Namun pada aspek yang lain, rokok terbukti telah memberikan dampak
yang buruk bagi “kesehatan masyarakat”. Hal ini lebih lagi pengaruh rokok bagi
generasi muda sebagai perokok baru, yang kemungkinannya terus bertambah
apabila dibiarkan tidak dilakukan pengendalian tembakau.

Jawablah pertanyaan berikut following

Tidak Pertanyaan Penilaian Menjawab


Situasional
1 Apa situasi saat ini? Jelaskan Data (Prevalensi, Morbiditas, Mortalitas)
besarnya masalah dan Prevalensi
bagaimana hal itu berubah dari Dwi Suharyanta, Dwi Widiyaningsih, Sugiono
waktu ke waktu. Sugiono
Jurnal Yayasan Manajemen Kesehatan RS.
Soetomo 4 (1), 8-13, 2018

Menurut World Health Organization (WHO)


Indonesia adalah negara terbesar
dari tiga pengguna rokok, di bawah China dan
India.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018, prevalensi perokok di atas usia
15 tahun mencapai 33,8 persen dan penduduk usia
10-18 tahun meningkat dari 7,2 persen di tahun
2013 menjadi 9,1 persen di tahun 2018.
Ironisnya, konsumsi rokok di Indonesia, presentase
tertinggi dilakukan oleh kelompok pendapatan
rendah, seperti nelayan yang mencapai 70,4 persen
dan petani atau buruh sebanyak 46,2 persen.

Morbiditas
Indonesia berdasarkan faktor risiko penyebab
kematian antara lain tekanan darah tinggi 28
persen, merokok 17,3 persen, pola makan tidak
sehat 16,4 persen, gula darah tinggi 15,2 persen,
obesitas 10,9 persen, dan kurang aktivitas fisik 1,4
persen.

Kematian
World Health Organization (WHO) melaporkan
angka kematian akibat rokok mencapai 30% atau
setara dengan 17,3 juta orang. Angka kematian
diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2030,
sebanyak 23,3 juta orang. Aktivitas merokok
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, yang
dialami banyak orang di sejumlah negara
berpenghasilan rendah. Di Indonesia, penyakit
kardiovaskular mencapai 80% dan merupakan
penyakit mematikan dengan peringkat tertinggi.

Pada tahun 2015, WHO merilis penelitian bahwa


lebih dari 3,9 juta anak usia 10 hingga 14 tahun
adalah perokok aktif. Sementara itu, aktivitas
merokok pertama kali dilakukan oleh 239.000 anak
di bawah usia 10 tahun. Sisanya, 40 juta anak di
bawah usia 5 tahun menjadi perokok pasif.

Kebijakan :
1. Menetapkan Peraturan Daerah tentang Kawasan
Tanpa Rokok (KTR)
- Sebagai payung hukum untuk melindungi mereka
yang tidak merokok
- Amanah UU No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, pasal 115 (ayat 2): pemerintah daerah
berkewajiban untuk menetapkan kawasan tanpa
rokok.
- Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, pasal
52: Pemerintah Daerah Wajib menetapkan
Kawasan Tanpa Rokok di Wilayahnya dengan
Peraturan Daerah
- Kawasan Tanpa Rokok antara lain : (1) Fasiitas
Pelayanan Kesehatan; (2) Tempat Proses Belajar
Mengajar; (3) Tempat Anak Bermain; (4) Tempat
Ibadah; (5) Angkutan Umum; (6) Tempat Kerja;
dan (7) Tempat Umum dan Tempat Lain yang
Ditetapkan.

2. Pelarangan iklan dan promosi


- Amanah UU No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pasal 59 dan pasal 67:
Pemerintah dan lembaga negara lainnya
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
memberikan perlindungan khusus kepada anak
yang menjadi korban penyalahgunaan zat adiktif.
- Berbagai penelitian menunjukkan bahwa iklan,
promosi, dan sponsor Rokok menimbulkan
keinginan anak-anak untuk mulai merokok,
mendorong anak-anak perokok untuk terus
merokok dan mendorong anak-anak yang telah
berhenti merokok untuk kembali merokok.
- Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
seharusnya melarang seluruh iklan rokok di media
masa, termasuk iklan media luar ruang dan radio.
- Pelarangan juga harus dilakukan terhadap
promosi dalam berbagai bentuk lainnya seperti
pemberian diskon, hadiah, dan peningkatan citra
dengan menggunakan merek atau nama perusahaan
rokok.
- Sponsorship perusahaan rokok dalam bentuk
beasiswa, bantuan untuk pendidikan, lingkungan
hidup, serta peristiwa seni budaya dan olahraga
harus dilarang.
- Pelarangan iklan dan promosi adalah bentuk
pencegahan terhadap perkembangan penyakit dan
beban keuangan.
- Kehilangan pendapatan dari pajak reklame rokok
dapat digantikan dengan pemasukan pajak reklame
dari produk lain yang tidak terkait dengan rokok.
- Pendapatan dari pajak reklame produk rokok
sangat kecil yaitu hanya sebesar 0,12%-1,01% dari
total Pendapatan Asli Daerah.

3. Mendorong pemerintah pusat dan Kementrian


- Kesehatan untuk segera menandatangani
Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau
(Framework Convention on Tobacco Control -
FCTC).
- Epidemi tembakau merupakan masalah global
sehingga perlu ditangani secara bersama oleh
masyarakat dunia secara serentak.
Indonesia belum menjadi bagian FCTC sementara
176 negara (mewakili 88% populasi dunia) telah
menjadi bagian dari FCTC.
- Apabila Indonesia tidak segera meratifikasi
FCTC, maka epidemi tembakau dunia akan
terkonsentrasi di Indonesia dan hal ini akan
membawa bangsa Indonesia kepada kehancuran
karena beban ekonomi yang tinggi dari produk
tembakau dan berbagai penyakit yang
ditimbulkannya.
- Kerangka FCTC tersebut meliputi:11 (1)
Peningkatan pajak cukai tembakau; (2) Pelarangan
iklan rokok; (3) Penerapan kawasan tanpa rokok
yang komprehensif; (4) Peringatan kesehatan
bergambar pada bungkus rokok; (5) Membantu
orang yang ingin berhenti merokok; (6) Pendidikan
masyarakat.
2 Apa yang membuat situasi Akibat buruk kebiasaan merokok bagi kesehatan
menjadi lebih baik atau lebih telah banyak di bahas. Hasil penelitian di Inggris
buruk? menunjukkan bahwa kurang lebih 50% para
perokok yang merokok sejak remaja akan
meningggal akibat penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan kebiasaan merokok.
Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan
dengan kurang lebih 25 jenis penyakit dari
berbagai organ tubuh manusia. Penyakit tersebut,
antara lain: kanker mulut, esophagus, faring, laring,
paru, pancreas, kandung kemih, dan penyakit
pembuluh darah. Hal itu dipengaruhi pula oleh
kebiasaan meminum alkohol serta factor lain.
(Aditama, 1995). Merokok merupakan penyebab
87% kematian akibat kanker paru. Pada wanita,
kanker paru melampaui kanker payudara yang
merupakan penyebab utama kematian akibat
kanker. Hal ini disebabkan karena dalam tiga
decade terakhir ini, jumlah wanita yang merokok
semakin bertambah banyak. Merokok saat ini juga
dianggap menjadi penyebab dari kegagalan
kehamilan, meningkatnya kematian bayi, dan
penyakit lambung kronis. Merokok dapat
mengganggu kerja paru-paru yang normal karena
hemoglobin lebih mudah membawa karbon
dioksida membentuk karboksihemoglobin daripada
membawa oksigen. Orang yang banyak merokok
(perokok aktif) dan orang yang banyak mengisap
asap rokok (perokok pasif), dapat berakibat paru-
parunya lebih banyak mengandung karbon
monoksida dibandingkan oksigen sehingga kadar
oksigen dalam darah kurang lebih 15% daripada
kadar oksigen normal.

Situasi lebih buruk :


Variasi produk dan harga rokok diIndonesia telah
menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
produsen sekaligus konsumen rokok terbesar di
dunia.
Ada banyak alasan yang melatarbelakangi para
perokok dalam mengkonsumsi rokok. Secara
umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku
merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan
individu. Artinya, perilaku merokok selain
disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga
disebabkan faktor lingkungan dan alasan lain
adalah perokok ingin mendapat pengakuan
(anticipatory beliefs) untuk menghilangkan
kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap
perbuatannya tersebut tidak melanggar norma
(permission beliefs/positive) (Joemana, 2004).
Teen Drug Abuse melakukan sebuah penelitian
bahwa godaan merokok sudah hadir sejak
seseorang masih muda. Tekanan dari teman-teman
adalah salah satu penyebab utama. Di Kanada, 70
persen anak-anak yang merokok mengaku
terpengaruh oleh teman-teman mereka yang sudah
merokok lebih dulu. Anak-anak muda itu merasa
mendapat "penghargaan sosial" ketika mereka
merokok Beberapa studi menghubungkan
kecanduan, termasuk kecanduan nikotin, dengan
genetika.Tetapi, hal ini masih harus didukung oleh
faktor lain, seperti lingkungan, sosial,dan
kesehatan.
ejournal stiedewantara. PEMIKIRAN
IRASIONAL PARA PEROKOK. EKSIS Vol XI
No 2, 2016
3 Jelaskan persepsi publik saat Jurnal "Persepsi Bahaya Merokok Terhadap
ini tentang masalah ini? Kesehatan Oleh Rahmadi dan Umar Tahun 2018"

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa


persepsi siswa tentang bahaya merokok
terhadap kesehatandi SMP Negeri 2 Kinali
Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat,
secara keseluruhan adalah cukup, yaitu sebesar
59,21%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
persepsi siswa tentang bahaya merokok terhadap
kesehatan secara keseluruhan adalah cukup.
Mencantumkan peringatan bahaya merokok pada
setiap bungkus rokok dianggap perlu untuk
memberi kesempatan pada calon pembeli agar
menimbang-nimbang, apakah ia akan membeli
barang yang jelas berbahaya bagi dirinya. Tulisan
peringatan itu bervariasi dari yang paling
sederhana, yang hanya menuliskan “merokok
berbahaya bagi kesehatan” sampai ke tulisan yang
lebih rinci “merokok dapat menyebabkan kanker
paru, bronkitis kronik, penyakit jantung koroner
dan gangguan pada janin dalam kandungan”.
4 Apa masalah atau isu spesifik Penyakit kecanduan merokok kini telah menjadi
yang perlu Anda fokuskan? tantangan penggiat pelayanan kesehatan, terutama
layanan promosi kesehatan. Promosi kesehatan
merupakan proses untuk mendorong orang
meningkatkan kendali dan meningkatkan keadaan
kesehatannya. Prinsip pertama, pelibatan seluruh
populasi dalam konteks kehidupan mereka sehari-
hari dan mendorong mereka untuk bertanggung
jawab terhadap kesehatan. Kedua, mengatasi
penentu kesehatan dengan pendekatan ke hulu
yang berarti usaha bekerja sama dengan berbagai
sektor pada setiap tingkatan, dari lokal ke nasional.
Ketiga, menggunakan pendekatan, metode yang
bervariasi, komplementer dari intervensi legislasi
dan fiskal, perubahan organisasi dan
pengembangan komunitas melalui pendidikan dan
komunikasi yang dalam perkembangan
multiintervensi ini menjadi socioecological model.
Keempat, partisipasi publik efektif, yang
membutuhkan pengembangan individu dan
kapasitas komunitas, serta. Dan prinsip kelima,
peran dari profesi kesehatan dalam pendidikan dan
advokasi untuk kesehatan.

Penggunaan tembakau khususnya rokok berakibat


merusak, dilihat dari aspek kesehatan, ekonomi dan
sosial, dari perspektif perorangan ataupun
masyarakat. Atas dasar inilah maka upaya
pengamanan, penendalian dan pencegahan perlu
dilakukan oleh negara. Selain pendidikan kepada
masyarakat, maka salah satu bentuk pengamanan
yang sangat penting adalah adanya regulasi yang
dapat dijadikan dasar oleh berbagai pihak yang
bersangkutan untuk melaksanakan pengamanan
tersebut. regulasi pengendalian masalah merokok
di Indonesia, yang berlaku saat ini,
perkembangannya sejak awal sampai dengan
sekarang, dan bagaimana keadaan regulasi di
Indonesia dibandingkan dengan keadaan
internasional, dengan memakai acuan regulasi yang
telah disepakati oleh komunitas Internasional, yaitu
Framework Convention on Tobacco Control.
Berikut beberapa upaya pencegahan yang bisa
dilakukan:
-Hindari berkumpul dengan teman – teman yang
sedang merokok
-Yakinlah bahwa rokok bukan satu – satunya
sarana pergaulan
-Jangan malu mengatakan bahwa diri kita bukan
perokok
-Hindari sesuatu yang terkait dengan rokok
( sponsor, iklan, poster, rokok gratis )
-Lakukan hal – hal positif lainnya seperti: olahraga,
membaca atau hobi lain yang menyehatkan
(Kemenkes RI, 2008)
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol. 2, No. 4, Februari 2008
LEMBAR KERJA 2

ANALISIS AKAR PENYEBAB, MENENTUKAN TUJUAN DAN PEMETAAN


AUDIENSI

Pernyataan tujuan:

Tujuan dilakukannya pengkajian terlebih dahulu yaitu untuk meningkatkan persepsi dan
pengetahuan remaja terhadap bahaya merokok, meningkatkan pemahaman remaja akan
penting nya hidup sehat tanpa rokok, dan pentingnya promosi kesehatan guna menyadarkan
bahaya merokok.

Pernyataan objektif:

Diharapkan prevalensi merokok remaja yang awalnya 33,8 % dalam kurun waktu 2 tahun bisa
menurun 5 %, pemahaman dan pengetahuan akan bahaya merokok bagi remaja bisa di pahami
oleh audience dengan tingkat pemahaman tinggi, dan sekaligus mampu di aplikasikan dalam
kehidupan sehari - hari, juga dapat meningkatkan pemahaman remaja akan pentingnya hidup
sehat sekitar 80 %

Pemetaan audiens (siapa audiens yang Anda pilih?) Target audiens : Remaja 15-19 tahun

- Sekutu : Remaja umur 15-19 tahun

- Netral : Remaja <15 tahun, keluarga, masyarakat yang tidak merokok

- Lawan : Penjual rokok

Ketertarikan pada masalah

Menentang masalah Sangat tertarik


dan mendukung
LEMBAR KERJA 3

PILIH STRATEGI DAN KEGIATAN BRAINSTORM

Siapa audiens pemangku Remaja 15-19 tahun


kepentingan utama Anda?

Apa yang Anda ingin Dengan dilakukannya promosi kesehatan diharapkan remaja
dia/mereka lakukan? awal bisa mengetahui bahaya dan dampak mengkonsumsi
rokok sehingga mereka tidak akan/berhenti mengkonsumsi
rokok dan memulai gaya hidup sehat dengan cara :

1. Niat berhenti merokok secara perlahan


2. Mengkonsumsi buah-buahan
3. Mengkonsumsi makanan bergizi
4. Berolahraga
5. Menghindari berkumpul dengan teman yang merokok

Apa yang akan Keinginan mereka untuk merubah pola hidup sehat dan sadar
menggerakkan mereka akan pentingnya kesehatan diri sendiri dan orang sekitar.
untuk bertindak dan Karena dengan berhenti merokok menjadi salah satu untuk
melakukan apa yang Anda memperbaiki kualitas hidup dan merokok dapat
inginkan? Identifikasi mendatangkan banyak penyakit dan masalah kesehatan serius.
manfaat dan pesan utama
untuk audiens Anda.

Bagaimana Anda bisa Karena target audiens adalah remaja, kita menggunakan
menjangkau mereka? media komunikasi digital yaitu membuat sebuah video
Saluran komunikasi apa edukasi dan memanfaatkan media social seperti youtube dan
yang dapat Anda Instagram mengenai bahaya merokok dan pentingnya menjaga
gunakan? kesehatan, dan kita dapat menggunakan seseorang yang sudah
terkena "dampak" dari mengkonsumsi rokok untuk
menceritakan pengalamannya dengan tujuan agar para
audience tertarik dan mampu menyerap informasi yang
disampaikan dengan baik.
Bagaimana Anda akan Kita lihat dari perubahan perilaku hidup sehat dan mengurangi
tahu jika pesan advokasi kebiasaan merokok atau belum.
Anda kepada audiens yang
Anda pilih telah berhasil?

Anda mungkin juga menyukai