Anda di halaman 1dari 4

MODUL PEMERIKSAAN NEUROLOGI

1. Uji Ishihara
Dasar
Uji Ishihara dilakukan untuk memeriksa adanya buta warna pada seseorang. Uji ini dilakukan
dengan buku tes ishihara yang berisi gambar-gambar pseudoisokromatik yang disusun oleh titik
dengan kepadatan warna berbeda, sehingga orang normal dapat mengenal gambar yang dibentuk
oleh titik tersebut. Gambar titik terdiri atas warna primer dengan dasar warna yang hampir sama
atau abu-abu. Titik yang tersusun akan menghasilkan pola dan bentuk tertentu oleh orang tanpa
kelainan persepsi warna.
Kerusakan retina mulai sel bipolar hingga genikulatum lateral akan mengakibatkan
gangguan penglihatan warna terutama merah dan hijau, sedangkan kerusakan neurosensoris
mengakibatkan gangguan penglihatan warna terutama biru dan kuning.

Alat dan Bahan


• Gambar pseudoisokromatik Ishihara

Cara Pemeriksaan
1. Dengan penerangan tertentu (tidak menyilaukan), sinari kartu Ishihara.
2. Pasien diminta melihat kartu dan menentukan gambar yang terlihat.
3. Pasien diminta melihat dan menyebut gambar dalam warna tidak lebih dari 10 detik.

Penilaian
Ditentukan ada atau tidaknya buta warna merah hijau.
• Dikenali dalam waktu 3-10 detik.
• Bila lebih dari 10 detik berarti terdapat gangguan penglihatan warna.
• Buta warna merah hijau terdapat pada atrofi saraf optik, toksik optik neuropati, dengan
pengecualian.
• Neuropati iskemi, glaukoma atrofi optik yang memberikan gangguan penglihatan warna biru
kuning.
• Buta warna biru kuning terdapat pada retinopati hipertensif, retinopati diabetik, dan degenerasi
makula seni dini.
• Degenerasi makula Stargardt’s dan fundus flavimakulatus memberikan gangguan penglihatan
warna merah hijau.
2. Uji Refleks Pupil
Dasar
Uji refleks pupil dilakukan untuk melihat refleks miosis pupil akibat suatu penyinaran pada mata
dengan baik reaksi penyinaran langsung maupun tidak langsung.
Pada refleks langsung (direk) terdapat suatu lingkaran refleks sinar dengan motorik pupil
yang lansung mengenai mata yang disinari. Sedangkan pada refleks tidak langsung
(indirek/konsensual) terjadi bila mata sebelah dari mata yang diberi sinar menunjukan refleks atau
reaksi. Mata normal akan memberikan ambang dan intensitas lampu kedua refleks sama. Bila sinar
dinaikkan perlahan-lahan maka reaksi akan terjadi sampai ambang rangsang.
Refleks langsung terganggu apabila pada saraf optik terdapat kerusakan (atrofi, papilitis,
neuritis) atau ada kerusakan saraf okulomotor pada mata yang disinari. Sedangkan refleks tidak
langsung terganggu apabila pada saraf mata yang disinari ada kelainan atau terdapat kerusaka saraf
okulomotor pada mata yang diperiksa. Kedua pupil pada keadaan normal memiliki ukuran yang
sama, bulat, dan bereaksi terhadap sinar saat berakomodasi.

Alat dan Bahan


• Pen light

Refleks Sinar Langsung


Cara Pemeriksaan
1. Mata disinari dengan cahaya
4. Lihat keadaan pupil pada mata yang disinari apakah terjadi miosis (mengecil) pada saat
penyinaran.

Penilaian
• Terdapat periode laten 0,2 detik sesudah rangsangan. Setelah pupil berkontraksi kuat akan disusul
dilatasi ringan terutama bila penyinaran tidak keras. Bila terjadi hal ini disebut refleks pupil
langsung.
• Pada refleks langsung (+) atau mata normal berarti visus ada dan motorik saraf ke III berfungsi
baik.

Refleks Sinar Tidak Langsung


Cara Pemeriksaan
1. Mata disinari dan usahakan agar sinar tidak masuk pada mata yang lain.
5. Lihat keadaan pupil pada mata yang tidak disinari apakah terjadi miosis (mengecil) pada saat
penyinaran mata sebelahnya.

Penilaian
• Terdapat periode laten seperti pada mata yang disinari langsung. Keras kontraksi pupil sama
dengan mata yang disinari langsung. Bila terjadi refleks miosis disebut refleks pupil tidak
langsung.
• Pada keadaan dinilai fungsi saraf motorik ke III untuk membuat konstriksi atau miosis dari mata
yang tidak disinar.
3. Uji Defek Aferen Pupil (Marcus Gunn Pupillary Response Test)
Dasar
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah serabut aferen saraf optik berfungsi dengan
baik dengan melihat refleks pupil langsung dan tidak langsung.
Refleks pupil langsung terjadi akibat penyinaran pada mata dan rangsangan akan melalui
saraf optik atau serabut aferen akan diteruskan ke nukleus saraf ke III (Edinger Westfall).
Akibat rangsangan ini, pada sisi yang sama serabut eferen atau saraf ke III akan meneruskan
rangsangan ke pupil untuk mengecil, dalam hal ini terjadi refleks pupil langsung yang positif. Pada
sisi yang berlawanan saraf eferen dirangsang oleh nukleus saraf ke III yang akan meneruskan
rangsangan ke pupil sebelahnya. Bila pupil tersebut juga mengecil, maka refleks pupil tidak
langsung untuk mata yang tidak disinari adalah positif.
Bila terdapat kerusakan saraf optik atau serabut saraf retina aferen pada satu mata akan
mengakibatkan reaksi pupil tertentu. Mata dengan saraf optik tidak rusak tidak akan memberikan
rangsangan pada saraf ke III, sehingga walaupun mata dirangsang tidak terjadi miosis dan disebut
reaksi langsung negatif. Keadaan ini juga tidak akan mengecilkan pupil mata sebelahnya pada saat
mata yang sakit dirangsang, hal tersebut reaksi konsensual untuk mata terakhir adalah negatif.
Setiap mata menunjukan tenaga pupilomotor miosis atau midriasis, Pada waktu istirahat
biasanya kedua pupil memiliki ukuran yang sama. Bila terdapat defek aferen maka akan terjadi
midriasis pupil sehingga kedua ukuran pupil tidak sama.

Alat dan Bahan


• Pen light

Cara Pemeriksaan
1. Mata yang sehat ditutupi sehingga terjadi dilatasi kedua pupil.
6. Mata yang sehat disinari sehingga terjadi refleks konsensual pada mata sakit yang positif
dengan derajat miosis mata sakit sama dengan mata sehat.
7. Mata sakit disinari langsung dan dilihat apakah terjadi dilatasi pupil pada mata yang sehat.

Penilaian
• Bila terdapat dilatasi pada mata yang sehat saat mata yang sakit disinari maka fungsi makula dan
saraf optik (saraf aferen) tidak baik atau atau terdapat defek pupil.
• Hal ini tidak akan terjadi bila terdapat kerusakan yang sama pada kedua saraf optik.

Anda mungkin juga menyukai