Anda di halaman 1dari 4

OFTALMODINAMOMETRI

TUJUAN
Tes dipakai untuk mengetahui penyakit yang menyebabkan penyumbatan pembuluh
darah oftalmik atau karotid. Mengukur tekanan arteri oftalmik dan arteri retina
sentral.

DASAR
Tekanan sistolik arteri oftalmik 80% tekanan sistolik arteri brakial, sedangkan
tekanan diastolik 70% tekanan diastolik brakial. Tidak terdapat perbedaan tekanan
arteri oftalmik pada waktu duduk atau tidur.
Arteri retina sentral dalam keadaan normal tidak memperlihatkan adanya pulsasi.
Bila tekanan intraokuler sama dengan tekanan diastolik akan terlihat pulsasi arteri
retina sentral.

ALAT
1. Oftalmodinamometer
2. Tonometer
3. Oftalmoskop atau optalmoskop indirek

TEKNIK
 Mata diberi anestesi topikal
 Telapak oftalmodinamometer diletakkan pada bola mata (sklera lateral) dan
tegak lurus pada sentral bola mata
 Dilihat arteri retina sentral
 Sementara melihat arteri retina sentral tekanan bola mata dinaikkan dengan
menambah tekanan oftalmodinamometer
 Dilihat tekanan pada saat terjadi pulsasi arteri retina sentral. Ini merupakan
tekanan diastolik arteri retina sentral
 Tekanan dinaikkan terus sehingga terlihat pembuluh darah kolaps. Ini merupakan
tekanan sistolik arteri retina sentral. Dibaca pada skala alat tekanan pada setiap
perubahan tersebut
 Dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer
 Pemeriksaan ini dilakukan pada kedua mata
 Untuk mendapatkan hasil yang baik jumlah kedua hasil tono dan
oftalmodinamometer merupakan monogram.

NILAI
 Tekanan sistolik normal arteri oftalmik antara 60-80 mmHg. Pembacaan pada
kedua mata dianggap tidak berbeda bila perbedaan tidak lebih dari 10-15%.
 Bila tekanan sistolik atau diastolik berkurang 20% atau lebih, pada satu sisi, ini
menunjukkan sesuatu insufisiensi sistem karotid proksimal pangkal arteri
oftalmik
 Bila tekanan sistolik dan diastolik sama pada kedua mata dalam keadaan
seimbang dengan tekanan brakial maka dapat dipastikan tidak terdapat
insufisiensi sistem karotid.

CATATAN
Sukar dinilai bila kedua mata adalah patologik. Ratio tekanan arteri oftalmik/arteri
brakial bertambah bila tekanan darah naik secara sistemik.
PEMERIKSAAN OKULOMOTOR

TUJUAN
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai fungsi dari otot mata serta gerakan dari bola
mata. Pemeriksaan ini juga bisa menilai jika terdapat paresis pada otot mata.

DASAR
Otot yang menggerakan bola mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata
tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola
mata terdiri enam otot yaitu

 Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan
memiliki aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.
 Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi
sekunder berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.
 Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada
abduksi, dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan
aduksi dalam depresi.
 Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.
 Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi.
 Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan
aksi sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.

Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf
kranial tertentu.

ALAT
1. Senter
2. Jari telunjuk /Pensil/Bolpoin
3. Kertas karton

TEKNIK
 Nyalakan senter dari jarak 60cm tepat didepan penderita dan amatilah pantulan
sinar senter pada kornea.
 Periksalah gerakan bola mata dengan meminta penderita untuk mengikuti
gerakan obyek atau ujung jari yang digerakkan ke 6 arah utama tanpa
menggerakkan kepala pasien (melirik saja). Gerakan bisa membentuk huruf H
yang besar di udara. Pada setiap posisi jari agar dapat berhenti sebentar untuk
melihat apakah ada atau tidaknya nistagmus.
 Mintalah penderita untuk mengikuti gerakan objek kearah hidungnya dan dapat
dipertahankan pada jarak 5-8 cm dari hidung.
 Menggunakan kertas karton, tutup salah satu mata. Kemudian fiksasi mata
dengan menginstruksikan pasien melihat jauh. Perhatikan mata yang tidak
ditutup apakah bergerak ketika diberi instruksi. Kemudian buka penutup mata
dan perhatikan apakah terdapat perguliran pada bola mata yang ditutup tersebut.
 Lakukan hal serupa pada mata sebelahnya.

NILAI
 Pantulan sinar senter pada kornea akan berada di tengah pupil atau sedikit di
sebelah medial jika bola mata sejajar kiri dan kanan.
 Setiap gerakan perhatikan apakah mata dapat bergerak bebas atau tidak.
Perhatikan apakah terdapat deviasi dalam keadaan diam. Selain itu juga
perhatikan apakah terdapat nistagmus pada setiap gerakan. Kemudian nilai
kemampuan konvergensi dan divergensi pada kedua mata.
 Pada pemeriksaan cover uncover perhatikan apakah terdapat deviasi pada mata.
Esotropia adalah deviasi mata kearah nasal, eksotropia adalah deviasi mata
kearah temporal, heterotropia adalah deviasi ke atas. Tropia alternans adalah
istilah yang dipakai untuk memeriksa keadaan dimana masing-masing mata
deviasi.
 Setelah penutup mata dibuka, perhatikan perguliran bola mata. Bila mata
dibelakang penutup bergerak keluar, ke dalam, ke atas, atau kebawah
menunjukkan adanya heteroforia. Bila mata segera sesudah penutup dibuka
mencoba berfiksasi sehingga terlihat pergerakan keluar, ke dalam, ke atas atau ke
bawah hal ini berarti ada foria. Derajat foria dapat diukur dengan meletakkan
prisma sehingga tidak terjadi pergerakan mata pada saat mata dibuka.

Anda mungkin juga menyukai