Anda di halaman 1dari 75

MANAJEMEN PENGENDALIAN HAMA TANAMAN KELAPA

SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGHASILKAN


DI KEBUN INTI 1 PT SARI ADITYA LOKA 1 JAMBI

GERY JOHANES HORASON SIPAYUNG

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir dengan judul
Manajemen Pengendalian Hama Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Menghasilkan di Kebun Inti 1 PT Sari Aditya Loka 1 Jambi adalah benar karya
saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun belum diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian
akhir laporan tugas akhir ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2018

Gery Johanes Horason Sipayung


J3T115034
ABSTRAK

GERY JOHANES HORASON SIPAYUNG. Manajemen Pengendalian Hama


Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Inti 1 PT Sari Aditya
Loka 1 Jambi.
Dibimbing oleh HIDAYATI FATCHUR ROCHMAH
Praktik Kerja Lapangan (PKL) bertujuan agar mahasiswa memperoleh
pengalaman kerja, khususnya pada perkebunan kelapa sawit. PKL sebagai sarana
pembanding antara pengetahuan yang diterima selama kuliah dengan kegiatan
teknis yang ada di lapangan dalam budidaya kelapa sawit terutama manajemen
pengendalian hama tanaman kelapa sawit menghasilkan. Kegiatan PKL
dilaksanakan di Kebun Inti 1 PT Sari Aditya Loka 1 Jambi pada tanggal 5
Februari sampai 28 April 2018. Manajemen pengendalian hama tanaman kelapa
sawit menghasilkan pada Kebun Inti I dilakukan dengan deteksi organisme
pengganggu tanaman terlebih dahulu. Hama utama pada tanaman menghasilkan
yaitu ulat api (Setothosea asigna) dan tikus (Rattus tiomanicus). Hama
dikendalikan secara biologi (hayati) dengan menggunakan tanaman bermanfaat
yakni paku harupat (Nephrolepis biserrata), bunga pukul delapan (Turnera
subulata) dan bunga air mata pengantin (Antigonon leptopus) sebagai sumber
makanan dan tanaman inang predator ulat api yakni Sycanus dichotomus dan
predator tikus yakni burung hantu (Tyto alba).

Kata kunci: Deteksi OPT, manajemen, dan pengendalian hayati.

ABSTRACT

GERY JOHANES HORASON SIPAYUNG. Pest Control Management of


Produces Palm Oil in PT Sari Aditya Loka 1 Jambi.
Supervised by HIDAYATI FATCHUR ROCHMAH
Internship aims to make college students to gain work experience,
especially in palm oil plantations. PKL as a comparative tool between the
knowledge received during the college with technical activities in the field in oil
palm cultivation, especially the management of palm oil pest control produces.
PKL activities were conducted at Kebun Inti 1 PT Sari Aditya Loka 1 Jambi on
February 5 to April 28, 2018. Pest control management of produces palm oil in
primary estate conducted by detection of plant pest organisms first. The main
pests in the produce palm oil are fire caterpillar (Setothosea asigna and rat
(Rattus tiomanicus). The pest is biologically controlled by using beneficial plants
namely harupat fern (Nephrolepis biserrata), Turnera subulata and Antigonon
leptopus. as food sources and host plant of caterpillar predator named Sycanus
dichotomus and the owl (Tyto alba) as rat predator.

Keywords: Biological control, pest management, and OPT detection.


RINGKASAN

GERY JOHANES HORASON SIPAYUNG. Manajemen Pengendalian Hama


Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Inti 1 PT Sari Aditya
Loka 1 Jambi.
Dibimbing oleh HIDAYATI FATCHUR ROCHMAH
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini secara umum bertujuan untuk
melatih keterampilan mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian hama
penyakit tanaman, pengendalian gulma, pemupukan, dan pemanenan tanaman
kelapa sawit. Secara khusus bertujuan agar mahasiswa mengetahui manajemen
pengendalian hama tanaman kelapa sawit. Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan
di Kebun Inti 1 PT Sari Aditya Loka 1 Jambi pada tanggal 5 Februari sampai 28
April 2018.
Kegiatan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan mahasiswa di Kebun Inti
I terdiri dari 3 tahap yaitu tahap pertama sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL)
yang melaksanakan kegiatan teknis budidaya kelapa sawit. Tahap kedua sebagai
pendamping Mandor yang melaksanakan kegiatan pengawasan, pengarahan, dan
pelaporan hasil kerja karyawan. Tahap ketiga sebagai pendamping Asisten
melakukan perencanaan, organisir, mengelola pelaksanaan pekerjaan, dan
pengawasan kerja karyawan.
Data yang diperoleh dari PKL dianalisis secara deskriptif dan perhitungan
yang sederhana. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel, grafik,
gambar, dan diagram yang memudahkan pembahasan. Data yang telah diolah
kemudian dibandingkan dengan Standard Operasional Prosedural (SOP) PT Sari
Aditya Loka 1.
PT SAL 1 telah menerapkan sistem peringatan dini atau early warning
system (EWS) dalam mengamati perkembangan hama penyakit tanaman kelapa
sawit. PT SAL 1 menerapkan pengendalian hayati (biological control) dalam
mengendalikan perkembangan hama.
Perencanaan yang dilakukan meliputi pembuatan rencana kerja, jadwal
deteksi rutin, penentuan interval titik sampel, baris sampel, dan pokok sampel.
Organisasi proteksi tanaman terdiri dari asisten protan, mandor 1 protan, krani
EWS, pengamat EWS dan perjanjian kerja untuk waktu tidak tentu (PKWTT).
Pelaksanaan meliputi deteksi hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS),
deteksi hama tikus, pengendalian hayati menggunakan beneficial plant, dan
penggunaan predator. Pengawasan meliputi validasi data hasil pengamatan.
Serangan hama ulat api (Sethotosea asigna) pada afdeling alfa termasuk
dalam kategori ringan dan serangan hama tikus termasuk kedalam kategori ringan
sampai sedang. Hama dikendalikan secara hayati menggunakan musuh alami.
Area pembibitan Turnera subulata perlu dibuat secara khusus untuk menyuplai
kebutuhan bahan tanam. Kotak penangkaran predator UPDKS (Sycanus
dichotomus) perlu ditambahakan untuk meningkatkan kapasitas penangkaran.
Sarang burung hantu (Tyto alba) yang rusak harus segera diperbaiki untuk
menekan perkembangan hama tikus.

Kata kunci: Hama, manajemen, dan pengendalian hayati.


MANAJEMEN PENGENDALIAN HAMA TANAMAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGHASILKAN
DI KEBUN INTI 1 PT SARI ADITYA LOKA 1 JAMBI

GERY JOHANES HORASON SIPAYUNG

Laporan Tugas Akhir


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan

PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul Laporan Akhir : Manajemen Pengendalian Hama Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis. Jacq) Menghasilkan di Kebun Inti 1
PT Sari Aditya Loka 1 Jambi
Nama : Gery Johanes Horason Sipayung
NIM : J3T115034

Disetujui oleh

Hidayati Fatchur Rochmah, SP MSi


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Arief Darjanto, MEc Dr Ir Suwarto, MSi


Dekan Ketua Program Studi

Tanggal lulus :
PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir Praktik
Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Manajemen Pengendalian Hama Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menghasilkan di Kebun Inti 1 PT Sari
Aditya Loka 1 Jambi.
Laporan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan diploma tiga pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi
Perkebunan Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor. Penyelesaian laporan akhir
ini juga tidak lepas dari bantuan pihak lain. Penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Hidayati Fatchur Rochmah, SP MSi sebagai dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan saran selama proses penulisan laporan
tugas akhir Praktik Kerja Lapangan.
2. Dr Ir Suwarto, MSi selaku Koordinator Program Keahlian Teknologi
dan Manajemen Produksi Perkebunan.
3. Para dosen dan staf pengajar Sekolah Vokasi Intitut Pertanian Bogor
atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.
4. Para pimpinan dan staf PT Sari Aditya Loka 1 yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKL.
5. Kedua Orang tua yang telah mendukung dalam doa dan materi selama
ini.
6. Teman-teman mahasiswa Teknologi dan Manajemen Produksi
Perkebunan angkatan 52 yang telah memberikan bantuan dalam
pembuatan proposal ini.
Laporan tugas akhir PKL ini jauh dari kesempurnaan. Semoga laporan tugas
akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan PKL ke depannya.

Bogor, Juli 2018

Gery Johanes Horason Sipayung


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit 3
2.2 Syarat Tumbuh 3
2.3 Hama Kelapa Sawit 4
2.4 Metode Pengendalian Hama 4
3 METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN 4
3.1 Tempat dan Waktu 4
3.2 Metode Pelaksanaan 5
3.3 Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data 5
3.4 Metode Analisis Data dan Informasi 6
3.5 Pelaporan 6
4 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 7
4.1 Letak Wilayah Administratif 7
4.2 Keadaan Iklim dan Tanah 7
5 PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN 11
5.1 Aspek Teknis 11
5.1.1 Pemangkasan pelepah periodik (periodic pruning) 11
5.1.2 Pemupukan Tanaman Menghasilkan 13
5.1.3 Pengendalian Gulma 16
5.1.4 Panen Tandan Buah Segar 19
5.1.5 Manajemen Pengendalian Hama 22
5.2 Aspek Manajerial 37
5.2.1 Pendamping mandor 37
6 PEMBAHASAN 41
6.1 Hama Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (Setothosea asigna) dan
Hama 41
6.1.1 Hama Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (Sethotosea asigna) 41
6.1.2 Hama Tikus (Rattus tiomanicus) 42
6.2 Pengendalian Hama UPDKS 42
6.2.1. Tanaman Bermanfaat (beneficial plant) 42
6.2.2 Pengendalian UPDKS dengan Serangga Predator 43
6.3 Pengendalian Hama Tikus (Rattus tiomanicus) dengan Burung Hantu 44
7 SIMPULAN DAN SARAN 44
7.1 Simpulan 44
7.2 Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 47
RIWAYAT HIDUP 65
DAFTAR TABEL

1 Areal konsesi 8
2 Tata guna lahan Kebun Inti 1 8
3 Produksi dan produktivitas PT SAL 1 9
4 Komposisi umur tanaman kebun inti I 9
5 Data ketenagakerjaan PT SAL 1 10
6 Standar pruning pelepah 13
7 Penentuan titik sampel blok OA 1 – 6 24
8 Jenis dan siklus hidup UPDKS 25
9 Batas Kritis Populasi UPDKS 26
10 Kategori serangan berdasarkan batas kritis populasi UPDKS 26
11 Kategori serangan hama tikus (Rattus tiomanicus) 27
12 Deteksi rutin UPDKS 29
13 Deteksi rutin hama tikus 30

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan pruning 12
2 Jenis pupuk anorganik 14
3 Kegiatan pemupukan 15
4 Aplikasi tandan kosong 16
5 Pengendalian gulma manual 17
6 Pengendalian gulma kimiawi 18
7 Kegiatan panen 20
8 Kegiatan infield 21
9 Sarana dan prasarana EWS 23
10 Arah rotasi pokok sampel (PS) 25
11 Arah gerakan deteksi OPT 27
12 Pelaksanaan EWS UPDKS 29
13 Gejala serangan tikus pada buah 30
14 Tanaman bermanfaat 31
15 Realisasi penanaman Turnera subulata 32
16 Siklus hidup Sycanus dichotomus 33
17 Penangkaran Sycanus dichotomus 34
18 Kegiatan monitoring burung hantu 35
DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan Praktik Kerja Lapangan sebagai


Karyawan Harian di PT Sari Aditya Loka Jambi 49
2 Jurnal Harian Kegiatan Praktik Kerja Lapangan sebagai pendamping
mandor/mandor besar di PT Sari Aditya Loka Jambi 50
3 Jurnal Harian Kgiatan Praktik Kerja Lapangan sebagai Pendamping
Asisten/Kepala Afdeling di PT Sari Aditya Loka, Jambi 51
4 Peta Kebun Inti 1 PT Sari Aditya Loka 1 Jambi 52
5 Data Curah Hujan Dan Hari Hujan Tahun 2008 – 2017 di
PT SAL 1 Jambi 53
6 Struktur Organisasi Kebun Inti 1 PT SAL 1 Jambi 54
7 Jadwal Deteksi OPT rutin di Kebun Inti 1 PT SAL 1 55
8 Struktur Organisasi Proteksi Tanaman PT SAL 1 56
9 Form Deteksi OPT 57
10 10 Buku Mandor Rawat 58
11 Buku Mandor Panen 59
12 Form Sensus Panen Harian 60
13 Form permintaan Bahan Bakar Minyak 61
14 Buku Asisten Rawat 62
15 Form Genba 64
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas


ekspor utama dari subsektor perkebunan. Bagian kelapa sawit yang bernilai
ekonomis adalah buah. Buah kelapa sawit (brondolan) melalui industri
pengolahan kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal
dari daging buah disebut minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil (CPO).
Minyak yang berasal dari inti kelapa sawit disebut minyak inti kelapa sawit atau
palm kernel oil (PKO) (PPKS 2007).
Manfaat yang diperoleh dari usaha perkebunan kelapa sawit adalah
meningkatkan produktivitas sumber daya alam dan manusia melalui usaha
agribisnis perkebunan, meningkatkan ekspor nonmigas melalui subsektor
perkebunan, memperluas kesempatan kerja dan serta peluang berusaha bagi
masyarakat sekitar lokasi kebun, meningkatkan perekonomian masyarakat yang
ikut serta dalam kegiatan kebun, pendayagunaan sumber daya alam secara efisien,
produktif dan berwawasan lingkungan, menambah Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dari subsektor perkebunan, pemerataan pembangunan, dan melakukan alih
teknologi, manajemen dan pengetahuan agribisnis dan agroindustri kepada usaha
perkebunan rakyat di sekitar lokasi proyek (Pardamean 2011).
Luas areal kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2010 adalah 8 385 394 ha
dengan produksi CPO sebesar 21 958 120 ton dan produksi PKO sebesar 4 391
624 ton. Luas areal kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2015 meningkat sebesar
34.28% menjadi 11 260 277 ha. Produksi CPO pada tahun 2015 meningkat
sebesar 41.49% menjadi 31 070 015 ton dan produksi PKO meningkat sebesar
41.49% menjadi 6 214 003 ton. Produktivitas kelapa sawit di Indonesia pada
tahun 2010 adalah 3.595 ton/ha/tahun dan produktivitas kelapa sawit pada tahun
2015 adalah 3.632 ton/ha/tahun. Peningkatan produktivitas selama 5 tahun
terakhir cenderung kecil yaitu 1.02% (Ditjenbun 2017).
Produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu pengaruh
tanah dan topografi, pengaruh lahan gambut, pengaruh musim kering, pengaruh
bahan tanaman, pengaruh umur tanaman, pengaruh populasi tanaman per ha,
pengaruh sistem pengawetan tanah, pengaruh sistem pembibitan, pengaruh sistem
pemeliharaan, pengaruh sistem penyerbukan, pengaruh sistem pemupukan,
pengaruh sistem koordinasi panen, angkut, olah, pengaruh sistem premi panen,
dan pengaruh sistem pengendalian hama dan penyakit (Risza 1994).
Salah satu permasalahan penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit
adalah serangan hama yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman hingga
berdampak pada penurunan tingkat produksi kelapa sawit (Adi 2010). Serangan
hama tanaman dapat terjadi apabila terpenuhi 3 syarat utama, yaitu tersedianya
inang yang rentan, adanya organisme hama tanaman, dan lingkungan yang
mendukung perkembangan hama (Adi 2009).
2

Hama tanaman kelapa sawit diklasifikasikan berdasarkan filum pada dunia


binatang. Beberapa filum yang diketahui merusak tanaman kelapa sawit adalah:
filum chordata diantaranya babi hutan (Sus scrofa), tikus (Rattus tiomanicus),
bajing (Callosciurus notatus), dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
dan filum arthropoda diantaranya belalang (Valanga sp), kumbang tanduk
(Oryctes rhinoceros), ulat api (Setothosea asigna), dan ulat kantung (Metisa
plana) (Pracaya 2007).
Kerugian yang ditimbulkan Setothosea asigna, yaitu terjadi penurunan
produksi sampai 69% pada tahun pertama setelah serangan dan 27% pada tahun
kedua setelah serangan, bahkan jika serangan berat, tanaman kelapa sawit tidak
dapat berbuah selama 1-2 berikutnya. Hasil percobaan menunjukan bahwa
kerusakan daun sebesar 50% pada kelapa sawit umur 8 tahun, dapat
mengakibatkan penurunan produksi sebesar 30-40% selama dua tahun setelah
terjadinya kehilangan daun (Susanto et al. 2012).
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) atau Integrated Pest Management (IPM)
merupakan proses pengambilan keputusan untuk mengantisipasi dan mencegah
aktivitas hama dan infestasinya dengan mengombinasikan beberapa strategi untuk
memperoleh pemecahan dalam pengontrolan hama dalam jangka panjang. IPM
lebih bersifat pencegahan dibandingkan pembasmian hama. Tindakan-tindakan
preventif dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan jalan masuk hama
yang potensial (Koswara 2006).
Ekosistem kelapa sawit yang monokultur sangat rentan dengan outbreak
ulat pemakan daun kelapa sawit. Ledakan hama terjadi karena migrasi pasif
karena angin, invasi aktif karena faktor makanan dan perubahan ekologi di tempat
asal. Hama pemakan daun kelapa sawit tidak muncul dalam populasi yang sangat
banyak dan skala area yang sangat luas secara tiba-tiba. Sistem Peringatan Dini
(SPD) atau Early Warning System (EWS) dapat diterapkan untuk mengetahui
secara dini. EWS merupakan suatu sistem pengawasan terhadap perkembangan
populasi hama sebelum hama tersebut mencapai padat populasi yang dapat
menimbulkan tingkat luka ekonomis (economic injury level) (Susanto et al. 2012).

1.2 Tujuan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini secara umum bertujuan untuk
memperoleh pengalaman, menambah wawasan, keterampilan kerja, serta sebagai
perbandingan antara pengetahuan yang diterima selama kuliah dengan kegiatan
teknis yang ada di lapangan dalam pengelolaan budidaya tanaman kelapa sawit.
Tujuan khusus dari kegiatan PKL ini adalah agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi jenis hama, tingkat serangan hama, teknik pengendalian hama,
dan manajemen pengendalian hama secara langsung sesuai dengan standar
operasional perusahaan.
3

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit

Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2012), sebagai berikut:


Divisi : Embryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit memiliki akar serabut yang terdiri dari akar primer, akar
sekunder, akar tersier, dan akar quarter yang disebut feeder roots (Sunarko 2009).
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak
bercabang dan tidak mempunyai kambium dan tingginya dapat mencapai 15-20
meter. Batang kelapa sawit memiliki diameter 40-75 cm (Mangoensoekarjo dan
Semangun 2005). Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk.
Panjang pelepah daun sekitar 6.5-9 m, anak daun berjumlah antara 250-400
helai. Produksi pelepah mencapai 20-30 pelepah/tahun (Pahan 2015). Kelapa
sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious) artinya bunga jantan dan
bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama
(Risza 1994).
Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan
inti (kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar
atau kulit buah yang disebut pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp
atau pulp dan lapisan paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari
lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio (Pasaribu 2004).

2.2 Syarat Tumbuh

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar
Lintang Utara-Selatan 12o pada ketinggian 0-500 meter diatas permukaan laut.
Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000-2 500 mm/tahun, tidak terdapat defisit
air lebih dari 250 mm/tahun dan hujan yang merata sepanjang tahun. (Lubis
1992).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podsolik, latosol, hidromorfik
kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara
sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5.0-5.5. Kelapa
sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik
dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas.
Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 o
(Kiswanto et al. 2008).
4

2.3 Hama Kelapa Sawit

Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) merupakan salah satu hama utama


pada perkebunan kelapa sawit muda, terutama pada areal replanting yang
sebelumnya terserang berat oleh penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma)
(PPKS 1996).
Pemanfaatan tandan kosong yang diaplikasikan pada areal tanaman belum
menghasilkan dan pada tanaman menghasilkan memberikan dampak yang negatif,
yaitu sebagai tempat berkembang biaknya Oryctes rhinoceros, akibatnya populasi
kumbang akan meningkat dan menimbulkan kerusakan yang lebih serius pada
tanaman sekitarnya (Sudharto et al. 2000).
Ulat Api (Setothosea asigna) merupakan ulat pemakan daun kelapa sawit
(UPDKS) yang utama serta sering menimbulkan kerugian (Wood et al. 1972),
diperkirakan penurunan produksi mencapai 30%-40% pada dua tahun setelah
terjadi kehilangan daun sebesar 50%. Apabila kerusakan daun terjadi pada kelapa
sawit yang lebih muda, maka kehilangan hasil yang ditimbulkannya menjadi lebih
kecil.
Kehilangan daun sebesar 50% pada kelapa sawit yang berumur 2 tahun dan
tahun, masing-masing akan mengakibatkan penurunan produksi sebesar 12%-24%
dan kurang 4% pada dua tahun pasca serangan (Liau dan Ahmad 1993).
Tikus (Rattus tiomanicus) menyerang tanaman belum menghasilkan di
bagian umbut atau pangkal pohon yang dapat mematikan dan mengakibatkan
kerugian. Tikus menyerang bagian buah atau tandan pada areal tanaman
menghasilkan.

2.4 Metode Pengendalian Hama

Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pengenalan terhadap jenis dan


biologi hama sasaran diperlukan sebagai dasar penyusunan taktik pengendalian.
Tindakan pengendalian hama dilaksanakan sesuai dengan hasil monitoring
populasi dan hanya dilakukan apabila populasi hama tersebut melampaui padat
populasi kritis yang ditentukan, serta mengutamakan pelestarian dan pemanfaatan
musuh alami yang ada di dalam ekosistem kelapa sawit.
Penggunaan insektisida kimia sintetik diupayakan sebagai pilihan terakhir
dan sedapat mungkin dipilih jenis insektisida serta teknik aplikasi yang paling
aman bagi lingkungan, khususnya untuk kelangsungan hidup parasitoid dan
predator dari hama sasaran (Sudharto 2005).

3 METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di PT Sari Aditya


Loka 1, Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin,
Jambi. Kegiatan akan dilaksanakan selama 12 minggu yang dimulai pada tanggal
5 Februari sampai dengan 28 April 2017.
5

3.2 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kerja yang dilakukan selama melaksanakan praktik


kerja lapangan adalah mengikuti secara aktif seluruh kegiatan pengelolaan kebun
sesuai dengan posisi jabatan di kebun dan mengamati secara langsung kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan ini dibagi dalam tiga tahap yaitu : empat minggu sebagai
Karyawan Harian Lepas (KHL), empat minggu sebagai pendamping mandor, dan
empat minggu sebagai pendamping asisten.
Sebagai seorang KHL, kegiatan yang dilaksanakan meliputi berbagai
pekerjaan yang bersifat teknis atau melaksanakan secara langsung kegiatan
budidaya tanaman mulai dari pembibitan, penanaman, pemupukan, pengendalian
gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan perawatan jalan
transportasi. Kegiatan tersebut dilakukan untuk melatih keterampilan teknis
pengelolaan kebun.
Tahap selanjutnya adalah sebagai pendamping mandor, kegiatan yang akan
dilaksanakan yakni melakukan pengawasan kegiatan kerja harian, penentuan
jumlah karyawan yang dibutuhkan, mengikuti lingkaran pagi (briefing), serta
melakukan diskusi dengan mandor, asisten dan manajer kebun.
Sebagai pendamping asisten afdeling, kegiatan yang dilakukan adalah
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), pembuatan
laporan asisten/kepala divisi, pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja yang
tertera pada Lampiran 1.
Data primer diperoleh dengan melakukan kerja langsung dan diskusi
dengan karyawan administrasi (krani) berupa data tahunan, karyawan produksi
mengenai teknis budidaya kelapa sawit, karyawan pengendalian hama penyakit
tentang cara pengendalian hama penyakit. Data sekunder didapatkan dari data
Badan Pusat Statistika (BPS), dokumen, catatan, dan laporan dari perusahaan
tempat dilaksanakannya PKL, serta melakukan kajian pustaka yang memadai dan
mendukung sebagai bahan acuan menyusun laporan PKL.

3.3 Metode Pengamatan dan Pengumpulan Data

Kegiatan PKL yang dilaksanakan yaitu pengamatan terhadap tenaga kerja,


persiapan pengendalian, cara penyemprotan, peralatan pengendalian, waktu
penyemprotan, dan sistem pengupahan berdasarkan ketentuan yang berlaku di
perusahaan tersebut. Data primer yang diperoleh pada kegiatan pengendalian
hama meliputi jenis hama, gejala serangan, jenis pestisida yang digunakan, dosis
pestisida, dan luas lahan yang dikendalikan. Data primer yang diamati yaitu:
a. Sensus hama dilakukan pada 10 tanaman contoh, pengambilan contoh
dilakukan pada baris tanaman pada kedua diagonal kebun. Hal yang
diamati adalah jumlah pohon yang menunjukan gejala terserang hama dan
jumlah pohon yang tumbang dan mati.
b. Jenis hama dapat dilihat dari tingkat serangan, kerusakan tanaman akibat
serangan hama, dan gejala-gejala akibat serangan hama.
c. Persentase tingkat serangan dihitung menggunakan rumus:
JT
PS = ×100 %
JA
6

PS : Persentase serangan
JT : Jumlah tanaman yang terserang
JA : Jumlah tanaman yang diamati
d. Pengelolaan tenaga kerja, pengendalian hama yang dilakukan sesuai
dengan norma standar perusahaan.
e. Sistem pengupahan yang dilakukan sesuai dengan Upah Minimum
Regional yang berlaku di mana pembayarannya dilakukan di akhir bulan.
f. Cara pengendalian, kebutuhan bahan dan penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD).
g. Efektivitas pengendalian hama diamati pada 10 tanaman contoh dengan
menggunakan rumus:
Hama yang berhasil dikendalikan
Efektivitas =
Hama yang dikendalikan
Data sekunder dapat diperoleh dari laporan arsip di kebun seperti data
harian, data bulanan, dan data tahunan. Data sekunder yang mendukung data
primer meliputi lokasi kebun, keadaan lingkungan tumbuh (iklim dan tanah),
kondisi tanaman (asal bahan tanam, umur tanaman, dan produksi), aspek-aspek
manajerial (mengenai perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi kinerja di
afdeling yang dilakukan perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan standar kerja
kebun).

3.4 Metode Analisis Data dan Informasi

Data yang diperoleh dari PKL di analisis secara deskriptif dan perhitungan
yang sederhana. Hasil pengolahan data PKL disajikan dalam bentuk tabel, grafik,
gambar, dan diagram yang memudahkan pembahasan. Analisis data merupakan
proses pengolahan dan penyajian data atau proses mendeskripsikan suatu kondisi
sehingga dapat dengan mudah dimengerti.
Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan cara merata-ratakan data
tersebut. Selanjutnya data yang telah ada dibandingkan dengan Standar
Operasional Prosedural (SOP) untuk dibahas dan diambil kesimpulan.

3.5 Pelaporan

Penulis membuat laporan pelaksanaan berupa jurnal harian dan jurnal


mingguan. Bentuk jurnal harian terdapat pada Lampiran 2 sebagai KHL,
Lampiran 3 sebagai pendamping mandor, dan Lampiran 4 sebagai pendamping
asisten. Jurnal harian dan jurnal mingguan yang dibuat kemudian dilaporkan
dalam bentuk tugas akhir.
Bentuk pelaporan lainnya berupa presentasi pada perusahaan tempat
melaksanakan PKL yang bertujuan untuk menyampaikan kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan penulis selama PKL dan menjadi ruang diskusi terkait masalah
yang dihadapi dan pemecahannya dan masukan antara penulis dengan perusahaan
dan bentuk pelaporan lainnya adalah tugas akhir.
7

4 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Letak Wilayah Administratif

PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir


Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. PT SAL 1 ini berjarak ± 80 km
dari Kota Bangko yang merupakan ibukota Kab. Merangin dan dapat ditempuh
dengan waktu ± 2 jam. Jarak dari perusahaan ini ke Kota Jambi adalah ± 480 km
dan dapat ditempuh dengan waktu ± 5 jam. Batas wilayah administratif PT Sari
Aditya Loka 1 sebagai berikut:
1. Utara : Desa Bungo Tanjung
2. Selatan : Desa Bunga Antoi
3. Barat : Desa Sinar Gading
4. Timur : Desa Pematang Kabau
Letak astronomis PT SAL 1 yaitu 2°06’36” - 1°52’48” Lintang Selatan dan
102°28’12 Bujur Timur. Peta lokasi kebun PT SAL 1 dapat dilihat pada Lampiran
4.

4.2 Keadaan Iklim dan Tanah

Curah hujan rata-rata tahunan PT SAL 1 selama sepuluh tahun terakhir


(2008-2017) adalah 2 547.5 mm/tahun dan hari hujan rata-rata selama sepuluh
tahun terakhir adalah 212.3 HH/tahun. Curah hujan tahunan tertinggi terjadi pada
tahun 2010 sebesar 3 100 mm dan curah hujan tahunan terendah pada tahun 2015
sebesar 2 013 mm. Curah hujan tertinggi pada bulan Desember dengan rata-rata
323.1 mm dan curah hujan terendah pada bulan Agustus dengan rata-rata 111.1
mm.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson iklim di areal kebun PT
SAL 1 termasuk ke dalam tipe iklim A (Tipe A = 0 % ≤ Q < 14.3 %) yaitu daerah
sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropis. Suhu rata-rata di kebun PT SAL
1 adalah 22 - 32o C. Berdasarkan data di atas iklim di PT SAL 1 sudah sesuai
sebagai syarat tumbuh tanaman kelapa sawit. Data curah hujan selama sepuluh
tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tanah pada Perkebunan PT SAL 1 umumnya berjenis podsolik merah
kuning (PMK) dan gambut dengan derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4-
5. Topografi lahan bervariasi dari datar (0-3%) sampai bergelombang (3-8%).
Ketinggian lahan bervariasi antara 80-90 m dari permukaan laut (mdpl).
Berdasarkan kelas kesesuaian lahan kelapa sawit PT SAL 1 termasuk dalam kelas
lahan cukup sesuai (S2). Kelas kesesuaian lahan S2 memiliki satu faktor pembatas
yaitu ketebalan gambut.

4.3 Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Luas areal perkebunan PT SAL 1 adalah 15 377.25 ha yang terdiri dari 25


afdeling. Kebun Inti I memiliki luas 3 499.28 ha dan memiliki 6 afdeling, Kebun
Inti II memiliki luas 1 845.03 ha dan memiliki 3 afdeling, Kebun Plasma Hitam
8

Ulu memiliki luas 8 972.08 ha dan memiliki 12 afdeling, dan Kebun KKPA
Tanah Garo dengan luas 1 060.86 ha dan terdiri dari 4 afdeling. Areal konsesi
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Areal konsesi


Kebun Jumlah blok Luas Area (ha) Luas Tanam Jumlah Pohon
(ha) Produksi
Inti I 129 3 499.28 3 338.30 420 821
Inti II 69 1 845.03 1 741.86 221 225
Plasma 285 8 972.08 8 972.08 1 132 286
KKPA 42 1 060.86 1 060.86 134 559
Total 525 15 77.25 15 13.10 1 908 891
Sumber: Kantor besar PT SAL 1 (2016)

PT SAL 1 memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit. Pabrik Kelapa Sawit


(PKS) dan fasilitas-fasilitas pendukung lainya dibangun di Desa Muara Delang,
Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi dengan luas areal
bangunan utama 6 271 m2 dan luas bangunan kantor 127.5 m2. PT SAL 1
mempunyai kapasitas pabrik pengolahan 60 ton TBS/jam. Penggunaan lahan atau
wilayah area kebun inti satu dibagi menjadi beberapa jenis penggunaan lahan.
Penggunaan lahan di kebun inti satu mulai dari jalan utama, jalan koleksi,
perumahan, bengkel teknik, gudang pupuk. Tata guna lahan PT SAL 1 untuk
kebun inti 1 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Tata guna lahan Kebun Inti 1


No. Jenis Penggunaan Luas (ha)
1 Jalan utama (Main road) 13.24
2 Jalan koleksi (Collection road) 77.91
3 Perumahan OA/OB 10.22
4 Perumahan OC/OD 11.86
5 Perumahan OE/OF 13.53
6 Perumahan teknik 13.77
7 Perumahan staff 9.82
8 Gudang pupuk 3.49
9 Workshop (bengkel) teknik 4.65
10 Timbangan truk dan TBS (Loading) 2.49
11 Tanaman 3 338.30
Total 3 499.28
Sumber: Kantor besar PT SAL 1 (2017)

4.4 Produksi dan Keadaan Tanaman

Bibit yang ditanam di PT SAL 1 adalah bibit dengan varietas Tenera


(Marihat) hasil persilangan induk betina varietas Dura dan induk jantan varietas
Pisifera. Seluruh tanaman kelapa sawit di kebun PT SAL 1 telah memasuki masa
tanaman menghasilkan (TM). Pola tanam yang digunakan adalah segitiga sama
sisi (mata lima) dengan jarak tanam 9.2 m × 9.2 m × 9.2 m dengan standar pokok
9

per hektar (SPH) sebanyak 136 tanaman/ha. Rata-rata populasi tanaman per hektar
saat ini adalah ± 120 tanaman/ha.
Penurunan populasi tanaman per hektar ini disebabkan oleh serangan hama
dan penyakit, pokok tumbang, pokok tidak produktif, dan pokok abnormal.
Produksi dan produktivitas terendah PT SAL 1 selama 5 tahun terakhir (2013-
2017) terjadi pada tahun 2015. Produksi dan produktivitas tanaman PT SAL 1
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Produksi dan produktivitas PT SAL 1


Tahun Luas Area Luas Panen Pokok Produktif Produksi Produktivitas
(ha) (ha) (pohon) (ton) (ton/ha)
2013 5 344.31 5 076.73 646 895 122 264.0 24.083
2014 5 344.31 5 089.31 647 369 114 216.5 22.442
2015 5 344.31 5 089.31 647 369 94 187.0 18.506
2016 5 344.31 5 089.31 639 770 150 629.6 29.597
2017 5 344.31 5 089.31 647 369 103 559.2 20.348
Rata-rata 5 344.31 5 086.79 645 754 116 971.2 22. 995
Sumber: Kantor besar PT SAL 1 (2017)
Penurunan produksi dan produktivitas ini disebabkan oleh penurunan curah
hujan dan terjadinya kejadian luar biasa di PT SAL 1 pada tahun 2014 yaitu
serangan penyakit karat merah alga (red rust) yang disebabkan oleh Cephaleuros
sp. Komposisi umur tanaman kebun inti I dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Komposisi umur tanaman kebun inti I


Tahun Tanam Umur Tanaman Jumlah Pohon
1994 TM 21 7 797
1995 TM 20 20 229
1996 TM 19 47 650
1997 TM 18 42 677
1998 TM 17 12 620
1999 TM 16 41 680
2000 TM 15 36 830
2001 TM 14 73 634
2002 TM 13 12 678
2004 TM 11 111 894
2005 TM 10 3 513
2006 TM 9 3 831
2007 TM 8 4 343
2008 TM 7 1 445
Total 420 821
Sumber: Kantor besar PT SAL 1 (2016)

4.5 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT SAL 1 dipimpin oleh seorang Administratur. Administratur bertanggung


jawab secara langsung kepada direktur area atas manajemen unit usaha yang
meliputi tanaman, pabrik, teknik, dan administrasi. Administratur dibantu oleh
kepala tata usaha, kepala kebun, kepala pabrik (mill manager), kepala teknik
(infrastruktur), dan Community Development Officer (CDO). Data
ketenagakerjaan PT SAL 1 dapat dilihat pada Tabel 5.
10

Tabel 5 Data ketenagakerjaan PT SAL 1


No. Struktur Jabatan Jumlah (orang)
1. Staf
 Administratur 1
 Kepala Tata Usaha 1
 Kepala Kebun 4
 Kepala Pabrik 1
 Kepala Teknik 1
 Kepala CDO Teritorial 1
 Kepala Bagian Tata Usaha 3
 Asisten Afdeling 14
 Asisten Pabrik 3
 Asisten Teknik 3
 Asisten CDO 4
2. Karyawan Non Staf 949
3. Karyawan kontrak 99
Total 1084
Sumber: Kepala Bagian HRGA, PT Sari Aditya Loka 1 (2018)
Metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis kebutuhan tenaga
kerja salah satunya adalah dengan menggunakan indeks tenaga kerja (ITK). Nilai
ITK dapat mencerminkan apakah jumlah tenaga kerja pada suatu perusahaan
efisien atau tidak. Perkebunan Inti I dan Inti II di PT SAL 1 memiliki 576 orang
karyawan bagian tanaman dan areal yang ditanami seluas 5 080.16 ha, maka akan
diperoleh ITK sebesar 0.11 orang per ha. Berikut ini rumus perhitungan ITK :
Jumlah Karyawan
ITK =
Luas Areal Penanaman
576
=
5 080.16
= 0.11 orang/ha

Nilai ITK ideal untuk usaha perkebunan adalah 0.2 orang/ha (Pahan 2008).
Berdasarkan perbandingan antara indeks tenaga kerja PT SAL 1 dan indeks tenaga
kerja menurut Pahan masih terjadi selisih sebesar 0.09 orang/ha, yang berarti PT
SAL 1 masih kekurangan tenaga kerja sebanyak 471 orang. Kekurangan tenaga
kerja tersebut dikarenakan PT SAL 1 telah menerapkan sistem mekanisasi
perkebunan. Administratur membawahi 4 orang kepala kebun, yaitu Kepala
Kebun Inti I, Kepala Kebun Inti II, Kepala Kebun Plasma Hitam Ulu, dan Kepala
Kebun KKPA Tanah Garo.
Kepala kebun bertugas dalam menyusun rencana kerja dan budget,
permohonan budget, koordinasi ketersediaan tenaga kerja dan material, koordinasi
masalah sosial internal dan eksternal yang mengganggu pelaksanaan kegiatan
11

kerja, silaturahmi dengan penduduk setempat, dan melakukan people review dan
review pekerjaan yang dibantu oleh beberapa orang asisten afdeling.
Asisten afdeling bertanggung jawab secara langsung kepada kepala kebun
atas pelaksanaan kegiatan pada afdeling yang dipimpinnya. Asisten afdeling
dibantu oleh mandor 1, mandor rawat dan mandor panen dalam melaksanakan
tugasnya. Pelaksanaan kegiatan administrasi rawat dan panen dipegang oleh krani
kebun.
Kepala teknik bertanggung jawab dalam pengelolaan sarana dan prasarana
kebun seperti perbaikan jalan, bangunan, instalasi air dan mesin. Kepala teknik
dibantu oleh 3 orang asisten yang masing-masing bertugas sebagai asisten bagian
operasional, asisten bagian support, dan asisten bagian water management system
(WSM). Asisten teknik dibantu oleh mandor dalam pengawasan kerja di lapangan.
Kepala pabrik bertanggung jawab atas kelancaran proses pengolahan tandan buah
segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO). Kepala pabrik dibantu oleh asisten
proses dan asisten maintenance dalam melaksanakan tugasnya.
Sistem pengupahan karyawan PT SAL 1 telah diatur oleh kantor pusat head
office (HO) Jakarta sesuai dengan upah minimum perusahaan (UMPer), yaitu
sebesar Rp 2 273 000,00/bulan. PT SAL 1 memberikan fasilitas-fasilitas
kesejahteraan bagi karyawannya yang meliputi perumahan, mushola, bis sekolah,
jatah beras bulanan, pelayanan kesehatan berupa poliklinik kebun (polibun) yang
berada di kantor besar PT SAL 1 dan poliklinik pembantu (politu) yang berada
pada masing-masing kebun inti, dan asuransi keselamatan kerja bagi para
karyawan. Struktur organisasi PT SAL 1 dapat dilihat pada Lampiran 6.

5 PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA


LAPANGAN

Penulis melaksanakan kegiatan PKL di Kebun Inti I pada Afdeling Alfa.


Selama kegiatan PKL berlangsung, penulis melaksanakan aspek teknis dan aspek
manajerial. Aspek teknis (tahap KHL) yang dilaksanakan selama PKL meliputi
pemangkasan pelepah periodik (periodic pruning), pemupukan, pengendalian
gulma, panen TBS, dan manajemen pengendalian hama.
Aspek manajerial yang dilaksanakan pada tahap pendamping mandor
meliputi pembagian ancak kerja, kalibrasi pekerjaan, pengawasan kegiatan kerja,
dan pembuatan laporan harian. Aspek manajerial yang dilaksanakan pada tahap
pendamping asisten meliputi memimpin apel pagi, melakukan perencanaan
pekerjaan, pengawasan dan pengarahan kegiatan mandor dan karyawan, evaluasi
hasil kerja harian dan menentukan pekerjaan hari besok, dan membuat laporan
administrasi afdeling.
Kegiatan kerja di PT SAL 1 diawali dengan apel pagi pada pukul 06.00
WIB. Apel pagi dilaksanakan pada blok yang terdekat dengan area kerja. Asisten
afdeling bersama dengan mandor satu mengevaluasi hasil kerja mandor rawat,
mandor panen, dan karyawan pada hari sebelumnya. Pengarahan yang diberikan
pada apel pagi meliputi pekerjaan yang akan dilaksanakan pada hari berjalan,
penyampaian informasi perkembangan perusahaan, dan kegiatan sosial yang akan
dilaksanakan di afdeling.
12

5.1 Aspek Teknis

5.1.1 Pemangkasan pelepah periodik (periodic pruning)


Pemangkasan pelepah periodik (periodic pruning) merupakan kegiatan
menjaga atau mengatur jumlah pelepah di pokok sesuai kebutuhan pada umur
tanaman tertentu, dengan cara membuang pelepah yang tidak berguna bagi
tanaman secara rutin sesuai dengan norma. Pemangkasan pelepah pada tanaman
belum menghasilkan (TBM) disebut pruning selektif, sementara itu pemangkasan
pelepah pada tanaman menghasilkan (TM) disebut pruning periodik.
Pruning bertujuan untuk menjaga suplai air dan hara agar tidak terus
menerus mengalir pada jaringan pelepah yang tidak produktif lagi, memudahkan
pekerjaan rawat dan panen, menjaga agar brondolan tidak tersangkut di ketiak
pelepah, menjaga kelembaban sehingga menekan perkembangan hama dan
penyakit, memudahkan pengamatan buah (sensus buah), dan meningkatkan
efektivitas penyerbukan (polination). Jumlah pelepah tanaman kelapa sawit harus
diatur sesuai umur tanaman untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan vegetatif
dan pertumbuhan generatif. Jumlah pelepah juga mempengaruhi produksi karena
berkaitan dengan proses fotosintesis. Dokumentasi kegiatan pruning dapat dilihat
pada Gambar 1.

a b c
Gambar 1 Kegiatan pruning (a) karyawan tanpa APD (b) karyawan dengan APD
lengkap (c) pokok sawit over pruning

Pruning di Kebun Inti I dilaksanakan secara berkala pada tanaman


menghasilkan dengan rotasi 12 kali/tahun atau 1 kali/bulan dengan norma kerja
0.2 HK/ha atau 5 ha/HK. Pruning menggunakan sistem songgo dua, yaitu dua
pelepah di bawah buah tidak dipotong sedangkan pelepah pelepah yang berada di
bawahnya harus dipotong. Penggunaan sistem songgo dua bertujuan untuk
memudahkan pelaksanaan panen karena tanaman sudah cukup tinggi (6 - 12 m)
dan memudahkan perkembangan buah.
Alat yang digunakan dalam pekerjaan pruning adalah alat pelindung diri
(APD), egrek, dan batu asah. Urutan pekerjaan pruning yaitu pelepah yang tidak
produktif (pelepah kering, tua dan sengkleh) dipotong dempet dengan panjang
pangkal pelepah tidak lebih dari 2 cm. Pelepah yang telah dipruning kemudian
dipotong menjadi dua atau tiga bagian lalu disusun rapi dengan posisi telungkup
di gawangan mati. Penulis tidak diperkenankan oleh kepala kebun untuk
13

melakukan pruning dikarenakan alasan keselamatan. Standar pruning pelepah


disajikan pada Tabel 6.
14

Tabel 6 Standar pruning pelepah

Umur Tanaman (tahun) Standar Pelepah Cara


3 56-64 Pruning pasir
3-4 56-64 Selektif, tinggi pelepah >0.9 m dari tanah
5-12 48-56 Pelepah kering dan songgo 2
>12 40-48 Pelepah kering dan songgo 1
Sumber: Operational Golden Rule (2015)

Pelaksanaan kegiatan pruning di kebun PT SAL 1 belum sepenuhnya


dilaksanakan dengan baik seperti masih ditemukan pelepah tidak mengikuti sistem
songgo dua, pokok yang over pruning dan under pruning, pelepah tidak dipotong
mepet, pelepah tidak disusun pada gawangan mati, kurangnya kesadaran terhadap
penggunaan APD dan pekerja yang tidak menuntaskan ancaknya.

5.1.2 Pemupukan Tanaman Menghasilkan


a. Pupuk anorganik
Pemupukan adalah usaha penambahan unsur hara secara efektif dan
seimbang yang diberikan secara langsung ke tanaman ataupun tidak langsung ke
dalam tanah untuk mempertahankan kesuburan tanaman. Pemupukan bertujuan
meningkatkan produktivitas TBS dan kualitas tanaman kelapa sawit. Pemupukan
dilaksanakan dengan rotasi 2 kali/tahun yaitu semester I dan semester II.
Pemupukan semester I dilaksanakan pada bulan Februari – April, sedangkan
pemupukan semester II dilaksanakan pada bulan September – November.
Jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan telah ditentukan oleh
Departemen research and development yang berada di kantor head office di
Jakarta. Rekomendasi jenis dan dosis pupuk yang digunakan berdasarkan hasil
analisis daun atau leaf sampling unit (LSU), analisis tanah atau soil sampling unit
(SSU), analisis produksi/blok, dan visual tanaman kelapa sawit. Jenis dan dosis
pupuk yang diaplikasikan yaitu pupuk NPK (14-7-24), NPK (17-7-21), Kieserite
(26% MgO dan 21% S), kapur pertanian (CaCO3), EDTA-Cu, EDTA-Zn, dan
Borat (46% B2O3). Setiap jenis pupuk memiliki dosis, norma kerja dan cara
aplikasi masing-masing.
Pupuk NPK dengan dosis 4.25 kg/pokok, norma kerja 0,2 HK/ha, pupuk
Kieserite dengan dosis 1 kg/pokok, norma kerja 0.22 HK/ha ditabur di piringan
dan pupuk EDTA-Cu dengan dosis 20 g/pokok, norma kerja 0.11 HK/ha, pupuk
EDTA-Zn dengan dosis 20 g/pokok, norma kerja 0.11 HK/ha, dan Borat dengan
dosis 100 g/pokok, norma kerja 0.11 HK/ha ditabur di dalam lubang di piringan.
Dokumentasi jenis pupuk anorganik dapat dilihat pada Gambar 2.

a b c
15

Gambar 2 Jenis pupuk anorganik (a) NPK 14-7-24 (b) Kieserite (c) EDTA-Cu

Blok-blok yang akan dipupuk harus bernilai minimal B yaitu 80-95% dari
jumlah piringan (circle) dalam blok sudah memenuhi spesifikasi standar fisik
(SSF). SSF piringan yaitu tidak ada anak kayu dan 5 anak sawit dalam piringan,
gulma lunak dalam piringan maksimal 10% dari luas piringan, tidak ada serasah,
tidak ada alang-alang dan pakis-pakisan kecuali Neprolephis biserrata, dan tidak
ada tumbuhan epifit di pohon. Pasar pikul (path) yang akan dilalui oleh tenaga
kerja pemupuk juga harus bernilai B dengan SSF yaitu tidak ada anak kayu dalam
pasar pikul, lebar pasar pikul 1.2-1.5 m dalam keadaan bersih, pasar pikul yang
terpotong sungai atau parit harus memiliki titi panen. Blok yang akan dipupuk
diusahakan berdekatan agar pemupukan dapat dilakukan secara berurutan,
memudahkan transportasi dan pengeceran pupuk, dan memudahkan tenaga kerja
pemupuk dalam berpindah blok.
Kegiatan pemupukan di PT SAL 1 dilaksanakan dengan sistem gank yaitu
pemupukan dilakukan dengan bantuan tenaga kerja dari afdeling yang berdekatan.
Sistem gank bertujuan untuk memudahkan pengawasan pemupukan, efisiensi
angkutan pupuk (transportasi), dan efisiensi waktu. Alat yang digunakan dalam
pemupukan antara lain Alat pelindung Diri (APD), ember, kain gendong, pisau,
dan mangkuk tabur yang telah dikalibrasi.
Tenaga kerja pemupukan terdiri dari tenaga pemuat dan tenaga penabur
pupuk. Uraian kerja muat pupuk yaitu pupuk dimuat ke dalam truk sesuai jumlah
yang diinstruksikan oleh mandor kemudian pupuk diecer di pinggir blok. Uraian
kerja penabur pupuk yaitu karung pupuk dibuka dan dituang ke dalam ember,
pupuk makro ditabur di piringan sementara itu pupuk mikro ditabur di dalam
lubang dan ditutup. Karung pupuk yang telah kosong dikutip dan dihitung sesuai
jumlah pupuk yang diangkut oleh tenaga pemuat. Dokumentasi kegiatan
pemupukan dapat dilihat pada Gambar 3.
16

a b

c d e

Gambar 3 Kegiatan pemupukan (a) pupuk diangkut menggunakan truk (b)


aplikasi pupuk EDTA-Cu (c) aplikasi kapur pertanian (d) aplikasi
pupuk NPK (e) lansir pupuk ke dalam blok
Pemupukan di Kebun Inti I belum berjalan dengan baik disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu penggunaan APD yang belum lengkap, kalibrasi pemupukan
belum dilaksanakan dengan rutin, piringan dan pasar pikul yang belum standar,
pupuk yang menggumpal dan tidak dipecah terlebih dahulu, penebaran pupuk
yang belum merata, dan masih ada terjadi losses pupuk ketika menuang pupuk
dari karung ke ember. Pelaksanaan pemupukan di PT SAL 1 memiliki kelebihan
yaitu pemupukan dimulai dari tengah blok menuju pinggir blok, sehingga
tanaman yang berada di tengah blok menjadi lebih subur.

b. Pupuk organik
PT SAL 1 menerapkan pemupukan bahan organik yaitu aplikasi tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) pada blok secara manual. TKKS adalah produk
samping sisa dari pengolahan TBS kelapa sawit yang berbentuk padatan. Aplikasi
TKKS pada blok bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. TKKS yang akan diaplikasikan dikirim dari pabrik setelah dikumpulkan
terlebih dahulu. TKKS diangkut menggunakan truk dengan kapasitas muat 4 – 5
ton. TKKS diecer di pinggir jalan koleksi pada blok yang akan diaplikasikan.
Aplikasi TKKS dilaksanakan dengan rotasi 1 kali/tahun pada bulan Januari
– Maret. Norma kerja untuk aplikasi TKKS adalah 6.5 HK/ha atau 0.15 ha/HK
atau 18 pokok/HK. Dosis TKKS adalah 30 ton/ha dan diaplikasikan di dalam
plong. Plong adalah area di antara dua pokok sawit di dalam satu baris tanaman.
17

Dosis untuk satu plong adalah 230 kg/plong. Jumlah plong yang harus terisi
dalam 1 ha adalah 130 plong/ha.
Alat kerja yang digunakan dalam kegiatan aplikasi TKKS yaitu APD (helm
dan sepatu boot), garpu, angkong standar, dan angkong laba-laba. Angkong laba-
laba adalah angkong yang telah dimodifikasi sehingga muatannya bertambah.
Proses kerja aplikasi TKKS yaitu tankos dimuat ke dalam angkong sesuai
kapasitasnya, tankos dilangsir ke dalam blok dan dituang di dalam barisan
tanaman. Plong sudah terisi tankos kemudian disusun satu lapis untuk mencegah
perkembangan hama kumbang tanduk dan persegi panjang dengan ukuran 2 x 3
m. Dokumentasi kegiatan pemupukan bahan organik tandan kosong dapat dilihat
pada Gambar 4.

Gambar 4 Aplikasi tandan kosong (a) alat kerja aplikasi tankos (b) angkong
modifikasi (c) susunan tandan kosong
Berdasarkan pengamatan penulis aplikasi tankos di Kebun Inti I pada PT
SAL 1 belum berjalan dengan baik dikarenakan masih terdapat tankos yang tidak
disusun di dalam plong, dosis tankos yang belum tepat, kualitas kerja pada tengah
blok kurang baik, tidak ada alat ukur yang baku (mal), dan masih ada losses
tankos
b dikarenakan jatuh ke dalam c parit.

5.1.3 Pengendalian Gulma

a. Circle weeding manual


Garuk piringan merupakan kegiatan pengendalian gulma pada areal di
sekeliling pohon (piringan) secara manual. Garuk piringan bertujuan untuk
mempermudah pemanen dalam mengutip brondolan, mempermudah pekerjaan
pemupukan, mempermudah proses kontrol hasil kerja, dan mengurangi persaingan
dalam pengambilan unsur hara antara tanaman utama dan gulma. Garuk piringan
dilaksanakan dengan rotasi 1 kali/tahun pada bulan Februari – Maret dan norma
kerja 0.5 ha/HK. Dokumentasi kegiatan garuk piringan dapat dilihat pada Gambar
5.
18

Gambar 5 Pengendalian gulma manual (a) cangkul (b) garuk piringan oleh

a b c

d e
19

karyawan (c) garuk piringan oleh mahasiswa (d) piringan sebelum


digaruk (e) piringan setelah digaruk

Alat yang digunakan dalam kegiatan garuk piringan yaitu APD, parang, dan
cangkul bermata lebar. Uraian kerja garuk piringan yaitu pakis-pakisan (rayutan)
yang menempel pada batang pohon ditebas dengan parang kemudian gulma dan
serasah di piringan dicangkul dengan jari-jari 2 m dari batang. Berdasarkan
pengamatan penulis, penggarukan piringan masih dilakukan dari arah dalam ke
luar piringan sehingga terjadi cekungan di piringan yang menyebabkan air hujan
tertampung dan hasil pekerjaan di tengah blok masih di bawah kualitas yang
diinstruksikan.

b. Semprot (chemist)
Semprot CPT adalah kegiatan pengendalian gulma di piringan, pasar pikul,
dan tempat pemungutan hasil dengan menggunakan herbisida. Semprot CPT
bertujuan untuk mengurangi persaingan antara tanaman utama, mempermudah
pemanenan, mempermudah pengutipan brondolan di TPH, mempermudah
pekerjaan pemupukan, membuka akses pasar pikul, dan mempermudah proses
kontrol hasil kerja. Semprot CPT dilaksanakan dengan rotasi 2 kali/tahun yaitu
pada semester I dan semester II menjelang pemupukan. Semprot CPT dapat
dilaksanakan secara serentak ataupun terpisah tergantung kebutuhan. Norma kerja
untuk setiap item kerja semprot berbeda-beda. Norma kerja semprot CPT adalah
0.278 HK/ha, semprot piringan 0.2 HK/ha, semprot pasar pikul 0.07 HK/ha, dan
semprot TPH 0.08 HK/ha.
Piringan (circle) merupakan tempat jatuhnya TBS dan brondolan.
Spesifikasi standar fisik (SSF) untuk piringan adalah anak kayu dan anak sawit <5
di piringan, penutupan gulma lunak 10% terhadap luas piringan, bersih dari
serasah, pakis Neprolephis biserrata masih diperbolehkan. Pasar pikul (path)
merupakan jalan akses bagi pekerja untuk melakukan kegiatan pemanenan,
pemupukan, dan kontrol. SSF untuk pasar pikul adalah tidak ada anak kayu di
pasar pikul dan lebar pasar pikul 1.5 m bebas gulma. TPH merupakan tempat
pengumpulan TBS yang akan diangkut ke pabrik. SSF untuk TPH adalah tidak
ada gulma dan anak sawit, tidak ada serasah, dan ukuran standar 3 x 4 m.
Alat dan yang digunakan dalam pekerjaan semprot CPT yaitu APD (helm,
goggle, masker, sarung tangan, apron, dan sepatu boot), knapsack sprayer Solo
425, nozzle hitam tipe polijet (kipas), takaran herbisida, ember, dan botol.
Herbisida yang digunakan dalam kegiatan semprot CPT adalah herbisida kontak
dan sistemik. Herbisida kontak yang digunakan bermerek dagang Gramoxone 276
SL dengan bahan aktif Paraquat diklorida 276 g/l. Dosis yang digunakan 0.3
liter/ha dengan konsentrasi 2.6 – 4 ml/liter air dan volume semprot 75 – 115
liter/ha. Herbisida sistemik yang digunakan bermerek dagang Roundup 486 SL
dengan bahan aktif Glifosat 486 g/l. Dosis yang digunakan 0.3 liter/ha dengan
konsentrasi 2.6 – 4 ml/liter air dan volume semprot 75 – 115 liter/ha. Herbisida
campuran Glifosat yang digunakan bermerek dagang Garlon 670 EC dengan
bahan aktif Triklopir 670 g/l dan konsentrasi 250 ml/liter Glifosat. Air yang
digunakan untuk melarutkan herbisida berasal dari parit di pinggir blok.
Dokumentasi kegiatan semprot (chemist) gulma dapat dilihat pada Gambar 6.
20
a b

c
d
C
C
V
V
C
V
V
V
V

Gambar 6 Pengendalian gulma kimiawi (a) pembagian herbisida oleh mandor (b)
pengisian knapsack sprayer (c) penyemprotan gulma oleh karyawan
(d) penyemprotan gulma oleh mahasiswa
Proses kerja semprot CPT yaitu setengah tangki knapsack diisi dengan air,
kemudian herbisida ditakar dan dituang ke dalam knapsack, knapsack diisi penuh
dengan air. Knapsack dipompa sampai tekanan angin cukup. Gulma disemprot
secara merata dan mengikuti arah angin. Kendala yang ditemukan penulis pada
kegiatan semprot CPT yaitu takaran herbisida tidak akurat sehingga herbisida
yang digunakan sering kekurangan atau kelebihan, semprotan nozzle tidak
mengembun, kalibrasi semprot jarang dilakukan, dan penggunaan APD belum
lengkap.

5.1.4 Panen Tandan Buah Segar

a. Pelaksanaan panen TBS


Panen merupakan kegiatan pemotongan buah kelapa sawit yang telah
memenuhi kriteria matang panen kemudian bersama brondolannya dikumpulkan
dan diletakkan pada pasar pikul. Panen merupakan kegiatan utama dari seluruh
operasional kebun kelapa sawit yang bertujuan untuk mendapatkan jumlah TBS,
kernel, minyak (rendemen), dan mutu yang tinggi, biaya panen efisien dan
eksploitasi berjalan dengan baik sehingga mencapai potensi umur produktif
tanaman. Tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu
pelaksanaan ketentuan panen (sistem panen, rotasi panen, dan kriteria matang
panen).
Sistem panen yang diterapkan di PT SAL 1 adalah sistem ancak giring tetap.
Ancak merupakan luasan areal tertentu yang dipanen oleh pemanen. Ancak giring
tetap merupakan kombinasi dari sistem ancak giring dan ancak tetap. Ancak
giring tetap merupakan metode pengaturan ancak dengan menggiring pada jalur
panen yang sudah ditetapkan pada tiap-tiap pemanen. Rotasi panen adalah putaran
21

panen antara panen terakhir dengan panen selanjutnya di seksi atau blok yang
sama.
Rotasi panen yang digunakan di kebun PT SAL 1 adalah rotasi 6/7 artinya
areal dibagi menjadi 6 seksi dan dipanen selama 6 hari dalam 1 minggu. Seksi
panen adalah luasan areal produktif yang harus selesai dipanen dalam satu hari.
Kriteria matang panen di kebun PT SAL 1 tidak baku.
Kriteria matang panen dapat berubah sesuai peraturan yang diterbitkan oleh
manajemen. Kriteria matang panen yang digunakan antara lain 5 butir brondolan
di TPH dan panen asal memberondol saja. Norma kerja untuk pemanenan terdiri
dari dua target yaitu coverage area dan basis janjang.
Coverage area adalah luasan yang harus dipanen oleh seorang pemanen
yaitu 5 ha/HK dan basis panen adalah jumlah janjang yang harus dipanen oleh
pemanen yaitu 109-167 janjang tergantung umur tanaman dan jenis blok. Basis
panen pada hari Jumat adalah 73-134 agar pemanen yang beragama Islam lebih
cepat mencapai target dan dapat melaksanakan ibadah Sholat Jumat. Prestasi kerja
penulis adalah mengutip 10 karung brondolan dan menyusun pelepah pada ancak
panen seluas 5 ha, penulis tidak diperkenankan oleh pihak perusahaan untuk
melakukan pemanenan dikarenakan alasan keselamatan.
Alat yang digunakan dalam kegiatan pemanenan adalah APD, dodos, egrek,
gancu, kapak, karung dan batu asah. Mata dodos, egrek, dan kapak harus
dibungkus dengan kain atau karung saat dibawa keluar blok untuk menjaga
keamanan dan keselamatan kerja. Proses kerja dalam pelaksanaan panen yaitu
buah yang telah memberondol dipotong, pelepah yang ikut terpotong disusun di
gawangan mati. Tangkai buah dipotong membentuk cangkem kodok (V)
kemudian distempel dengan kode pemanen.
Brondolan yang terlepas saat buah terjatuh dikutip bersih. Buah dan
brondolan disusun di pasar pikul yang selanjutnya akan diangkut ke TPH oleh
pekerja infield. Kupon panen harus diisi dengan benar sesuai jumlah janjangan
yang dipanen dan diserahkan kepada petugas infield. Dokumentasi kegiatan panen
TBS dapat dilihat pada Gambar 7.

b C

d e
22

Gambar 7 Kegiatan panen (a) pemotongan TBS (b) pengutipan brondolan (c)
pembuatan cangkem kodok (d) cangkem kodok standar (e) buah busuk
yang tidak terpanen minggu sebelumnya
Berdasarkan pengamatan penulis kegiatan pemanenan di kebun PT SAL 1
masih belum sesuai dengan standar operasional prosedur sehingga terjadi
kehilangan hasil panen. Beberapa kesalahan yang penulis temukan yaitu pemanen
masih memotong buah mentah untuk mencapai basis panen atau premi panen,
buah tinggal dipokok masih ada karena pohon yang terlalu tinggi. Brondolan di
piringan tidak dikutip bersih dan dibuang ke gawangan mati dikarenakan waktu
untuk mengutip brondolan terlalu lama sementara pemanen harus mengejar target
panen. Pemanen terlalu banyak memotong pelepah sehingga tanaman kelapa sawit
menjadi over pruning.

b. Evakuasi TBS (infield)


Infield TBS adalah kegiatan evakuasi buah yang telah dipanen di dalam blok
menuju tempat pengumpulan hasil (TPH). Infield dapat dilaksanakan secara
manual dengan menggunakan angkong dan secara mekanis dengan menggunakan
transporter dan wintor bermesin diesel. TBS dievakuasi dari blok menuju TPH
menggunakan transporter dengan merek dagang Fastrex CT02. Transporter
didesain untuk penggunaan di lahan gambut karena dilengkapi dengan ban rantai
tank. Wintor didesain untuk penggunaan di lahan mineral. Transporter dan wintor
memiliki kapasitas angkut sebesar 350 kg dan angkong memiliki kapasitas angkut
sebesar 60 kg. Dokumentasi kegiatan infield disajikan pada Gambar 8.

a b

d
c
23

Gambar 8 Kegiatan infield (a) operator transporter menuju blok (b) TBS dimuat
kedalam bak transporter (c) TBS dimuat menggunakan angkong (d)
TBS disusun di TPH
Alat kerja yang digunakan dalam kegiatan infield TBS adalah angkong,
transporter, wintor, APD, digital counter, kartu near field communication (NFC),
dan tojok. Proses kerja infield TBS yaitu buah yang berada di pasar pikul diangkut
ke dalam bak unit infield, kupon panen yang telah dikumpulkan kemudian diinput
ke dalam digital counter data yang diinput meliputi blok, kode pemanen, dan
jumlah janjangan. Buah yang berada di dalam bak kemudian di susun rapi di TPH.
Unit infield yang telah selesai digunakan kemudian dicuci dan disimpan di
service point. Norma kerja untuk tiap unit infield berbeda yaitu angkong dengan
coverage area seluas 15 ha/HK dan basis tonase sebesar 4 ton/HK. Norma kerja
untuk unit infield transporter dan wintor dengan coverage area seluas 20-30
ha/HK dan basis tonase sebesar 9 ton/HK. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan
infield TBS adalah 1 ton dan coverage area seluas 3 ha.

5.1.5 Manajemen Pengendalian Hama


Manajemen pengendalian hama tanaman kelapa sawit merupakan proses
pengambilan keputusan untuk mengantisipasi dan mengontrol serangan hama
dalam jangka panjang. PT SAL 1 telah menerapkan sistem peringatan dini atau
early warning system (EWS) dalam mengamati perkembangan hama penyakit
tanaman kelapa sawit.
PT SAL 1 menerapkan pengendalian hayati (biological control) dalam
mengendalikan perkembangan hama. Pengendalian hayati adalah penggunaan
organisme hidup untuk menekan kepadatan populasi atau memberi pengaruh
terhadap organisme hama spesifik, yang membuat kepadatan populasi atau
kerusakannya menurun bila dibanding musuh alami tersebut absen. Selama
penulis melaksanakan PKL di PT SAL 1 tidak ada dilakukan pengendalian hama
secara kimia.

5.1.5.1 Perencanaan

5.1.5.1.1 Asisten Proteksi Tanaman (Asisten protan).


Asisten protan merupakan karyawan tingkat staf yang bertanggung jawab
atas terlaksananya kegiatan deteksi OPT dan pengendalian OPT pada kebun inti
dan kebun plasma. Asisten protan bertanggung jawab secara langsung kepada
administratur. Asisten protan membuat rencana kerja tahunan, semester, bulanan,
dan harian. Perencanaan ini meliputi luas areal yang akan dilakukan deteksi OPT,
luas areal yang akan ditanami beneficial plant dan perbaikan sarang burung hantu,
kebutuhan material dan alat pengendali bila sewaktu-waktu terjadi peledakan
hama, kebutuhan tenaga kerja, dan upah tenaga kerja.
Asisten protan bertugas menyusun jadwal rencana rotasi deteksi rutin untuk
semua blok setiap periode selama satu bulan dan membagikannya kepada
24

pengamat EWS paling lambat tanggal 25 pada bulan sebelum pelaksanaan jadwal
pengamatan. Jadwal EWS dibuat sesuai skala prioritas berdasarkan hasil EWS
pada bulan sebelumnya. Jadwal EWS ditempel pada papan pengumuman yang
terdapat di kantor kebun dan kantor afdeling. Jadwal pengamatan EWS dapat
dilihat pada Lampiran 7.
Sarana dan prasarana yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan deteksi OPT
meliputi beberapa hal yaitu: jadwal pengamatan yang telah direncanakan oleh
asisten protan sesuai dengan skala prioritas. Peta blok, APD, egrek yang
panjangnya disesuaikan dengan tinggi pohon kelapa sawit, dan tablet yang sudah
diinstal aplikasi early warning system.apk Astra Agro Lestari. Dokumentasi
sarana dan prasarana dapat dilihat pada Gambar 9.
25

a b

c d

Gambar 9 Sarana dan prasarana EWS (a) peta blok (b) boot (c) helm (d)
tablet EWS

PT SAL 1 mengelompokkan hama menjadi dua jenis yaitu hama ulat


pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) dan hama non UPDKS. Hama UPDKS
terdiri dari ulat api (Setora nitens, Setothosea asigna, Thosea bisura, Ploneta
diducta, dan Darna trima) dan ulat kantung (Mahasena corbetti, Metisa plana,
dan Crematopsyche pendula). Hama non UPDKS terdiri dari tikus pohon (Rattus
tiomanicus), rayap (Coptotermes curvignathus), dan kumbang tanduk (Oryctes
rhinoceros). Penulis melakukan perencanaan EWS hama ulat pemakan daun
kelapa sawit (UPDKS) dan hama non UPDKS di blok OA 1 (17.6 ha), OA 2
(16.49 ha), OA 3 (23.82 ha), OA 4 (27.84 ha), OA 5 (27.98 ha), dan OA 6 (22.86
ha).

5.1.5.1.2 EWS hama UPDKS

a. Penentuan titik sampel dan baris sampel.


Deteksi hama UPDKS dilakukan dengan penentuan titik sampel (TS) dan
baris sampel (BS) terlebih dahulu. Standar jumlah pokok dalam baris, jumlah
baris dalam blok, dan luas blok harus diketahui. Penentuan titik sampel
diusahakan menyebar dan merata pada setiap blok dengan norma titik sampel
yaitu 1 TS/ha. Titik sampel pertama ditetapkan pada pokok ke-3 di dalam baris
ke-3.
- Rumus interval titik sampel:
Jumlah pokok dalam baris-6
Interval TS =
n-1
n : jumlah titik sampel dalam baris (3 TS/baris)

- Rumus jumlah baris sampel:


26

Luas blok
Jumlah BS =
Jumlah titik sampel dalambaris

- Rumus interval baris sampel:


Jumlah baris dalam blok−6
Interval BS =
m−1
m : jumlah baris sampel dalam blok

Berikut ditampilkan contoh penetapan titik sampel (TS) dan baris sampel
(BS) pada Afdeling Alfa Blok OA 1:

Diketahui:
- luas blok : 17.6 ha
- jumlah baris tanaman : 88 baris
- jumlah tanaman/baris : 25 tanaman
-n :3

Dicari:
- interval titik sampel
- jumlah baris sampel
- interval baris sampel

Jawab:
Jumlah pokok dalam baris-6 25−6 19
- Interval TS = = = = 9.5
n-1 3-1 2
dibulatkan 10

Luas blok 17.6


- Jumlah BS = = =6
Jumlah titik sampel dalambaris 3

Jumlah baris dalam blok−6 88−6 82


- Interval BS = = = = 16.4 dibulatkan
m−1 6-1 5
16

Penetapan titik sampel (TS) dan baris sampel (BS) pada blok di atas
didapati jumlah titik sampel sebanyak 18 pokok, interval titik sampel sebesar 10
tanaman, dan interval baris sampel sebesar 16 baris. Titik sampel terletak pada
pokok ke 3, 13, dan 23 sedangkan baris sampel terletak pada baris ke 3, 19, 35,
51, 67, dan 83. Penentuan titik sampel pada blok OA 1 – OA 6 dapat dilihat pada
Tabel 7.

Tabel 7 Penentuan titik sampel blok OA 1 – 6


Blok Luas Jumlah Baris Jumlah Jumlah Interval Jumlah Interval
Dalam Tanaman Pokok Titik Baris Baris
Blok Dalam Baris Sampel Sampel Sampel Sampel

OA 1 17.60 88 25 18 10 6 16
27

OA 2 16.49 82 25 17 10 6 15
OA 3 23.82 119 26 24 10 8 16
OA 4 27.84 139 26 28 10 9 17
OA 5 27.98 140 25 28 10 9 17
OA 6 22.86 114 25 23 10 9 14

Sumber: Pengamatan penulis (2018)

Berdasarkan Tabel 7, blok yang ditentukan titik dan baris sampelnya


berjumlah 6 blok. Jumlah baris tanaman tiap blok berbeda-beda dengan jumlah
baris terbanyak ada pada blok OA 5 yaitu 140 baris dan terendah ada pada blok
OA 2 yaitu 82 baris. Jumlah pokok sampel tiap blok tergantung oleh luasan blok
tersebut. Interval antar pokok sampel sebesar 10 pokok dan interval antar baris
sampel sebesar 14 – 17 pokok.

b. Rotasi pokok sampel (PS)


Pokok sampel (PS) yang diamati selain titik sampel (TS) juga diamati
tanaman di sekeliling titik sampel pada lingkaran I dan II yang dapat dilihat pada
Gambar 9. Pokok sampel yang diamati pada rotasi ke 1 – 6 adalah pokok yang
berada di lingkaran I dan pokok sampel yang diamati pada rotasi ke 7 – 18 adalah
pokok yang berada di lingkaran II. Pokok sampel yang diamati pada rotasi
pertama adalah pokok sampel nomor 1, pokok sampel yang diamati pada rotasi
kedua adalah pokok sampel nomor 2. Rotasi pokok sampel bertujuan agar
tanaman tidak kekurangan pelepah. Arah rotasi pokok sampel dapat dilihat pada
Gambar 10.

Gambar 10 Arah rotasi pokok sampel (PS)

c. Jenis dan siklus hidup hama UPDKS


Hama ulat pemakan daun kelapa sawit terdiri dari dua jenis yaitu ulat api
dan ulat kantong. Kedua jenis UPDKS tersebut memiliki siklus hidup yang
berbeda. Pemahaman tentang siklus hidup UPDKS ini sangat penting agar bila
28

terjadi serangan dapat ditangani secara efektif dan efisien. Jenis dan siklus hidup
UPDKS dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Jenis dan siklus hidup UPDKS
Jenis UPDKS Jumlah Siklus Hidup
Telur Telur Larva Pupa Total Rerata
(butir) (hari) Hari Instar (hari) (hari) (hari)
Setothosea 300-400 4–8 45 – 59 8–9 37 – 42 86 – 109 96
asigna
Setora nitens ± 300 5–7 18 – 32 8–9 17 – 31 40 – 70 56
Thosea bisura ± 600 5–9 22 – 35 7–8 14 – 18 47 – 62 55
Thosea vetusta - 5–8 43 – 55 7–8 20 – 29 60 – 92 80
Darna trima 90 – 300 3–5 26 – 33 6–7 10 – 14 39 – 52 48
Mahasena 2000 - 3000 10 – 25 60 – 120 11 – 12 23 – 40 93 – 185 125
corbetti
Metisa plana 100 – 300 15 – 21 15 – 21 4–5 21 – 30 83 - 107 94

Sumber: Standar Operasional Prosedur Proteksi Tanaman

d. Batas kritis hama UPDKS


Penentuan batas kritis populasi ulat pemakan daun didasarkan pada tingkat
kehilangan luasan daun akibat dimakan selama fase ulat. Persentase kehilangan
luasan daun sangat dipengaruhi oleh tingkat populasi UPDKS/pelepah. Persentase
kehilangan luasan daun yang tinggi akan menyebabkan penurunan produksi
sebesar 50%. Batas kritis populasi UPDKS dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Batas Kritis Populasi UPDKS


Fase
Ulat api (ekor/pelepah) Ulat kantong (ekor/pelepah)
Tanaman
S. nitens T.bisura Darma M. corbetti M. C. pendula
S.asigna P.diducta trima plana
TBM 5 10 25 5 35 45
TM 10 20 30 10 70 90
Sumber: Standar Operasional Prosedur Proteksi Tanaman

e. Kategori serangan UPDKS


Tingkat serangan UPDKS dikelompokkan menjadi 3 kategori serangan
yaitu serangan ringan < 25% dari batas kritis, serangan sedang 24-25% dari batas
kritis dan serangan berat > 25% dari batas kritis. Serangan UPDKS dengan
serangan ringan belum perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi sedangkan
kategori serangan sedang dan berat perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi.
Kategori serangan berdasarkan batas kritis populasi UPDKS dapat dilihat pada
Tabel 10.

Tabel 10 Kategori serangan berdasarkan batas kritis populasi UPDKS


Ulat api Ulat kantong
Kategori
S. nitens T. bisura
seranga D. trima M. corbetti M. plana C. pendula
S. asigna P. Diducta
n
TBM TM TBM TM TBM TM TBM TM TBM TM TBM TM
Ringan <3 <7 <7 <15 <15 <35 <3 <7 <25 <50 <30 <65
Sedang 3-4 7-9 7-9 15- 15- 35- 3-4 7-9 25- 50- 30- 65-
19 24 49 34 69 44 89
29

Berat >5 >10 >10 >20 >25 >50 >5 >10 >35 >70 >45 >90
Sumber: Standar operasional prosedur proteksi tanaman

f. Penentuan arah gerak EWS


Arah gerakan deteksi OPT ditentukan oleh arah jurusan tanam kelapa sawit.
PT SAL 1 menerapkan jurusan tanam utara-selatan. Arah gerakan pelaksanaan
EWS antar baris sampel dimulai dari barat ke timur dan antar titik sampel dimulai
dari selatan ke utara. Arah gerakan deteksi OPT dapat dilihat pada Gambar 11

Gambar 11 Arah gerakan deteksi OPT

5.1.5.1.3 EWS hama tikus pohon (Rattus tiomanicus)


Organ yang diserang oleh tikus pada fase tanaman menghasilkan adalah
buah dan bunga jantan. Pokok sampel yang diamati adalah pokok yang berada
pada barisan sampel UPDKS. Jumlah sampel serangan tikus yang diamati harus
25 pokok sampel. Apabila jumlah pokok sampel per baris tidak mencapai 25
pokok maka diambil pokok di barisan sebelahnya sampai diperoleh total 25
pokok per baris sampel. Kategori serangan hama tikus disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Kategori serangan hama tikus (Rattus tiomanicus)


TM
Kategori serangan TBM (Pokok)
Buah Bunga jantan
Ringan < 5% < 5% < 10 %
Sedang 5-10% 5-10% 10-20%
Berat >10 % >10% > 20 %
Sumber: Standar operasional prosedur proteksi tanaman

5.1.5.2 Organisasi
Monitoring keberadaan hama kelapa sawit harus dilakukan secara rutin,
terorganisir, rapi, dan sistematis. Oleh karena itu diperlukan struktur organisasi
meliputi asisten protan, mandor 1 EWS, krani EWS, pengamat EWS, dan
30

karyawan perjanjian kerja untuk waktu tak tentu (PKWTT). Jumlah tenaga kerja
proteksi tanaman sebanyak 21 orang yang terdiri dari satu orang asisten protan,
satu orang mandor 1 EWS, satu orang krani EWS, enam orang pengamat EWS,
dan dua belas karyawan PKWTT. Struktur organisasi proteksi tanaman dapat
dilihat pada Lampiran 8.

a. Asisten protan
Asisten protan bertugas memberikan pengarahan kepada tim EWS pada saat
apel pagi. Pengarahan yang diberikan meliputi kelengkapan alat kerja dan APD,
evaluasi hasil pengamatan, melakukan verifikasi data hasil pengamatan sebelum
dikirim ke head office.
b. Mandor 1 EWS
Mandor 1 EWS merupakan karyawan non staf yang bertugas membantu
asisten protan dalam memberikan pengarahan kepada pengamat EWS, menerima
hasil pekerjaan lapangan dari pengamat, dan validasi keabsahan hasil pengamatan
EWS.
c. Karyawan administrasi (krani EWS)
Krani EWS merupakan karyawan non staf yang bertugas melakukan
rekapitulasi data hasil pengamatan EWS, gaji, premi, jumlah material dan alat
pengendali OPT. Krani memiliki tugas tambahan yaitu membantu menyediakan
data untuk review kegiatan EWS di akhir bulan dan juga membantu kepanitiaan
training pengamat EWS.
d. Pengamat EWS
Pengamatan OPT dilakukan oleh petugas EWS yang merupakan tenaga
khusus (specialist) selevel mandor yang bertanggung jawab langsung kepada
asisten proteksi tanaman. Norma kerja pengamatan OPT adalah 0.03 HK/ha dan
terdapat satu orang pengamat per afdeling. Pengamat EWS bertugas melakukan
pengamatan OPT pada blok yang telah dijadwalkan secara tepat, menghitung
populasi OPT pada pokok sampel secara cermat, mengamati gejala serangan dan
melaporkan hasil pengamatan kepada asisten protan. Form deteksi OPT dapat
dilihat pada Lampiran 9.
e. Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tentu (PKWTT)
PKWTT merupakan perjanjian kerja yang tidak ditentukan waktunya dan
bersifat tetap. Tenaga kerja ini bertugas melaksanakan kegiatan teknis proteksi
tanaman yaitu rawat tanaman bermanfaat dan perawatan sarang burung hantu
(gupon).

5.1.5.3 Pelaksanaan
Deteksi organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan suatu tindakan
pengamatan terhadap hama yang dapat mengganggu dan merusak tanaman hingga
menyebabkan kerugian secara ekonomi. Deteksi OPT bertujuan untuk mengetahui
sedini mungkin keberadaan jenis OPT, tingkat populasi, stadia OPT, kondisi,
pola, intensitas, luas, dan kategori serangan OPT di lapangan.
Deteksi OPT yang dilaksanakan oleh penulis adalah deteksi rutin. Deteksi
rutin dilakukan 1 kali/bulan pada semua blok dengan norma 1 – 2 blok/hari tanpa
menghiraukan ada atau tidak adanya serangan ulat. Deteksi rutin dilaksanakan
sesuai jadwal yang telah direncanakan oleh asisten protan.
31

a. Pelaksanaan EWS hama UPDKS


Pokok sampel (PS) yang dipilih adalah pokok yang paling banyak
ditemukan gejala baru serangan UPDKS atau pokok yang diperkirakan populasi
UPDKS paling banyak. Pelepah dengan serangan UPDKS terbanyak harus
dipotong menggunakan egrek.
Perimeter yang diamati pada pelepah yaitu jenis UPDKS, populasi ulat,
kepompong, dan telur serta ukuran ulat. Data pengamatan kemudian diinput ke
aplikasi EWS.apk menggunakan tablet. Data pengamatan diserahkan kepada krani
EWS untuk diinput ke dalam database kebun dan di kirim ke data center head
office. Hasil pengamatan deteksi OPT dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Deteksi rutin UPDKS
Tanggal Blok Luas Jumlah Jenis Jumlah Rata-rata Kategori IS LS
Sampel Ulat Pokok ulat/pelepah (%) (ha)
(pokok) Dominan Terserang
02/04/2018 OA 1 17.6 18 S. 1 1 Ringan 5.55 0.97
0 asigna
03/04/2018 OA 2 16.4 17 S. 1 3 Ringan 5.88 0.97
9 asigna
04/04/2018 OA 3 23.8 24 Nihil 0 0 Ringan 0 0
2
05/04/2018 OA 4 27.8 28 Nihil 0 0 Ringan 0 0
4
06/04/2018 OA 5 27.9 28 Nihil 0 0 Ringan 0 0
8
07/04/2018 OA 6 22.8 23 Nihil 0 0 Ringan 0 0
6
Sumber: Pengamatan penulis (Februari – April 2018)
Ket: IS : Intensitas Serangan
LS: Luas Serangan

Berdasarkan Tabel 12, blok yang terserang hama UPDKS adalah blok OA 1
dan blok OA 2 dengan jenis ulat dominan yaitu Sethotosea asigna. Serangan
UPDKS tertinggi terdapat pada blok OA 2 dengan intensitas serangan sebesar
5.88%. Intensitas serangan di bawah 25% termasuk kategori serangan ringan
sehingga pengendalian yang dilakukan hanya pengendalian secara hayati. Blok
yang tidak terserang hama UPDKS yaitu blok OA 3 – 6.

a b c
32

Gambar 12 Pelaksanaan EWS UPDKS (a) pemotongan pelepah sampel (b)


Sethotosea asigna (c) Sethotosea asigna dimangsa serangga predator

b. Pelaksanaan EWS hama tikus (Rattus tiomanicus)


Pelaksanaan deteksi hama tikus pada tanaman menghasilkan dilakukan
bersamaan dengan deteksi hama UPDKS. Parameter yang diamati pada pokok
sampel adalah adanya gejala serangan baru pada bunga dan buah. Dokumentasi
EWS tikus dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Gejala serangan tikus pada buah (a) bekas gigitan pada brondolan
(b) gigitan baru pada buah mentah (c) gigitan lama pada buah matang

Hasil pengamatan hama UPDKS dan non UPDKS kemudian diinput ke


dalam aplikasi early warning system.apk yang terinstal pada tablet. Data
pengamatan diserahkan kepada krani hama penyakit tanaman setelah pengamatan
selesai dilaksanakan. Hasil deteksi rutin hama tikus dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Deteksi rutin hama tikus
b c
Tanggal Blok Luas Jumlah Sampel Jumlah Pokok IS Kategori LS
(pokok) Terserang (%) (ha)
02/04/2018 OA 1 17.60 150 10 6.60 Sedang 1.17
03/04/2018 OA 2 16.49 142 12 8.45 Sedang 1.39
04/04/2018 OA 3 23.82 200 8 4.00 Ringan 0.95
05/04/2018 OA 4 27.84 233 11 4.72 Ringan 1.31
06/04/2018 OA 5 27.98 233 5 2.14 Ringan 0.60
07/04/2018 OA 6 22.86 192 16 8.33 Sedang 1.90
Sumber: Pengamatan penulis (April 2018)
Berdasarkan hasil rekapitulasi data pada Tabel 13 pengamatan hama tikus di
Afdeling Alfa, persentase serangan terbesar ada pada blok OA 2 dengan intensitas
serangan sebesar 8.45% kategori serangan sedang dan serangan terendah terdapat
pada blok OA 5 dengan intensitas serangan sebesar 2.14% kategori serangan
ringan. Berdasarkan SOP PT SAL 1 kategori serangan ringan sampai sedang tidak
perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi karena burung hantu (Tyto alba)
masih dapat diandalkan untuk memangsa tikus.

c. Pelaksanaan Pengendalian UPDKS


33

Pengendalian hayati adalah penggunaan organisme hidup untuk menekan


kepadatan populasi atau memberi pengaruh terhadap organisme hama spesifik,
yang membuat kepadatan populasi atau kerusakannya menurun bila dibanding
musuh alami itu absen. Organisme yang digunakan oleh PT SAL 1 dalam
mengendalikan hama tanaman kelapa sawit adalah beneficial plant yaitu paku
harupat (Nephrolepis biserrata), bunga pukul delapan (Turnera subulata), bunga
air mata pengantin (Antigonon leptopus), predator UPDKS yaitu Sycanus
dichotomus, Cosmolestes picticeps, dan Eucanthecona sp.

Tanaman bermanfaat (beneficial plant)


Tanaman bermanfaat yang ditanam di PT SAL 1 terdiri dari paku harupat
(Nephrolepis biserrata), bunga pukul delapan (Turnera subulata), dan bunga air
mata pengantin (Antigonon leptopus). Paku harupat merupakan salah satu
tanaman bermanfaat yang dibudidayakan di PT SAL 1. Paku harupat ditanam
pada gawangan mati karena memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai tempat
bertelurnya parasitoid, tanaman penutup tanah, meningkatkan cadangan air tanah,
dan mengembalikan unsur hara. Paku harupat ditanam di sepanjang gawangan
mati.
Bunga pukul delapan (Turnera subulata) adalah spesies bunga dari famili
Passifloraceae yang berasal dari Meksiko dan Hindia Barat. Disebut bunga pukul
delapan karena bunga ini mekar pada pukul delapan pagi. Bunga ini bermanfaat
sebagai tanaman rumah (host plant) dan menyediakan makanan cadangan bagi
parasitoid UPDKS. Bunga pukul delapan ditanam pada pinggir jalan koleksi dan
jalan utama. Standar penanaman bunga pukul delapan adalah 50 m/ha areal tanam.
Bunga air mata pengantin (Antigonon leptopus) adalah tanaman merambat
(liana) yang tumbuh dengan cepat dan mampu mencapai panjang 8 m. Bunga air
mata pengantin ini bermanfaat sebagai tempat tinggal Cosmolestes picticeps.
Tanaman bermanfaat dapat dilihat pada Gambar 14.

a b
34

Gambar 14 Tanaman bermanfaat (a) Nephrolepis biserrata (b) Turnera subulata


(c) Antigonon leptopus (d) pembibitan Turnera subulate

Alat yang digunakan dalam perawatan tanaman bermanfaat adalah APD,


cangkul, dan parang. Gulma yang berada di sekitar tanaman bermanfaat
dibersihkan dengan cangkul dan parang digunakan untuk memangkas cabang
tanaman, cabang ini selanjutnya digunakan sebagai bibit dalam perbanyakan
Turnera subulata. Turnera subulata ditanam di pinggir jalan koleksi (collection
road) dan jalan utama (main road), Antigonon leptosus ditanam pada sudut blok,
dan Nephrolepis sp ditanam pada gawangan mati. Norma kerja untuk rawat
tanaman bermanfaat adalah 0.25 ha/HK dengan rotasi 1 kali/bulan. Hasil
pengamatan realisasi penanaman Turnera subulata dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Realisasi penanaman Turnera subulata


Tanggal Blok Luas Tanam Target Tanam Realisasi Tanam Coverage
Kelapa Sawit (m2) (m2) (%)
(ha)
02/04/2018 OA – 01 17.60 879.75 146.60 16.66
02/04/2018 OA – 02 16.49 824.60 157.90 19.14
02/04/2018 OA – 03 23.82 1 191.15 183.50 15.40
02/04/2018 OA – 04 27.84 1 391.85 252.34 18.12
02/04/2018 OA – 05 27.98 1 398.90 332.00 23.73
03/04/2018 OA – 06 22.86 1 142.75 254.68 22.28
03/04/2018 OA – 07 23.26 1 163.05 305.76 26.28
03/04/2018 OA – 08 26.16 1 307.80 326.95 25.00
03/04/2018 OA – 09 28.53 1 426.50 331.62 23.24
03/04/2018 OA – 10 24.63 1 231.60 295.90 24.02
06/04/2018 OA – 11 24.48 1 223.80 289.00 23.61
06/04/2018 OA – 12 24.59 1 229.60 322.40 26.21
06/04/2018 OA – 13 28.25 1 412.45 360.10 25.49
06/04/2018 OA – 14 28.40 1 419.85 453.30 31.92
07/04/2018 OA – 15 24.84 1 242.15 400.00 32.20
07/04/2018 OA – 16 24.50 1 225.05 421.35 34.39
07/04/2018 OA – 17 24.53 1 226.40 390.80 31.86
07/04/2018 OA – 18 24.80 1 240.20 425.50 34.30
07/04/2018 OA – 19 28.50 1 425.20 455.06 31.93
Total 19 472.06 23 602.65 6 104.76 25.86
Sumber: Pengamatan penulis (April 2018)
35

Berdasarkan Tabel 14, target tanam Turnera subulata di afdeling alfa adalah
sebesar 23 602.65 m2 dengan realisasi penanaman sampai bulan April telah
mencapai 6 104.76 m2 atau coverage sebesar 25.86%. Realisasi penanaman
Turnera subulata di afdeling alfa belum berjalan sesuai target bulanan yaitu
8.33% per bulan atau sebesar 33.33% sampai bulan April.

5.1.5.4 Penangkaran Predator (Sycanus dichotomus) UPDKS


Serangga predator adalah organisme yang memangsa serangga hama untuk
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sycanus dichotomus bersifat polifagus,
yaitu serangga yang mempunyai kisaran mangsa yang luas dari famili yang
berbeda pada tingkat larva dan pupa. Predator ini memiliki alat mulut yang
panjang sehingga mampu menusuk dan menghisap cairan haemolimfa mangsanya.
Oleh karena itu Sycanus dichotomus memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai musuh alami UPDKS.
Sycanus dichotomus merupakan serangga hemimetabola dikarenakan
perubahan dari tahap nimfa menjadi imago tidak menunjukkan perubahan yang
signifikan. Siklus hidup Sycanus dichotomus terdiri dari fase telur, nimfa tahap 1
– 5, dan imago. Siklus hidup Sycanus dichotomus mulai dari telur hingga
kematian adalah ± 138 hari. Periode inkubasi telur Sycanus dichotomus adalah ±
17 hari, instar 1 selama ± 17 hari, instar 2 selama ± 15 hari, instar 3 selama ± 12
hari, instar 4 selama ± 13 hari, instar 5 selama ± 20 hari, dan fase imago selama ±
44 hari. Siklus hidup Sycanus dichotomus dapat dilihat pada Gambar 15.

a b

c d

e f g
36

Gambar 15 Siklus hidup Sycanus dichotomus (a) telur (b) instar 1 (c) instar 2
(d) instar 3 (e) instar 4 (f) instar 5 (g) imago

Sycanus dichotomus dibudidayakan secara intensif di PT SAL 1.


Penangkaran predator terdapat di emplacement Afdeling Echo – Fanta. Predator
ini dikumpulkan dari bunga pukul delapan (Turnera subulata) yang ditanam di
pinggir blok dengan menggunakan plastik bening. Penangkapan predator harus
dilakukan secara hati-hati karena Sycanus dichotomus memiliki mulut bertipe
menusuk dan menghisap (stylet) yang dapat melukai kulit manusia. Predator yang
terkumpul dimasukkan ke dalam kotak peneluran berukuran 60 x 60 x 60 cm
dengan bagian dalam kotak dilapisi kain kelambu. Setiap kotak diisi 20 pasang
Sycanus dichotomus jantan dan betina.
Sycanus dichotomus diberi pakan ulat grayak (Spodoptera litura) sebanyak
5 ulat/kotak/hari. Kelembaban kotak dijaga setiap hari dengan cara disemprot air
menggunakan hand sprayer. Sycanus dichotomus betina mulai bertelur setelah
terjadi pembuahan. Betina meletakkan telurnya pada kain kelambu. Telur
dipisahkan dari indukan dengan cara memotong kain kelambu. Kain kelambu
disimpan di dalam gelas plastik. Nimfa instar 1 dan 2 diberi pakan alternatif yaitu
madu. Nimfa instar 3 sampai 5 dipindahkan ke dalam kotak separation box
ukuran 50 x 25 x 30 cm dengan daya tampung 200 – 300 nimfa. Nimfa diberi
pakan ulat grayak sebanyak 15 – 20 ekor ulat/kotak/hari. Kegiatan penangkaran
Sycanus dichotomus dapat dilihat pada Gambar 16.

a b
37

Gambar 16 Penangkaran Sycanus dichotomus (a) rumah penangkaran


(b) pemberian pakan madu (c) ulat grayak sebagai pakan (d) pelepasan
Sycanus dichotomus pada blok terserang hama UPDKS

a. Pelaksanaan pengendalian tikus (Rattus tiomanicus)


Hama tikus (Rattus tiomanicus) di PT SAL 1 dikendalikan dengan
meggunakan predator alami tikus yaitu burung hantu (Tyto alba). Seekor burung
hantu mampu memangsa 2-5 tikus/hari. Sarang burung hantu (gupon) dipasang di
dalam blok dengan norma 2 gupon/blok pada lahan gambut dan 1 gupon/blok
pada lahan mineral. Gupon merupakan rumah dan tempat berkembang biak
burung hantu. Dokumentasi kegiatan monitoring burung hantu dapat dilihat pada
Gambar 17.

a b

c
d
38

Gambar 15 Kegiatan monitoring burung hantu (a) gupon (b) induk burung hantu
(c) telur dan anakan (d) anakan umur 1 minggu
Satu gupon dihuni oleh sepasang burung hantu jantan dan betina. Jenis
gupon yang digunakan di PT SAL 1 adalah gupon berbahan kayu. Gupon
berbahan kayu memiliki kelebihan yaitu nyaman bagi burung hantu dan biaya
materialnya yang murah, kekurangan adalah mudah lapuk dan jangka waktu
penggunaan singkat (4-5 tahun). Gupon dilengkapi dengan pintu kontrol dan pintu
masuk burung hantu. Hasil pengamatan kondisi gupon disajikan pada Tabel 15.
39

Tabel 15 Pengamatan kondisi gupon burung hantu


Tanggal Blok Jenis Tanah Jumlah Kondisi Induk Anak Telur
Gupon Baik Rusak
02/04/2018 OA 1 Mineral 2 2 0 4 0 0
02/04/2018 OA 2 Mineral 2 1 1 2 0 0
02/04/2018 OA 3 Minaral 2 2 0 4 0 0
02/04/2018 OA 4 Semi gambut 2 2 0 4 0 0
02/04/2018 OA 5 Semi gambut 2 1 1 2 0 0
03/04/2018 OA 6 Gambut 2 0 2 0 0 0
03/04/2018 OA 7 Gambut 2 2 0 4 0 0
03/04/2018 OA 8 Gambut 2 2 0 4 0 0
03/04/2018 OA 9 Gambut 3 3 0 6 0 0
03/04/2018 OA 10 Gambut 2 2 0 4 4 0
06/04/2018 OA 11 Gambut 2 0 2 0 0 0
06/04/2018 OA 12 Gambut 2 2 0 4 0 0
06/04/2018 OA 13 Gambut 3 2 1 4 0 0
06/04/2018 OA 14 Gambut 3 3 0 6 0 0
07/04/2018 OA 15 Gambut 2 2 0 4 0 0
07/04/2018 OA 16 Mineral 2 1 1 2 3 4
07/04/2018 OA 17 Mineral 2 1 1 2 0 0
07/04/2018 OA 18 Gambut 2 1 1 2 0 0
07/04/2018 OA 19 Gambut 2 1 1 2 0 0
Total 19 41 30 11 60 7 4
Sumber: Pengamatan penulis

Berdasarkan Tabel 14, gupon yang ada pada blok OA 1 – 19 berjumlah 41


buah dengan perincian 30 buah pada kondisi baik dan 11 buah pada kondisi rusak.
Indukan burung hantu yang ditemukan berjumlah 60 ekor, anakan berjumlah 7
ekor, dan telur berjumlah 4 butir.

5.1.5.5 Pengawasan
a. Asisten proteksi tanaman
Pengawasan yang dilakukan oleh asisten protan meliputi pengawasan
pelaksanaan deteksi OPT yang dilakukan oleh pengamat EWS, menganalisa data
hasil pengamatan untuk menentukan langkah selanjutnya bila terjadi serangan
hama, mengawasi penggunaan alat kerja dan alat pelindung diri. Asisten protan
wajib melakukan teguran baik secara lisan maupun tulisan kepada mandor 1,
krani, dan pengamat EWS apabila berbuat kesalahan dan memberikan pengarahan
kepada bawahannya.
b. Mandor 1 EWS
Mandor 1 EWS merupakan karyawan non staf yang bertugas membantu
asisten protan dalam mengawasi pelaksanaan deteksi rutin OPT. Pengawasan
dilakukan pada afdeling acak oleh mandor 1. Mandor 1 memeriksa kelengkapan
alat kerja dan alat pelindung diri pada saat apel pagi. Mandor 1 melakukan
evaluasi dan pembinaan terhadap petugas EWS dan PKWTT berdasarkan hasil
pengawasan di lapangan. Mandor 1 berhak memberi teguran ataupun sanksi
kepada bawahannya yang melakukan penyimpangan kerja dan
mendokumentasikannya pada berita acara pemeriksaan personil (BAPP)
c. Petugas early warning system (EWS)
Petugas EWS merupakan tenaga kerja khusus yang bertugas melakukan
deteksi OPT dan bertanggung jawab langsung kepada asisten protan. Hama dan
40

penyakit salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam budidaya kelapa
sawit. Akibat yang ditimbulkan hama dan penyakit sangat besar, dari penurunan
hasil produksi hingga kematian tanaman. Petugas EWS memiliki bawahan 2
orang karyawan PKWTT yang bertugas melaksanakan kegiatan teknis
pengendalian hayati. Petugas EWS mengawasi karyawan PKWTT tentang
pemakaian alat kerja dan APD. Petugas EWS wajib memberikan teguran terhadap
kesalahan yang dilakukan karyawan.

5.2 Aspek Manajerial

Aspek manajerial yang dilaksanakan oleh penulis yaitu tahapan pendamping


mandor selama 4 minggu dan pendamping asisten selama 4 minggu. Mandor
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan operasional di lapangan. Mandor
panen bertanggung jawab atas seluruh kegiatan panen yang dilaksanakan oleh
karyawan panen dimulai dari potong buah hingga buah tersusun di TPH.
Mandor rawat bertugas mengawasi jalannya kegiatan rawat di lapangan
mulai dari kegiatan pengendalian gulma manual, pengendalian gulma chemist,
pruning, pemupukan organik, dan pemupukan anorganik. mandor yang terdapat di
afdeling yaitu mandor manual, mandor chemist, mandor pruning, mandor pupuk
organik, dan mandor pupuk anorganik. Petugas EWS merupakan pekerja khusus
setara mandor yang bertanggung jawab secara langsung kepada asisten HPT.
Mandor memiliki kegiatan yang wajib diikuti yaitu apel pagi afdeling,
briefing bersama asisten afdeling dan kepala kebun untuk mendapatkan arahan
tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan, mengikuti kegiatan kontrol berjenjang
tingkat afdeling dan tingkat kebun (gemba), mengisi daftar hadir dan kelengkapan
alat kerja karyawan, pengarahan dan pengawasan karyawan, pelaporan hasil kerja,
dan mengikuti meeting optimist.
Mandor I bertugas sebagai kepercayaan asisten afdeling dalam pembinaan
sekaligus pengawasan terhadap semua pekerjaan teknis di lapangan agar semua
kegiatan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Hubungan antara mandor I
dengan mandor rawat dan mandor panen adalah instruksi. Asisten afdeling
bertanggung jawab atas kualitas dan ketuntasan pekerjaan panen dan rawat di
afdeling yang dipimpinnya. Penulis melaksanakan aspek manajerial sebagai
pendamping mandor selama 4 minggu dan pendamping asisten selama 4 minggu.
Aspek manajerial yang dilaksanakan oleh penulis di Afdeling Alfa yaitu:

5.2.1 Pendamping mandor


Mandor I merupakan karyawan non staf yang bertugas mengatur semua
kegiatan yang ada di lapangan dan berada satu tingkat di bawah asisten afdeling.
Tanggung jawab serta fungsi mandor I lebih luas dibanding dengan mandor-
mandor lainnya. Mandor I mempunyai tugas untuk mengontrol semua jenis
pekerjaan yang dilakukan, sekaligus memberikan penilaian terhadap hasil kerja
tersebut.
Mandor I mempunyai hak untuk menegur para mandor lain jika mandor
tersebut melakukan kesalahan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Mandor I
juga memiliki tugas untuk mengkoordinasikan kegiatan harian rawat berdasarkan
lembar rencana kerja (LRK) Mandor I berwenang untuk mengecek semua jenis
41

kegiatan, baik kegiatan administrasi (permintaan dan penerimaan barang) sebelum


mendapat persetujuan dari kepala afdeling. Selain itu, mandor I menjamin bahwa
pekerjaan yang dilakukan selesai dan sesuai dengan norma/target serta membuat
laporan harian hasil kerja dan melaporkan masalah-masalah yang dihadapi ke
kepala afdeling.
Selama menjadi pendamping mandor I penulis melaksanakan kegiatan yang
diinstruksikan oleh mandor I yaitu memimpin apel pagi. Apel pagi merupakan
kegiatan yang wajib dilaksanakan setiap hari. Hal yang dibahas pada apel pagi
yaitu evaluasi kegiatan kerja hari kemarin (H+1), instruksi kerja hari berjalan
(H+0), sosialisasi acara yang akan diadakan oleh perusahaan seperti tabligh akbar,
dan acara donor darah. Penulis memimpin kegiatan rapat harian (meeting optimis)
yang dilaksanakan setiap sore setelah kegiatan operasional di lapangan selesai.
Hal yang dibahas dalam kegiatan meeting optimis yaitu hasil kerja kegiatan rawat
dan panen, cost harian, taksasi panen besok hari, kendala yang terjadi di lapangan
dan pemecahan masalahnya. Hasil kegiatan rawat dan panen kemudian dilaporkan
kepada krani rawat dan krani panen.
Sosialisasi dibutuhkan guna mendukung berjalannya kegiatan di afdeling.
Sosialisasi yang dilakukan oleh mandor I antara lain sarapan bersama karyawan
dan mandor, mengikuti acara rutin yang diadakan di perumahan karyawan seperti
kegiatan baca yasin. Mandor I juga bertanggung jawab dalam memberikan
motivasi kepada mandor dan karyawan.
Mandor chemist merupakan karyawan non staf yang bertugas mengawasi
kegiatan pengendalian gulma secara kimia. Tugas mandor chemist di lapangan
yaitu mengarahkan pelaksanaan kalibrasi mencatat KHL yang bekerja,
menentukan areal yang akan diaplikasikan, mengawasi pekerjaan, mengawasi
penggunaan herbisida, dan mengisi buku harian mandor. Sebelum pelaksanaan
rawat, mandor menentukan areal/blok yang akan dilakukan pekerjaan rawat,
kebutuhan tenaga kerja, dan jangka waktu penyelesaian. Seorang mandor biasanya
membawahi 5 – 10 tenaga kerja. Sedangkan luas areal yang diawasi dalam satu
blok berkisar 25 – 30 hektar. Mandor perlu memperhatikan penggunaan
herbisida dan letak sumber air. Pemeriksaan hasil kerja karyawan dilakukan 3 hari
setelah penyemprotan untuk herbisida kontak atau dua minggu setelah
penyemprotan herbisida sistemik. Apabila gulma belum mati atau mengering,
penyemprotan ulang dilakukan oleh pekerja tersebut tanpa diberi upah. Selama
menjadi pendamping mandor penulis mengawasi kegiatan penyemprotan CPT dan
piringan.
Mandor pruning merupakan karyawan non staf yang bertugas mengawasi
kegiatan pemangkasan pelepah kelapa sawit (pruning). Mandor pruning
melakukan persiapan untuk pelaksanaan pekerjaan dan antisipasi masalah yang
mungkin muncul. Pemeriksaan absensi dan kelengkapan alat kerja dilakukan oleh
mandor pruning.
Mandor pruning membagi ancak dan memastikan setiap ancak sudah terisi
oleh pekerja panen. Mandor pruning memiliki kewajiban melakukan feedback,
memberikan pembinaan, teguran atau sanksi apabila terjadi penyimpangan
pekerjaan pruning berdasarkan hasil pengecekan lapangan dan
mendokumentasikannya pada berita acara pemeriksaan personil (BAPP).
Kesalahan yang sering dilakukan oleh pekerja pruning yaitu ancak tidak
tuntas dikerjakan, mangkir dari pekerjaan, dan pulang sebelum pekerjaan selesai.
42

Penulis melakukan pengawasan terhadap karyawan mulai dari karyawan masuk ke


dalam blok hingga keluar blok dan mengecek hasil kerja karyawan. Hasil kerja
karyawan dievaluasi jika target atau pencapaian kerja karyawan tidak tercapai.
Mandor juga melakukan sosialisasi dengan karyawan di saat ada waktu luang.
Mandor pupuk merupakan karyawan non staf yang bertugas mengawasi
pekerjaan aplikasi pupuk di lapangan. Mandor pupuk terbagi menjadi mandor
TKKS dan mandor pupuk anorganik. Rencana program pemupukan dibuat oleh
kantor pusat dan diserahkan kepada masing-masing kantor cabang untuk
selanjutnya dilaksanakan.
Kegiatan pemupukan direncanakan pada beberapa blok dan dikerjakan
hingga tuntas dalam satu hari kerja. Sebelum melakukan pemupukan, PIC dari
kegiatan ini membuat perencanaan areal/blok yang akan dipupuk, jumlah
kebutuhan pupuk (tonase), jenis dan dosis pupuk, kebutuhan tenaga kerja, dan
jadwal pemupukan. Sistem pemupukan dengan ”sistem gang” membutuhkan
penjadwalan yang teratur agar pemupukan dapat tuntas bersama. Mandor harus
menguasai blok yang akan dipupuk untuk memudahkan pendistribusian pupuk,
pengarahan, dan pengawasan pekerja.
Mandor pupuk membuat surat permintaan barang kepada kepala gudang
yang diserahkan kepada kerani afdeling untuk kemudian disetujui oleh kepala
afdeling dan diperiksa kepala kebun. Mandor pupuk dibantu oleh mandor I dan
mandor rawat untuk mengawasi pemupukan. Mandor pupuk berangkat lebih awal
dari apel pagi menuju gudang untuk mengawasi proses pengangkutan pupuk ke
blok dan memastikan jumlah pupuk sama seperti bon permintaan barang.
Pupuk dimuat pada pagi hari dan diangkut menggunakan truk menuju blok
yang akan dipupuk dan diecer di pinggir jalan koleksi. mandor pupuk harus
mengawasi proses muat pupuk dengan cermat untuk mengurangi terjadinya
kehilangan pupuk (losses). Sebelum pelaksanaan pemupukan, dilakukan briefing
untuk karyawan oleh mandor I dan mandor pupuk. Pada saat briefing,
asisten/mandor menjelaskan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan,
mengingatkan sistem penaburan pupuk yang benar, mengarahkan dari mana arah
pemupukan, menghitung dan mengurutkan kelompok, serta mencatat nama
karyawan.
Pada saat kegiatan pemupukan, mandor mengawasi dengan seksama untuk
mencegah terjadinya kesalahan dan kecurangan dalam pelaksanaan pemupukan.
Pemupukan dalam satu blok umumnya diawasi oleh 5 orang mandor, 2 mandor
mengawasi blok bagian dalam melalui pasar tengah (kontrol) dan 3 mandor
mengawasi blok bagian luar (arah utara dan selatan).
Mandor yang mengawasi bagian dalam blok bertugas memastikan
pemupukan dimulai dari pasar tengah, sedangkan mandor yang mengawasi blok
bagian luar memastikan memastikan pekerja masuk ke dalam jalur sesuai dengan
nomor urut kelompok dan mengintruksikan agar karung bekas kemasan pupuk
dikumpulkan kembali. Seorang mandor umumnya membawahi 5 – 10 karyawan
dan mengawasi areal seluas 25 – 30 hektar. Buku mandor rawat dapat dilihat pada
Lampiran 10.
Mandor panen mandor panen merupakan karyawan non staf yang bertugas
mengawasi proses kegiatan panen mulai dari pemotongan buah sampai buah tiba
di TPH. Pelaksanaan panen memerlukan sistem kontrol panen yang ditekankan
43

pada pekerjaan panen, baik proses maupun hasil. Buku mandor panen dapat
dilihat pada Lampiran 11.
Sebelum pelaksanaan panen, mandor panen harus mengatur ancak karyawan
pemanen. Pengawasan pelaksanaan panen yang dilakukan antara lain pemeriksaan
ancak pemanen (buah tinggal, brondolan tinggal, dan susunan pelepah),
pemeriksaan TPH (buah mentah, buah busuk, tangkai panjang, dan susunan buah),
melaksanakan penalty panen sesuai SOP, melakukan sensus buah untuk rotasi
panen berikutnya, serta membagi karung brondolan ke karyawan pemanen.
Mandor panen mempunyai tanggung jawab untuk menjamin ketuntasan ancak
karyawan pemanen meliputi tidak adanya buah tinggal, brondolan tinggal, buah
mentah, buah busuk, dan buah dengan tangkai panjang serta menjamin penalty
panen berjalan. Form sensus panen dapat dilihat pada Lampiran 12.
Kegiatan penulis saat menjadi mandor panen di Afdeling Alfa yaitu
mengawasi pemanen supaya mengikuti standar kualitas yang telah ditetapkan.
Pengawasan pemanenan buah mentah, meninggalkan buah masak, dan
meninggalkan brondolan merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Selain
itu, pemotongan pelepah rapat pada batang tanaman, tangkai buah harus dipotong
berbentuk V atau cangkem kodok, pelepah tinggal atau sengkleh tidak
diperbolehkan, dan pelepah harus disusun rapi di gawangan mati. Pengawasan
yang dilakukan kemudian dicatat di laporan produksi panen harian. Permasalahan
yang terjadi di lapangan ketika pemanen tidak mengikuti apel pagi dan tidak
memberitahukan kabar. Hanca yang telah dibagikan harus diubah kembali supaya
target panen pemanen dapat terpenuhi. TBS sering tinggal di gawangan dan tidak
dipanen karena kondisi jalan dalam blok yang rusak. Form permintaan bahan
bakar minyak dapat dilihat pada Lampiran 13.
Pendamping asisten Kegiatan yang dilakukan pada tingkat afdeling
merupakan tanggung jawab dari seorang asisten afdeling. Asisten afdeling
bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan program kerja dan target
mingguan serta bulanan sesuai program kerja kebun, mengevaluasi hasil-hasil
kegiatan dan mengarahkan pemecahan masalah di tingkat afdeling, melaksanakan
pengawasan dan pemeriksaan (kontrol) kegiatan lapangan, melakukan
pengawasan dan penilaian terhadap prestasi mandor, melakukan administrasi
afdeling dengan penilaian terhadap prestasi mandor, melakukan administrasi
afdeling dengan dibantu oleh mandor I, dan mengelola seluruh kegiatan afdeling
secara efektif dan efisien agar sesuai dengan lembar rencana kerja yang telah
dibuat. Kegiatan administrasi tersebut, antara lain membuat Lembar Rencana
Kerja (LRK) yaitu rencana kerja per item pekerjaan yang berisi rencana luas areal
yang akan dikerjakan, rencana tenaga kerja yang akan digunakan, dan rencana
material yang akan digunakan.
Tugas kepala afdeling yang berkaitan dengan kegiatan manajerial yaitu
merencanakan, mengorganisasikan, dan mengawasi pekerjaan perawatan tanaman
dalam rangka mewujudkan pertumbuhan tanaman yang diharapkan,
merencanakan, mengorganisasikan, dan mengawasi pekerjaan pemanenan dalam
rangka pencapaian target produksi baik kuantitas maupun kualitas, menggunakan
anggaran tahunan untuk kegiatan atau operasional afdeling sesuai dengan norma,
mengorganisasikan sumberdaya manusia sesuai dengan kebutuhan, dan
melaksanakan fungsi-fungsi sosial. Selama menjadi pendamping asisten, penulis
44

melakukan pengawasan terhadap kegiatan di Afdeling Alfa (OA). Buku asisten


rawat dapat dilihat pada Lampiran 14.
Penulis ikut mengontrol pekerjaan bersama dengan asisten afdeling ke
lapangan yang sedang melaksanakan pekerjaan. Dalam pelaksanaan tugas kontrol
pemupukan “sistem gang” asisten menjadi penanggung jawab pada satu aspek
kegiatan angkut dan tabur. Pengawasan pemupukan di afdeling kerja perlu
diawasi supaya pekerjaan pemupukan dapat tepat waktu. Selain kegiatan
pengawasan di lapangan, penulis juga melakukan kegiatan pengolahan data
perencanaan dan realisasi kerja rawat. Kegiatan ini dilakukan dengan
memasukkan data-data rencana pelaksanaan rawat yang dibandingkan dengan
realisasi di lapangan. Hal yang terkait dengan data tersebut adalah blok, luas blok,
total luas, jenis pekerjaan, bulan dan tahun perencanaan dan realisasi. Form genba
dapat dilihat pada Lampiran 15.

6 PEMBAHASAN

6.1 Hama Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (Setothosea asigna) dan Hama
Tikus (Rattus tiomanicus)

6.1.1 Hama Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (Sethotosea asigna)


Hama UPDKS dapat ditemukan pada semua umur tanaman kelapa sawit.
UPDKS yang dominan di PT SAL 1 adalah ulat api (Setothosea asigna) yang
merupakan salah satu hama penting pada perkebunan kelapa sawit. Tingkat
kerugian yang disebabkan serangan ulat ini bervariasi tergantung jumlah populasi.
Ledakan populasi ulat api dapat disebabkan oleh ekosistem perkebunan yang tidak
seimbang. Ekosistem yang tidak seimbang membuat musuh alami tidak mampu
mengendalikan mangsanya.
Gejala serangan ulat api yaitu memakan helaian anak daun (rachis) dari
pinggir menuju ke tulang anak daun (midrib) sehingga pelepah menjadi melidi.
Stadia yang merusak dari hama ini adalah stdia larva. Ulat api merupakan
serangga dengan metamorfosis sempurna (holometabola) di mana bentuk fisik
dari larva menjadi imago sangat berbeda. Siklus hidup ulat api dimulai dari stadia
telur, larva, pupa, dan imago. Setiap stadia memiliki waktu yang berbeda yaitu
stadia telur ± 7 hari, larva instar 1 – 9 ± 59 hari, stadia pupa ± 42, dan stadia
imago ± 7 hari. Total siklus hidup ulat api (Setothosea asigna) adalah 109 hari.
Berdasarkan Tabel 7, jumlah titik sampel EWS UPDKS pada blok OA 1- 6
telah sesuai dengan standar operasional perusahaan yaitu 1 titik sampel/ha. Luas
blok dibulatkan ke atas sehingga didapat jumlah titik sampel dengan bilangan
bulat. Interval antar titik sampel pada ke-6 blok tersebut sama yaitu sebesar 10
pokok dikarenakan adanya pembulatan ke atas. Jumlah baris sampel dan interval
baris sampel yang diamati tergantung luas blok. Blok OA 3 – 6 tidak terserang
hama UPDKS ini dikarenakan melimpahnya populasi serangga predator UPDKS.
45

6.1.2 Hama Tikus (rattus tiomanicus)


Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku muride. Tiga spesies tikus
yang teridentifikasi sebagai hama pada tanaman perkebunan kelapa sawit adalah
tikus pohon (Rattus tiomanicus), tikus sawah (Rattus argentiventer), dan tikus
rumah (Rattus diardi). Tikus merupakan hama yang secara ekonomis penting
untuk dikendalikan karena dapat menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM)
dan tanaman menghasilkan (TM). Pada TBM tikus menyerang bagian titik
tumbuh (umbut) kelapa sawit sehingga dapat menyebabkan kematian tanaman.
Pada TBM tikus menyerang bagian bunga jantan dan buah, baik buah mentah atau
buah matang yang dapat menurunkan produksi TBS sampai dengan 5% setara
dengan 240 kg CPO/ha/tahun saat populasi tikus mencapai 306 ekor/ha. Serangan
terjadi pada bunga jantan karena tikus mencari telur dan larva dari serangga
penyerbuk Elaidobius kamerunicus. Selain itu tikus juga memakan daging buah,
baik buah muda maupun buah matang.
Ciri-ciri buah kelapa sawit yang diserang oleh hama tikus adalah daging
buah habis dimakan sehingga yang tersisa hanya tempurungnya. Tikus
berkembang menjadi dewasa dalam waktu 2 – 3 bulan sehingga sudah dapat
melakukan perkawinan. Masa mengandung tikus ± 20 hari dan mampu
mengandung anak sebanyak 4 – 13 ekor. Setelah masa melahirkan tikus siap
melahirkan kembali dalam waktu ± 2 hari. Apabila kondisi lingkungan
mendukung, seluruh anak tikus mampu berkembang menjadi dewasa.
Perkembangan populasi tikus tergantung pada ketersediaan bahan makanan dan
tempat persembunyiannya. Tikus memerlukan banyak sumber nutrisi untuk dapat
berkembang biak. Tikus membuat sarang di lubang bawah tanah. Sarang dibuat
dengan banyak terowongan dengan tujuan mengelabui predator. Sarang tikus
terdiri dari banyak pintu, pintu utama untuk akses setiap hari dan pintu darurat
untuk melarikan diri dari kejaran predator.

6.2 Pengendalian Hama UPDKS

Pengendalian hama UPDKS di PT SAL 1 dilakukan secara hayati dengan


menggunakan tanaman bermanfaat (beneficial plant) dan predator (Sycanus
dichotomus).

6.2.1. Tanaman Bermanfaat (beneficial plant)


6.2.1.1 Paku harupat (Nephrolepis biserrata)
Nephrolepis biserrata merupakan salah satu tanaman bermanfaat yang
dibudidayakan di PT SAL 1. Paku ini memiliki banyak manfaat pada perkebunan
kelapa sawit diantaranya untuk menjaga kelembaban lahan gambut di musim
kemarau, tanaman penutup tanah, sumber bahan organik. Serangga predator
membutuhkan tempat yang lembab untuk berkembang biak sehingga pakis
berfungsi sebagai tempat bertelur predator hama UPDKS.
46

6.2.1.2 Bunga air mata pengantin (Antigonon leptopus)


Bunga air mata pengantin (Antigonon leptopus) adalah tanaman merambat
yang bermanfaat dalam menjaga keseimbangan populasi antara hama UPDKS dan
predator. Predator yang sering ditemukan hinggap pada bunga ini adalah
(Cosmolestes sp) predator ini merupakan serangga dari golongan kepik. Predator
ini memiliki ciri-ciri didominasi warna kuning dan tungkai lebih panjang
dibanding predator lainnya. Bunga pukul delapan memiliki manfaat lain yaitu
mengundang lebah sehingga membantu penyerbukan kelapa sawit. Bunga air
mata pengantin ditanam pada sudut blok dengan standar ukuran kerangka 1.5 x
1.5 x 1.5 m.

6.2.1.3 Bunga pukul delapan (Turnera subulata)


Bunga pukul delapan (Turnera subulata) merupakan tanaman bermanfaat
yang digunakan untuk mengendalikan hama UPDKS. Bunga pukul delapan
memiliki ciri fisik berdaun tunggal, mahkota bunga berwarna kuning, dan tinggi
dapat mencapai ± 90 cm. Bunga ini mekar dari pukul delapan pagi sampai pukul
12 siang. Bunga pukul delapan menghasilkan nektar yang merupakan makanan
cadangan bagi serangga predator. Ketika populasi UPDKS menurun tidak terjadi
persaingan antara serangga predator dalam memperebutkan makanan
Bunga pukul delapan dapat dibudidayakan dengan cara vegetatif
menggunakan stek dan generatif menggunakan biji. Perbanyakan bunga pukul
delapan di PT SAL 1 dilakukan dengan cara stek. Bahan stek disemai terlebih
dahulu pada polybag. Setelah tumbuh kemudian ditanam di pinggir jalan utama
dan jalan koleksi. Bunga pukul delapan memiliki kelebihan yaitu tumbuh baik
pada areal terbuka dan tidak tahan terhadap naungan.
Target penanaman yang belum tercapai disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu hari hujan, kehadiran karyawan, dan kebutuhan bibit yang belum tercukupi.
Kebutuhan bibit yang belum tercukupi ini dikarenakan pada PT SAL 1 belum
tersedia lokasi pembibitan khusus Turnera subulata. Pembibitan Turnera
subulata ditempatkan pada pasar pikul di pinggir blok tanaman kelapa sawit. Bibit
Turnera subulata menjadi rusak karena tertimpa pelepah atau buah saat kegiatan
pemanenan.

6.2.2 Pengendalian UPDKS dengan Serangga Predator

6.2.2.1 Sycanus dichotomus


Sistem pengendalian UPDKS yang diterapkan di PT SAL 1 adalah
pengendalian secara hayati atau biologi. Pengendalian yang dilakukan yaitu
dengan menanam beneficial plant dan penangkaran predator (Sycanus
dichotomus). Sycanus dichotomus memiliki kemampuan pengendalian hama yang
sangat baik karena predator ini merupakan serangga polifag. Satu ekor Sycanus
dichotomus mampu memangsa 3-4 ulat perhari. Serangga predator lain yang
ditemukan saat pelaksanaan EWS yaitu Cosmolestes picticeps dan Eocanthecona
furcellata. Melimpahnya jenis serangga predator disebabkan karena beragamnya
jenis beneficial plant yang ditanam di PT SAL 1. Populasi serangga predator yang
melimpah berdampak pada populasi UPDKS yang rendah.
47

6.3 Pengendalian Hama Tikus (Rattus tiomanicus) dengan Burung Hantu


(Tyto alba)

Pengendalian hama tikus (Rattus tiomanicus) di PT SAL 1 dilakukan secara


hayati dengan menggunakan musuh alami tikus yaitu burung hantu (Tyto alba).
Pengendalian dengan menggunakan musuh alami ini sangat efektif dikarenakan
dapat menekan intensitas serangan hama tikus. Kemampuan burung hantu dalam
memangsa tikus sebesar 4 – 6 ekor tikus/malam. Pemanfaatan burung hantu
mampu mengurangi biaya pengendalian tikus dibanding pengendalian secara
kimiawi.
Burung hantu merupakan salah satu predator yang potensial untuk
mengendalikan serangan hama tikus (Rattus tiomanicus). Burung hantu termasuk
predator tikus yang potensial karena memiliki kelebihan yaitu struktur bulu yang
didesain khusus sehingga mampu meminimalkan suara saat terbang. Burung hantu
memiliki indra penglihatan yang tajam dengan mata yang didesain untuk melihat
pada intensitas cahaya yang sangat rendah. Burung hantu memiliki leher yang
sangat fleksibel sehingga kepalanya dapat berputar sebesar 270o dalam empat arah
yaitu kiri, kanan, atas, dan bawah. Indra pendengaran burung hantu sangat tajam
sehingga mampu mendengar suara yang kecil dari jarak yang sangat jauh.
Burung hantu memiliki ciri fisik yaitu bulu sayap atas berwarna abu-abu
kekuningan dan bulu sayap bawah berwarna putih dengan bintik hitam. Bulu
burung hantu memiliki desain khusus yang dapat meredam suara saat terbang.
Burung hantu memiliki kaki yang dilengkapi dengan empat cakar yang kokoh dan
tajam. Ukuran tubuh betina lebih besar dibanding jantan. Burung hantu memiliki
paruh besar dan melengkung dengan ujung runcing dan tajam.

Berdasarkan hasil monitoring burung hantu, gupon yang rusak dapat


disebabkan oleh beberapa hal seperti tertimpa pelepah kelapa sawit, cuaca, dan
material pembuat gupon. Pelepah yang jatuh dan menimpa gupon saat kegiatan
panen dan pruning dapat menyebabkan gupon rusak. Cuaca yang fluktuatif
menyebabkan kayu yang digunakan sebagai material gupon menjadi cepat lapuk.
Blok dengan kondisi gupon yang rusak dapat menyebabkan peningkatan populasi
tikus dikarenakan tidak ada musuh alami pada blok tersebut. Gupon harus dibuat
menyerupai habitat asli sehingga burung hantu bisa menetap pada blok
teritorialnya.

7 SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Pengendalian hama di Kebun Inti 1 sudah berjalan dengan sangat baik dan
dilakukan secara hayati atau biologi. Intensitas serangan hama UPDKS
(Sethotosea asigna) terbesar terdapat pada blok OA 2 yaitu 5.88% dengan
kategori ringan. Blok OA 3 – 6 tidak terserang UPDKS. Pengendalian UPDKS
dilakukan dengan menanam beneficial plant yaitu paku harupat (Nephrolepis
48

biserrata), bunga pukul delapan (Turnera subulata), bunga air mata pengantin
(Antigonon leptopus), dan penggunaan serangga predator (Sycanus dichotomus).
Penanaman Turnera subulata belum mencapai target bulanan. Instensitas
serangan hama tikus terbesar ada pada blok OA 2 yaitu 8.45% dengan kategori
sedang. Hama tikus dikendalikan dengan memanfaatkan musuh alaminya yaitu
burung hantu (Tyto alba). Gupon burung hantu yang rusak berjumlah 11 gupon.

7.2 Saran

Pengawasan pelaksanaan deteksi OPT harus ditingkatkan dalam hal


penggunaan alat kerja dan alat pelindung diri. Manajemen pembibitan Turnera
subulate harus dilakukan secara terstruktur dengan menyediakan lokasi
pembibitan khusus. Gupon dengan kondisi rusak harus segera diperbaiki untuk
menjaga populasi burung hantu di blok tanaman kelapa sawit. Penangkaran
Sycanus dichotomus harus dilakukan lebih intensif dengan menambah kebutuhan
kotak separation box.
49

DAFTAR PUSTAKA

Adi P. 2010. Kaya Dengan Bertani Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Penerbit
Pustaka Baru Pr.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan 2017. Statistik Perkebunan Tree
Corp Estate Statistics 2015-2017. Kelapa Sawit Palm Oil. Jakarta (ID):
Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan.
Kiswanto, Purwanta JH, Wijayanto B. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit.
Slameto, editor. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Koswara S. 2006. Integrated Pest Management dalam Industri Pangan. [Internet].
[diunduh 2017 Des 2]. Tersedia pada: http://tekpan.unimus.ac.id/wp-
content/uploads/2013/07/Manajemen-Pengendalian-Hama-dalam-Industri-
Pangan.pdf.
Liau SS, Ahmad A. 1993. Defoliation and croploss in young oil palms. Selangor
(MY): Palm Oil Research Institute of Malaysia.
Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis gunineensis Jacq.) di Indonesia. Pematang
Siantar (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Mangoensoekarjo S. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Semangun H,
editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.
Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.
Pahan I. 2015. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit untuk Prakisi
Perkebunan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. 90 Tahun Penelitian Kelapa Sawit
Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Pardamean M. 2011. Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit.
Prabawati A, editor. Yogyakarta (ID): Lily Publisher.
Pasaribu N. 2004. Minyak buah kelapa sawit [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Risza S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta (ID):
Penerbit Kanisius.
Sudharto. 2005. Pengendalian Terpadu Terhadap Ulat Pemakan Daun Kelapa
Sawit (UPDKS). Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Sudharto, Susanto A, Harahap ZA, Purnomo E. 2000. Pengendalian Kumbang
Tanduk Oryctes rhinoceros pada Tumpukan Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Yullia
T, editor. Jakarta (ID): Agromedia.
Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. Opi, editor Jakarta (ID): Agromedia.
50

LAMPIRAN
Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan Praktik Kerja Lapangan sebagai Karyawan Harian di PT Sari Aditya Loka Jambi
Prestasi Kerja Lokasi
Tanggal Uraian Kegiatan
Penulis Karyawan Standar
03 Februari 2018 Melapor kepada Kabag HRG - - - Kantor Besar PT SAL-1
Melapor kepada Kepala
05 Februari 2018 Kebun Inti I - - - Kantor kebun Inti I
Melapor kepada Afdeling Alfa
06 Februari 2018 Pemupukan anorganik 0.1 HK/ha 0.2 HK/ha 0.2 HK/ha Blok OA 3
07 Februari 2018 Pemupukan anorganik 0.1 HK/ha 0.32 HK/ha 0.31 HK/ha Blok OA 11 dan OA 16
08 Februari 2018 Pemupukan anorganik 1 ha 3.3 ha/HK 3.3 ha/HK Blok OA 4
09 Februari 2018 Pengendalian gulma 1 ha 6.25 HK/ha 5 ha/HK Blok OA 10
10 Februari 2018 Pemupukan anorganik 2 ha 5 ha 5 ha Blok OA 4
12 Februari 2018 Pemupukan organik 6 plong 25 plong 20 plong Blok OA 3
13 Februari 2018 Deteksi OPT 26 titik sampel 26 titik sampel 26 titik sampel Blok OA 18
14 Februari 2018 Pengendalian gulma kimia 1 ha 4.5 ha 3.6 ha Blok OA 14
15 Februari 2018 Gemba Kebun - - - Afd Delta OD 17
16 Februari 2018 LIBUR - - - -
17 Februari 2018 Deteksi OPT 24 titik sampel 24 titik sampel 24 titik sampel Blok OA 17
19 Februari 2018 Panen - 3.8 ton 2 ton Blok OA 9
20 Februari 2018 Panen - 4 ton 1.9 ton Blok OA 13
21 Februari 2018 Panen - 2.7 ton 2 ton Blok OA 15
22 Februari 2018 Panen (Infield) - 4.8 ton 2.9 ton Blok OA 1
23 Februari 2018 Pruning - 4.5 ha 5 ha Blok OA 12
24 Februari 2018 Deteksi OPT 24 titik sampel 24 titik sampel 24 titik sampel Blok OA 10
26 Februari 2018 Pengendalian gulma manual 2 ha 4 ha 3.6 ha Blok OA 13
27 Februari 2018 Pengendalian gulma manual 25 pohon 32 pohon 28 pohon Blok OA 6
28 Februari 2018 Deteksi OPT 24 pohon sampel 24 pohon sampel 1 ha Blok OA 11

49
50

Lampiran 2 Jurnal Harian Kegiatan Praktik Kerja Lapangan sebagai pendamping mandor/mandor besar di PT Sari Aditya Loka
Jambi
Prestasi Kerja Penulis Lokasi
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KH yang Luas Areal yang Lama Kegiatan
diawasi (orang) Diawasi (ha) (jam)
01 Maret 2018 Rawat Path chemist 4 32.64 7 Blok OA 11 dan OA 16
02 Maret 2018 Rawat Path chemist 2 16.3 7 Blok OA 16
03 Maret 2018 Rawat Circle chemist 4 24.59 7 Blok OA 12
05 Maret 2018 Rawat circle weeding manual 2 1 7 Blok OA 11
06 Maret 2018 Rawat pemupukan BO Tankos 2 0.3 7 Blok OA 3
07 Maret 2018 Rawat weeding chemist 1 3.49 7 Blok OA 11
08 Maret 2018 Pupuk 6 27.98 7 Blok OA 5
09 Maret 2018 Deteksi OPT - 24.48 5 Blok OA 11
10 Maret 2018 Deteksi OPT - 24.59 5 Blok OA 12
12 Maret 2018 Deteksi OPT - 28.25 5 Blok OA 13
13 Maret 2018 Deteksi OPT - 28.40 5 Blok OA 14
14 Maret 2018 Deteksi OPT - 24.84 5 Blok OA 15
15 Maret 2018 Deteksi OPT - 24.50 5 Blok OA 16
16 Maret 2018 Deteksi OPT - 24.53 5 Blok OA 17
17 Maret 2018 Libur - - - -
19 Maret 2018 Panen 6 23.86 7 Blok OA 7
20 Maret 2018 Panen 6 24.53 7 Blok OA 17
21 Maret 2018 Panen 6 18.44 7 Blok OA 14
22 Maret 2018 Panen 6 28.53 7 Blok OA 9
23 Maret 2018 Panen 6 23.62 7 Blok OA 3
24 Maret 2018 Deteksi OPT - 17.60 5 Blok OA 1
26 Maret 2018 Deteksi OPT - 16.49 5 Blok OA 2
27 Maret 2018 Pemupukan anorganik 2 19.02 7 Blok OA 9
28 Maret 2018 Pemupukan anorganik 3 23.26 7 Blok OF 17
29 Maret 2018 Pemupukan anorganik 3 24.63 7 Blok OA 10
30 Maret 2018 Libur - - - -
31 Maret 2018 Pemupukan anorganik 4 28.53 7 Blok OA 9
Lampiran 3 Jurnal Harian Kgiatan Praktik Kerja Lapangan sebagai Pendamping Asisten/Kepala Afdeling di PT Sari Aditya
Loka, Jambi
Prestasi Kerja Penulis Lokasi
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang Luas Areal yang Lama Kegiatan
diawasi (orang) Diawasi (ha) (jam)
02 April 2018 Deteksi OPT 1 17.6 4 Blok OA 1
03 April 2018 Deteksi OPT 1 16.49 5 Blok OA 2
04 April 2018 Deteksi OPT 1 23.82 5 Blok OA 3
05 April 2018 Deteksi OPT 1 27.84 5 Blok OA 4
06 April 2018 Deteksi OPT 1 27.98 5 Blok OA 5
07 April 2018 Deteksi OPT 1 22.86 5 Blok OA 6
09 April 2018 Supervisi Dosen - - - Kantor Kebun Inti I
10 April 2018 Supervisi Dosen - - - Kantor Kebun Inti I
11 April 2018 Pemupukan anorganik 1 24.59 7 Blok OA 12
12 April 2018 Rawat circle chemist 1 5.68 7 Blok OA 14
13 April 2018 Rawat Path chemist 1 11.36 7 Blok OA 14
14 April 2018 Libur - - - -
16 April 2018 Rawat tabur BO Tankos 1 0.22 7 Blok OA 3
17 April 2018 Panen 3 82.37 7 Blok OA 9, OA 8, dan OA 5
18 April 2018 Panen 3 85.75 7 Blok OA 2, OA 3, dan OA 4
19 April 2018 Panen 3 98.18 7 Blok OA 10, OA 11, OA 16, OA 17
20 April 2018 Panen 3 102.73 7 Blok OA 12, OA 15, OA 18, OA 19
21 April 2018 Panen 3 99.18 7 Blok OA 1, OA 4, OA 5, OA 8
23 April 2018 Panen 3 98.14 7 Blok OA 10, OA 11, OA 16, OA 17
24 April 2018 Rawat tanaman gulma 1 22.86 7 Blok OA 6
25 April 2018 Rawat tanaman gulma 1 23.82 7 Blok OA 3
26 April 2018 Pruning 1 24.63 7 Blok OA 10
27 April 2018 Pruning 1 17.6 7 Blok OA 1
28 April 2018 Presentasi PKL - - 10 Kantor Kebun Inti I PT SAL-1

51
52

Lampiran 4 Peta Kebun Inti 1 PT Sari Aditya Loka 1 Jambi


P T. S AR I ADITYA LO KA - 1
P ETA KERJA
KE BUN INTI - 1 Ke SPG

1 POS SA TPA M 2

4 3

5 6

8 7

9 AFD. A 10

13 12 11

14 15 16

19 18 17

1 2 3

6 5 4
E m pla s m e nt A, B
7 8 9 10
E m pla s m e nt
14 AFD. B 13 12 11

15 16 17 18 19

23 22 21 20

1 2 3 4

8 7 6 5

9 10 11 AFD. C 12

16 15 14 13

17 18 19 20

24 23 22 21

1 2 3 4

8 7 AFD. D 6 5

9 10 11 12

16 15 E m pla s m e nt C, D
14 13

17 18 19 20

1 2 3 4

8 7 6 5

9 AFD. E 10 11
U
14 13 12

15 16 17

20 19 18

21 22 23

1 2 3

6 5 4

7 AFD. F 8 9

12 11 10
KE TE R ANG AN :
J a la n P oro s 13 14
S un ga i 15
Ana k S ung a i 16 E m pla s m e nt E ,F
P O S S ATP AM
E m pla s m e nt 17 18
J e m ba t a n/G o rong-goron g
20 19 Ke S P . I, Int i-2
POS SA TPA M

Ke SP.C /Kantor Bes ar /POM

File : M. E xc e l :\MIR A -te k \ P e t a P e rk e ras an J alan


Lampiran 5 Data Curah Hujan Dan Hari Hujan Tahun 2008 – 2017 di PT SAL 1 Jambi

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Bulan CH CH CH CH CH CH CH CH CH CH
HH (mm) HH (mm) HH (mm) HH (mm) HH (mm) HH (mm) HH (mm) HH (mm) HH (mm) HH (mm)
Januari 12 393.5 9 141 17 362 15 168.5 8 117.5 16 445.5 19 308 12 136 21 321.5 14 197.2

Februari 6 94 7 85 15 453 19 208.5 22 473.3 13 234.8 7 122.1 16 251 20 256.7 16 173.7

Maret 15 332 14 242 17 382 20 181.8 10 185.3 14 185.5 8 116,9 23 299.5 26 335.7 16 265

April 10 261 14 289 17 159.4 15 331.5 21 257.3 17 311 18 198.5 24 371 26 323.3 15 219.6

Mei 9 169 8 147.5 14 142.9 11 119.3 12 147.8 18 206.8 17 328.6 11 255.6 18 175.7 20 447.4

Juni 8 276 2 17 16 387.5 7 142.8 5 146.3 8 76 8 98.3 11 138.4 7 57.9 11 39

Juli 7 103 3 77 14 136.3 10 180.8 11 141.5 13 197.8 13 167 - - 14 80.2 15 128.6

Agustus 10 175 5 114 16 189.3 6 86.8 3 14.3 5 85.3 18 143.8 3 37.5 14 135.2 15 129.9

September 9 175 8 22.8 11 142 10 214.5 6 51.8 13.8 304.5 6 26.1 3 20.3 16 160.9 24 160.8

Oktober 10 229 13 176 16 287.3 14 262 14 426 13 150,8 10 103.4 5 30.9 15 148.2 19 148.3

November 12 252 19 220 16 282.3 15 292 20 255 21 374.9 25 266.4 19 349.3 19 456.2 25 223

Desember 12 305 15 485 13 176.5 17 416.5 18 698.8 20 300.6 23 330.9 18 215.8 9 94.9 20 206.9
12 11 18 15 15 171. 17 14 20 21
2 764 2 016.3 3 100.3 2 604.8 2 914.5 2 873.3 2 209.9 2 105.5 2 546.5 2 339.3
Total 0 7 2 9 0 8 2 5 5 0
1 1 1 1 1 1 1 1
Rata-Rata 230 168 258 217 243 14 239 14 184 175 212 195
0 0 5 3 3 2 7 8
BB   11   8   12   11   10   10   10   9   9   11
BK   0   2   0   0   2   0   1   2   1   1
Sumber: Kantor Besar PT SAL-1
Rata−rata BK
Keterangan : HH : Hari Hujan (hr) Tipe Iklim ( Q )= x 100 %
Q = Rata-rata BK x 100 % Rata−rata BB
CH : Curah Hujan (mm) = 0.9/10.1x 100%
BB : Bulan Basah (> 100 mm)
BK : Bulan Kering (< 60 mm) = 8.91%

53
54
Berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson, PT SAL-1 termasuk ke dalam tipe iklim A = 0 % ≤ Q < 14.3 % perhumid dengan vegetasi hutan Tropis
Lampiran 6 Struktur Organisasi Kebun Inti 1 PT SAL 1 Jambi
Lampiran 7 Jadwal Deteksi OPT rutin di Kebun Inti 1 PT SAL 1

59
60
Lampiran 8 Struktur Organisasi Proteksi Tanaman PT SAL 1

Lampiran 9 Form Deteksi OPT


62
Lampiran 10 Buku Mandor Rawat 61
Lampiran 11 Buku Mandor Panen
64

Lampiran 12 Form Sensus Panen Harian


63
Lampiran 13 Form permintaan Bahan Bakar Minyak
66

Lampiran 14 Buku Asisten Rawat 65


Lampiran 15 Form Genba

67
RIWAYAT HIDUP

Gery Johanes Horason Sipayung lahir pada tanggal 09


juni 1997 di Kota Pematang Siantar Sumatera Utara. Penulis
terlahir dari pasangan bapak Juhanter Jaramin Sipayung dan ibu
Lucia Rumondang Pasaribu. Penulis anak pertama dari 3
bersaudara.
Penulis menyelesaikan Taman kanak-kanak (TK) pada
tahun 2001- 2003 di TK Methodist 2 Kisaran, Kabupaten
Asahan. Tahun 2003 – 2009 penulis menyelesaikan Sekolah
Dasar (SD) di SD Methodist 2 Kisaran, Kabupaten Asahan.
Tahun 2009 – 2012 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di SMP Sw Bintang Timur Pematang Siantar
dan tahun 2012 – 2013 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
di SMKN 1 Raya, Kabupaten Simalungun. Tahun 2015 penulis diterima sebagai
mahasiswa Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor engan PROGRAM STUDI
Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan. Penulis diterima melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulisan karya ilmiah ini ditulis oleh penulis untuk memperoleh gelar Ahli
Madya melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan selama 3 bulan
mulai tanggal 05 Februari 2018 sampai dengan 28 April 2018 di Provinsi Jambi
dengan judul tugas akhir “Manajemen Pengendalian Hama Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Menghasilkan di Kebun Inti 1 PT Sari Aditya Loka 1
Jambi”. Penulis dibimbing oleh dosen pembimbing ibu Hidayati Fatchur Rochmah,
SP MSi dan bapak Trah Hutomo Aji Pamungkas SP sebagai pembimbing lapang
selama PKL di PT Sari Aditya Loka 1.

Anda mungkin juga menyukai