Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH ASKEB IV A

 FIBRIOADENOMA, KISTA SARCOMA FILODES, SARCOMA


 KANKER PAYUDARA, TUMOR JINAK DAN GANAS PADA; VULVA,
VAGINA, TUBA, UTERUS DAN OVARIUM

Disusun oleh :

Anastasia Cinthia Uly (2012-52-004)

Ria Elisabeth (2012-52-042)

Yasinta Asriani (2012-52-056)

STIK SINT CAROLUS JAKARTA

D III KEBIDANAN

2014

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatNya pembuatan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.Adapun tugas ini
disusun guna memenuhi tugas ASKEB IV (patologi kebidanan) di STIK SINT CAROLUS.

Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan yang dihadapi.
Namun akhirnya semua kesulitan tersebut dapat diatasi. Mengingat hal itu, penulis menyadari
dan meyakini bahwa dalam menyelesaikan makalah ini penulis tidak lepas dari kesulitan dan
kekurangan yang dihadapi. Dan dalam pembuatan makalah ini penulis juga mendapat bantuan,
dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada ibu Dian Woro,s.keb selaku pembimbing dalam mata kulia Askeb 1v A ini.
Makalah ini berjudul “Askeb pada ibu dengan gangguan fibrio adenoma,kista sarcoma
filodes,sarcoma,kanker payudara,tumor jinak dan ganas pada vulva,vagina,tuba,uterus,ovarium”

Untuk itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun, penulis terima dengan
tangan terbuka. Besar harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi semua untuk menambah ilmu pengetahuan.

Jakarta, April 2014

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................................................

Kata Pengantar................................................................................................................................

Daftar Isi ................................................................................................................................

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Fibrioadenoma ...............................................................................................................

2.2 Kista Sarcoma Filodes................................................................................................

2.3 Sarcoma............................................................................................................................

2.4 Kanker Payudara................................................................................................................

2.5 Tumor jinak dan ganas vulva, vagina, tuba, uterus dan ovarium

BAB III

Kesimpulan dan Saran.................................................................................................................

Daftar Pustaka................................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang


Fibroadenoma mammae (FAM), umumnya menyerang para remaja dan wanita dengan
usia di bawah 30 tahun. Adanya fibroadenoma atau yang biasa dikenal dengan tumor payudara
membuat kaum wanita selalu cemas tentang keadaan pada dirinya. Terkadang mereka
beranggapan bahwa tumor ini adalah sama dengan kanker. Yang perlu ditekankan adalah kecil
kemungkinan dari fibroadenoma ini untuk menjadi kanker yang ganas.Fibroadenoma mammae
adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan
fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini
disebut sebagai tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau oval,
bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat kita gerakkan dengan
mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga dapat bergerak, oleh sebab itu sering
disebut sebagai ”breast mouse”.
Kanker merupakan penyebab kematian no. 6 di Indonesia (Depkes, 2003) dan
diperkirakan terdapat 100.000 penduduk setiap tahunnya di dunia diperkirakan 7,6 juta orang
meninggal akibat kanker dan 84 juta orang akan meninggal hingga 10 tahun kedepan, (WHO,
2005). Jenis kanker yang sering ditemukan di Indonesia secara umum adalah kanker leher
rahim, payudara, hati, paru, kulit, nasofaring, kelenjar getah bening, usus besar dan lain-lain.

WHO menyatakan sepertiga sampai setengah dari semua jenis kanker dapat di cegah
1/3 dapat disembuhkan bila di temukan pada tahap permulaan atau stadium dini sisanya dapat
diringankan penderitanya.Oleh karena itu, upaya untuk mencegah kanker dan menemukan
kanker stadium dini merupakan upaya yang penting karena disamping membebaskan
masyarakat dari bahaya kanker, juga menekan biaya pengobatan.

1.2  Rumusan masalah


1.    Bagaimana terjadi Fibrioadenoma?
2. Bagaiman terjadi kista Sarcoma filodes
3. Bagaiman terjadi Sarcoma
4. Bagaiman terjadi kanker payudara
5. Bagaiman terjadi tumor jinak dan ganas pada Vulva, Vagina, Tuba, Uterus,
Ovarium

1.3  Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1.      Agar mahasiswa mengetahui definisi dari Fibrioadenoma.
2. Agar mahasiswa mengetahui definisi dari sarcoma folides
3.      Agar mahasiswa mengetahui definisi darisarcoma
4.      Agar mahasiswa mengetahui definisi kanker payudara.

4
5.      Agar mahsiswa mengetahui definisi tumor jinak dan ganas pada vulva,vagina,
tuba, uterus, ovarium

1.4  Manfaat Penulisan


1.   Bagi penulis
Penulis mengharapkan makalah ini dapat memenuhi tugas dan menambah
pengetahuan, serta dapat lebih baik lagi dalam menyusun makalah selanjutnya.
2.    Bagi pembaca
Makalah ini dapat menjadi referensi dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
3.   Bagi institusi pendidikan
Makalah ini dapat menjadi sebagai bahan ajar atau menambah koleksi perpustakaan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. FIBROADENOMA

Fibroadenoma adalah benjolan padat yang kecil dan jinak pada payudara yang
teridiri dari jaringan kelenjar dan fibrosa.Benjolan ini biasanya ditemukan pada wanita
muda, seringkali ditemukan pada remaja putri. Fibroadenoma mammae adalah tumor
jinak yang paling sering terjadi pada wanita. Tumor ini terdiri dari gabungan antara
kelenjar glandula dan fibrosa.

Secara histologi:

- Intracanalicular fibroadenoma; fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur


dibentuk dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan epitel.

- Pericanalicular fibroadenoma; fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar


atau kista yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan. Tumor ini
dibatasi letaknya dengan jaringan mammae oleh suatu jaringan penghubung.

Fibroadenoma yang sering ditemukan berbentuk bundar atau oval, tunggal, relative
mobile, dan tidak nyeri. Massa berukuran diameter 1-5cm. Biasanya ditemukan secara
tidak sengaja.

2.1.2. Etiologi dan Epidemiologi

Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa


penyebabsesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa
pengaruhhormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari
fibroadenomamammae, hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah
padasiklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor iniadalah
tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekalitidak dapat
menjadi kanker atau tumor ganas.Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita
usia muda, yaitupada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari
NSWBreats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan
usia21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya
lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkanlaporan dari Western
Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanitadengan umur antara 15 dan
25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%)wanita mengalami fibroadenoma dalam
hidupnya. Namun, kejadianfibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang

6
lebih tua atau bahkansetelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih
kecil disbanding pada usia muda.

2.1.3 Penyebab

Fibroadenoma ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Biasanya


ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi
hormon estrogen meningkat Fibroadeno mamammae dibedakan menjadi 3 macam:

• Common Fibroadenoma

• Giant Fibroadenoma umumnya berdiameter lebih dari 5 cm.

• Juvenile fibroadenoma pada remaja.

2.1.4 Gejala

 Pertumbuhan fibroadenoma mammae umumnya tidak menimbulkan rasa sakit,


hanya ukuran dan tempat pertumbuhannya yang menyebabkan nyeri pada
mammae. Pada saat disentuh kenyal seperti karet
 Benjolan mudah digerakkan, batasnya jelas dan bisa dirasakan pada SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri)
 Teraba kenyal karena mengandung kolagen (serat protein yan gkuat yang
ditemukan didalam tulang rawan, urat daging dan kulit).

Pemeriksaan sendiri

1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran


payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara
payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam)
atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu
berkerut.

2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala
dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah
untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan
kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.

3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan
bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.

7
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di
sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai
ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah
kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan
kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri.Perhatikan juga daerah antara kedua
payudara dan ketiak.

5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting
susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.

6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan
kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan.
Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan

7. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah
bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh
jari-jari tangan kiri.

Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam
keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.

1. Patologi

- Makroskopi: tampak bulat, elastis dan nodular, permukaan berwarna putih keabuan.

- Mikroskopi: epitel proliferasi tampak seperti kelenjar yang dikelilingi oleh stroma
fibroblastic yang khas (intracanalicular f. dan pericanalicular f.).

2. Penegakan Diagnosa

Pada awalnya penegakan diagnosa tehadap fibroadenoma mammae ini adalah dilakukan
pemeriksaan fisik, kemudian akan dilakukan mammogram (x-ray pada mammae) atau
ultrasound pada mammae apabila diperlukan. Yang paling pasti dan tepat dalam
diagnosa terhadap fibroadenoma mammae ini adalah penggunaan sample biopsi.
Pengambilan sampel biopsi ini dapat dilakukan dengan mengiris bagian mammae atau
dengan memasukkan jarum yang kecil dan panjang untuk mengambil sampel sel
fibroadenoma tersebut.

Diagnosa terhadap FAM ini dapat dibuat dengan penggabungan penilaian klinis,
ultrasonografi dan pengambilan sampel dengan penggunaan jarum. Penilaian klinis
terhadap benjolan payudara ini harus mempertimbangkan:

8
Umur:

¬ Karsinoma: umumnya menyerang pada usia menjelang menopause

¬ Fibroadenoma: umumnya menyerang wanita usia di bawah 30 tahun

1. TREATMENT/PENGOBATAN

Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:

 Ukuran
 Terdapat rasa nyeri atau tidak
 Usia pasien
 Hasil biopsyTerapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan denganOperasi
pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada
operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya
akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh
jaringan normal secara perlahan.

Karena FAM adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan tidak perlu
dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan ukurannya
saja. Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor fisik
dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut menyebabkan rasa sakit
dan tidak nyaman pada pasien maka diperlukan pengangkatan.

2.1.5 Askeb Pada Ibu Dengan Fibro Adenoma


a. Lakukan anamnesa dengan cermat.

b. Lakukan pemeriksaan pada payudara, perhatikan adanya benjolan, ukuran,


bentuk, dan nyeri tekan, serta apakah berstektur kenyal atau padat.

c. Beritahu kepada ibu hasil pemeriksaan.

d. Memberikan dukungan psikis, dan emosional kepada ibu.

e. Lakukan rujukan.

2.2. CYSTOSARCOMA PHYILODES

Tumor filodes di payudara, merupakan tumor yang jarang terjadi dibandingkan


dengan fibroadenoma bermula dari intralobular stroma dan jarang disebabkan oleh
fibroadenoma.Tumor filodes (sistosarkoma filoides) merupakan suatu neoplasma jinak
yang bersifat menyusup (invasive) secara local dan dapat menjadi ganas (10-15%).

9
Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar. Tumor ini
terdapat pada semua usia, tetapi kebanyakan terdapat pada usia sekitar 45 tahun. Tumor
filodes ini dapat berukuran kecil sekitar 3-4 cm, dan dapat pula dalam ukuran yang
sangat besar dan membuat payudara menjadi besar (bengkak). Beberapa bentuk lobus
dan kistik karena tumor ini disebut sistosarkoma filodes, sebuah nama yang
diperolehnya lebih dari 150 tahun yang lalu, yang ditemukan oleh seorang ilmuwan
Jerman bernama Johannes Muller pada tahun 1838. Nama itu jelas salah, karena di
dalamnya tidak ditemukan kista (gelembung yang mengandung cairan) dan juga bukan
suatu sarkoma (keganasan). Meskipndemikian, memang benar bahwa strukturnya
berbentuk daun (phyllon = daun). Masalahnya, tumor paydara ini biasanya tumbuh
cepat, terkadang jinak, terkadang di batas antara jinak dan ganas dan terkadang ganas.
Untuk pemeriksaan ini seluruh tumor diperlukan, karena di berbagai tempat pada
bengkak tersebut, dapat terletak berbagai macam jaringan. Jadi, hanya dapat diatasi
dengan membuang seluruh tumor.

2.2.2 Gambaran klinik

Tumor ini bentuknya bulat atau lonjong dengan batas yang tegas dan dapat
digerakkan (mobil). Konsistensi tumor filodes ini ada bagian yang kistik dan padat
seperti karet, tidak melekat pada kulit dan oto pectoralis serta permukaan kulit yang
tegang dan mengkilat.

2.2.3 Etiologi

Tumor ini bias berasal dari fibroadenoma selular yang telah ada dan sekarang
telah mengandung satu atau lebih komponen asal measenkima. Diferensiasi dari
fibroadenoma didasarkan atas lebih besarnya derajat selularitas stroma, pleomorfisme
selular, inti hiperkromatikdan gambaran mitosis dalam jumlah yang bermakna.
Protrusio khas massa polopoid stroma hiperplastik ke dalam kanalikuli yang tertekan
menghasilkan penampilan seperti daun yang menggambarkan istilah filodes.

2.3 SARCOMA

Sarkoma jaringan lunak adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan
mesenchym yang terdapat pada kerangka tubuh, kepala, leher dan ekstremitas kecuali
tulang dan tulang rawan.Menurut kamus kesehatan : Sarkoma adalah tumor ganas yang
tumbuh dari jaringan ikat, seperti tulang rawan, lemak, otot, atau tulang.

Dalam kategori jaringan lunak termasuk otot, tendon, fascia, ligament, lemak,
pembuluh darah, pembuluh limfe, saraf perifer, saraf autonom, ganglion, bursa, synovia,

10
kartilago palpebra, kartilango telinga dan lain-lain, namun tidak termasuk tulang, kartilago,
sumsum, kartilago hidung, mamae dan jaringan lunak dalam organ.

Insidennya di Indonesia belum diketahui pasti, namun diperkirakan 1 per


100.000 penduduk dan merupakan 1% dari seluruh tumor ganas. Sekitar 60% sarkoma
jaringan lunak mengenai ekstremitas, dimana ekstremitas bawah 3 kali lebih sering
daripada ekstremitas atas. Sisanya, 30% mengenai badan dan 10% mengenai kepala dan
leher.Faktor predisposisi sarkoma jaringa lunak adalah genetika, radiasi, virus,
iatrogenik (mis. Radiasi), dan imunologi.

2.3.2 Pemeriksaan Klinis

A. Anamnesis

Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh. Keluhan utama pasien
SJL daerah ekstremitas tersering adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan sering
dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma didaerah tersebut. Untuk SJL lokasi di
visceral/retroperitoneal umumnya dirasakan ada benjolan abdominal yang tidak nyeri,
hanya sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang-kadang terdapat pula perdarahan gastro
intestinal, obstruksi usus atau berupa gangguan neuro vaskular.

Perlu ditanyakan bila terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya, keluhan yang
berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap jaringan sekitar, dan ketuhan
yang berhubungan dengan metastasis jauh.

11
B. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-
tanda metastasis pada paru, hati dan tulang.
2. Pemeriksaan status lokalis meliputi:

a. Tumor primer:

 Lokasi tumor
 Ukuran tumor
 Batas tumor, tegas atau tidak
 Konsistensi dan mobilitas
 Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik/sensorik dan
tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai
dengan lokasi lesi.

b. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos untuk menilai ada tidaknya inliltrasi pada tulang.


2. MRI/CT-scan untuk menilai infiltrasi pada jaringan sekitarnya
3. Angiografi atas indikasi

12
4. Foto thoraks untuk menilai metastasis paru
5. USG hepar/sidik tulang atas indikasi untuk menilai metastasis
6. Untuk SJL retroperitoneal perlu diperiksa fungsi ginjal.
7. Biopsi
8. Untuk kasus kasus tertentu bila meragukan dilakukan emeriksaan
imunohistokimia

PROSEDUR TERAPI

Dibedakan atas lokasi SJL, yaitu:

1. Ekstremitas
2. Visceral/ retroperitoneal
3. Bagian tubuh lain
4. SJL dengan metastasis jauh

A. Ekstremitas

Pengelolaan SJL di daerah ekstremitas sedapat mungkin haruslah dengan


tindakan “the limb-sparring operation” dengan atau tanpa terapi adjuvant
(radiasi/khemoterapi). Tindakan amputasi harus ditempatkan sebagai pilihan terakhir.
Tindakan yang dapat dilakukan selain tindakan operasi adalah dengan khemoterapi intra
arterial atau dengan hyperthermia dan “limb perfusion“.

1. SJL Pada Ekstremitas Yang Resektabel

Setelah diagnosis klinis onkologi dan diagnosis histopatologi ditegakkan secara


biopsi insisi/eksisi, dan setelah ditentukan gradasi SJL serta stadium klinisnya, maka
dilakukan tindakan eksisi luas. Untuk SJL yang masih operabel/resektabel, eksisi luas
yang dilakukan adalah eksisi dengan “curative wide margin‘: yaitu eksisi pada jarak 5
cm atau lebih dari zona reaktif tumor yaitu daerah yang mengalami perubahan warna
disekitar tumor yang terlihat secara inspeksi, yang berhubungan dengan jaringan yang
vaskuler, degenerasi otot, edema dan jaringan sikatrik.

 Untuk SJL ukuran < 5 cm dan gradasi rendah, tidak ada tindakan adjuvant
setelah tindakan eksisi luas.
 oBila SJL ukuran > 5 cm dan. gradasi rendah, perlu ditambahkan radioterapi
eksterna sebagai terapi adjuvan.     erlu ditambahkan

13
 Untuk SJL ukuran 5-10 cm dan gradasi tinggi dittambahkan radioterapi eksterna
atau brakhiterapi sebagai terapi adjuvan
 Bila SJL ukuran > 10 cm dan gradasi tinggi, pertu dipertimbangkan pemberian
khemoterapi preoperatif dan pasta operatif dilakukan pemberian radioterapi
eksterna atau brakhiterapi.

2. SJL Pada Ekstremitas Yang Tidak Resektabel

Ada 2 pilihan yang dapat dilakukan, yaitu:

Sebelum tindakan eksisi luas terlebih dahulu ditakukan radioterapi preoperatif


atau neo adjuvan khemoterapi sebanyak 3 kali. Pilihan lain adatah dilakukan terlebih
dahulu eksisi kemudiian dilanjutkan dengan radiasi pasta operasi atau khemoterapi.
Eksisi yang dapat dilakukan:

 Eksisi “wide margin” yaitu 1 cm diluar zona reaktif.


 Eksisi “marginal margin” yaitu pada batas pseudo capsul.
 Eksisi “intralesional margin” yaitu memotong parenchim tumor atau debunking,
dengan syarat harus membuang massa tumor > 50% dan tumornya harus
berespon serhadap radioterapi atau khemoterapi.

Perlu perhatian khusus untuk SJL yang tidak ada respon terhadap radioterapi atau
khemoterapi dapat dipertimbangkan tindakan amputasi.

B. SJL Di Daerah Viseral/Retroperitoneol

Jenis histopatotogi yang sering ditemukan adalah liposarkoma dan


leiomiosarkoma. Bila dari penilaian klinis/penunjang ditegakkan diagnosis SJL
viseral/retroperitoneal harus dilakukan pemeriksaan tes fungsi ginjal dan pemeriksaan
untuk menilai pasase usus. Sebelum operasi dilakukan “persiapan kolon” untuk
kemungkinan dilakukan reseksi kolon. Modalitas terapi yang utama untuk SJL
viseral/retroperitoneal adalah tindakan operasi.

Bita SJL telah menginfiltrasi ginjal dan dari tes fungsi ginjal diketahui ginjal
kontralateral dalam kondisi baik, maka tindakan eksisi luas harus disertai dengan
tindakan nefrektomi. Dan bila telah menginfiltrasi kolon, maka dilakukan reseksi kolon.

Seringkali tindakan eksisi luas yang dilakukan tidak dapat mencapai reseksi radikal
karena terbatas oleh organ-organ vital seperti aorta, vena cava, dan sebagainya,

14
sehingga tindakan yang dilakukan tidak radikal dan terbatas pada pseudo kapsul. Untuk
kasus yang demikian perlu dipikirkan terapi adjuvan, berupa khemoterapi dan atau
radioterapi.

D. SJL Dengan Metastasis luas

Bila lesi metastasis tunggal masih operabel/ resektabel dapat dilakukan tindakan
eksisi, tetapi bila tidak dapat dieksisi, maka dilakukan khemoterapi dengan Doxorubicin
sebagal obat tunggal atau dengan obat khemoterapi kombinasl, yaitu Doxorublcin +
Ifosfamide, terutama untuk pasten dengan status performance yang baik.

Obat-obat kombinasi yang lain adalah :

 Doxorubicin + Dacarbazine
 CyVADIC
 Doxorubicin + Ifosfamide + Mesna + Dacarbazine

b. Ruang lingkup : Sarkoma jaringan lunak

c. Indikasi operasi

 Semua sarkoma jaringan lunak. Terapi primer sarkoma jaringan lunak adalah
eksisi luas.

d. Kontra indikasi operasi

 Keadaan umum yang buruk, tumor dengan metastasis (relative)

e. Diagnosis Banding

 Tumor ganas, Tumor jinak jaringan lunak

f. Pemeriksaan penunjang

 Darah lengkap, faal hemostasis, fungsi hati, fungsi ginjal, rontgen thorax, USG
abdomen, foto tulang, CT Scan/MRI, hasil patologi anatomi biopsi/kelenjar
limfe regional dengan atau tanpa immunohistokimia

g.  Komplikasi operasi

a. Perdarahan

15
Bila hemostasis tidak baik, dapat terjadi perdarahan di daerah operasi. Pada insisional
biopsi tumor, mudah terjadi perdarahan. Bila perdarahan merembes dan tidak dapat
dijahit (jaringan rapuh), dilakukan penekanan dan balut tekan diatas titik perdarahan

b. Infeksi dan Nekrosis Flap

Infeksi dapat muncul bila tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan tepat, atau sudah
ada infeksi di daerah yang di biopsi. Nekrosis flap terjadi bila terlalu tegang atau terlalu
tipis, atau tulang menekan flap dari dalam (pemotongan tulang kurang pendek).

h. Komplikasi Operasi

 Perdarahan, Infeksi, Nekrosis

i. Perawatan Pasca Bedah

 Elevasi tungkai selama 3-5 hari untuk mencegah edema post operasi
 Drain diangkat kira-kira pada hari ke 5 bila produsi minimal
 Antibiotika diberikan selama 3-5 hari sampai drain diangkat
 Isometrik exercise esok harinya setelah operasi

2.3.4 Askeb Pada Ibu Dengan Kista Sarcoma Filodes

a. Lakukan anamnesa dengan cermat.


b. Lakukan pemeriksaan pada payudara, perhatikan adanya benjolan, ukuran, bentuk,
mobil (dapat digerakkan), berstektur kenyal atau padat dan nyeri tekan, serta apakah
kulit payudara terlihat tegang dan mengkilat.
c. Beritahu kepada ibu hasil pemeriksaan.
d. Memberikan dukungan psikis, dan emosional kepada ibu.
e. Lakukan rujukan

2.4 KANKER PAYUDARA

Kanker payudara (karsinoma payudara) adalah tumor ganas yang tumbuh di


jaringan payudara. Jenis kanker ini sering terjadi pada wanita dan tidak menutup
kemungkinan jika terjadi pada kaum pria, hanya saja kasusnya sangat jarang.

Frekuensi kasus penyakit ini relatif tinggi di negara maju dan merupakan yang
terbanyak diderita dari jenis kanker lainnya. Sedangkan di Indonesia, kanker payudara
menempati peringkat kedua setelah kanker serviks.faktor resiko apa saja yang dapat

16
menyebabkan seseorang terserang kanker payudara, cara melakukan deteksi dini, dan
menghindari kanker payudara serta bagaimana Anda dapat mengetahui gejala-gejala
kanker payudara.

2.4.2 Faktor Resiko Terserang Kanker Payudara

Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti tetapi ada beberapa
faktor resiko yang memungkinkan seorang wanita terserang penyakit ini, yakni sebagai
berikut:

 Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.


 Wanita yang belum pernah hamil dan melahirkan.
 Kehamilan pertama terjadi setelah berumur 30 tahun.
 Mendapat menstruasi pertama pada usia di bawah 12 tahun dan menopause
setelah usia 55 tahun.
 Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen.
 Obesitas pasca menopause dan pemakaian alkohol.

Bahan kimia - Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia


yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri
lainnya) mungkin meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.

Perlu diingat bahwa faktor-faktor yang disebutkan di atas tidaklah selalu dapat memicu
serangan kanker payudara, namun seringkali riwayat hidup seseorang yang terkena
kanker payudara berhubungan dengan faktor-faktor tersebut.

2.4.3 Gejala-Gejala Kanker Payudara

Ada beberapa gejala kanker payudara yang dapat dilihat. Berikut adalah gejala-
gejala yang dimaksud:

 Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba.


 Perubahan bentuk dan ukuran payudara.
 Adanya luka di sekitar puting susu dan sekitarnya yang sukar sembuh.
 Adanya cairan (darah atau nanah-berwarna kuning sampai kehijauan) yang
keluar dari puting susu.
 Perubahan pada puting susu seperti gatal, terasa terbakar, dan tertarik ke dalam
(retraksi).
 Adanya kerutan-kerutan (seperti jeruk purut) pada kulit payudara.
 Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan,
pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

17
Segera periksakan payudara Anda ke dokter bila timbul gejala-gejala yang telah
disebutkan agar bisa segera ditangani dengan baik. Diusahakan untuk melakukan
diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhkan jika
masih pada stadium awal.Untuk mendeteksi secara dini, dapat dilakukan pemeriksaan
sendiri pada payudara setiap 5-7 hari setelah masa menstruasi, dengan mammografi
(pemeriksaan dengan sinar X), atau dengan biopsi (mengangkat sedikit jaringan kelenjar
susu untuk diagnosis).

2.4.4 Pencegahan Kanker Payudara

Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Tetapi, beberapa ahli diet
dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup, secara umum bisa
mengurangi angka terjadinya kanker.

Saat ini, faktor yang terbukti memegang peranan penting dalam proses
terjadinya tumor adalah hormon estrogen. Estrogen merupakan hormon kelamin
sekunder yang berfungsi untuk membentuk dan mematangkan organ kelamin wanita,
termasuk payudara, selama pubertas.

Estrogen memicu pertumbuhan dan pematangan sel di organ kelamin wanita


yang disebut sel duct. Sel duct ini kemudian akan membelah secara normal. Saat-saat
pematangan sel duct ini merupakan saat yang paling rentan bagi sel tersebut terkena
mutasi.Jika ada satu sel yang mengalami mutasi akibat faktor keturunan, radiasi, radikal
bebas, dll, maka sel tersebut dapat membelah secara berlebihan yang seterusnya akan
berkembang menjadi kanker.Dari sini dapat disimpulkan bahwa estrogen merupakan
salah satu faktor yang bertanggung jawab terhadap resiko terjadinya kanker payudara.

Apa yang dapat dilakukan masing-masing wanita untuk mencegah timbulnya


kanker payudara?

1. Lakukan deteksi dini (pemeriksaan sendiri) setiap bulan setelah masa haid dan
pemeriksaan klinis (mammografi dan biopsi).
2. Hindari mengonsumsi makanan yang berlemak tinggi.
3. Penggunaan obat atau alat kontrasepsi yang mengandung hormon harus atas
petunjuk dokter.
4. Menyusui bayi selama mungkin (sampai sekitar 2 tahun).
5. Banyak mengonsumsi buah dan sayur serta kedelai termasuk produk olahannya.

Kunci untuk bertahan hidup adalah mendeteksi kanker payudara sedini mungkin,
sebelum ia memiliki kesempatan untuk menyebar. Pemeriksaan payudara secara pribadi

18
hendaknya dilakukan dengan teratur setiap bulan, karena seorang wanita harus waspada
dalam mencari sesuatu yang tampak atau terasa mencurigakan pada payudaranya,
seperti adanya pengerasan atau benjolan.

Tidak soal seberapa kecil hasil penemuannya, ia perlu segera menghubungi dokter.
Semakin dini suatu benjolan didiagnosa, semakin besar kendali yang dimiliki wanita
tersebut terhadap masa depannya.

2.4.5 Askeb Pada Ibu Dengan Kanker Payudara


A. Lakukan anamnesa dengan cermat.
B. Lakukan pemeriksaan pada payudara, perhatikan adanya benjolan, ukuran, bentuk,
dan nyeri tekan, serta apakah berstektur kenyal atau padat.
C. Beritahu kepada ibu hasil pemeriksaan.
D. Memberikan dukungan psikis, dan emosional kepada ibu.
E. Lakukan rujukan.

2.5 Tumor jinak Dan Ganas pada Vulva,vagina,Tuba,Uterus,Ovarium

Tumor atau barah (bahasa Inggris: tumor, tumour) adalah sebutan untuk
neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan seltubuh yang tidak
semestinya, yang mirip dengan simtomabengkak. Tumor berasal dari katatumere dalam
bahasa latin yang berarti “bengkak”.

2.5.1 Tumor ganas (kanker) Vulva

Tumor jinak Dan Ganas pada Vulva,vagina,Tuba,Uterus,Ovarium

19
a.   Pengertian

 Vulva merupakan bagian luar dari sistem reproduksi wanita, yang meliputi labia,
lubang vagina, lubang uretra dan klitoris.
 Tumor ganas vulva adalah kanker yang tumbuh dengan cepat dan tidak
terkendali pada daerah vulva dan merusak jaringan sekitarnya.

b.  Epidemologi
80-85% terdapat pada wanita baik (pasca menopause), terutama yang dalam dekade ke-
7 sebagai puncak insidensi, paling tidak mengenai 30%.
c.   Etiologi
Tidak banyak diketahui mengenai etiologi jenis tumor ganas ini, meskipun disebut
tentang lambatnya menarche (15-17 tahun) dan awalnya menopous (40 tahun) dalam
riwayat penyakitnya.
d.  Patologi
Lesi primer sering berupa ulkus dengan tepi induratif (ulcero-granulating) atau sebagai
tumbuhan eksofitik (kutil) dengan tempat predileksi terutama di labia mayora, labia
minora, klitoris dan komisura posterior.Lesi bilateral tidaklah jarang, bahkan kedua
labia mayora dapat simetris terkena (kissing).
e.      Klasifikasi
 Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa berasal dari sel-sel skuamosa yang merupakan jenis sel
kulit yang utama. Kanker jenis ini biasanya terbentuk secara perlahan selama
bertahun-tahun dan biasanya didahului oleh suatu perubahan prekanker yang
mungkin berlangsung selama beberapa tahun. 
 Istilah kedokteran yang sering digunakan untuk keadaan prekanker ini
adalah Neoplasma Intraepitel Vulva (NIV). Intraepitel artinya sel-sel prekanker
terbatas pada epitel yang merupakan lapisan permukaan pada kulit vulva. NIV

20
terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu NIV1, NIV2, and NIV3. Istilah lainnya untuk
NIV adalah displasia. Tingkat keparahan perubahan prekanker mulai dari yang
terendah sampai yang terberat:
- NIV1 atau displasia ringan
- NIV2 atau displasia menengah
- NIV3 atau displasia berat
- Karsinoma in situ
- Karsinoma invasif. 
 Melanoma
Melanoma berasal dari sel penghasil pigmen yang memberikan warna pada
kulit. 
 Sarkoma
Sarkoma adalah tumor jaringan ikat di bawah kulit yang cenderung tumbuh
dengan cepat. Sarkoma vulva bisa menyerang semua golongan usia, termasuk
anak-anak. 
 Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal sangat jarang terjadi pada vulva, karena biasanya
menyerang kulit yang terpapar oleh sinar matahari.
 Adenokarsinoma
Sejumlah kecil kanker vulva berasal dari kelenjar dan disebut adenokarsinoma.
Beberapa diantaranya berasal dari kelenjar Bartholin yang ditemukan pada
lubang vagina dan menghasilkan cairan pelumas yang menyerupai lendir.
Kebanyakan kanker kelenjar Bartholin adalah adenokarsinoma, tetapi beberapa
diantaranya (terutama yang tumbuh dari saluran kelenjar) merupakan karsinoma
sel transisional atau karsinoma sel skuamosa. Meskipun agak jarang,
adenokarsinoma juga bisa berasal dari kelenjar keringat pada kulit vulva.

f.    Faktor resiko

 Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis) HPV merupakan virus penyebab
kutil kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual.
 Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina
 Infeksi sifilis
 Diabetes
 Obesitas
 Tekanan darah tinggi.

21
 Usia
Tigaperempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua pertiganya
berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis. Usia rata-rata
penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun.
 Hubungan seksual pada usia dini
 Berganti-ganti pasangan seksual
 Merokok
 Infeksi HIV
 HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyebabkan kerusakan pada
sistem kekebalan tubuh sehingga wanita lebih mudah mengalami infeksi HPV
menahun. Golongan sosial-ekonimi rendah.Hal ini berhubungan dengan
pelayanan kesehatan yang adekuat, termasuk pemeriksaan kandungan yang
rutin.
 Neoplasia intraepitel vulva (NIV)
 Liken sklerosus
 Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.
 Peradangan vulva menahun
 Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.

g. Gejala

Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun
luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina.Kadang terbentuk bercak bersisik atau
perubahan warna.Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada akhirnya
akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer. Gejala lainnya adalah: 

 nyeri ketika berkemih 


 nyeri ketika melakukan hubungan seksual. 
 Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala. 

h.    Stadium

Stadium Kriteria

0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepitel seperti pada


penyakit Bowen, penyakit Paget yang noninvasive

I Tumor terbatas pada vulva dengan diameter terbesar 2 cm /


kurang kelenjar di lipat paha tak teraba, atau teraba tidak
membesar dan mudah digerakan (mobil), klinis tidak

22
mencurigakan adanya anak sebar di situ.

II Tumor terbatas pada vulva dengan diameter > 2 c, kelejar di


lipat paha ( inguinal )tidak teraba bilateral, tidak membesar
dan mobil, klinis tidak mencurigakan adanya anak sebar di
situ.

III Tumor dari setiap ukuran dengan :

1) Perluasan ke urethra, atau vagina, perineum dan anus

2) Pembesaran kelenjar lipat pada uni/ bilateral, mobil tapi klinis


mencurigakan telah terinfiltrasi oleh sel tumor.

IV Tumor dari setiap ukuran yang :

1) Telah menginfiltrasi kandung kemih, mukosa rektum, atau ke


dua-duanya termasuk bagian proksimal dari urethra

2) Telah menyebar ke tulang atau metastasis jauh.

i.      Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan


hasil biopsi jaringan. Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa telah terjadi kanker vulva,
maka dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebaran kanker ke daerah
lain:

 Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)


 Proktoskopi (pemeriksaan rektum)
 Pemeriksaan panggula dibawah pengaruh obat bius
 Rontgen dada
 CT scan dan MRI.

j.   Pengobatan

Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:

 Pembedahan 
- Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah jaringan
normal di sekitar kanker.
- Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar
jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan
pengangkatan kelenjar getah bening.

23
- Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker.
- Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang
mengandung kanker.
- Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva.
- Vulvektomi parsi
- Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ
wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkenal
(misalnya kolon, rektum, atau kantung kemih) bersamaan dengan
pengangkatan leher rahim, rahim, dan vagina. Untuk membuat vulva atau
vagina buatan setelah pembedahan, dilakukan pencangkokan kulit dari
bagian tubuh lainnya dan bedah plastik.
 Terapi penyinaran
 Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya
untuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.
 Kemoterapi
 Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
 Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit serta
usia dan keadaan umum penderita.
 Kanker vulva stadium 0
- Eksisi lokar luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya
- Vulvektomi skinning
- Salep yang mengandung obat kemoterapi
 Kanker vulva stadium l
- Eksisi lokal luas
- Eksisi lokal radikal, pengangkatan seluruh kelenjar getah bening
selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang sama dengan
kanker.
- Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan pada salah satu atau kedua sisi tubuh.
- Terapi penyinaran saja.
 Kanker vulva stadium ll
- Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan kiri dan kanan.
- Terapi penyinaran.
 Kanker vulva stadium lll

24
- Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan dan paha.
- Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomik radikal dan
pengangkatan kelenjar getah bening kiri dan kanan.
- Terapi penyinaran.
 Kanker vulva stadium IV
- Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum, atau
kandung kemih.
- Vulvektomi  radikal diikuti dengan terapi penyinaran.
- Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal.
- Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa
kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh pembedahan.
 Kanker vulva yang berulang
- Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran.
- Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum, atau kandung
kemih.
- Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa
pembedahan.
- Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi
gejala nyeri, mual, atau kelainan fungsi tubuh.

k.    Pencegahan
Ada dua cara untuk mencegah kanker vulva :

 Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan.


 Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif.

Setiap wanita hendaknya mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada kulit vulva
dengan melakukan pemeriksaan sendiri setiap bulan.

2.5.2 Tumor ganas (kanker) Vagina

25
kanker  vagina

a.    Pengertian

 Vagina adalah saluran terpanjang 7,5-10 cm, ujung atasnya berhubungan denga
serviks (leher rahim), sedangkan ujung bawahnya berhubungan dengan vulva.
 Tumor ganas vagina adalah kanker yang tumbuh dengan cepat dan tidak
terkendali pada daerah vagina dan merusak jaringan sekitarnya.

b.    Epidemiologi

Kanker vagina jarang terjadi, biasanya diderita oleh wanita berumur 50 tahun ke atas.

c.    Patologi
Terbanyak (hampir 99%) adalah squamous cell carsinoma, sisanya adenokarsinoma dan
embrional rhabdomiosarkoma (sarkoma botrioides).

d.    Klasifikasi

 Karsinoma sel skuamosa


 Berasal dari lapisan epitelium vagina. Banyak ditemukan di vagina bagian atas
pada wanita berusia 60-80 tahun.
 Karsinoma verukosa
 Sejenis karsinoma sel skuamosa yang tumbuhnya lambat, tumbuh ke arah
rongga vagina dan tampak seperti kutil atau bunga kol.
 Adenokarsinoma
 Sering terjadi pada wanita 12-30 tahun.
 Melanoma maligna
 Berasal dari sel-sel penghasil pigmen, banyak ditemukan di vagina bagian
bawah.
 Sarkoma
 Tumbuh jauh di dalam dinding vagina. Ada beberapa jenis sarkoma, yaitu :
o Ieiomiosarkoma, menyerang wanita berusia 50 tahun ke atas
o Rabdomiosarkoma, kanker pada masa kanak-kanak (biasanya terjadi
sebelum usia 3 tahun)

e.    Faktor Penyebab

 Usia: sebagian besar kasus kanker vagina ditemukan pada usia 50-70 tahun

26
 Obat hormon untuk mencegah keguguran pada wanita hamil, seperti
dietilstilbestrol.
 Infeksi  HPV (Human Papiloma Virus) virus penyebab kutil kelamin yang
ditularkan melalui hubungan seksual
 Berganti-ganti pasangan
 Merokok
 Hubungan seksual untuk pertama kalinya pada usia dini.

f.    Gejala

Terbentuknya luka terbuka yang bisa mengalami perdarahan dan terinfeksi.

 Perdarahan melalui vagina yang terjadi setelah berhubungan seksual.


 Terkadang dari vagina keluar cairan encer.
 Mengalami sakit saat buang air kecil.
 Sembelit dan rasa nyeri di pinggul yang menetap.
 Terasa ada benjolan.
 Nyeri ketika melakukan hubungan seksual

27
Stadium Kriteria

Karsinoma in situ, karsinoma intra epitelial (sel-sel kanker


terbatas pada epitelium vagina dan belum menyebar ke lapisan
0
vagina lainnya. Pada stadium ini kanker tidak dapat menyebar ke
bagian tubuh lainnya.

Kanker telah menyebar ke bawah epitelium tetapi masih terbatas


I pada mukosa vagina (mukosa terdiri dari 2 lapisan, yaitu
g.
epitelium dan lamina propria atau stroma subepitel)

Tumor berukuran kurang dari 2 cm dan telah menembus ke


IA
dalam dinding kurang dari 1 mm.

Tumor lebih besar dari 2 cm dan telah menembus ke dalam


IB
dinding sedalam lebih dari 1 mm

Proses sudah meluas sampai jaringan ikat vagina,tetapi belum


II
mencapai dinding panggul maupun organ lain.

Proses telah meluas sampai ke salah satu/kedua dinding panggul


III
dan atau telah menyebar ke kelenjar getah bening.

Proses sudah keluar dari panggul kecil,atau sudah menginfiltrasi


IVA
mukosa rektum/kandung kemih

Kanker telah menyebar ke organ tubuh yang jauh misalnya paru-


IVB
paru

stadium

28
h.  

h.  Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan
panggul akan teraba adanya benjolan. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan :

 Kolposkopi -> pemeriksaan dinding vagina dengan bantuan kaca pembesar.


 Biopsi       -> pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan vagina.
 Staging    ->Staging merupakan proses penentuan penyebaran kanker, yang
penting dilakukan untuk menentukan jenis pengobatan dan prognosis penyakit.
Penilaian penyebaran kanker vagina melibatkan beberapa pemeriksaan berikut :
- Pemeriksaan fisik menyeluruh
- Pielogram intravena
- Barium enema
- Rontgen dada
- Sistoskopi
- Proktoskopi
- CT scan
- Skening tulang

i.      Pengobatan
Terdapat 3 macam pengobatan untuk kanker vagina :

 Pembedahan

29
- Bedah laser
- Eksisi lokal luas : dilakuakn pengangkatan kanker dan sebagian jaringan
di sekitarnya. Untuk memperbaiki vagina bisa dilakukan pencangkoan
kulit yang di ambil dari bagian tubuh lainnya.
- Vaginektomi : pengangkatan vagina.
- Eksenterasi : pengangkatan kolon bawah, rektum atau kandung kemih,
disertai pengangkatan serviks, rahim dan vagina.
 Terapi penyinaran
 Pada terapi penyinaran digunakan sinar X dosis tinggi atau sinar berenergi tinggi
lainnya untuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.
 Kemoterapi
 Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
 Pengobatan kanker vagina tergantung kepada stadium dan jenis penyakit, serta
usia dan keadaan umum penderita.
 Kanker vagina stadium 0
- Vaginektomi
- Terapi radiasi interna
- Bedah laser
- Kemoterapi intravagina
 Kanker vagina stadium I
- Kanker skuamosa -> radiasi interna, eksisi lokal luas, vaginektomi dan
diseksi kelenjar getah bening.
- Adenokarsinoma -> vaginektomi dan pengangkatan rahim, ovarium, tuba
fallopi disertai diseksi kelenjar getah bening panggul, radiasi interna dan
eksisi lokal luas.
 Kanker vagina stadium II, III dan IVA
- Kombinasi radiasi interna dan eksterna
- Pembedahan
 Kanker vagina stadium IVB
- Penyinaran
- Kemoterapi

j.     Pencegahan
Cara terbaik mencegah kanker vagina adalah menghindari faktor resikonya.Jaga area
kewanitaan tetap bersih dan terhindar dari infeksi jenis apapun.

30
2.5.3. Tumor ganas (kanker) Tuba

a. Pengertian

 Tuba adalah saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, panjangnya
12-13 cm, diameternya 3-8 mm. bagian luarnya diliputi oleh peritoneum viseral
yang merupakan bagian dari ligamentum latum.
 Tumor tuba adalah kanker yang tumbuh dengan cepat dan tidak terkendali pada
daerah tuba dan merusak jaringan sekitarnya.

b. Epidemologi

Karsinoma tuba fallopi primer termasuk jarang, merupakan tumor ganas primer
saluan genetalia perempuan yang jumlahnya paling sedikit, yaitu 0,5% hingga 1% dari 
semua keganasan ginekologi. Ditemukan 1 banding 1000 kasus operasi ginekologi
abdominal, dapat dijumpai pada semua umur (dari 19-80), dengan rata – rata puncaknya
pada usia 52 tahun. Kebanyakan tumor ganas yang timbul dalam tuba fallopi adalah
penyebaran dari kanker ovarium atau uterus.Sehingga terdapat kriteria untuk
menetapkan tumor apapun sebagai tumor primer dari tuba fallopi.Kanker harus terletak
dalam tuba, dan uterus serta ovarium harus terbebas dari karsinoma.Bila bagian lain
terdapat kanker, maka tumor dalam tuba fallopi secara histology harus benar – benar
berbeda.
c. Patologi
Hsu, Taymor, dan Hertig membagi histologik tumor ini dalam 3 jenis menurut
keganasannya:

 Jenis papiler : tumor belum mencapai otot tuba dan difeensiasi selnya masih
baik, batas daerah normal dengan tumor masih dapat ditunjukkan.
 Jenis papilo-alveolar (adenomatosa) : tumor ini telah memasuki otot tuba dan
memperlihatkan gambaran kelenjar.
 Jenis alveo-meduler : terlihat mitosis yang atipik dan terlihat invasi sel ganas ke
dalam saluran limfa tuba.

31
d.  Klasifikasi
Tumor ganas primer tuba fallopi yang paling sering adalah adenokarsinoma.
Tumor – tumor lain dapat berupa sarcoma seperti leimoosarkoma, kondrosarkoma,
tumor mesodermal campuran, limfoma, dan kariokarsinoma. Semua jenis kanker ganas
dalam tuba fallopi ini sangat jarang. Tumor ganas tuba fallopi bernetastasis dengan
pembuluh limfe menuju kelenjar regional dan menyebar dengan cara bermigrasi ke
dalam pelvis atau rongga abdomen, atau mungkin berpenetrasi ke serosa dan sel – sel
melepaskan diri langsung ke dalah pelvis atau rongga abdomen.
f.  Gejala
Bila terdapat tanda dan gejala yaitu rabas vagina, perdarahan abnormal vagina
atau rabas, menstruasi yang tidak teratur, dan nyeri.Kanker tuba paling banyak
ditemikan pada wanita pasca menopause, tetapi bisa juga ditemukan pada wanita yang
lebih muda.
g. Stadium

Stadium Kriteria

IA Pertumbuhan tumor terbatas pada salah satu tuba;


tidak ada ascites.

1. Tak ditemukan tumor di permukaan luar,


kapsulnya utuh.

2. Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya


pecah atau kedua-duanya.

IB Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua tuba;


tidak ada asites.

1. Tak ada tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.

2. Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya


pecah, atau kedua-duanya.

IC Tumor dari tingkatan klinik 1A dan IB, tetapi ada


asites atau cucian rongga perut positif.

II Pertumbuhan tumor melibatkan satu atau dua


tuba, dengan perluasan ke panggul.

IIA Perluasan proses dan/ atau metastatis ke uterus


atau ovarium.

32
IIB Perluasan proses ke jaringan panggul lainnya.

IIC Tumor dari tingkat klinik IIA atau IIB, tetapi


dengan asites dan/atau cucian rongga perut
positif.

III Tumor melibatkan satu atau dua tuba dengan


penyebaran kelenjar limfa intraperitoneal, atau
kedua-duanya. Tumor terbatas pada panggul kecil
dengan bukti histologik penyebaran ke usus halus
atau omentum.

IV Pertumbuhan tumor melibatkan salah satu atau


kedua tuba dengan metastasis berjarak jauh.
Bilamana didapatkan efusi pleural, harus ada
sitologi positif untuk menyebutnya sebagai
tingkat klinik IV. Begitu pula ditemukannya
metastasis keparenkim hatci.

h. Diagnosa
Untuk memastikan apakah tuba falopi tersumbat, dokter bisa menggunakan
hysterosalpingography.Pada prosedur ini, sinar X dilakukan setelah radiopaque dye disuntikkan
melalui servik.Pewarna tersebut menyebar secara cepat ke dalam rongga rahim dan tuba
falopi.Prosedur ini dilakukan dengan singkat setelah periode menstruasi seorang wanita
berakhir.Prosedur ini bisa mendeteksi gangguan struktur yang bisa menyumbat tuba
falopi.Meskipun begitu, sekitar 15% kasus, hysterosalpingography mengindikasi bahwa tuba
falopi tersumbat padahal tidak- disebut hasil positif palsu.
Setelah hysterosalpingography dengan hasil normal, kesuburan tampak sedikit meningkat,
kemungkinan karena prosedur tersebut sementara waktu memperlebar pembuluh (dilate) atau
menjernihkan pembuluh pada lendir. Oleh karena itu, dokter bisa menunggu jika seorang wanita
menjadi hamil setelah prosedur ini sebelum tes tambahan

prosedur lain (disebut sonohysterography) kadangkala digunakan untuk memastikan apakah


tuba falopi tersumbat. cairan garam (saline) disuntikkan ke dalam interior rahim melalui servik
selama ultrasonografi sehingga ruang dalam tersebut digelembungkan dan kelainan bisa
terlihat.jika cairan mengalir ke dalam tuba falopi, pembuluh tersebut tidak tersumbat.prosedur
ini cepat dan tidak memerlukan anestesi.hal ini dipertimbangkan lebih aman dibandingkan
hysterosalpingography karena hal ini tidak membutuhkan radiasi atau suntikan
pewarna.meskipun begitu, hal ini tidak akurat.

33
Jika kelainan di dalam rahim terdeteksi, dokter meneliti rahim dengan pipa pelihat
disebuthyteroscope, yang dimasukkan ke dalam servik ke dalam rahim.Jika adhesion, polip,
atau fibroid kecil terdeteksi, hyteroscope kemungkinan digunakan untuk mengeluarkan atau
mengangkat jaringan tidak normal, meningkatkan kesempatan bahwawanitatersebutmenjadi
hamil.

Jika bukti menduga bahwa tuba falopi tersumbat atau bahwa seorang wanita bisa mengalami
endometriosis, pipa pelihat kecil disebut laparoscope dimasukkan ke rongga panggul melalui
sayatan kecil persis di bawah pusar.Biasanya, anestesi umum dilakukan.Prosedur ini
memudahkan dokter untuk melihat rahim secara langsung, tuba falopi, dan
ovarium.Laparoscope bisa juga digunakan untuk mengeluarkan atau mengangkat jaringan tidak
normal di dalam panggul.

i.    Pengobatan
Pengobatan yang utama untuk kanker tuba adalah pembedahan untuk mengangkat
kedua saluran, kedua indung telur, dan rahim disertai pengangkatan kelenjar getah bening perut
dan panggul.Pada kanker stadium lanjut, setelah pembedahan mungkin perlu dilakukan
kemoterapi atau terapi penyinaran.

2.5.4 Tumor ganas (kanker) Uterus

a.   Pengertian

 Uterus adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh
peritonium sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim,  dalam
keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil di antara
kandung kemih dan dubur.
 Tumor uterus adalah kanker yang tumbuh dengan cepat dan tidak terkendali
pada daerah rahim dan merusak jaringan sekitarnya.

34
b.    Etiologi

 Wanita dengan nullypara ( wanita kurang subur ).


 Etiologi secara pasti tidak diketahui
 Tetapi ada korelasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor
estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri dan juga dipengaruhi oleh
hormone pertumbuhan.
 faktor genetic
 Resiko tinggi wanita dengan umur diatas 35 tahun

c.    Klasifikasi

Jenis – jenis tumor uterus berdasarkan letaknya, yaitu :

 Ektoserviksterbagiatas:
Kista jaringan embrional : berasal dari saluran mesonefridikus wolffi terdapat
pada dinding samping ektoserviks. Kista endometriosis yang letaknya
suferfisial. Folikel atau kista nabothi yaitu kista retensi kelenjar endoserviks,
biasanya terdapat pada wanita multipara, sebagai penampilan servisitis. Kista ini
jarang mendapat ukuran besar berwarna putih mengkilat bersih cairan mucus.
Kalau kista ini membesar akan menyebabkan nyeri.
Papiloma dapat tunggal maupun multiple seperti kondiloma akuminata.
Kebanyakan papiloma ini adalah sisa epitel yang terlebih pada trauma bedah
maupun persalinan.
Hemangioma ini jarang terjadi biasanya terletak pada superficial yang dapat
membesar pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan metroragi

 Endoserviks terdiri atas:


adalah suatu adenoma maupun adenofibroma yang berasal dari selaput lendir
endoserviks. Yang tangkainya dapat panjang keluar dari vulva. Epitel yang
melapisi adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami metaplasi
menjadi lebih semakin kompleks.bagian polip ini biasa menjadi nekrosis dan
mengalami perdarahan .polip ini berkembang karena pengaruh radang maupun
virus.
 Endometrium
Polip endometrium sering didapati terutama dengan pemeriksaan histeroskopi.
Polip berasal antara lain dari adnoma, adenofibroma, mioma , submukusum,
plasenta.insiden tidak diketahui paling sering pada perempuan berumur 30-59
tahun. Kurang dari sepertiga memperllihatkan endometrium fungsional. Bisa

35
memperlihatkan hyperplasia kistik. Bisa menonjol melalui serviks
Adenoma- adenufibroma yang biasannya terdiri dari epitel endometrium dengan
stroma yang sesuai dengan daur haid. Adenoma ini biasanya merupakan
penampilan hyperplasia endometrium, dengan konsistensi lunak dan berwarna
kemerah merahan . Gangguan yang sering ditimbulkan adalah metroragi sampai
menometroragi, infertilitas.Pula mempunyai kecenderungan kambuh kembali.
Mioma submukosum:sarang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar dari
uterus menjadi mioma yang dilahirkan. Tumor berkonsistensi kenyal berwarna
putih
Polip plasenta: berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus maupun
abortus. Polip plasenta menyebabkan uterus mengalami sub-involusi yang
menimbulkan perdarahan.
 Miometrium
Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya ,sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
fibromioma,leiomioma, ataupun pibroid.
Berdasarkan otopsi novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.Mioma
uteri belum pernah terjadi sebelum menars. Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih tumbuh.
d.    Faktor resiko
 Usia, kanker uterus terutama menyerang wanita berusia 50 tahun keatas.
 Hiperplasia endometrium
 Terapi Sulih Hormon (TSH)
 TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause, mencegah
osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau stroke.
Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko yang
lebih tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang tampaknya
mempertinggi resiko ini.
Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan progesteron memiliki resiko yang
lebih rendah karena progesteron melindungi rahim.
 Obesitas
Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita
yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar
estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita
obes.

36
 Diabetes (kencing manis)
 Hipertensi (tekanan darah tinggi)
 Tamoksifen
Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau mengobati kanker
payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini tampaknya berhubungan
dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen terhadap rahim.
Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada resiko
terjadinya kanker lain, tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang berlainan.
 Ras
Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.
 Kanker kolorektal
 Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun
 Menopause setelah usia 52 tahun
 Tidak memiliki anak
 Kemandulan
 Penyakit ovarium polikista
 Polip endometrium.

e.    Gejala

 Perdarahan rahim yang abnormal


 Siklus menstruasi yang abnormal
 Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
 Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
 Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas
40 tahun)
 Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
 Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
 Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
 Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
 Tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau kembung)
 Perasaan ingin buang air kecil terus menerus

f.    Stadium

Tingkat Kriteria

37
I kanker hanya tumbuh di badan Rahim

II kanker telah menyebar ke leher rahim (serviks)

III kanker telah menyebar ke luar rahim, tetapi

masih di dalam rongga panggul dan belum

menyerang kandung kemih maupun rektum. Kelenjar getah


bening panggul mungkin mengandung sel-sel kanker.

IV Kanker telah menyebar ke dalam kandung kemih atau


rektum atau kanker telah menyebar keluar rongga panggul.

g.    Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut :

 Pemeriksaan panggul
 Pap smear
 USG transvagina
 Biopsi endometrium.
 Untuk membantu menentukan stadium atau penyebaran kanker, dilakukan
pemeriksaan berikut :
 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan air kemih
 Rontgen dada
 CT scan tulang dan hati
 Sigmoidoskopi
 Limfangiografi
 Kolonoskopi
 Sistoskopi.

h. Pengobatan
Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh
hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor serta usia dan
keadaan umum penderita.Metode pengobatan:

 Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani Histerektomi (pengangkatan rahim).
Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral)

38
karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak
aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen
yang dihasilkan oleh ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar
getah bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening tersebut juga
diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka
kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka
penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya.
 Terapi penyinaran (radiasi)
Digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di
daerah yang disinari.
Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan.
Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran
tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang
tersisa).Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker
rahim:
- Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk
mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak
perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat
radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh.
- Radiasi internal : digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu
zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama
beberapa hari. Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di
rumah sakit.
 Kemoterapi
 Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya hormon
ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker. Hormon bisa
menempel pada reseptor hormon dan menyebabkan perubahan di dalam jaringan
rahim.
Sebelum dilakukan terapi hormon, penderita menjalani tes reseptor hormon. Jika
jaringan memiliki reseptor, maka kemungkinan besar penderita akan
memberikan respon terhadap terapi hormonal.
Terapi hormonal merupakan terapi sistemik karena bisa mempengaruhi sel-sel di
seluruh tubuh. Pada terapi hormonal biasanya digunakan pil progesteron.
Terapi hormonal dilakukan pada:

39
- penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani pembedahan
ataupun terapi penyinaran
- penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ tubuh
lainnya.
- penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh.
Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon terhadap
terapi hormonal, maka diberikan obat kemoterapi lain, yaitu
siklofosfamid, doksorubisin dan sisplastin. 

i.      Pencegahan
Setiap wanita sebaiknya menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear secara rutin,
untuk menemukan tanda-tanda pertumbuhan yang abnormal.
Wanita yang memiliki faktor resiko kanker rahim sebaiknya lebih sering menjalani
pemeriksaan panggul, Pap smear dan tes penyaringan (termasuk biopsi endometrium). 

2.5.5 Tumor ganas (kanker) ovarium

a.   Pengertian

 Ovarium adalah organ reproduksi wanita yang bentuknya menyerupai kacang


dan tersimpan di dalam rongga pert sebelah bawah.
 Tumor ganas ovarium adalah kanker yang menyerang ovarium

b.  Epidemologi
Kanker ovarium jarang ditemukan pada usia dibawah 40 t
a h u n .   A n g k a   k e j a d i a n meningkat dengan makin tua, yaitu 15-16 per 100.000
pada usia 40-44 tahun, dan paling tinggiyaitu 57 per 100.000 pada usia 70-74 tahun.
Usia median saat diagnosis adalah 63 tahun dan48% penderita berusia diatas 65 tahun.

40
Belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker ovarium, sehingga 70% kasus
ditemukan pada stadium lanjut.

c.    Etiologi
Ada beberapa teori tentang etiologi kanker ovarium yaitu:

 Hipotesis Incessant Ovulation

 Teori ini pertama kali diperkenalkan olehFathalla pada tahun 1972, yangmenyat
akan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel
ovarium.Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika
sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru,
proses penyembuhan akan terganggu dan kacau sehingga dapat
menimbulkan transformasi menjadi sel-sel tumor.
 Hipotesis gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data
epidemiologi.Hormon hipofisis diperlukan untuk perkembangan
tumor ovarium pada beberapa percobaan pada rodentia. Pada
percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar  hormon estrogen rendah
di sirkulasi perifer,  kadarhormon gonadotrofin
juga menigkat.Peningkatan kadar hormon gonadotrofin ini ternyata berhubun
gan dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada
binatang tersebut.Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat
karsinogenik dimetilbenzatrene (DMBA) akan menjadi tumor ovarium
jika ditransplantasikan pada tikus yang telah di ooforektomi, tetapi tidak
menjadi tumor jika tikus tersebut telah di hipofisektomi.Berkurangnya resiko
kanker ovarium pada wanita multipara dan wanita pemakai pil kontrasepsi dapat
diterangkan dengan rendahnya kadar gonadotrofin.
 Hipotesis Androgen
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Rish pada tahun 1998 yang
mengatakan bahwa androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya
kanker ovarium.Teori ini
didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Ep
itelovarium selalu terpapar pada androgenic steroid yang berasal dari ovarium
itu sendiri dan kelenjar adrenal, seperti androstenedion, dehidroepiandrosteron,
dan testosterone. Dalam percobaan invitro androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel-sel kanker ovarium epitel
dalam kultur sel.

41
 Hipotesis progesterone
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen,
progesteron ternyata mempunyai peranan protektif terhadap terjadinya kanker o
varium. Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron. Pemberian pil
yang mengandung estrogen saja pada wanita pasca menopauseakan
meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium, sedangkan pemberian
kombinasidengan pemberian progesteron akan menurunkan resikonya.
Kehamilan, dimana
kadar  progesteron tinggi, menurunkan resiko kanker ovarium. Pil kontrasepsi k
ombinasimenurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.
 Paritas
 Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan satu paritas yang
tinggi memiliki resiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada
nulipara, yaitu denga risikorelative 0,7. Pada wanita yang mengalami 4 atau
lebih kehamilan aterm, resiko terjadinyakanker ovarium berkurang sebesar 40%
jika dibandingkan dengan wanita nulipara.
 Pil kontrasepsi
 Penelitian dari center for disease control menemukan penurunan resiko
terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang
memakai pil kontasepsi,yaitu dengan resiko relative 0,6.
 Talk
 Pemakaian talk pada daerah perineum dilaporkan meningkatkan resiko
terjadinya kanker ovarium dengan resiko relative 1,9%.
 Ligasi Tuba
Pengikatan tuba ternyata menurunkan terjadinya kanker ovarium
dengan resiko relatif  0,3. Mekanisme terjadinya efek protektif ini
diduga dengan terputusnya akses talk atau karsinogen lainnya dengan
ovarium.

d. Patologi

 Pertumbuhan tumor prime diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang


menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan
sedikit terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun.
Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga perut merupakan ciri
khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascites.
 Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang
beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
entodermal, dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang

42
beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun klasifikasinya masih
sering menjadi perdebatan.
 Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa reproduksi
dan 10% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak
jelas jinak tapi juga tidak pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of
low-malignant potential) dan yang jelas ganas (true malignant).

e. Klasifikasi
Klasifikasi Tumor Ovrium menurut WHO yang dimodifikasi :

 Tumor Epitelial yang umum :


- Serosa,  
- Musinosa
- Endometroid,
- Clearcell (mesonephroid) :
 Benigna,
 Borderline malignancy,
 Karsinoma, 
- Brenner,
- Epitelial campuran,
- Karsinoma tak terdiferensiasi,
- Tumor tak terklasifikasi.
 Ada 2 jenis : serosa dan musinosa. Kedua-duanya mempunyai kecenderungan
untuk tumbuh bilateral dan berimplantasi di rongga peritoneum. Perubahan ke
arah ganas terjadi pada yang berjenis serosa. Kistadenokarsinoma papiliferum
pseudo-musinosa merupakan satu variasi dari tumor dengan kemungkinan
penyebaran lokal yang tinggi.
 Sex-cord stromal tumours :
- Tumor Granulosa-theca cell :
 Benigna,
 Maligna, 
- Androblastoma (sertoli-leydig),
 Androblastoma atau tumor yang berasal dari mesenkhim akan mendiferensiasi
ke dalam struktur gonadal laki-laki :
 Arrhenoblastoma, mikroskopik terlihat gambaran tubuler dan berhubungan
denagan gejala/ tanda defeminisasi atau maskulinisasi,

43
 Tumor Sertoli cell, adalah bentuk feminisasi dari Androblastoma. Sel-sel sertoli
merupakan sumber dari estrogen pada gonad lelaki,
 Tumor Sel Granulosa, 
 Tumor Sel Theca.
- Gynandroblastoma,
- Tidak terklasifikasi.
 Diduga berasal dari mesenkhim gonad, yang potensial mampu mendiferensiasi
ke dalam struktur gonad laki-laki dan wanita hingga tumor dapat mengakibatkan
munculnya tanda-tanda maskulinisasi atau feminisasi pada penderitanya.
 Tumor-tumor lipid cell.
 Tumor-tumor Germ-cell :
- Disgerminoma,  
 Biasanya terdapat pada wanita muda dan sangat radioaktif. Tumor dengan
permukaan rata, konsistensi kenyal, kecuali di bagian-bagian yang mengalami
degenerasi, berwarna sawo matang sampai keabu-abuan. Pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat gambaran sarang-sarang sel telur yang besar, bundar,
ovoid, atau poligonal, terpisah oleh septa jaringan ikat. 88,6% dapat
disembuhkan hanya dengan USO (Unilateral Salpingo Oerectomy), kalau perlu
pasca bedah dapat dipertimbangkan radioterapi pada tumor bed karena tumor ini
sangat radiosensitif dan radiocurable.
- Tumor Sinus Endodermal,
 Berasal dari jolk sac atau saccus vitellinus, umumnya ditemukan pada gadis atau
wanita muda (20 tahun) dan sangat ganas. Pada pemeriksaan mikroskopik
didapatkan retikulum dengan ruangan berbentuk kistik (sinus endodermal) di
tengahnya. Sinus tersebut terdiri atas pembuluh darah ditengahnya oleh sel-sel
kuboid.
- Karsinoma Embrional,
- Poli-Embrioma,
- Khoriokarsinoma,
 Tumor primer berasal dari ovarium jarang ditemukan mempunyai ciri-ciri
seperti khoriokarsinoma sesudah kehamilan (NTGG = Neoplasia Trofoblast
Ganas Gestasional). Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan sinsio
– dan sitotrofoblastanpa villikhoroalis.
- Teratoma :
 Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu
membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional. Teratoma ovarium

44
bisa ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid. Teratoma maligna yang ganas
berbentuk solid, terdiri atas campuran jaringan sel telur yang matang (matur)
dan yang tidak matang (immatur). Teratoma ganas biasanya ditemukan pada
anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat dan
mempunyai prognosis yang buruk. Pada pemeriksaan klinik ditemukan tumor di
samping uterus, kadang kala disertai perdarahan dari uterus dan ascites.
Terapinya pembedahan dengan khemoterapi sebelum atau sesudahnya.

f.    Faktor resiko

 usia 55 – 59 tahun
 pernah mengalami kanker payudara
 penggunaan metode KB pil
 nuliparitas
 infertilitas
 Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker ovarium
 Riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru, prostat dan rahim
(menunjukkan adanya sindroma Lynch II).

g.   Gejala

 Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian bawah.
 Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan
pertanda awal dari kanker ovarium.
 Di dalam perut terkumpul cairan dan perut membesar akibat ovarium yang
membesar ataupun karena penimbunan cairan.
 Pada saat ini penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul,anemia dan berat
badannya menurun.
 Kadang kanker ovarium melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan
berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan
pertumbuhan rambut.
 Gejala lainnya yang mungkin terjadi:
- Panggul terasa berat
- Perdarahan pervaginam
- Siklus menstruasi abnormal
 Gejala saluran pencernaan (perut kembung, nafsu makan berkurang, mual,
munatah, tidak mampu mencerna makanan dalam jumlah seperti biasanya).

h.  Stadium

45
Stadium Interpretasi

I Tumor terbatas di ovarium 

Ia Pertumbuhan tumor ganas di satu ovarium dan tidak ada


asites
Ib
Tumor terbatas di kedua ovarium tanpa asites
Ic
Tumor terbatas di satu atau kedua ovarium, sitologi asites/air
II
cucian peritoneum posirif maligma
IIa
Tumor di satu atau kedua ovarium dengan pertumbuhan
IIb dalam pelvis

IIc Tumor di satu atau kedua ovarium dengan pertumbuhan


dalam pelvis minor dan pada pembedahan tumor terangkat
III
seluruhnya
IV
Tumor meluas pada jaringan pelvis lain dan pada
Khusus pembedahan tumor tidak terangkat seluruhnya

Tumor stadium IIa atau IIb, tapi asites atau cucian


peritoneum positif sel maligma

Tumor di satu atau kedua ovarium dengan metastasis pada


peritoneum di luar panggul dan KGB retroperitoneal atau
keduanya. Tumor terbatas pada panggul kecil dengan
metastasis ke dinding usus dan omentum, dibuktikan dengan
histopatologis

Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.


Metastasis ke hati atau adanya efusi pleura yang dibuktikan
dengan sitologi juda digolongkan stadium IV

Kasus yang tidak dilakukan laparotomi, tapi diduga


karsinoma ovarium

i.    Diagnosa
Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/ tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan
penyakitnya yang sudah agak lanjut :

46
 Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke
jaringan sekitar,
 Gejala diseminasi/ penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan
bermanifestasi adanya ascites
 Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi
atau hiperestrogenisme, intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe
histologik tumor dan usia penderita.
 Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau
masa, di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dari yang
kistik sampai yang solid (padat). Pemakaian USG (Ultra Sono Graphy) dan
CTscan (Computerised axial Tomography scanning) dapat memberi informasi
yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasannya sebelum pembedahan.
Laparotomi eksploratif disertai biopsi potong beku (Frozen section) masih tetap
merupakan prosedur diagnostik paling berguna untuk mendapat gambaran
sebenarnhya mengenai tumor dan perluasannya seta menentukan strategi
penanganan selanjutnya.

j.     Pengobatan

 Pembedahan
 Pada tingkatan awal, prosedur adalah TAH + BSO + OM + APP (optional).
Luas prosedur pembedahan ditentukan oleh insidensi dari seringnya penyebaran
ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi badan
rahim (korpus uteri). Tindakan konservatif (hanya mengangkat tumor
ovariumnya saja : oophorektomi atau oophoro kistektomi) masih dapat
dibenarkan jika tingkat klinik penyakit T1a, wanita masih muda, blum
mempunyai anak, derajat keganasan tuor rendah seperti disgerminoma, tumor
sel granulosa, dan arrhenoblastoma atau low potential malignancy = bordeline
malignancy.
 Radioterapi
 Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik TI dan T2
(FIGO: Tingkat I dan II), yang diberikan kpada panggul saja atau seluruh rongga
perut. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkay III dan IV)
dilakukandebulking dilanjutkan dengan khemoterapi. Radiasi untuk membunuh
sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap
sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
 Khemoterapi

47
 Sekarang telah mendapat tempat yang diakui dalam penanganan tumor ganas
ovarium. Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens
alkylating (seperti cyclophospamide,
chlorambucil), antimetabolit (seperti Adriamisin) dan agenslain (seperti Cis-
Platinum). Penanganan paliatif tumor ganas ovarium sering menggunakan
preparat hormon progestativa.

k.   Pencegahan
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur, termasuk:

 Kontrasepsi oral (pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah
menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama
lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50 persen,
sesuai dengan ACS.
 Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko
Anda mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi
risiko kanker ovarium.

l. Askeb Pada Ibu Dengan Tumor vulva, vagina,tuba, uterus dan ovarium
a. Lakukan anamnesa dengan cermat.

b. Lakukan pemeriksaan pada abdomen, dan alat genitalia, serta pada tungakai.

c. Perhatikan apakah terdapat benjolan, oedema, keadaan alat genitalia, adanya


keputihan, warna, dan bau.

d. Beritahu kepada ibu hasil pemeriksaan.

e. Memberikan dukungan psikis, dan emosional kepada ibu.

f. Lakukan rujukan

48
PENUTUP

KESIMPULAN

Tumor merupakan satu sel liar yang berada dibagian tubuh dan terus membesar dilokasi
yang tetap atau tidak menyebar kebagian tubuh yang lain. Akibat pembesaran ini akan muncul
benjolan dibagian tubuh tertentu, karena itu munculnya benjolan dibagian tubuh baik disertai
rasa sakit maupun tidak, tetapi patut diwaspadai sebagai tumor. Jika tidak diobati secara benar
sel tumor bisa berubah menjadi kanker.

Tumor jinak dan ganas pada organ reproduksi maupun kanker merupakan penyakit
yang endemic pada wanita hampir seluruh dunia yang disebabkan oleh berbagai macam faktor.
Setiap orang didunia ini memiliki resiko untuk terkena kanker payudara, walaupun wanita lebih
beresiko dari pada laki-laki.

Oleh karena itu, perlu dikenali sejak masih dini. Semakin diketahui, semakin besar
kemungkinan menyembuhkannya

49
SARAN

Pencegahan hendaknya dilakukan sejak dini, sebab kebanyakan kanker dan tumor
berkembang dalam jangka waktu yang lama, dan sering kali terlambat dideteksi karena jarang
munculnya gejala pada stadium awal. Dalam proses preventif dan protektif ini hendaknbya ada
kerjasama antara individu, keluarga, masyarakat dan pemerintah serta komponen lainya demi
menurunkan prevelensi diIndonesia mengingat kemungkinan kecil untuk sembuh total jika
sudah terkena penyakit ini. Sudah seharusnya seorang bidan menganjurkan ibu untuk
melakukan ANC secara rutindan teratur untuk mendapatkan kesehatan ibu dan anak yang
optimal dan juga dapat mendeteksi dini jika ada masalah atau kelainan dalam kehamilannya

Berikut beberapa hal yang kami sarankan agar dapat mendeteksi gejala- gejala gangguan sistem
reproduksi :
 Minimal setiap satu bulan sekali lakukan pemeriksaan SADARI (periksa Payudara
sendiri),

 Biasanya waktu yang tepat yaitu tiap 1 minggu setelah selesai menstruasi. Lakukan
sesuai Prosedur.

 Jika menemukan keganjalan atau merasakan ketidakbiasaan dengan pola menstruasi


segera konsultasikan dengan dokter atau bidan.

 Hindarilah pola kebiasaan yang tidak baik bagi kesehatan,

 Olahraga yang teratur dan makan makanan yang bergizi.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, sarwono. 2007. Ilmu kandungan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Mansjoer,Arif.2001. Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta : EGC

Aziz, M, F. 2006. Onkologi Ginekologi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta

Sastrawinata, S, dkk. 1998 Ginekologi Edisi 2. EGC: Jakarta

50

Anda mungkin juga menyukai