Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KEPERAWATAN (PK X)


MK”KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN “
Kegiatan : Ronde keperawatan
MELALUI METODE DARING

Tanggalal : 04 Mei s/d 09 Mei 2020

NAMA MAHASISWA : PIPIT PUTRI H

NIM : P00620417030

MAHASISWA SEMESTER VI

PRODI D-IV KEPERAWATAN BIMA

TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Sentralisasi obat


NAMA MAHASISWA : pipit putri H
NIM : P00620417030

PROGRAM STUDI : D-IV keperawatanBima

Bima 04 Mei,2020

MENYETUJUI

Pembimbingakademik

H. syaifulS.kep ,Ns,Mpd

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I

POLITEKNIK KEMENKES MATARAM

PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN BIMA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,puji syukur kehadiratallah SWT yang telah melimpahkan Rahman rahimnya


sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan LAPORAN PENDAHULUAN ini, semoga salawat dan
salam tetap tercurahkan kepada rasulullah SAW yang telah memberikan ketauladanan dalam
perikehidupan yang sempurna menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan di karenakan karna
keterbatasan pengetahuan penulis ,dengan demikian kritik maupun saran sangat di butuhkan demi
kemajuan penulis .

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya ,dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan .ammiin.

KOTA BIMA ,04 Mei ,2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima dirasakan sebagai suatu
fenomena yang harus segera direspon oleh perawat.Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan
mempelajari langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam,2002).Salah satunya adalah
dalam pengelolaan obat pasien . Teknik pengelolaan secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat.
Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya dilakukan oleh perawat. Sentralisasi obat sudah
mulai dilakukan di RuangHelikonia, dimana baik obat oral maupun injeksi milik pasien sudah dikelola
oleh perawat.Pemberia obat oral maupun injeksi diresepkan oleh dokter diterima oleh perawat yang
kemudian diserahkan kepada keluarga pasien.Keluarga pasien mengambil obat dikamar obat atau
apotek. Pengawasan terhadap penggunaan obat oral maupun injeksi merupakan salah satu tugas
perawat .Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada
pasien.Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi jika konsumsi
obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian lain yang bias terjadi adalah terjadinya
kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan
obat yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian pasien secara ekonomi.Oleh karena itu diperlukan
suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat dan
pasien/keluarga serta resiko kerugian baik secara material maupun non material dapat dihindari, pada
akhirnya kepercayaan pasien terhadap perawat juga semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut,
untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan sentralisasi keperawatan di RuangHelikonia, kami akan
melaksanakan sentralisasi obat baik oral maupun injeksi di ruangantersebut.

B. Tujuan
1. TujuanUmum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.

2. TujuanKhusus
a. Mampu meningkatkan pemahaman perawat RuangHelikonia dan mahasiswa dalam
menerapkan pemberian obat secara tepat dan benar sesuai dengan prinsip 6T dan 1 W
( tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat
dokumentasi dan waspada efek samping obat).
b. Mampu meningkatkan keterampilan perawat Ruang Helikonia dan mahasiswa RSUD
Ibnu Sina dalam mengelola sentralisasi obat.
c. Mampu meningkatkan kepatuhan pasien di Ruang Helikonia dalam penggunaan obat
sesuai dengan program terapi.
d. Mampu meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien serta keluarga terhadap kinerja
perawat Ruang Helikonia.

C. Manfaat
1. Bagi Klien
a. Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan
b. Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat
2. Bagiperawat
a. Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
b. Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi klien
c. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat.
3. Bagi institusi
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
b. Terciptanya model asuhan keperawatan professional
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TENTANG

“SENTRALISASI OBAT”

A. Pengertian setralisasi obat

Sentralisasi obat adalah Pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan diberikan kepada
pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2002).

B. Tujuan Sentralisasi Obat

Menurut Nursalam (2002) sentralisasi obat bertujuan untuk :

a.Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat


b. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun secara moral.
c.Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien.
d. Menyeragamkan pengelolaan obat
e.Mengamankan obat-obat yang dikelola
f. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat klien, dosis, waktu, cara.

C. Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat

Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
diberikan kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya kepada
perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional
dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk. Pengeluaran dan pembagian obat tersebut
dilakukan oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat tersebut.

1. Penerimaan obat

Resep obat dari dokter yang diserahkan ke perawat kemudian diberikan kepada keluarga
atau pada klien.Kemudian oleh keluarga diberikan pada depo farmasi di Apotik. Obat yang
sudah diambil kemudian oleh keluarga diberikan keperawat ruangan untuk disimpan

2. Pembagian obat

a. Obat-obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam format pemberian obat oral/ injeksi dengan
terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter.

b. Sebelum obat diberikan pada pasien, sebelumnya perawat harus melakukan crosscheck
dengan perawat lain untuk meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat. Kemudian
perawat menjelaskan macam obat, manfaat, dosis obat, cara pemberian, kontra-indikasi dan
jumlah obat pada klien/ keluarga. Usahakan tempat obat kembali keperawat setelah obat
dikonsumsi oleh klien dan observasi adanya efek samping setelah minum obat. Kemudian
perawat yang memberikan obat dan melakukan crosscheck obat membutuhkan tanda-tangan
pada kolom paraf.

c. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shift oleh perawat yang bertugas
berdasarkan format pemberian obat. Obat yang hampir habis akan diinformasikan oleh
perawat untuk diresepkan kembali oleh dokter penanggung jawab dan diambil oleh keluarga
di kamar obat atau apotek.

3. Penambahan Obat Baru

a. Bila mana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal pemberian obat,
maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian obat oral/ injeksi.

b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka dokumentasi dilakukan
pada format pemberian obat oral / injeksi.

4. ObatKhusus

a. Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup mahal, memiliki
jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atauhanya
diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu saja.

b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian obat oral/ injeksi
khusus untuk obat tersebut dan dilakukan oleh perawat primer.

c. Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga meliputi nama obat, kegunaan obat, waktu
pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan tempat obat, sebaiknya
diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian obat. Usahakan terdapat
saksi dari kluarga pada saat pemberian obat.

5. Pengembalian Obat

Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat dikembalikan kepada
klien/keluarga dengan ditandatangani oleh klien/keluarga serta tanggal dan waktu penyerahan
D. Pengorganisasian Peran

1. Kepala Ruangan
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktek.
b. Memotivasiklienuntukmematuhi program terapi.
c. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi
2. Perawat Primer
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
c. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
3. Perawat Associate
Melakukanpencatatandankontrolterhadappemakaianobatselamakliendirawat

E. AlurSentralisasiObat

Dokter

Perawat

Pasien / Keluarga

Kamarobat Apotik

Suratpersetujuansentralisasioba
Pasien / Keluarga
tdariperawat
Lembarserahterimaobat
Perawat Bukuserahterima/Masukobat

Sentralisasiobat

Pasien / keluarga
F. 8 Tepat Dalam Sentralisasi Obat
Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau
keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat tersebut Prinsip Enam
Tepat (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat dokumentasi
dan waspada efek samping obat).

1. Tepat Indikasi
Memastikan kebenaran dari indikasi dari pemberian obat.

2. Tepat Pasien
Benar pasien merupakan dasar yang sangat menentukan dalam prinsip pemberian
obat

a. Memastikan pasien dengan mengecek gelang identitas, papan identitas di tempat


tidur, atau bertanya langsung kepada pasien. Beberapa fasilitas di institusi tertentu
mencantumkan foto pada status pasien.
b. Jika pasien tidak mampu berespon secara verbal, dapat digunakan cara non-verbal
seperti menganggukkan kepala.
c. Untuk bayi, diidentifikasi melalui gelang identitas.
d. Jika pasien mengalami gangguan mental atau penurunan kesadaran sehingga tidak
mampu mengidentifikasi diri, maka harus dicarikan alternatif lain untuk
mengidentifikasi pasien sesuai dengan ketentuan rumah sakit.
e. Membedakan dua pasien dengan nama belakang yang sama; berikan peringatan
dengan warna yang lebih mencolok pada alat identitas (ID tools) seperti kartu
medis (med card), gelang, atau kardex.
f. Beberapa institusi melengkapi gelang identitas pasiennya dengan kode tertentu
untuk status alergi. Bila ada, perawat harus tanggap dengan kebijakan ini.
g. Ketika pasien tidak menggunakan stiker identitas, perawat mengidentifikasi secara
teliti terhadap masing-masing pasien ketika melakukan pemberian obat (Kee dkk.,
2009, hal. 23 dan Tambayong, 2002, hal. 3-4).

3. Tepat Obat
Benar obat berarti menerima obat yang telah diresepkan, baik oleh dokter, dokter
gigi, atau petugas kesehatan yang sudah mendapatkan izin seperti perawat yang
sudah berpengalaman (Advanced Practice Registered Nurse/APRN) yang
berwewenang untuk mengorder obat Obat mempunyai nama dagang dan nama
generik, jadi apabila ada obat dengan nama dagang yang asing ditemui, harus
diperiksa nama generiknya. i (Tambayong, 2002, hal. 4; Kee dkk., 2009, hal. 24).
a. Cek permintaan obat dari segi kelengkapan dan dapat dibaca dengan jelas. Jika
order tidak lengkap dan tidak terbaca, beritahu bidang keperawatan, apoteker atau
petugas kesehatan yang menulis order.
b. Ketahui alasan kenapa pasien mendapatkan obat.
c. Cek label obat sebanyak tiga kali sebelum obat diberikan:
a) Melihat kemasan obat.
b) Membaca permintaan obat dan memperhatikan kemasan sebelum obat dituang.
c) Mengembalikan kemasan setelah obat dituang ke lemari obat.
d. Mengetahui tanggal obat diorder dan tanggal akhir pemberian (seperti: pemberian
antibiotik), (Kee dkk., 2009, hal. 24; Tambayong, 2002, hal. 2).

4. Tepat Cara / Rute Pemberian


Tambayong (2002, hal. 4-5) berpendapat bahwa obat diberikan melalui rute yang
berbeda, tergantung keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat obat
(kimiawi dan fisik obat) serta tempat kerja yang diinginkan. Oleh karena itu, berdasarkan
bentuk obat, rute obat

dibagi menjadi:

a. Bentukpadat
Dalam kelompok ini, obat dibagi menjadi empat rute, yaitu oral, topikal, rektal
atau vaginal.

b. Bentukcair
Bentuk obat cairan dibagi menjadi larutan, suspensi dan emulsi
c. bentuk gas

a. Gas Terapeutik

b. Gas Anestetik

1. bentukaerasol
Obat ini berupa larutan atau bubuk yang bekerja di bawah tekanan. Jika
berbentuk larutan, obat disemprotkan berupa “kabut” ke dalam mulut dan dihirup
ke dalam paru, misalnya salbutamol (Ventolin) dengan alat penyemprot khusus.
(Tambayong, 2002, hal. 8).

2. Bentuk parenteral
Parenteral berasal dari bahasa Yunani. Para berarti disamping, enteron
berarti usus. Jadi, parenteral berarti di luar usus. Atau tidak melalui saluran cerna
(Tambayong, 2002, hal. 5).
3. Inhalasi
Saluran napas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan
berguna untuk memberi obat secara lokal, seperti salbutamol (Ventolin) atau sprei
beklometason (Becotide, Aldecin) untuk asma, atau terapi oksigen dalam keadaan
darurat (Tambayong, 2002, hal. 5).

 Implikasi keperawatan mencakup:

a. Nilai kemampuan menelan pasien sebelum memberikan obat oral.


b. Lakukan teknik aseptik sewaktu memberikan obat, terutama rute parenteral.
c. Berikan obat pada tempat yang seharusnya.
d. Tetap bersama pasien sampai obat oral telah ditelan.
e. Pemberian melalui enteral: mengecek kepatenan slang NGT sebelum obat dan
mengirigasi slang dengan air sebelum dan sesudah pemberrian obat (Kuntarti,
2005).
5. Tepat Dosis
Benar dosis diperhatikan melalui penulisan resep dengan dosis yang disesuaikan
dengan keadaan pasien. Beberapa kasus yang ditemui di lapangan, terdapat banyak obat
yang direkomendasikan dalam bentuk sediaan. Perawat harus teliti menghitung dosis
masing-masing obat dan mempertimbangkan adanya perubahan dosis dari penulis resep.
Berat badan pasien merupakan indikator penting dalam pemberian obat tertentu, seperti
obat pediatrik, bedah dan perawatan kritis (Kee dkk., 2009, hal. 25).

Perawat harus memiliki pengetahuan dasar dalam meracik obat, membandingkan dan
membagi dosis sebelum mengimplementasikan perhitungan dosis obat. Perawat
mengecek ulang pembagian dosis atau adanya perbedaan dosis yang sangat besar setelah
dihitung (Kee dkk., 2009, hal. 25).

 Implikasi keperawatan mencakup:


a. “Bentuk dosis asli jangan diubah”
b. Hitung dan periksa dosis obat dengan benar. Jika ada keraguan, dosis obat
harusdihitung ulang dan diperiksa oleh perawat lain, serta menghubungi apoteker
atau penulis resep sebelum pemberian dilanjutkan.
c. Periksa bungkus obat atau obat lain yang direkomendasikan secara khusus
d. Jika pasien meragukan dosis, periksa kembali. Apabila sudah mengonsulkan
dengan apoteker atau penulis resep tetap rancu, obat tidak boleh diberikan,
beritahu penanggung jawab unit atau ruangan dan penulis resep beserta alasannya.
e. Perhatian berfokus pada titik desimal dosis dan beda antara singkatan mg dengan
mcg bila ditulis tangan (Tambayong, 2002, hal. 4 dan Kee dkk., 2009, hal. 26).
6. Tepat Waktu dan Lama Penggunaan
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum
makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena
susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus
diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung
misalnya asam mefenamat Contohnya, untuk PCT (Paracetamol) dosis 500mg, waktu
antara efek toksik dan efektif tersebut harus dipertahankan, sehingga pemberian obat
harus diperhatikan. Salah cara pemberian atau waktu, bisa terjadi resistensi kuman, ini
akan lebih berbahaya.

 Implikasi keperawatan mencakup:

a. Perhatikan simbol tertentu, seperti “a.c atau ante cimum” (obat diminum satu
jam sebelum makan) untuk memperoleh kadar yang dibutuhkan dan “p.c atau
post cimum” (obat harus diminum sesudah makan) agar terhindar dari iritasi
berlebihan pada lambung (contohnya, indometasin) atau supaya diperoleh kadar
darah yang lebih tinggi (contohnya, griseufulvin bila diberi bersama makanan
berlemak), (Tambayong, 2002, hal. 6).
b. Perhatikan kontraindikasi pemberian obat. Hal ini berlaku untuk banyak
antibiotik. Contoh: tetrasiklin dikhelasi (berbentuk senyawa tidak larut) jika
diberi bersama susu atau makanan tertentu, akan mengikat sebagian besar obat
tersebut sebelum diserap (Tambayong, 2002, hal. 5-6).
c. Antibiotika diberikan dalam rentang yang sama (misal, setiap 8 jam dalam 24
jam).
d. Periksa tanggal kadaluarsa. Obat baru (pengganti) diletakkan di belakang atau di
bawah sehingga obat yang lama tetap terpakai dan tidak menjadi kadaluarsa.
Bila obat dalam bentuk cairan, perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi
keruh) dan tablet menjadi basah (Tambayong, 2002, hal. 9).
7. Benar Dokumentasi
Benar dokumentasi mencakup ketepatan informasi pemberian obat yang dicatat
oleh perawat, meliputi:

a. Nama obat
b. Dosis obat
c. Rute/cara pemberian
d. Waktu dan tanggal pemberian
e. Nama atau tanda tangan perawat
f. Penulis resep
Bila pasien menolak meminum obat atau obat belum terminum, harus dicatat
alasannya dan dilaporkan (Kee dkk., 2009, hal. 27; Tambayong, 2002, hal. 6). Perawat
mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan yang diberikan dengan
memperhatikan jenis obat, seperti:

a. Narkotik (Bagaimana efeknya dalam mengurangi nyeri)


b. Non-narkotik anagesik
c. Sedatif
d. Antiemetik
e. Reaksi obat yang tidak diharapkan, seperti iritasi gastrointestinal atau tanda
sensitif pada kulit.

Penundaan pencatatan oleh perawat dapat menyebabkan perawat tidak ingat untuk
mencatat obat yang telah diberikan atau perawat lain akan memberikan obat yang sama
karena mengira obat tersebut belum diberikan (Kee dkk., 2009, hal. 27).

8. Tepat Informasi Efek Samping


Sebagai perawat kita harus mengetahui efek samping dari obat yang akan kita
berikan. Sehingga kita lebih berhati -hati terhadap obat yang akan kita berikan ke pasien.

.
BAB III

PEMBAHASAN

1. perbedaan persamaan dan kesimpulan dari berbagai referensi yang digunakan dalam
menyusun konsep teori pada bab2
karena keterbatasan referensi yang saya dapatkan dan saya hanya menemukan satu teori yang
mengemukakan arti dari timbang terima, yaitu dari teori( nurussalam 2002)teori ini saya rasa
tidak jauh berbeda dari teori yang saya pelajari di bangku perkuliahan dan yang dijelaskan
oleh dosen tentang sentralisasi obat,yang bisa saya simpulkan dari teori yang dikemukakan
oleh nurussalam,yang mengatakan bahwa Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat.
2. Kesulitan dan solusi antara teori dan praktek.
menurut saya tidak ada kesulitan pada saat melakukan Sentralisasi obat, apabila dilaksanakan
sesuai dengan SOP, namun ada juga yang saya perhatikan pada saat praktek di rumah
sakit,ada beberapa mungkin petugas yang tidak yang tidak menerapkan sterilisasi terlebih
dahulu pada saat menyuntikan obat terhadap pasien.
dan solusi yang bisa saya berikan itu dengan melakukan pengawasan kedisiplinan sehingga
para staf kesehatan yang bekerja mampu mematuhi peraturan dengan melakukan kegiatan
dengan sistematis .
3. Faktor pendukung dan penghambat.
seperti yang saya jelaskan di atas bawah faktor yang dapat mendukung berjalannya proses
pin bang terima pasien dengan baik dan benar itu dipengaruhi oleh tenaga keperawatan yang
bekerja, semakin mereka mematuhi prosedur-prosedur yang harus dilakukan maka proses
sentralisasi obat secara tepat dan benar sesuai 6 benar pemberian obat maka akan berjalan
dengan baik dan benar,
Sebaliknya apabila perawat tidak mengikuti apa yang di instruksi kan dan prosedur-prosedur
yang baik dan benar maka akan menghambat proses Sentralisasi obat sehingga terjadi
kesalahan yang dapat menbahayakan keadaan pasien tersebut
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sentralisasiobatbertujuanuntukmeningkatkanmutupelayanankepadaklienterutamad
alampemberianobat.Mempermudahpengelolaanobatsecaraefektifdanefisien,
mengupayahkanketepatanpemberianobatdengantepatklien, dosis,
waktu,caradanpendokumentasian.
B. SARAN
Demikian laporan pendahuluan SENTRALISASI OBAT ini saya buat, semoga
bermanfaat bagi pembaca, saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini sangat
jauh dari kata sempurna , oleh karna itu saya memohon kepada pembaca ,agar
sekiranya memberikan kritik dan saran dalam laporan ini guna menambah wawasan
saaya di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam (2002) Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktek Keperawatan Profesional,
Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam (2001) Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan praktek. Jakarta : Salemba
Medika.

Gillies, 19VIII9. Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi Terjemahan. Alih
Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.

PSIK, 2007. Buku Panduan Manajemen Keperawatan : Program Pendidikan Ners. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai