Anda di halaman 1dari 4

MODEL EVOLUSI DAN MODEL KOMPARATIF

TAKZIAH
NPM. 180109017

Model evolusi digunakan untuk menunjukkan jenis penullisan yang menunjukan jenis

penulisan yang melukiskan perkembangan sebuah masyarakat itu berdiri sampai menjadi sebuah

masyarakat yang kompleks. Tentu saja model ini hanya dpat diterapkan  pada bahan kajian yang

memang mencoba mengkaji masyarakat dari permulaan berdiri, yaitu jika sumber sejarahnya

memungkinkan untuk penulisannya. Berikut Salah satu contoh tulisan model evolusi:

sejarah kota dedham dimana dia menggambarkan sebuah kota new enggland dimana
tempat para imigran dari eropa dating ke amerika digambarkan pada mulanya berupa
sebuah utopian commune . dimana kota kota tersebut masih sangat muda dan lembaga
lembaga masih sederhana, kehidupan masyarakatnya terpusat pada kegiatan keagamaan
dan kegiatan politik yang bersifat komunal. Masyarakat komunal tersebut kemudian
mengalami kemunduran dengan adanya kekuatan sejarah baru yang masuk berupa
kegiatan komersial dan industry yang kemudian membuat dendham menjadi pinggir kota
boston yang berkembang. Pusat keagamaan bukan lagi menjadi prioritas utama, sebab
kota sudah menggantikan desa. Kehidupan komunal digantikan oleh kehidupan
egalitalian dan penyimpangan politik. Proses ini terjadi sekitar 1646-1686 selama lima
puluh tahun dari kehidupan kota kecil1.

Gambar diatas menunjukkan  bahwa semakin jauh waktu berjalan, semakin kompleks

kehidupan masyarakat, begitu pula dengan kehidupan sosial masyarakat yang ada didalamnya.

Sekalipun untuk sebuah kota atau kehidupan social masyarakat di indonesia penulisan dengan

model ini dapat dilakukan  namun hal itu bukan pekerjaan yang mudah2.

Model komparatif . jika diperhatikan dari segi formal, maka suatu perbandingan akan

menonjolkan kemiripan dan akhirnya akan sampai pada generalisasi, sebagao contoh sebuah

perbandingan sejarah pemberontakan petani banten  sebagai gerakan sosial. Dapat diidentifikasi

1 Kuntowijoyo.1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta. Tiara wacana yogja.. hlm. 39-40


2 Ibid.,
antara lain  soal ideology, kepemimpinan, pengikut, mobilisasi, struktur organisasi, benturan

dengan penguasa. Dari perbandingan perbandingan itu dapat ditemukan3:

1. adanya ideology, seperti mesianisme, perang jihad, dll

2. otoritas pemimpin yang kharismatic

3. hubungan patron client

4. konfontrasi dengan penguasa yang berakhir secara tragis

Model ini bisa  merupakan sebuah kumpulan dari lukisan sinkronis yang diurutkan dalam

kronologis sehingga nampak perkembanganya, model ini dapat kita conthkan misalnya, ketika

mendapat keterangan dari suatu zaman pada periode tertentu mengenai sebuah masyarakat,

kebetulan ada keterangan mayarakat itu pada periode yang lain, sehingga ada urutan kronologis

yang tidak sempurna namun menunjukan diakronisme4.

Atau juga bisa kita gambarkan ketika kita akanmeneliti sebuah peristiwa sejarah social

pada masa lalu, karena kurang tersedia nya sumber sejarah maka, kita mencoba membandingkan

perkembangan sebuah masyarakat yang akan kita teliti dengan perkembangan masyarakat yang

ada ditempat lain dengan tetap menyertakan sisi temporal didalamnya.

Perhatian Durkheim tertuju pada upaya membuat analisis komparatif mengenai apa yang

membuat masyarakat bisa dikatakan berada dalam keadaan primitif atau modern. Ia

menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta sosial non-material,

khususnya oleh kuatnya ikatan moralitas bersama, atau oleh apa yang ia sebut sebagai kesadaran

kolektif yang kuat. Tetapi, karena kompleksitas masyarakat modern, kekuatan kesadaran kolektif

itu telah menurun. Menurutnya, pembagian kerja dalam masyarakat modern menimbulkan

beberapa patologi. Dengan kata lain, pembagian kerja bukanlah metode yang memadai dan dapat

3 Kartodirjo, sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dam Metodologi Sejarah. Jakarta : gramedia


4 Ibid., Hlm. 44
membatu menyatukan masyarakat. Kecenderungan sosiologi konservatif Durkheim terlihat

ketika ia menganggap revolusi dari Marx tidak diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

Menurut Durkheim, berbagai reformasi dapat memperbaiki dan menjaga sistem sosial modern

agar tetap berfungsi. Meskipun ia mengakui bahwa tak mungkin kembali ke masa lalu, dimana

kesadaran kolektif masih menonjol, namun ia menganggap bahwa dalam masyarakat modern

moralitas bersama dapat diperkuat (Durkheim, 1964).

Pelaksanaan Revolusi Hijau di Negara berkembang termasuk Indonesia dimulai sekitar

tahun 1960-an. Hasil dari Revolusi hijau itu mengagumkan. Persoalan yang patut dikedepankan

kemudian adalah bagaimana dampak sosial dari pelaksanaan program tersebut setelah lebih dari

20 tahun Revolusi Hijau, suatu istilah yang mulai kita kenal di Indonesia sejak tahun 1960-an,

sebebarnya mengacu kepada program intensifikasi pertanian tanaman pangan. Program ini

mengantarkan beberapa teknologi baru dalam teknik pertan ian (agronomi)sejak 1960-an

ditewrapkan secara meluas di Negara-negara berkembang, khususnya dibenua Amerika latin dan

kemudian di benua Asia. Di Indonesia sendiri sebenarnya program intensifikasi demikian sudah

mulai dicoba sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1973, sewaktu pemerintah jajahan Hindia

Belanda mengantarkan Verbeterde Cultuur Technieken.

Revolusi adalah suatu istilah yang mengacu kepada perubahan serentak tingkat tanaman

(hijau) pangan seperti jagung, gandum, dan padi. Karena pada awal Revolusi Hijau belum jelas

keliatan bagaimana dampak sosial program tersdebut, maka ada baiknya mengutip Clifton

Wharton (1969) yang menuliskan karangan berjudul “The Green Revolution: Cornucopia or

Pandora’s Box”, istilah ini mengacu kepada suatu pengertian (kotak Pandora) yang mengandung

ketidakpastian, segala sesuatu bias keluar atau muncul dari kotak Pandora tersebut.
Sejak tahun 1963-1964 progarm Swa Sembada Bahan Makanan (SSBM) sebenarnya

diintensifkan dengan pendekatan Bimbingan Massal (BIMAS) yang dikembangkan dan

dterapkan oleh staf pengajar dan mahasiswa Fakultas Pertanian IPB di daerah Karawang. Dalam

beberapa tahun saja, luas areal kemudian bertambah dengan hasil panen kwintal perhektar yang

cukup menyakinkan. Hasil yang cukup menggiurkan tersebut mengantarkan rakyat Indonesia

pada babak baru pertanian.

Dalam melihat fenomena terjadi revolusi hijau di nusantara, dengan menggunakan model

evolusi maka hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah meneliti awal mula kehidupan

masyarakat  sebelum mengenal revolusi hijau. Sebelum masyarakat indoneisa mengenal

kehidupan pupuk kimia dan obat obatan, mereka menyuburkan dengan pupuk kandang,

kemudian berlanjut kepada pengenal pupuk dan obat obatan kimia, dari sisni dapat digali sikap

masyarakat Indonesia terhadap barang baru tersebut, lalu penggunaan, dan hasilnya dari

penggunaan bahan bahan tersebut, mungkin seperti itulah gambaran penulisan model evolusi

dalam menuliskan terjadinya revolusi hijau diindonesi.

Sedangkan dari sudut model komparasi, kita bisa lakukan dengan membandingkan

respon masyrakat pada awal penyuluhan hingga akhir masa revolusi hijau dimasing masing

daerah, baik itu dengan kajian membandingkan dengan luar negeri atau dengan membandingkan

hasil dan dampak revolusi hijau dimasing masing daerah di Indonesia untuk memperoleh

gambaran tentang revolusi hijau

Daftar Pustaka

Kuntowijoyo.1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta. Tiara wacana yogja.

Kartodirjo, sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dam Metodologi Sejarah. Jakarta : gramedia

Anda mungkin juga menyukai