Anda di halaman 1dari 51

Analisis torsi serta daya motor 4 langkah

bahan bakar LPG dengan pemasangan


tubular pada intake manifold

PROGRAM STUDI STRATA 1 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
Yusuf Dermawan FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
NIM 171910101107 2020
Latar Belakang

Jumlah kendaraan bermotor tahun 2013 Sarana transpotasi di Indonesia mayoritas


adalah 104.118.969 unit yang terdiri dari masih menggunakan bahan bakar minyak
mobil penumpang 11.484.514 unit, bis yang masih bersubsidi dari pemerintah.
2.286.309 unit, truk 5.615.494 unit, (Sulityono, 2013)
sepeda motor 84.732.652 unit (Badan
Pusat Statistik, 2016).

LPG (Liqued petroleum gas) disesuaikan


untuk motor berbahan bakar bensin. Untuk mengatasinya dengan memanfaatkan
Sistem kerja motor yang menggunakan energi alternative untuk saranan transportasi
bensin dikonversikan menjadi sistem yang ada di Indonesia, menggunakan LPG
gas. Dengan penggunaan bahan bakar (Liquefied Petroleum Gas). LPG merupakan
gas pada kendaaran bermotor serta bahan bakar yang ramah lingkungan dan emisi
mengatur tingkat pengapian maka akan gas buang yang rendah.
bekerja lebih optimal. (Mahmud, S., dkk (Qodri, Magfurah & Yulianto, 2013)`
2013)
1. Bagaimana pengaruh turbular yang terpasang di
intake manifold terhadap tenaga pada motor bahan
bakar gas 4 langkah ?

2. Menghasilkan pengaruh apa terpasangnya turbular di


intake manifold pada motor bahan bakar gas 4
langkah?
• Tujuan
1. Dapat mempengaruhi terhadap torsi motor bakar 4
langkah BBG.
2. Untuk mendapat hasil dari emisi gas buang BBG
maka sudut pengapian harus optimal
• Manfaat
1. Dari kerja mesin 4 langkah yang maksimal baik dilihat
dari torsi, daya, konsumsi bahan bakar dan emisi gas
buang dengan mengatur sudut pengapian yang
sesuai.
2. Informasi mengenai BBG pada kendaraan motor 4
langkah akan di beritahukan kepada masyarakat.
Batasan Masalah
1. Kandungan yang terdapat dalam LPG produksi
PT Pertamina Indonesia kemasan 3kg
mengandung 50% propane dan 50% butane.
2. Dari alat dan bahan ini untuk melakukan
penelitian dengan kondisi standart dan
penggunaan yang optimal.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
• Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium teknik Progam Studi Teknik Mesin.
Pengujian ini dilakukan disekitar area laboratorium teknik. Sedangkan hasil dari gas buang
menggunakan gas analyzer untuk menyatakan kebenaran penelitian.
• Waktu Penelitian
Penelitian ini secara keseluruhan menghabiskan waktu selama 3 bulan, dimulai dari bulan
September 2020-November 2020.
Desain Penelitian
• Menggunakan desain penelitian eksperimen.
• Diawali dengan merubah saluran masuk bahan bakar premium menjadi
saluran yang bisa digunakan untuk gas LPG.
• Perubahan tersebut menggunakan dua keran, keran yang pertama untuk
membuka dan menutup aliran gas LPG, keran kedua untuk membatasi aliran
bahan bakar LPG ke dalam ruang bakar sesuai kebutuhan mesin dan keran
kedua ini dihubungkan pada handle gas. Yang diubah selanjutnya yakni
memperbesar ukuran lubang main jet dan pilot jet.
Hasil dari pemasangan tubular
• Populasi dan Sampel Penelitian
➢Populasi
Sepeda Motor Honda Astrea Prima
➢Sampel
Sepeda motor Honda Astrea Prima yang menggunakan bahan bakar
minyak diganti dengan bahan bakar gas LPG. Peneliti mendapatkan data
dengan cara mengukur konsumsi bahan bakar serta emisi gas buang CO
dan HC. Pada saat mengukur konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang
CO dan HC dilakukan pula replikasi pengukuran.
Pengumpulan Data
Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua macam variable:
1. Variable Bebas
Penggunaan bahan bakar gas LPG.
2. Variabel Terikat
a. Emisi (CO, HC, CO2 dan O2)
b. Berat beban atau gaya berat pada penggunaan prony break.
Spesifikasi Motor :
Merk : Honda Astrea Prima
Tipe : 4 langkah, OHC berpendingin udara,
silinder tunggal 97cc
Gigi Transmisi : Manual 4 Kecepatan Rotari
Kapasitas oli mesin : 0.9 liter
Rem : Tromol
Sistem : Karburator
Perbandingan Kompresi : 9,0:1
Daya Maksimum : 8,9 ps/8000 rpm
Torsi Maksimum : 0,93 kgf.m/ 6000 rpm
HIPOTESA
1. Semakin besar pembebanan yang diberikan maka nilai dari putaran
mesin semakin menurun, dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa
efek dari penyerapan sebuah energi terjadi dengan baik.

2. Semakin besar pembebanan yang diberikan maka nilai dari


perhitungan torsi yang dihasilkan juga ikut meningkat.

3. Semakin besar pembebanan yang diberikan maka nilai dari


perhitungan daya yang dihasilkan juga ikut meningkat.

4. Pada penggunaan dari BBG seperti (elpiji) pada kendaraan bermotor


menghasilkan efek terhadap lingkungan yang dinilai lebih baik dari
pada penggunaan BBM seperti bensin jika dilihat dari kadar emisinya
yang rendah seperti CO, CO2, HC dan NOx. Hal ini menyebabkan
penggunaan BBG pada kendaraan bermotor dinilai sangatlah efektif,
efisien dan inovatif untuk dijadikan sebagai alternatif pengganti dari
BBM yang ketersediaannya sudah menipis.
THANK YOU
PROPOSAL

Oleh:
Yusuf Dermawan
NIM 171910101107

PROGRAM STUDI STRATA 1 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang salah satu terbanyak dengan jumlah


penduduk di dunia dan setiap tahun jumlah penduduknya meningkat. Peningkatan
jumlah penduduk ini diikuti dengan peningkatan jumlah alat transportasi baik
darat, laut dan udara. Para produsen tentunya dalam bidang otomotif mendapat
respon baik oleh masyarakat dalam hal transportasi. Produsen otomotif berlomba
untuk menciptakan inovasi dalam bidang transportasi.

Kendaraan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia yakni kendaraan


bermotor yang jumlahnya terus meningkat pesat dari tahun ke tahun. Jumlah
kendaraan bermotor tahun 2013 adalah 104.118.969 unit yang terdiri dari mobil
penumpang 11.484.514 unit, bis 2.286.309 unit, truk 5.615.494 unit, sepeda motor
84.732.652 unit (Badan Pusat Statistik, 2016). Dari hasil data tersebut, kendaraan
sepeda motor yang paling berpengaruh terhadap penggunaan bahan bakar
minyak..

Gas dan Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui jika digunakan secara terus-menerus (Sulistyono, 2013). Sumber daya
alam Gas dan Minyak bumi dapat dimanfaatkan untuk sarana transportasi
(Sulistyono, 2014)

Indonesia memiliki sumber daya alam Gas dan Minyak bumi yang melimpah
serta cadangan Gas dan Minyak bumi sebesar 97.99 TCSF (Trilliun Standart Cubic
Feet) dan jumlah cadangangas proven mencapai 97.99 MMSCFD (Million
Standart Cubic Feet of gas Per Days) (Susyanto, 2016).

Sarana transpotasi di Indonesia mayoritas masih menggunakan bahan bakar


minyak yang masih bersubsidi dari pemerintah (Sulityono, 2013). Dengan
penggunaan bahan bakar minyak ini maka untuk mengatasi dengan cara
memanfaatkan energi alternative untuk saranan transportasi yang ada di Indonesia,
menggunakan LPG (Liquefied Petroleum Gas) (Yuliatno, Farid & Suyatno, 2013).
LPG (liquid Petroleum Gas) merupakan bahan bakar yang umum, seperti
digunakan pada industri, rumah tangga, dan transportasi (J.Morganti, et al, 2013).
LPG (Liqued Petroleum Gas )merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan dan
emisi gas buang yang rendah (Qodri, Magfurah & Yulianto, 2013). LPG (Liqued
Petroleum Gas) tingkat emisinya sangat rendah (J.Morganti, et al,.2013). Dari
university of danang tingkat pencemaran polusi yang dihasilkan kendaraan
bermotor ialah 80% CO, 60% HC, dan 40% NO. (Bui Van ga dkk).

LPG (Liqued petroleum gas) disesuaikan untuk motor berbahan bakar bensin
(Indarto, 2012). Sistem kerja motor yang menggunakan bensin dikonversikan
menjadi sistem gas (Indarto, 2012). Dengan penggunaan bahan bakar gas pada
kendaarab bermotor serta mengatur tingkat pengapian maka akan bekerja lebih
optimal (Mahmud, S., dkk 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh turbular yang terpasang di intake manifold terhadap


tenaga motor bakar 4 langkah BBG ?

2. Menghasilkan pengaruh apa terpasangnya turbular terhadap gas buang


motor bakar 4 langkah BBG ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

1. Dapat mempengaruhi terhadap torsi motor bakar 4 langkah BBG.

2. Untuk mendapat hasil dari emisi gas buang BBG maka sudut pengapian
harus optimal

1.3.2 Manfaat

1. Dari kerja mesin 4 langkah yang maksimal baik dilihat dari torsi,
daya, konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang dengan mengatur
sudut pengapian yang sesuai.

2. Informasi mengenai BBG pada kendaraan motor 4 langkah akan di


beritahukan kepada masyarakat.
1.4 Batasan Masalah

Untuk mengetahui, menyederhanakan dan menghindari masalah maka diberi


batasan-batasan sebagai berikut:

1. Kandungan yang terdapat dalam LPG produksi PT Pertamina Indonesia


kemasan 3kg mengandung 50% propane dan 50% butane.

2. Dari alat dan bahan ini untuk melakukan penelitian dengan kondisi standart
dan penggunaan yang optimal.
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Minyak dan Gas di Indonesia


Jumlah transportasi kendaraan yang semakin banyak, maka kebutuhan akan
bahan bakar (BBM) akan meningkat. Indonesia dari data Badan Pusat Statistik
(BPS) kendaraan berupa motor, mobil, truk, dan bus mengalami peningkatan
mencapai 104.118.969 yang terjadi pada tahun 2010 sampai tahun 2013. Kendaraan
didominasi paling banyak sepeda motor 84.732.652 tahun 2013.
Di tahun 2015, data BP Statistical Review (2016) menyebut Indonesia
menempati posisi 14 dunia dalam hal penggunaan minyak bumi dengan pemakaian
sebesar 1,628 juta barel minyak per hari, sedangkan Indonesia hanya memproduksi
minyak 825 ribu barel per hari. Tingkat kebutuhan masyarakat Indonesia akan
bahan bakar minyak bumi lebih dari 60.000.000 kiloliter per tahun, sedangkan
rata-rata nilai produksi minyak bumi di Indonesia pada tahun 2011 sampai 2015
hanya mencapai 38.113.319 kiloliter per tahun, dari penggunaan minyak di
Indonesia untuk memenuhi kekurangan tersebut, pihak pemerintah melakukan
impor minyak bumi sebesar ±30.000.000 kiloliter per tahun.
Gas bumi di Indonesia mempunyai pasokan cukup besar yang tidak
sebanding dengan pemanfaatannya, sehingga sebagian kecil diekspor keluar negeri.
Oleh karena itu pemanfaatan BBG ini sebagai alternative pengganti BBM.

2.2 Karakteristik LPG Sebagai Bahan Bakar Kendaraan


Spesifikasi Gas LPG (Liquified Petroleum Gas) atau dikenal dengan sebutan
ELPIJI merupakan jenis gas hydrocarbon hasil produksi dari kilang minyak bumi
dan kilang gas alam dengan komponen utama Gas Propane (C3H8) dan Gas Butane
(C4H10) yang mengisi volume kira-kira 99 %, dan sisanya adalah jenis gas
Pentane (C5H12) yang juga dicairkan. Kandungan energi LPG sebesar 46.23
MJ/kg dan 26 MJ/l, sedangkan kandungan energi bensin sebesar 44.4 MJ/kg dan
34,8 MJ/l. LPG memiliki nilai oktan 112 lebih tinggi dari bensin yang dapat
digunakan pada kendaraan bermotor pada kompresi tinggi.
Kelebihan LPG dengan bensin. Dalam bahan bakar LPG dihitung persatuan
volume jikan dibandingkan bensin lebih rendah . Menggunakan gas LPG pada
kendaraan bermotor dapat merata pada tiap silinder sehingga tenaga yang di
hasilkan merata dan juga stasioner halus. Gas LPG kandungan carbon di bawah
bensin atau diesel.
2.2.1 Daya dan Torsi yang Dihasilkan LPG

Daya yang diperoleh dari hasil pembakaran LPG mendapatkan penurunan


sekitar 5 % sampai 10 % dibandingkan dengan menggunakan bensin. Volume LPG
lebih besar 15% sampai 20% dibandingkan bensin, berdampak pada output yang
dihasilkan berkurang 5% sampai 10% (Cevis dan Yuksel, 2005).

Hasil dari penggunaan gas sebagai bahan bakar pada sepeda motor,
menunjukkan bahan bakar LPG dengan bahan bakar premium dalam putaran 3000
rpm sampai 8000 rpm. Mendapatkan hasil torsi dan daya mesin LPG rata – rata 5%
lebih rendah dari mesin berbahan bakar premium. (Arijianto dan Usman, 2015)

2.2.2 Konsumsi Bahan Bakar LPG

Arijianto dan Usman (2015) dari hasil perbandingan rata-rata komsumsi


BBG lebih rendah 50% dibandingkan bahan bakar premium.

2.2.3 Emisi Gas Buang LPG

LPG merupakan bahan bakar gas yang tingkat dampak rumah kaca yang
paling kecil daripada bahan bakar minyak.(Anyon, 2013). Arijanto dan Usman
(2015) melakukan penelitian terhadap emisi gas buang pada mesin berbahan bakar
LPG pada putaran 3000 hingga 8000 rpm dan diperoleh hasil pengurangan gas CO
sebesar 15%, gas CO2, 25 %, dan HC sebesar 50 %.

Setiyo dan Condro (2012) meneliti tentang kadar CO dan HC pada


kendaraan motor dengan mengatur konverter pada saat pengapian motor berjalan.
Menghasilkan CO (0,13) pada perputaran pegas 5,5 serta katup membuka 40% dan
10% BTDC, emisi HC mendapatkan (124ppm) pada pegas 5,5 dan katup membuka
40% di 15% BTDC.

2.3 Konverter
Konverter merupakan alat yang berfungsi agar motor bisa menggunakan
bahan bakar gas, konverter ini memanfaatkan karburator motor dengan cara
mengubah bagian internal agar bisa menggunakan bahan bahan bakar gas.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian untuk menganalisa penggunaan bahan bakar gas
terhadap hasil daya dan gas buang pada motor Honda Astrea Prima,
penelitian dilakukan agar mengetahui besar daya yang dihasilkan dari
bahan bakar gas. Untuk hasil gas buang dilakukan di laboratorium teknik
Progam Studi Teknik Mesin.
Pengujian ini dilakukan disekitar area laboratorium teknik.
Sedangkan hasil dari gas buang menggunakan gas analyzer untuk
menyatakan kebenaran penelitian.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini secara keseluruhan menghabiskan waktu selama 3
bulan, dimulai dari bulan September 2020-November 2020.
3.2 Alat dan Bahan
Dalam melakukan penelitian ini membutuhkan alat dan bahan sebagai
berikut :
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam pengelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Motor Bensin 4 Langkah dengan spesifikasi sebagai berikut:
• Merk Motor : Honda Astrea Prima
• Type : 4 langkah, OHC berpendingin udara, silinder tunggal
97cc
• Gigi Transmisi : Manual 4 Kecepatan Rotari
• Kapasitas oli mesin : 0.9 liter
• Rem : Tromol
• Sistem bahan bakar : Karburator
• Perbandingan Kompresi : 9,0:1
• Daya Maksimum : 8,9 ps/8000 rpm
• Torsi Maksimum : 0,93 kgf.m/ 6000 rpm
2. Prony break
3. Stop watch
4. Konverter
5. Gas Analyzer dengan spesifikasi sebagai berikut: Merk : QROTECH
Type : QRO – 401
6. Tachometer
3.2.2 Bahan
Bahan yang akan dilakukan penelitian ini yaitu:
1. Elpiji 3kg

3.3 Rancangan/ Desain Penelitian


Desain penelitian ini diuganakan untuk memilih jenis penelitian yang akan
digunakan, untuk penelitian eksperimental, rancangan yang digunakan peneliti
yakni yang paling memungkinkan untuk mengendalikan variable lain yang
diduga berpengaruh dengan variable terikat. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan desain penelitian eksperimen.
Penelitian ini diawali dengan merubah saluran masuk bahan bakar
premium menjadi saluran yang bias digunakan untuk gas LPG. Perubahan
tersebut menggunakan dua keran, keran yang pertama untuk membuka dan
menutup aliran gas LPG, keran kedua untuk membatasi aliran bahan bakar
LPG ke dalam ruang bakar sesuai kebutuhan mesin dan keran kedua ini
dihubungkan pada handle gas. Yang diubah selanjutnya yakni memperbesar
ukuran lubang main jet dan pilot jet.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sepeda Motor


Honda Astrea Prima

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan sepeda motor Honda


Astrea Prima yang menggunakan bahan bakar minyak diganti dengan
bahan bakar gas LPG. Peneliti mendapatkan data dengan cara mengukur
konsumsi bahan bakar serta emisi gas buang CO dan HC. Pada saat
mengukur konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang CO dan HC
dilakukan pula replikasi pengukuran.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah purposive
sample.

3.6 Pengumpulan Data


3.5.1 Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua macam variable:
1. Variable Bebas
Dalam penelitian ini variable bebasnya adalah penggunaan
bahan bakar gas LPG.
2. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini mempunyai variable terikat antara
lain:
a. Emisi (CO, HC, CO 2 dan O 2 )
b. Berat beban atau gaya berat pada penggunaan prony break.
Daftar Pustaka

Hermansyah, H., & Kurniaty, I. (2013). Analisis Pemanfaatan LPG dan CNG
Sebagai Bahan Bakar Kendaran Bermotor Di Wilayah Jawa Barat.
Universitas Indonesia, 1-7.
Indarto. (2012). Pemakaian Bahan Bakar Gas Menjadi Alternatif Bagi Kendaraan
Bermotor Berbahan Bakar Premium. Gema Teknologi, 18-21.
J.Morganti, K., Foong, T. M., J.Brear, M., Silva, G. d., Yang, Y., & L.Dryer, F.
(2013). The Research and Motor Octane Numbers of Liquefied Gas
(LPG). Fuel, 797-811.
Badan Pusat Statistik. 2016. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut
Jenis tahun 1987-2013. Jakarta: BPS Indonesia.
BP Statistical Review. 2016. BP Statistical Review of World Energy June 2016.
London: BP Statistical Review World.
Qodri, M., Maghfurah, F., & Yulianto, S. (2013). Analisa Perbandingan Emisi
Gas Buang Bahan Bakar LGV Dengan Premium Pada Daihatsu Grand
Max Standar. Simposium Nasional RAPI XII, 55-60.
Raslavicius, L., Kersys, A., Mockus, S., Kersiene, N., & Starevicius, M. (2014).
Liquefied Petroleum Gas (LPG) as a Medium-Term Option In The
Transition To Sustainable Fuels And Transport. Renewable And
Sustainable Energy Reviews, 513-525.
Arijianto dan Usman, M.B.I. 2015. Penggunaan Gas Sebagai Bahan Bakar Pada
Sepeda Motor Bermesin Injeksi. Proceeding Seminar Nasional Tahunan
Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV).7-8 Oktober 2015. Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Labung Mangkurat
Sulistyono. (2013). Pengurangan Subsidi BBM Fosil Sebagai Momentum
Pengembangan Energi Alternatif Jenis Biofuel. Forum Teknologi, 1-8.
Sulistyono. (2014). Program Diversifikasi Energi Melalui Konversi BBM ke BBG
dan Kendala Perkembangannya. Forum Teknologi, 04, 27-34.
Susyanto. (2016). Tantangan & Upaya Membangun Kedaulatan MIgas.Surabaya:
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementrian ESDM.
Yulianto, A. A., Farid, A., & Suyatno, A. (2013). Perbandingan Unjuk Kerja
Motor Bahan Bakar Premium dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Proton, 1-5.
Anton. 2013. Perbandingan Gas Buang Kendaraan Bermotor Berbahan Bakar
Bensin dan LPG dengan Converter KIT Dual Fuel Sebagai Pengatur
LPG Pada Motor Bermesin 150 cc. Semarang: Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang.
Machmud, S., Surono, U.B., Sitorus, L 2013. Pengaruh Variasi Unjuk Derajat
Pengapian Terhadap Kerja Mesin. Jurnal Tehnik Vol.03. No.
01.April.ISSN 2088-3676:58-64
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Micro Power Generator merupakan sebuah alat pengubah energy kimia bahan
bakar menjadi energy litrik dengan memanfaatkan pembakaran scale meso yang
berada di dalam meso combuster. MPG (Micro power Generator) di gunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi listrik perangkat elektronik portable seperti handphone
spiker yang bersakala daya yang kecil. Kelemahan baterai litium sebagai distributor
energy adalah biaya produksi yang mahal dan ketika pengisihan ulang baterai
membutuhkan waktu yang lama. Kelemahan dari penggunaan baterai litium yang
dapat memberi pilihan untuk beralih MPG yang efisien untuk mensuplai perangkat
portable. MPG berbahan hidro karbon memungkinkan untuk waktu pengisiulangan
yang cepat dan tidak memperlukan waktu yang lama sehingga memiliki densitas
energi yang tinggi. Kepadatan energi sistem dengan meso combustor di perkirakan
mencapai 10Wh/kg (Chigier dan Gemci, 2013).
Pembakaran skala meso memiliki permasalahan berupa stability limit
dimmana batas api dapat menyala dan tidak flashback atau blow-off. Parameter
stability limit adalah Equivalent ratio dan kecepatan masuk reaktan. (Ramondeau
dkk.., 2011), mengunakan Software Computional Fliid Dinamic (CFD) untuk
meneliti pembakaran metana (CH4) dalam micro combustor tube dua dimensi hasil
penelitian menunjukan bahwa preheating dapat meningkatkan kesetabilan. Efek
preheating dapat di peroleh dengan resiurkulasi panas. Resirkulasi panas dari
pembakaran dapat di pengaruhi oleh konduktifitas termal (Zhou dk., 2010). Semakin
tinggi konduktivitas termal maka akan menghasilkan resilkulasi panas yang baik.
Computational fluid dynamics (CFD) merupakan salah satu metode validasi
yang di gunakan untuk meneliti kestabilan pembakaran berskala mikro dan meso di
dalam combustor. Tahapan validasi pasa proses pembakaran mikro yang telah di
rancang dapat di teliti dan optimalkan secara keseluruhan (kurdyumov., 2016).
Peralatan yang menggunakan teknologi meso scale di harapkan, lebih muda
dan menyuplai energi dari beberapa milliwatt ke ribuan wattt. Baterai adalah suatu
sumber energi yang portable sering di gunakan dalam perangkat kamera, phonshel
dan computer atau leptop, tetapi baterai memiliki kapasitas sumbr energi yang sangat
terbatas bahkan renda dan membutuhkan waktu sekitar 80 menit untuk mengisi ulang
energy baterai (Jou., dkk 2011.). Penambahan saluran sudden expansion pada
combustor dapat membantu pencampuran antara bahan bakar dan udara sebelum
terjadi proses pembakaran, selain itu juga berguna untuk mengatur posisi nyala api.
(et al, 2014). Di butuhkan kebijakan pemerintah agar masyarakat memiliki budaya
bijak dalam menggunakan bahan bakar fosil atau di lakukan pengembangan teknologi
pengelolaan pemakain sumber energi minyak bumi atau sumber energi fosil. 1-10
mm (maruta ., dkk 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
a. Apa hasil dari perbandingan combustor dengan material yang berbeda terhadap
outlite pembakaran ?
b. Apa hasil perbandingan combustor dengan material yang berbeda tehadap pola
kecepatan aliran api ?
c. Apa hasil perbandingan combustor dengan material yang berbeda terhadap
heat reaction di bagian outlite combustor ?

1.3 Batasan masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
a. Geometri tetap dan tidak membahas pengaruh besar expantion ratio.
b. Penelitian ini bukan meneliti flammability dan spray.
c. Material combustor alumunium, steinless stel, dan temmbaga.
d. Bahan bakar gas butana dan campuran udara.
e. Equivalen ratio dan kecepatan outlite tetap.
1.4 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berilut :
a. Untuk mengetahui pengaruh material terhadap karakter outlite pembakaran.
b. Untuk mengetahui pengaruh material terhadap pola kecepatan alliran api.
c. Untuk menggetahui pengaruh material terhadap heat reaction di bagian outlite
combustor

1.5 Manfaat penelitian


Manfaat penelitian ini adalah Sebagai berikut :
a. Berkontribusi dalam penelitian pengembangan pembakaran bersaka meso.
b. Memberikan literature atau refrensii dalam pemilihan bahan outlite combustor.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem tenaga mikro (Micro Power Generator).

Micro Power Generator (MPG) merupakan alternatif pensuplai energi listrik


skala kecil dengan bahan bakar hydrogen atau hidrokarbon. Hydrogen dan
hidrokarbon di pilih sebagai penyimpan energi dan penyimpanan energi karena
memiliki densitas energi yang tinggi seperti yang tertera pada Gambar 2.1. Penelitian
sebelumnya tentang Micro-electromechanical system (MEMS) di harapkan
menghasilkakn di harapkan menghasilkkan efisiensi tinggi akan tetapi pada
kenyataannya masih memiliki definisi yang relatif rendah. Sistem tenaga mikro
berbasis berbasis pembakaran telah berhasil dibuat prototipe, termasuk turbin gas
mikro, perangkat termoelektrik mikro, dan system mikro termophotovoltaik (TPV).

Gambar 2.1 densitas energi dengan beberapa sistem (Chou dkk ., 2011).

2.1.1 Termo-photovoltaik (TPV)

Termo-photovoltaik (TPV) merupakan perangkat yang dapat merubah energi


panas menjadi energi listrik denngan secara langsung dan memanfaatkan sifat-sifat
dari material tertentu. TPV dapat bekerja Ketika terdapat perbedaan temperature yang
terjadi di kekdua sisi. Temperature kerja antara 800-1700°C memungkinkan
diaplikasikan dam micro power generator dengan memanfaatkan panas dari reaksi
pembakaran.
Mekanisme TPV mengubah energi panas menjadi radiasi dan di tangkap oleh
elemen photovoltaic (PV). Element PV akan merubabh hasil radiasi menjadi energi
listrik dan Sebagian panas akan di buang (Mustafa ., dkk 2017). Mekanisme TPV
diilustrasikan pada Gammbar 2.2.

Gambar 2.2 Mekanisme TPV

2.1.2 Mekanisme Micro Power Generator


Mivro Power Generator (MPG) adalah generator yang menggubah energi
panas menjadi energi listrik. Mekaknisme kerja MPG dijelaskan pada gambar 2.3.
bahan bakar dan udara dimasukan kedalam ruangan bakar melalui ssaluran inlet.
Reaksi pembakaran akan terjadi di ruang bakar. Panas yang di hasilkan dari
pembakaran di pindahkan menuju perangkat TPV yang ada di luar combustor. Sel
TPV bagian luar diberikan pendingin berupa fin pendingin yang dapat menjaga
temperatur TPV.
Gambar 2.2 Mekanisme MPG

2.1.3 Pembakaran Skala Kecil


Pembakaran skala kecil diklasifikasikan menurut ukuran menjadi beberapa
macam diantaranya:
a. Pembakaran mikro adalah pembakaran dengan diameter combustor kurang dari
1 mm.
b. Pembakaran skala meso adalah pembakaran dengan diameter combustor 1-
10mm.
c. Pembakaran skala makro adalah pembakaran dengan diameter combustor lebih
dari 10 mm.
Mempertahankan api dalam pembakaran skala kecil merupakan suatu fenomena
yang menarik. Pembakaran skala kecil bergantung pada volume dan luas permukaan
combustor atau rasio surface to volume (S/V) rasio. Karena nilai (S/V) rasio yang
bersar dapat menyebabkan heat loss dalam pembakaran (Ju dan Maruta, 2011).

2.2 Pembakaran
Pembakaran merupakan merupakan proses reaksi kimia rumit, dimana
terputusnya ikatan ion dari reaktan dan tersusun ulang menjadi produk baru. Reaksi
oksidasi terjadi cepat dari bahan bakar dan oksidator yang menghasilkan energi.
Terdapat tiga elemen kimia yang sangat mudah terbakar seperti karbon, hidrogen dan
sulfur (Bejan, A., 1996). Pembakaran dinyaytakan sempurna jika terdapat pasokan
oksigen dan bahan bakar yang cukup untuk dirubah semua menjadi karbondioksida
dan uap air Oksigen (O2) adalah salah satu unsur yang ada di udara bebas dengan
kadar sekitar 21% dan Nitrogen dengan kadar sekitar 79%. Nitrogen dapat
mengurangi efisiensi pembakaran karena bercampur dengan oksigen menjadi
nitrogen oksida (NOx) yang menghasilkan polusi sisa pembakaran.
Reaksi pembakaran bahan bakar
C4H10 + 6,5(O2 + 3,7 N2) => 4CO2 + 5H2O + 24.5 N2

2.6.1. Klasifikasi pembakaran berdasarkan campuran bahan bakar


a. Non-premixed
Pembakaran non-premixed adalah pembakaran dengan kondisi tanpa adanya
percampuran udara dengan bahan bakar terlebih dahaulu. bahan bakar dan Udara
bercampur secara langgsung diruang bakar.
b. Premixed
Pembakaran premixed yaitu pembakaran dengan kondisi bahan bakar dan
udara bercampur dulu sebelum memasuki kedalam ruang bakar. Pembakaran ini
terdapat alat tambahan berupa mixer atau pencampur udara dan bahan bakar.
Pembakaran dapat berlangsung secara sempurna atau tidak sempurna.
Pembakaran sempurna terjadi ketika keseluruhan reaktan terbakar dengan oksidator
dan menghasilkan sebuah energi panas, karbondioksida dan uap air. Pembakaran
sempurna tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Pembakaran tidak sempurna
disebabkan oleh jumlah oksigen tidak mencukupi dalam proses pembakaran bahan
bakar sehingga dihasilkan zat sisa pembakaran berupa karbon monoksida dan jelaga
yang merupakan zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Zat sisa berupa karbon
monoksida harus dihindari. kecepatan pembakaran dari bahan bakar berkisar 20-200
cm/s dengan rata-rata bahan bakar hidrokarbon 40 cm/s (Glassman & Yetter, 2008).
2.6.2. Rasio udara dan bahan bakar (AFR)
Parameter yang sering digunakan untuk memberikan kuantifikasi jumlah
bahan bakar dan udara di dalam proses pembakaran tertentu adalah rasio udarabahan
bakar dan kebalikannya rasio bahan bakar-udara. Rasio udara dan bahan bakar
singkatya adalah rasio jumlah udara di dalam sebuah reaksi terhadap jumlah bahan
bakar. Rasio ini dapat dituliskan dengan basis molar (mol udara dibagi dengan mol
bahan bakar) atau dengan basis massa (massa udara dibagi dengan massa bahan
bakar), yang ditunjukkan pada PersamaaN.
AFR = 𝑚𝑎/𝑚𝑓
AFR = Air Fuel Ratio (gudara/gbahanbakar)
Ma = masa udara (gudara)
Mf = masa bahan bakar (gbahanbakar)

2.6.3. Equivalence ratio


Equivalence ratio merupakan nilai perbandingan antara rasio campuran bahan
bakar dan udara stoikiometri terhadap rasio campuran udara dan bahan bakar aktual.
Menurut nilai Equivalence ratio, jenis campuran udara dan bahan bakar dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu:
a. Φ > 1 Terdapat kelebihan bahan bakar dan campurannya disebut sebagai
campuran kaya bahan bakar (fuel-rich mixture)
b. Φ < 1 disebut sebagai campuran miskin bahan bakar (fuel-lean mixture)
c. Φ = 1 adalah campuran stoikiometri.
Φ = 𝐴𝐹𝑅𝑠/𝐴𝐹𝑅𝑎
Φ = Equivalence ratio
AFRs = Air Fuel Ratio stokiometri
AFRa = Air Fuel Ratio actual
2.6.4. Stability Limit
Stability limit adalah batas dimana api dapat menyala. Api yang terbentuk
dalam proses pembakaran merupakan hasil dari pelepasan dari energi panas hasil
reaksi pembakaran. Api dapat terbentuk apabila terdapat bahan bakar yang bercampur
dengan oksidator mendapatkan penambahan energi eksternal untuk mengawali
terjadinya reaksi pembakaran. Kisaran batas Equivalence ratio antara bahan bakar dan
udara agar terbentuk api.
a. Lower Flammability limit (LFL) merupakan Equivalence ratio terendah dimana
campuran bahan bakar dan udara yang mudah terbakar mudah terbakar.
b. Upper Flammability Limit (UFL) merupakan Equivalence ratio tertinggi di
mana campuran bahanbakar dan udara yang mudah terbakar mudah terbakar
c. Limiting Oxygen Concentration (LOC) merupakan Equivalence ratio minimum
oksigen yang dibutuhkan untuk menghasilkan peristiwa yang mudah terbakar
ketika dicampur dengan uap atau gas yang mudah terbakardalam konsentrasi
apapun.
Pembakaran dapat stabil jika terdapat campuran udara dan bahan bakar yang
tepat. Perbedaan Equivalence ratio menyebabkan kecepatan rambat api (SL) yang
berbeda. Api dapat stabil jika kecepatan rektan (Vu) sama dengan kecepatan rambat
api (SL). Api flash back dapat dihasilkan apabila kecepatan reaktan (Vu) lebih rendah
dibandidng kecepatan rambat api (SL) (Scharler, 2018). Api flashback ini sangat
dihindari karena dapat menimbulkan ledakan. Jika kecepatan rambat api lebih rendah
akan menimbulkan blow-off atau api akan keluar atau menyentuh outlet combustor.

2.3 Aliran Fluida


Fluida merupakan zat alir atau material yang dapat menggalir. Aliran fluida
ada dua jenis yaitu aliran fluida laminar dan aliran fluida turbulen. Aliran fluida
laminar merupakan aliran fluida yang memiliki arah aliran yang sama sedangkan
aliran fluida turbulen merupakan aliran fluida yang memiliki arah tidak beraturan.
Tingkat turbulen dinyatakan dalam bilanggan Reynolds number. Reynolds number
dalam pipa dipengaruhi oleh densitas massa, kecepatan, dimaeter pipa, dan viskositas.
Aliran fluida dipengaruhi oleh viskositas berupa kecepatan aliran di tiap titik layer
yang dapat memungkinkan setiap layer memiliki kecepatan aliran yang berbeda-beda.
Re = 𝜌 𝑉𝐿/𝜇 = 𝑉𝐿/𝑣
Re = Renold number
𝜌 = densitas
V = kecepatan aliran
L = Panjang karakteristik
𝜇 = viskositas absolut
V = viskositas kinematic
Aliran fluida memiliki beberapa fenomena misalnya aliran fluida sudden
expansion. Fenomena Aliran fluida sudden expansion merupakan aliran fluida dengan
pembesaran secara tiba-tiba. Sudden expantion juga data difungsikan sebagai flame
holder dalam pembakaran premixed. Aliran fluida sudden expansion yang laminar
sebelumnya dapat memebentuk vortex atau pusaran aliran pada sudut expantion.
Gambar 2.4 menjelaskan tentang arah aliran sudden expansion. Aliran yang semula
satu arah jika diberi sudden expansion akan terjadi perubahan arah di bagain tertentu.
Panjang zona vortex ini disebut Reattachment Length (L). Reattachment length dapat
berkurang jika zona pusaran tersebut diberikan kalor sehingga zona tersebut dapat
mengecil. Zona vortex ini dapat mendorong api menjauhi bibir expantion dan
mencegah api flashback dalam pembakaran premixed. Akan tetapi jika area ini terlalu
besar akan memepengaruhi kestabilan api.
Gambar 2.4 Aliran Sudden Expantion

2.4 Material Combustor


Pemilihan material combustor dapat mempengaruhi proses pembakaran skala
meso karena setiap material memiliki properties yang berbeda-beda. Properties
material terdiri dari masa jenis, kapasitas termal, konduktivitas termal dan emisivitas.
Massa jenis merupakan perbandingan massa terhadap volume material. Jika massa
jenis lebih tinggi maka diperlukan energi yang lebih besar untuk meningkatkan
temperature material. Kasus pembakaran micro konduktivitas dapat mempengaruhi
besar temperature dinding luar dan mempengaruhi heat loss yang terjadi pada
permukaan menuju lingkungan.

2.4.1. Kapasitas termal


Kapasitas termal adalah energi yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur.
Nilai kapasitas termal bergantung pada jenis material. Semakin tinggi nilai kapasitas
termal (C) maka dibutuhkan energ yang lebih besar untuk menaikkan temperature
satu kelvin dengan massa yang sama.
Q = m C ∆𝑇
Q = energi yang diperlukan (Joule)
C = kapasitas panas (J/Kg K)
M = massa (kg)
∆𝑇 = beda temperartur (K)
2.4.2. Konduksi
Konduksi merupakan perpindahan panas dari daerah temperatur tinggi ke
daerah temperatur rendah tanpa disertai perpndahan partikel, terjadi pada benda
padat. Konduksi sangat di pengaruhi oleh konduktivitas termal (k). Dalam persamaan
4.6 konduktivitas termal merupakan sebuah konstanta dari material yang konstan.

Q = kA (∆𝑇/𝐿)
Q = perpindahan panas (w)
k = konduktivitas termal (W/m 𝐾^(−1))
A = luasan penampang (𝑚^2)
∆𝑇 = beda temperature (K)
L = jarak (m)

2.4.3. Konveksi
Konveksi adalah sebuah perpindahan panas dari dinding padatan menuju
fluida yang mengalir sebagai pengangkut energi. Laju perpindahan panas sanggat
dipengaruhi oleh kecepatan aliran dan turbulensi (Bejan A., 1996). Persaman 2.7
untuk mencari hubungan antara q” laju transfer panas (heat flux) terhadap beda.
temperatr dindidng dan fluida (𝑇𝜔 – 𝑇∞). Perpindahan panas konvesi secara natural
atau bebas pada dindidng combustor sebesar 20 W/m2.K (Wan dan Fan, 2015). Dapat
dilihat pada tebel 2.1 menjelaskan tentang nilai koevisien konveksi dari beberapa tipe
konveksi koevisien konveksi bebas pada gas sebesar 5-25 W/m2.K.
h = (𝑞”)/(T𝜔 – T∞)
q” = heat flux (W/𝑚^2)
h = koefisien transfer panas konveksi (W/𝑚^2.K)
T𝜔 = Temperatur fluida (K)
Tabel 2.1 Tipe dan nilai koefisien konveksi (Bergman dan Lavine

2.4.4. Radiasi
Radiasi yang energi diemisikan dari benda akibat beda temperatur. Radiasi terjadi
pada permukaan dindidng menuju lingkungan. Energi yang diradiasikan berupa
gelombang elektomagnetik.
𝑞" = 𝜀𝜎(T4s – T4Sur
q” = heat flux radiasi (W/m2)
𝜀 = emisivitas (0 ≤ 𝜀 ≤ 1)
𝜎 = konstanta Stefan-Boltzman (5,67x10-8 W/m2.K4)
Ts = temperatur lingkungan (K)
Tsur = temperatur permukaan (K)

2.5 Proses simulasi


2.5.1. Pembuatan geometri
Geometri dapat didefinisikan secara penuh maupun sebagian. Gambar 2.6
menjelaskan physical domain atau kondisi penuh dan computational domain atau
kondisi simulasi. Jadi dalam simulasi cukup dimisalkan dengan perhitungan satu
layer.
Gambar 2.6 Geometri asli dan geometri simulasi (Tu, dkk., 2018)
2.6.2. Meshing
Meshing merupakan salah satu langkah paling penting selama tahap preproses
setelah definisi geometri domain. CFD membutuhkan pembagian domain menjadi
beberapa subdomain yang lebih kecil dan tidak tumpang tindih untuk menyelesaikan
fisika aliran dalam geometri domain yang telah dibuat. Aliran fluida yang dijelaskan
dalam masing-masing sel ini biasanya diselesaikan secara numerik sehingga nilai-
nilai diskrit dari sifat-sifat aliran seperti kecepatan, tekanan, suhu, parameter
transportasi lainnya yang dapat ditentukan dan menghasilkan solusi untuk masalah
aliran yang sedang dipecahkan. Keakuratan solusi CFD sangat dipengaruhi oleh
jumlah sel dalam mesh dalam domain komputasi. Secara umum, meningkatkan
jumlah sel akan meningkatkan keakuratan solusi, itu juga dipengaruhi oleh banyak
faktor lain, seperti jenis mesh, urutan akurasi metode numerik, dan kecukupan teknik
yang dipilih. Namun, keakuratan hasil sangat bergantung pada batasan yang
diberlakukan yang didominasi oleh banyak komputasi dan waktu pergantian
kalkulasi.
2.6.3. Pendefinisian fluid properti
Computional fluid dynamic diperlukan pendefinisian fluid properti.
pendefinisian sifat properti matrial merupakan sarat keberhasilan simulasi. Perlu
berhati-hati dalam mengidentifikasi fluid properti dari suatu kasus.
Gambar 2.7 Diagram alir dari beberapa variasi (Tu, dkk., 2018)
Gambar. 2.7 menjelaskan tentang diagram alir berbagai aliran dalam kerangka
CFD, pengaturan propertis yang harus dilakukan seperti menentukan kondisi transient
atau steady.

2.6.4. Menentukan kondisi batas


Menentukan kondisi batas berfungsi untuk mebatasi perilaku fluida yang
masuk dan keluar dari domain aliran. kondisi batas ditenentukan sesuai kondisi fisik
nyata karena fluida memiliki sifat kompleks. (Tu, dkk., 2018). Batas kondisi yang
perlu ditenteukan ialah posisi inlet, outlet dan dindidng yang membatasi. Selain itu
pada tahap ini juga didefinisikan kecepatan atau tekanan padan inlet dan outlet. Pada
dindidng juga perlu didefinisikan jika dindidng memikiki kondisi khusu seperti
kekasaran atau perpindahan panas yang terjadi.

2.6.6. Postprosesing
Postprosesing merupakan tahapan penting yang dicari setelah proses simulasi
dilakukan. Hasil output dari simulasi dapat berupa bentuk X-Y plot, kontur plot, data
report, dan animasi. Hasil simulasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Parameter
yang ada misalnya data kecepatan, tekanan, temperatur dan lain sebagainya berbeda-
beda terhadap jenis simulasi dan apa yang cari. Selain X-Y plot sering kita
menggunakan kontur plot untuk mengetahui pola distribusi temperature atau pola
aliran yang terjadi.

2.7 Penelitian Pembakaran sebelumnya


Penelitian tetang pengaruh suden ekpantion terhadap stability limit dan flame
propagation telah dilakukan DuttaRoy (2017) dalam penelitiannya diketahui bahawa
nilai Re yang rendah mengakibatkan api mudah flash back dan api tidak mudah
stabil. Beberapa peneliti meneliti pengaruh katalis terhadap karakter pembakaran.
Zhou dkk., (2009) meneliti pengaruh material combustor yang berbeda dengan bahan
bakar hidrogen dan diketahui perbedaan stabiliti limit hingga ekuifalent rasio
mendekati nol pada combustor yang bersifat katalis dan heat loss meningkat pada
maerial combustor dengan Konduktifitas termal keci. Karakter pembakaran
dipengaruhi oleh material combustor dengan termal properties yang berbeda.
Konduktivitas termal mempengaruhi resirkulasi panas dan heat loss dari pembakaran.
(Zhou dkk., 2009). Resirkulasi panas akan menyebabkan preheating diinlet
combustor. Konduktivitas termal yang tinggi akan mengakibatkan heat loss dan blow
off, kondktivitas termal yang rendah menyebabkan api mudah padam. (Kaisare dkk,
2008). Raimondeau dkk. (2002) menggunakan CFD untuk meneliti pembakaran
metana (CH4) dalam micro combustor tube dua dimensi, Hasil menunjukkan bahwa
preheating dapat meningkatkan kestabilan. Pembakaran memerlukam pemberian
energi dari luar atau energi aktifasi untuk memulai simulasi pembakaran. Energi
aktifasi perlu dimasukkan dalam permodelan simulasi premixed dikarenakan api tidak
dapat terjadi secara langung (MUNIR dan MIKAMI, 2015). Energi aktivasi berupa
patch temperatur adalah temperatur minimum dimana reaksi pembakaran dapat
terjadi. Patch temperature minimum 1426,85 °C untuk bahan bakar butana (Baananto,
dkk., 2018).

2.8 Hipotesis
Semakin tinggi kondukivitas termal mengakibatkan distribusi temperature
akan lebih merata. Semakin tinggi emisivitas maka temperatur akan lebih rendah dan
heat flux akan meningkat. Meningkatnya temperatur menyebabkan meningkatnya
kecepatan dan heat reaction yang mendekati faceing step.
BAB 3. METODOLOGI
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitianyang digunakann adalah metode pengaruh variasi material
yang berbeda jumlah sudden expansion yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk
mengetahui output daya listrik yang di hasilkan saat proses pembakaran yang terjadi.

3.2. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan …….. sampai dengan ……… 2020.
Penelitian ini dila kukan di laboratorium Konversi Energi Fakultas TeknikUniversitas
Jember.
3.3. Variabel Penelitian
Variable-variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagain berikut:
3.3.1 Variable Bebas
Variable yang memepenggaruhi atau menjadi peyebab terjadinya variable
lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Material combustor Quartz galss,
Stainless steel, dan Copper (Cu). Termal propertis Material combustor dapat di lihat
pada tabel di bawah.

Tabel 3.1 Termal Propertti (Wan dkk., 2015)


3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah Variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebeas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Kontur temperautur
b. Grafik temperatur
c. Patchline velocity
d. Heat reaction
3.3.3 Variabel kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang dibuat konstan, sehingga hubungan
variabel terikat dan variabel bebas tidak terpengaruh. Variabel control pada penelitian
simulasi berikut sebagai berikut.
a. Geometri combustor

Gambar 3.1 Geometri combustor dan skema simulasi


b. Saluran inlet menggunakan Copper.
c. Bahan bakar mengunakan butana.
d. Oksidator udara.
e. Ekuivalent ratio
f. Kecepatan inlet 0,32 m/s pada combustor 1,6 m/s.
g. Temperatur reaktan 300 K
h. Patch temperatur 1500 K.
i. Termperatur lingkungan 300 K
j. Koefisisen perpindahan panas konveksi kelingkungan 20 W/m2K.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian


Dalam penelitian kali ini di gunakan alat dan bahan pendukung pendukung
penelitian sebagai bebrikut.
3.4.1 Alat
a. Meso-scale Combustor
b. Combustion Holder
c. Mixer
d. Fllowmeter
e. Kompresor
f. Pisco Tube
g. Lighter api
h. Kamera
i. Selang
j. Water Block / Cooling Jacket
k. Radiator
l. Pompa air
m. Regulator butana
n. Thermocouple
3.4.2 Bahan
a. Thermal paste
b. Fluida pendingin
3.5. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan memiliki tahapan sebagai berikut :
1. Menyiapkan dan mengkalibrasi alat-alat yang digunakan pada penelitian
penelitian.
2. Melakukan proses instalasi rangakaian meso-scale combustor sesuai dengan
skema pada gambar 3.19. Pastikan seluruh komponen terpasang dengan
sempurna dan tidak terjadi kebocoran.
3. Melakukan instalasi rangkaian thermoelectric generator sesuai dengan skema
pada gambar 3.20.
4. Memasang semua alat ukur yang diperlukan meliputi thermocouple, voltmeter
dan ampremeter.
5. Melakukan pengaturan pada flowmeter udara dengan membuka regulator udara
lalu membuka katup flowmeter secara perlahan hingga indikator flowmeter
menunjuk pada skala yang ditentukan.
6. Melakukan pengaturan pada flowmeter bahan bakar dengan membuka katup
aliran bahan bakar lalu membuka katup flowmeter secara perlahan hingga
indikator flowmeter mengalami perubahan.
7. Lakukan penyalaan api pada combustor. Ketika api sudah menyala maka
lakukanlah pengaturan debit bahan bakar dan udara. Bila belum diperoleh debit
yang sesuai maka lakukanlah pengaturan dengan menjaga skala debit bahan
bakar agar tetap konstan kemudian lakukan penyesuaian debit pada aliran udara
dari kompresor.
8. Melakukan pengamatan dan pengambilan data pada voltmeter, amperemeter dan
thermocouple data logger. Hal yang perlu diamati yakni perbedaan temperatur
antara hot side dan cold side, arus listrik dan voltase pada masing-masing variasi
combustor. Jika api kembali padam sebelum durasi yang ditentukan maka ulangi
tahapan pada nomor 7.
9. Jika data yang diperlukan sudah cukup, maka lakukanlah proses pengolahan dan
analisa data hasil penelitian
10. Laporan hasil penelitian.
3.6 Diagram Alir

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Yang, W. M., Chou, S. K., Shu, C., Li, Z. W., dan Xue, H. 2013. Combustion in
micro- cylindrical combusutor with and without a backward, facing step.
Applied, thermal Engineering. Vol. (22): 1777-1787.

Maruta, K. 2011. Micro and mesoscale, combustion. Science direct. Proceed the
combustion Institute Vol (33): 125-150.

Wang, Y., Wu, M., Yang, V., dan Yetter, R. A. 2014. Combustion in meso-scale
vortex chambers. USA. Dapartement, of Mechanical and Nuclear. Engineering,
The Pennsylvania State University., Proceedings of, the combustion Institute
Vol.(31): 3252-3242.

Ju, Y. dan K. Maruta. 2011. Microscale combustion: Tecnology, development and


fundamental research. Progress, in Energy and combustion, Science. 37:669-
715.

Walther, D.C. dan J. Ahn. 2011. Advances. and challenges in the development of
power-generation sytems at small sacales. Progress in energy and combustion
Science. 37:583-610.

Chou, S.K W.M Yang K.J. Chua, J.Li, dan K.L.Zhang.2011. Development of micro
power generators – A review. Applied, Energy. 88: 1-16.

Barggman, T.L. dan A.S. Lavine. 2017.Fundamentals Of Heat Mass And Transfer.
8th ed. . Hoboken: Johon wiley & Sons, inc.

Munir, F.A. dan Mikami, M., 215. A numerical study of propane-air combustion in
meso-scale tube combustors with, concentric rings. Journal, of Thermal
Science and, Technology 10(1): 1-12.
Zhou, J. dkk., 2014. Combustion of hydrogen-air in catalytic, micro-combustors
made of different, material. International, journal of hydrogen energy 34:3535-
3545.

Wan, J. dkk., 2015. Effect of solid material on the blow-off limit of CH4 /air flames in
a micro, combustor with a plate flame holder. and preheating channel. Energy
conversion and management 101: 552,-560.

Glassman, I. dan R. A. Yetter. 2008. Combustion. 4th ed. United States of America:
Elsevier.

Duttaroy, Rahul., Satyanarayanan R. Chakravarthy, dan Ashis Kumar Sen. 2017.


Experimental Investigation of Flame Propagation and Stabilization in a
Meso-Combustor with Sudden Expansion. Experimental Thermal and Fluid
Science, 90: 299–309.

Yang, W.M., S.K. Chow, C. Shu, Z.W. Li, dan H. Xue. 2002. Combustion in micro-
cylidrical combustor with and without a backward facing step. Applied Thermal
Engineering. 22:1777-1787.

Yudiartono, Anindhita, Agus Sugiyono, La Ode M.A. Wahid, dan Adiarso. 2018.
Outlook Energi Indonesia 2018: Energi Berkelanjutan untuk Transportasi
Darat. Jakarta: Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi, BPPT.

Anda mungkin juga menyukai