PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 Tahun 1992, Pasal 1).
Departemen Kesehatan (DEPKES) memberikan perhatian besar untuk meningkatkan derajat
kesehatan bangsa Indonesia dengan visi dan misi Indonesia Sehat 2010. (http//www.pikiran
rakyat.com)
Jumlah penduduk gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 30% dari jumlah
penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan ekonomi
yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keadaan tersebut diperparah
dengan beberapa kejadian yang menimpa Indonesia seperti bencana alam, diantaranya
tsunami di Aceh dan Pangandaran, Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di Yogyakarta.
Selain itu adanya gejolak politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya tingkat
persaingan antar individu merupakan salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.
Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi.
Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi.
Stigma penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit yang sadar
untuk meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita gangguan jiwa yang sudah
sembuh dan dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke rumah sakit. Para pasien itu memilih
untuk tinggal lagi di rumah sakit karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di
rumahnya. Keluarga mereka merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak waras.
Akibatnya tidak sedikit yang memilih kabur.
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah.
1
1.3 Rumusan Masalah
13. Bagaimana penyelesaian asuhan keperawatan dalam kasus harga diri rendah ?
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
6. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain
7. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif
dari dirinya.
8. Aktuallisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
a) Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
b) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
c) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit)
d) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi
tubuh
e) Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
2. Faktor predisposisi gangguan harga diri
a) Penolakan dari orang lain
b) Kurang penghargaan
c) Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti,
terlalu dituntut dan tidak konsisten
d) Kesalahan dan kegagalan yang berulang
e) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
3. Faktor predisposisi gangguan peran
a) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan
situasi dan keadaan sehat sakit
b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi
c) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan
peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
4
d) Peran yang terlalu banyak
4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a) Ketidak percayaan orang tua pada anak
b) Tekanan dari teman sebaya
c) Perubahan dari struktur social
D. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber
internal maupun eksternal klien, yaitu :
1. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupannya.
2. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :
3. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan
tekanan penyesuaian diri.
4. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
5. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian tubuh.
Perubahan bentuk, ukuran, panampilan, dan fungsi tubuh. Perubahan fisik
berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Prosedur medis keperawatan.
E. Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
5
Gangguan konsep diri:
G. Sumber Koping
1. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
2. Hobi dan kerajinan tangan
3. Seni yang ekpresif
6
4. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
5. Bakat tertentu
6. Imaginasi dan kreativitas
7. Hubungan interpersonal
H. Mekanisme Koping
1. Jangka pendek
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas
( misal : konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal :
ikut serta dalam aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng )
c) Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang
kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas )
d) Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal :
penyalahgunaan obat ).
2. Jangka panjang
a) Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
yang penting bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan
potensi diri individu tersebut.
b) Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima
oleh nilai dan harapan masyarakat
c) Mekanisme pertahanan ego:
Penggunaan fantasi
Disosiasi
Isolasi
Projeksi
Pergeseran ( displasement )
Peretakan ( splitting )
Berbalik marah pada diri sendiri
Amuk
7
I. Perilaku
1. Mengkritik diri sendiri
2. Penurunan produktivitas
3. Gangguan dalam berhubungan
4. Perasaan tidak mampu
5. Rasa bersalah
6. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
7. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
8. Ketegangan peran yang dirasakan
9. Pandangan hidup pesimis
10. Penolakan terhadap kemampuan personal
11. Destruktif terhadap diri sendiri
12. Pengurangan diri
13. Menarik diri secara social
14. Menarik diri dari realitas
( Stuart, Gail Wiscarz, 2007)
J. Konsep Psikofarmaka
1. Chlorpromazine ( CPZ ) : 3 x100 mg
a) Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik
diri terganggu : waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-
hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dam melakukan kegiatan rutin.
b) Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak
khususnya sistem ekstra piramidal.
c) Kontra indikasi
8
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan
CNS Depresi.
d) Efek samping
Sedasi
Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut
kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).
Gangguan ekstra piramidal ( distonia akut, akatshia, sindrom
parkinsontremor, bradikinesia rigiditas ).
Gangguan endokrin ( amenorhoe, ginekomasti ).
Metabolik ( Jaundice )
Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka pan
2. Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg
a) Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada
lansia, pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-
anak.
b) Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai
antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif,
skizofrenia dan sindrom paranoid. Di samping itu halloperidol juga
mempunyai daya anti emetik yaitu dengan menghambat sistem dopamine
dan hipotalamus. Pada pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih
60–70%, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan
menetap 2-4 jam.
c) Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang
hipersensitif terhadap halloperidol, dan keadaan koma.
d) Efek samping
9
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi
reaksi ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang
terjadi gangguan percernaan dan perubahan hematologik ringan, akatsia,
dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi ortostatik,
gangguan fungsi hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem,
retensio urine, hiperpireksia, gangguan akomodasi.
3. Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a) Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra
piramidal berkaitan dengan obat-obatan antipsikotik.
b) Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan
kedua neurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di susunan saraf
pusat asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan defisiensi dopamin dan
kelebihan asetilkolamin dalam korpus striatum. Kontra indikasi
c) Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan
kabur, disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium,
kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti hipotensi
ortostatik, hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit,
urtikaria, dermatitis lain. Pada gastrointestinal seperti mulut kering, mual,
muntah, distres epigastrik, konstipasi, dilatasi kolon, ileus paralitik,
parotitis supuratif. Pada perkemihan seperti retensi urine, hestitansi urine,
disuria, kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi. Pada psikologis
seperti depresi, delusu, halusinasi, dan paranoid.
2.2 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana,
1998 : 3 )Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
10
A. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa,
nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal
pengkajian dan sumber data yang didapat.
B. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah
sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah ini.
C. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan.
D. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah
ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
E. Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
2. Konsep diri
3. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
4. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang
dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
11
5. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut.
6. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan
klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya.
7. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien
dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan,
penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
8. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi
dengan orang lain.
9. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan.
10. Status mental
a) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis
klien.
12
b) Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu
memulai pembicaraan.
c) Aktivitas motorik
Lesu, tegang, gelisah.
Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol
klien
Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan
merentangkan jari-jari
Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
d) Alam perasaan
Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
Khawatir : objeknya belum jelas
e) Afek
Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
f) Interaksi selama wawancara
Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan
spontan
Mudah tersinggung
Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak
ramah
13
Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara
atau orang lain.
Persepsi : Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang
tampak pada saat klien berhalusinasi.
g) Proses piker
Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya
Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang
lainnya.
Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian
dilanjutkan kembali
Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
h) Isi fikir
Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya.
Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi
tertentu.
Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang
sebenarnya tidak ada.
Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi
dilingkungan yang bermakna yang terkait pada dirinya.
Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal
yang mustahil atau diluar kemampuannya.
Waham :
14
- Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
- Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan keyakinan
- Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya dan
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
- Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan,
mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
- Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal
yang dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
- Waham yang bizar
a. Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan
didalam pikirannya, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan
b. Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien
pikirkan walaupun klien tidak pernah menceritakannya kepada orang,
disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai kenyataan
c. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar,
disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
11. Tingkat kesadaran
a) Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada
tujuan).
b) Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c) Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang,
anggota tubuh klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien
tapi klien mengerti semua yang terjadi dilingkungannya
d) Orientasi : waktu, tempat dan orang
e) Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara
f) Memori
15
Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian
lebih dari 1 bulan.
Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian
dalam minggu terakhir.
Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru
saja terjadi.
Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan
memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
12. Tingkat konsentrasi
a) Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek
lainnya.
b) Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang
karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat
menjelaskan kembali pembicaraan.
c) Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau
pengurangan pada benda-benda yang nyata
d) Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak
perlu minta pertolongan / klien menyangkal keadaan penyakitnya,
klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau
lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah
sekarang
F. Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi
kemampuan klien menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
16
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air
Kecil (BAK), pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
3. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut, gunting kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
4. Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan
pakaian, observasi penampilan dandanan klien.
5. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan
sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
6. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara
pemberian.
7. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa
saja sistem pendukung yang dimiliki.
8. Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan,
merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-
hari.
18
Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif
mengalami perasan negatif mengenai dirinya dalam berespon.
b) Batasan karakteristik
Mayor
a. Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon
terhadap kejadian kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri
positif sebelumnya.
b. Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan,
kegunaan )
Minor
a. Pengungkapan diri yang negatif
b. Ekpresi malu
c. Evaluasi diri sebagai tidak mampu menangani situasi-situasi / kejadian
d. Kesukaran mengambil keputusan Gelisah
e. Pengabaian diri
f. Isolasi sosial
(Carpenito. L.J, 1998 : 353 )
2. Isolasi sosial : menarik diri
a) Definisi
Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki
perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap
peristiwa ( kehilangan, perubahan ).
b) Batasan karakteristik
Mayor
Kejadian yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang
negatif dalam berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara
positif menyatakan perasaan negatif tentang dirinya (putus asa, tidak
berguna).
Minor
a. Pernyataan negatif atas dirinya
b. Mengekspresikan rasa malu, bersalah.
19
c. Penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa / situasi
d. Kesulitan membuat keputusan
e. Mengabaikan diri (tidak peduli pada diri sendiri)
f. Mengisolasi diri
(Carpenito .L.J, 1998 : 853)
3. Gangguan citra tubuh
a) Definisi
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk
menglami gangguan dalam cara penerapan citra diri seseorang.
b) Batasan karakteristik
Mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual
atau dalam struktur dan / atau fungsi (misal malu, keadaan yang
memalukan, bersalah, reaksi mendadak)
Minor
a. Tidak terlihat pada bagian tubuh
b. Tidak menyentuh bgian tubuh
c. Bersembunyi atau memanjakan bagian tubuhsecara berlebihan
d. Perubahan dalam keterlibatan sosial
e. Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan,
keputusasaan, tidak ada kekuatan, kerentanan
f. Larut dalam perubahan atau kehilangan
g. Penolakan untuk membuktikan perubahan actual
h. Depersonalisasi bagian tubuh atau kehilangan
i. Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri,
makan berlebihan, kurang makan
(Carpenito.L.J, 2001:348)
20
21
2.5 Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
keperawatan
1. Isolasi sosial TUM : Setelah ... kali - Beri salam atau panggil
b.d harga Klien dapat pertemuan / lebih nama sebutkan nama
diri rendah berhubungan hubungan saling perawat sambil
dengan orang percaya dapat berjabattangan.
lain secara dibina : - Jelaskan maksud
optimal - Ekspresi wajah hubungan interaksi
TUK 1 : yang - Jelaskan kontrak yang
Klien dapat bersahabat harus dibuat
membina - Hubungan - Beri rasa aman dan sikap
hubungan terapeutik dapat empati
saling percaya terealisasi - Lakukan kontak singkat
- Ada kontak tapi sering
mataklien mau
berjabat tangan
- Klien mau
menjawab
salam
- Klien mau
mengungkapka
n perasaannya.
- Klien mau
bercerita
mengenai
masalah yang
dihadapinya.
22
Klien dapat pertemuan, klien dan aspek positif yang
mengidentifik dapat dimiliki klien
asi mengidentifikasik - Hindari memberi
kemampuan an aspek positif penilaian negatif,
dan aspek klien, keluarga utamakan memberi
positif yang dan kemampuan pujian yang realistis
dimiliki yang dimiliki
klien
TUK 3 : Setelah ... kali - Diskusikan dengan klien
Klien dapat pertemuan, klien kemampuan yang
menilai menilai digunakan
kemampuan kemampuan yang - Diskusikan kemampuan
yang digunakan yang dapat dilanjutkan.
digunakan minimal 3
kemampuan /
kegiatan.
TUK 4 : Setelah ... kali - Rencana bersama klien
Klien dapat pertemuan, klien aktivitas yang dapat
menetapkan membuat rencana dilakukan setiap hari
(merencanaka kegiatan sesuai kemampuan
n) kegiatan - Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan sesuai dengan toleransi
kemampuan - Beri contoh cara
yang dimiliki pelaksanaan kegiatan
yang dapat dilakukan
sesuai kemampuan
TUK 5 : Setelah 1 kali - Beri kesempatan untuk
Klien dapat pertemuan, klien melakukan kegiatan
melaku-kan melakukan sesuai sesuai rencana
kegiatan kondisi sakit dan - Beri pujian atas
sesuai dengan kemampuanya keberhasilan klien
kondisi sakit melakukan tindakan
23
dan - Diskusikan kemampuan
kemampuann pelaksanaan kegiatan di
ya rumah
TUK 6 Setelah dua kali - Beri pendidikan
Klien dapat interaksi klien kesehatan pada keluarga
memanfaatka memanfaatkan tantang cara merawat
n sistem sistem pendukung lien dengan harga diri
pendukung yang ada di rendah
yang ada. keluarga - Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien di rumah
2 II TUM : Setelah ... kali
Kurang Klien dapat interaksi klien Bina hubungan saling
motivasi mearawat menunjukkan percaya dengan
perawatan dirinya sendiri tanda-tanda menggunakan prinsip
diri b.d TUK 1 : percaya kepada komunikasi terapeutik :
defisit Klien dapat perawat : - Sapa klien dengan ramah
perawtan diri membina - Ekspresi wajah baik verbal maupun non
hubungan bersahabat verbal
saling - Ada kontak - Perkenalkan nama, nama
percaya. mata panggilan dan tujuan
- Mau perawat berkenalan
menyebutkan - Tanyakan nama lengkap
nama dan nama panggilan yang
- Mau menjawab disukai klien
salam - Buat kontrak yang jelas
- Mau duduk - Tunjukkan sikap jujur dan
berdampingan menepati janji setiap kali
dengan perawat interaksi
- Bersedia - Tunjukkan sikap empati
mengungkapka dan menerima apa adanya
n masalah yang - Beri perhatian kepada
24
dihadapi klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
- Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : Dalam tiga kali - Diskusikan dengan klien:
Klien pertemuan klien - Penyebab klien tidak
mengetahui dapat merawat diri
pentingnya menyebutkan: - Manfaat menjaga
perawatan diri - Penyebab tidak pearawatan diri untuk
merawat diri keadaan fisik, mental, dan
- Manfaat sosial
menjaga - Tanda-tanda perawatan
pearawatan diri diri yang baik
- Tanda-tanda - Penyait atau gangguan
bersih dan keseahatan yang dialami
rapih oleh klien jika perawatan
- Gangguan yang diri tidak adekuat
dialami jika
perawatan diri
tidak
diperhatikan
3. Klien a. Dalam tiga kali Diskusiakan frekuensi
mengetahui pertemuan klien menjaga perawatan diri
cara-cara menyebutkan selama ini:
melakukan frekuensi menjaga - Mandi Gosok gigi
perawatan diri perawatan diri: - Keramas
- Frekunsi mandi - Ganti pakaian
- Frekunsi gosok - Berhias
25
gigi - Gunting kuku
- Frekunsi
keramas
- Frekunsi ganti
pakaian
- Frekunsi
gunting kuku
Dalam tiga kali
interaksi klien
menjelaskancara
menjaga
kebersihan diri:
- Cara mandi
- Cara gosok
gigi
- Cara keramas
- Cara ganti
pakaian
- Cara gunting
kuku
26
2.6 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien.
Petunjuk dalam implementasi :
1. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
2. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien
dalam situasi yang tepat.
3. Dokumentasi intrvensi dan respon klien
(Keliat, Budi Anna. 1998 : 15)
Dalam pelaksanaan implementasi, penulis menggunakan langkah-langkah komunikasi
terapeutik yang terdiri dari :
1. Fase Pra Interaksi
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk
melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.
2. Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah
alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara
perawat dengan klien.
3. Fase Orientasi
a) Memberi salam terapeutik
b) Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa
keperawatan.
c) Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan
kontrak sebelumnya.
4. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan
pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Pada fase ini perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan
kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.
5. Fase Terminasi
27
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim
terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi
menjadi :
a) Terminasi sementara
Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.
b) Terminasi Akhir
Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.
Merencanakan tindak lanjut.
Mengeksplorasi perasaan klien.
2.7 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
28
Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah memelihara
dan mempertahankan kondisi baru.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang
positif. Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.
Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah
klien akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Pada akhir keperawatan diharapkan :
a) Klien mampu :
Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang
dimiliki klien.
Klien menilai kemampuan yang digunakan.
Klien membuat rencana kegiatan
Klien membuat rencana kegiatan
Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
Meminta bantuan keluarga
Melakukan follow up secara teratur
b) Keluarga mampu :
Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
Menolong klien menggunakan obat dan follow up.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
29
3.1 KASUS
Ny. E 29 tahun datang ke psikiater diantar ibu dan adiknya pada tanggal 22 Agustus
karena suka menyendiri dan merasa kurang percaya diri. Ny. E merasa malu dan tidak percaya
diri karena dia tidak dapat bekerja lagi seperti dulu hal itu dikarenakan penyakit gagal ginjal
kronik yang dia alami sudah hamper 2 tahun. Klien rutin melakukan cuci darah atau
hemodialysis 2 kali seminggu. Kalien merasa minder karena belum menikah dan meras tidak
ada laki-laki yang mau menerimanya apalagi setelah mengetahui kondisinya. Dari hasil
pengkajian didapatkan Tekanan darah130/80 mmHg, RR 26 x/menit, nadi 84x/menit, suhu
36,5 ºC, TB 159cm dan BB 45Kg
D. Faktor Predisposisi
a. Klien mengatakan dikeluarga tidak ada yang menderita sakit seperti yang
dialaminya, juga tidak ada riwayat penyakit keturunan.
30
b. Klien tidak pernah mengalami trauma atau kecelakaan sebelumnya
E. Faktor Presipitasi
a. Klien mengalami penyakit GGK sudah 2 tahun
b. Klien merasa malu karena tidak dapat bekerja lagi dan belum menikah
c. Klien kurang percaya diri dan merasa tidak ada laki-laki yang mau menikah
denganya apalagi mengetahui kondisi penyakitnya
d. Klien juga merasa bersalah terhadap orang tua nya karena merasa belum dapat
membahagiakannya
F. Pemeriksaan Fisik
Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
Pernafasan : 26 x/menit
Ukuran
Tinggi badan : 159 cm
Berat badan : 45 Kg
G. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
X X
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
- - - : Tinggal satu rumah
31
X : meninggal
: klien
H. Konsep Diri
1. Citra Tubuh : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya
2. Identitas : Klien anak perempuan pertama dari 4 bersaudara, sebelum sakit
klien bekerja di Jakarta selama 2 tahun , namun setelah sakit klien
berhenti bekerja
3. Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah sebagai
anak.
4. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat bekerja seperti dulu
serta dapat membahagiakan orang tua dan adik-adiknya
5. Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain.
Klien juga merasa minder karena belum menikah.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah
I. Hubungan Sosial
1. Orang yang dekat dengan klien adalah Orang tua dan 3 adiknya
2. Peran serta kelompok / masyarakat : Klien mengatakan masih sering mengikuti arisan RT
maupun RW.
3. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: Tidak Ada masalah
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
J. Spiritual
Klien mengatakan dapat mengerjakan ibadah seperti sholat dengan baik.
K. Status Mental
1. Penampilan : Penampilan klien cukup rapih, rambut tertata rapih, tidak ada bau badan.
2. Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat dipahami, suara
klien pelan.
3. Aktivitas Motorik : Klien labih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan.
32
4. Alam perasaan : Klien ingin bekerja serta membahagiakan orang tuanya.
5. Afek : Klien mampu merepon bila ada stimulus emosi yang beraksi
6. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali klien
menengadah,selalu menjawab jika ditanya.
7. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
8. Pola Fikir : Tidak ada waham.
9. Tingkat kesadaran : kesadaran klien baik tidak ada gangguan orientasi terhadap waktu,
tempat, dan orang
10. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 – 15= 5
12. Kemampuan Penilaian : Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana dengan
bantuan orang lain
13. Daya Tilik Diri : Klien tidak menyalahkan orang lain atau lingkungan yang
menyebabkan kondisinya seperti ini.
L. MEKANISME KOPING
a. Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
b. Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
Masalah Keperawatan : tidak adamasalah
N. POHON MASALAH
Tidak Percaya Diri ( Efek )
33
Gangguan Konsep Diri ( Causa / Penyebab )
O. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
34
Tgl. Dx.Keperawatan Tujuan Intervensi
36
hubungan yang sopan Klien mampu merespon
Menberikan kesempatan untuk tindakan perawat.
merespon A : SP 2 tercapai
P:
-Lanjutkan SP 3 adakan
kontrak waktu pertemuan
berikutnya.
-Anjurkan klien mampu
berkomunikasi,mampu
memulai berbicara dan tidak
canggung.
Dx S:
1 3. Mengidentifikasi kemampuan dan Klien mengatakan cara
aspek positif yang dimiliki penilaian positif tidak
dengan : boleh berfikir jelek
Membantu mengidentifikasi terhadap orang lain,sopan
dengan aspek yang positif santun dan ramah yang
Mendorong agar diutamakan.
berpenilaian positif O:
Membantu mengungkapkan Klien dapat
perasaannya mengungkapkan
perasaannya
A : SP 3 teratasi sebagian
P:
-lanjutkan SP 1 keluarga
-Anjurkan klien untuk
mempertahankan hubungan
saling percaya berinteraksi
secara terarah.
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan pengkajian dan perawatan pada Tn. Y dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah di Ruang perkasa Rumah Sakit Jiwa Daerah Klaten selama 2
minggu penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dalam malakukan perawatan jiwa sangat
penting sekali membina hubungan saling percaya dan juga membutuhkan kolaborasi yang
baik dengan tenaga medis (dokter dan perawata), keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan
masarakat) terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien dirawat maupun perawat yang
merawat tercapai.
4.2 SARAN
1.41 Klien
Libatkan klien dalam aktivitas positif
Minum obat secara rutin dengan prinsip 5B
Memahami aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya
Berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain
1.4.2 Keluarga
Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
Menerima klien apa adanya
38
Hindari pemberian penilaian negative
1.4.3 Perawat
Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
Memberi reinforcement
DAFTAR PUSATAKA
Stuart, G.W. dan Sudeen, S.J. (1995). “Principles And Practice Of Psychiatric Nursing”. (6th
ed). St. Louis : Mosby year book
39