Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 2

MANAJEMEN REKAYASA DAN LALU LINTAS


(MRL)
Strategi dan Teknik Manajemen Lalu Lintas

Disusun Oleh :

SHINTA NOVRIANI
NIM : 15101180019

MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
SOAL:
1. Apa yang dimaksud Strategi dan Teknik Manajemen Lalu Lintas.

2. Jelaskan tentang Hubungan Manajemen Lalu Lintas.

3. Jelaskan tentang skala (jangka) waktu.

4. Jelaskan tentang Teknik Manajemen Lalu Lintas.

5. Sebutkan mengapa bus kurang berhasil.

6. Jelaskan tentang Manajemen Non Bus (Angkot)

7. Jelaskan perbedaan transyt dan paratransyt.

PENYELESAIAN :

1. Teknik Manajemen Lalu Lintas adalah suatu perencanaan transportasi jangka


mendesak (operasional) dan jangka pendek. Manajemen lalu lintas berhadapan
dengan arus lalu lintas dan prasarana yang ada, serta bagaimana
mengorganisasikannya agar dapat mencapai kinerja secara keseluruhan yang terbaik
yaitu :
a. Mencapai suatu efisiensi pergerakan dan aksesibilitas secara keseluruhan, melalui
penyeimbangan antara permintaan lalu lintas dengan penawaran prasarana yang
tersedia.
b. Menjamin diperolehnya suatu tingkat keselamatan tersebut apabila
memungkinkan.
c. Melindungi dan memperbaiki lingkungan.
d. Mempromosikan dan meningkatkan penggunaan enerji yang efisien.

Terdapat 3 strategi manajemen lalu lintas secara umum yang dapat dikombinasikan
sebagai bagian dari renacana manajeman lalu lintas. Teknik-teknik tersebut adalah :

Strategi Teknik
Manajemen Kapasitas 1. Perbaikan persimpangan
2. Manajemen ruas jalan:
a. Pemisahaan tipe kendaraan
b. Control “on street parking”
c. Pelebaran jalan
3. Area traffic control:
a. Batasan tempat membelok
b. System jalan satu arah
c. Koordinasi lampu lalu lintas
Manajemen Prioritas Prioritas bus, missal jalur khusus bus
Akses angkutan barang, bongkar dan
muat
Daerah pejalan kaki
Rute sepeda
Control daerah parkir
Manajemen Demand (Restraint) Kebijaksanaan parkir
Penutupan jalan
Area and control licensing
Batasan fisik

2. Hubungan Manajemen Lalu Lintas adalah proses penerapan Teknik-teknik system


jalan untuk memenuhi tujuan tertentu dnegan perbaikan, pengaturan atau perubahan
penggunaan system jalan yang ada bagi beberapa atau semua pemakai jalan, tanpa
harus bergantung pada keberadaaan pembangunan jalan baru.

3. Skala Jangka Waktu adalah indicator manajemen lalu lintas terhadap strategi yang
dipengaruhi oleh jangka waktu. Skala jangka waktu dibagi menjadi 4 yaitu :

a. Jangka mendesak 0 – 1 tahun


Strategi untuk jangka mendesak haruslah berupa peningkatan terhadap arus lalu
lintas dengan cara mengendalikan gangguan – gangguan lalu lintas seperti :
• Tentukan suatu jaringan jalan arteri, dan ambil suatu keputusan kebijaksanaan
untuk mengarahkan seluruh arus lalu lintas utama ke dalam jaringan jalan ini.
• Untuk ruas-ruas jalan arteri, lakukanlah tindakan-tindakan yang diperlukan
untuk melancarkan arus lalu lintas, dan memaksimumkan kapasitas persimpangan
yang ada.
• Untuk ruas-ruas jalan lain sisanya, ambillah tindakan yang dapat menjamin
tersedianya akses, dengan cara mengendalikan ruang parkir, khususnya di daerah
pusat kota (CBD) untuk kendaraan-kendaraan barang dan komersil lainnya.
• Untuk persimpangan-persimpangan yang mengalami kemacetan, lakukanlah
peninjauan kembali terhadap metode-metode pengendaliannya, geometrik, dan
sistem pengaturan waktu lampu pengatur lalu lintas dan metoda-metoda yang
memungkinkan untuk meningkatkan kapasitasnya.

b. Jangka pendek 1 – 2 tahun


 Skala waktu jangka pendek dapat memungkinkan bagi rencana manajemen
lalu lintas yang ada untuk di ubah. Setelah jaringan jalan arteri telah ditentukan,
maka suatu jaringan sirkulasinya harus ditentukan pula, khususnya untuk daerah
pusat koata (CBD).
 Hal ini dapat termasuk perubahan-perubahan terhadap sistem jalan satu arah,
demikian pula perubahan-perubahan terhadap pengendalian-pengendalian parkir
dan persimpangan yang terkait.
 Pengendalian-pengendalian pada ruas jalan dan persimpangan perlu untuk
dievaluasi kembali sebagaimanayang telah dijelaskan pada jangka mendesak
dalam sudut pandang terhadap arus-arus lalu lintasnya.

c. Jangka menengah 2 – 5 tahun


 Pertimbangan-pertimbangan yang berkenaan pengembangan jaringan jalan ini
mengarah secara langsung kepada identifikasi terhadap ’ruas-ruas jalan yang
tidak ada (mising links)’, dimana apabila ruas jalan tersebut dibangun akan dapat
meningkatkan aksesibilitas yang penting di sekitar jaringan jalan tersebut.
 Meskipun kita sekarang telah memasuki wawasan jangka waktu perencanaan
transportasi, akan tetapi ruas-ruas jalan ini dapat diidentifikasikan sebagai bagian
dari suatu proses tahap demi tahap yang sifatnya sederhana yang dimulai dari
permasalahan-permasalahan pada jangka menengah.
 Dan hal ini hanya akan merupakan suatu langkah kecil lanjutan untuk
mengidentifikasikan kemungkinan-kemungkinan dari pengalihan lalu lintas
terusan ke suatu jalan terusan (bypass) yang terletak di luar daerah perkotaan, dan
mengevaluasi kebutuhan-kebutuhan persimpangan dan ruas jalan yang
memberikan konsekwensi pengurangan volume-volume lalu lintas.

d. Jangka panjang 5 – 10 tahun


Merupakan suatu langkah lanjutan yang kecil pula untuk mempertimbangkan
pengaruh terhadap penambahan atau penghilangan tata guna lahan pembangkit
lalu lintas yang utama, seperti misalnya pasar-pasar, sekolah-sekolah, bangunan-
bangunan kantor, dan terminal-terminal serta mengevaluasi jangka pengeruhnya
terhadap arus-arus lalu lintas.

4. Teknik Manajemen Lalu Lintas adalah suatu perencanaan transportasi jangka


mendesak (operasional) dan jangka pendek. Manajemen lalu lintas berhadapan
dengan arus lalu lintas dan prasarana yang ada, serta bagaimana
mengorganisasikannya agar dapat mencapai kinerja secara keseluruhan yang terbaik
yaitu :
e. Mencapai suatu efisiensi pergerakan dan aksesibilitas secara keseluruhan, melalui
penyeimbangan antara permintaan lalu lintas dengan penawaran prasarana yang
tersedia.
f. Menjamin diperolehnya suatu tingkat keselamatan tersebut apabila
memungkinkan.
g. Melindungi dan memperbaiki lingkungan.
h. Mempromosikan dan meningkatkan penggunaan enerji yang efisien.

5. Hal ini dikarenakan pemerintah belum memprioritaskan bus sebagai angkutan


transportasi public masyarakat sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan
kendaraan pribadi daripada transportasi public. Untuk itu pemerintah harus :
a. Membuat lajur khusus bus sehingga penumpang merasa aman dan nyaman
terhadap pelayanannya.
b. Memprioritaskan agar bus dapat melakukan bongkar muat barang ditempat yang
tersedia sehingga tidak perlu berdesak-desakan langsung dengan kendaraan
lainnya.
c. Terdapat banyak hambatan samping dan banyaknya kapasitas kendaraan di
jalanan sehingga membuat kecepatan bus berkurang dan terdapat tundaan
perjalanan bus.

6. Manajemen non bus (angkot) dilakukan dengan:


Cara memberi prioritas pada bus adalah:
• Pada simpang tertentu, bus di beri transponder actuated traffic signal dalam
koordinasinya untuk menimbulkan gelombang hijau. Sehingga lampu lalu lintas dapat
di atur panjang pendeknya waktu hijau tetapi bus harus :
– Coordinate traffic signal: kecepatan relatif konstan (tidak boleh ugal-ugalan)
– On time/on schedule: tepat waktu/jadwal
– On the route: selalu mengikuti routenya
• Diberi lajur khusus bus (bus lane).
– With flow (searah dengan lalu lintas)
– Contra flow (berlawanan arah dengan arus lalu lintas)
• Daerah terbatas.
Daerah yang hanya boleh dilalui oleh bus, sehingga di daerah tersebut hanya
angkutan bus yang boleh beroperasi
• Lajur khusus bus (bus way)
– Guided (dengan hal / bus berjalan di bantalan beton)
– Unguided (tanpa rel)
7. Perbedaan transyt dan paratransit:
Transyt pada umumnya bersifat massal, berkapasitas besar, bersifat transit (berhenti
sebentar-sebentar pada halte yang telah ditentukan), kecepatan tinggi pada jalur khusus,
mempunyai headway kecil, dapat dipercaya ketepatan waktu kedatangan, harga terjangkau,
dengan teknologi yang mudah, seperti:
• MRT (Mass Rapid Transyt), contohnya KRL (Kereta Rel Listrik) dan KRD
(Kereta Rel Diesel) di JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi); Kereta Api Baraya Geulis dengan rute Padalarang-Bandung-Cicalengka.
• BRT (Bus Rapid Transyt), contohnya Trans Jakarta Busway, Trans Metro
Bandung.

Paratransyt mempunyai karakteristik pelayanan sebaliknya dari transyt, misalnya


paratransyt tidak mempunyai rute dan jadwal tetap, berkapasitas penumpang sedikit.
Adapun contohnya adalah taksi, ojeg, bajaj, angkot, pete-pete, delman, becak, dan
sejenisnya.

Anda mungkin juga menyukai