Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang
konstruksi mendorong kita untuk lebih memperhatikan standar mutu serta
produktivitas kerja, sehingga akan dihasilkan sebuah pembangunan konstruksi
yang lebih berkualitas. Menurut Mulyono (2004) seperti hukum ekonomi, semakin
sedikit ketersediaan barang, sedangkan permintaan tinggi maka akan menaikkan
nilai barang yang berujung harga barang menjadi mahal. Teknologi beton terus
berkembang seiring dengan perkembangan zaman, beton terus diteliti dan
dikembangkan agar beton memiliki sifat yang lebih baik yaitu pada kekuatan tekan,
modulus elastisitas, dan penyerapan air beton.
Dalam pembuatan beton, ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
kekuatan beton, salah satunya adalah perawatan. Perawatan beton yang baik
umumnya menggunakan air bersih (air yang tidak mengandung kandungan kimia
yang dapat merusak beton), tetapi dalam proses pembuatan bangunan beton di
daerah pantai, kontak dengan air laut terkadang tidak dapat dihindari sehingga
tentunya akan mempengaruhi kekuatan beton. Di sisi lain keterbatasan pasokan air
tawar pun kadang menjadi masalah bagi proyek-proyek yang berada di daerah lepas
pantai dan laut. Jarak yang jauh antara lokasi proyek dengan sumber air bersih
menyebabkan pasokan air bersih menjadi terhambat. Berdasarkan pengamatan
lokasi proyek yang ada di sekitaran pantai terkadang proses curing dengan air laut
pun dimungkinkan, sambil menunggu pasokan air bersih tiba di lokasi proyek.
Kontak air laut dengan beton pada masa curing sangat berbahaya, karena pada saat
curing beton berinteraksi dengan air laut, beton akan mengalami pembesaran pori-
pori beton. Hal ini akan menyebabkan tidak tercapainya kuat tekan beton yang
semula direncanakan. Menurut Hunggurami (2014) curing beton dengan air laut
dapat mengakibatkan absorspi yang besar pada beton, sehingga penelitian lanjutan
sangat dibutuhkan untuk mencari solusi menutupi pori-pori pada beton agar dapat

1
1

menghindari absorpsi air laut pada beton dengan tidak harus meningkatkan mutu
beton itu sendiri. Korosif di air laut menyebabkan pori-pori pada beton membesar,
sehingga diperlukan bahan tambah yang mampu mengurangi besarnya pori pada
beton.
Batu kapur merupakan salah satu batuan yang sangat potensial untuk bahan
tambah, namun tentunya dengan pemanfaatan yang bijaksana dan bukan
dieksploitasi. Menurut Tjokrodimuljo (2007), batu kapur merupakan salah satu
komponen bahan bangunan yang berfungsi sebagai perekat. Kemampuan yang
dimiliki kapur ini dapat dimanfaatkan untuk menambah campuran beton. Hal ini
mendasari studi mengenai penggunaan batu kapur sebagai bahan tambah beton.
Batu kapur yang digunakan adalah batu kapur jenis padam yang lolos uji saringan
200. Batu kapur padam mempunyai karakteristik lebih keras dari tipe lainnya
karena batu kapur jenis padam sendiri sudah melalui proses pembakaran dengan
suhu 900° C yang menyebabkan teksturnya lebih padat, maka diperlukan studi lebih
lanjut mengenai perbaikan pori-pori yang di akibatkan oleh curing air laut yang
berbahan tambah batu kapur dengan presentase 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari
berat semen yang berguna untuk menutupi pori-pori pada beton agar dapat
menghindari absorpsi air laut pada beton, serta mutu beton yang dihasilkan bisa
melebihi beton normal, sehingga penelitian ini penulis memberi judul “Pengaruh
Serbuk Kapur Padam Sebagai Bahan Tambah Pembuatan Beton Akibat
Proses Curing Air Laut Terhadap Karakteristik Beton.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan beberapa penjelasan pada latar belakang di atas, maka masalah
yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh sebuk kapur padam sebagai bahan tambah dalam
pembuatan beton dengan metode perawatan menggunakan air laut ditinjau
dari kuat tekan, modulus elastisitas, dan permeabilitas beton dari setiap
variasi yaitu dengan presentase 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat
semen?
2. Berapa persentase serbuk kapur padam pada campuran beton normal dari
berat semen untuk mendapatkan mutu beton yang tertinggi?
3. Bagaimana pengaruh penambahan serbuk kapur padam pada pori-pori
campuran beton yang di curing menggunakan air laut terhadap kepadatan
beton?
4. Bagaimana pengaruh biaya untuk penambahan serbuk kapur padam pada
campuran beton?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh sebuk kapur padam sebagai bahan tambah dalam pembuatan beton
dengan metode perawatan menggunakan air laut ditinjau dari kuat tekan,
modulus elastisitas, dan permeabilitas beton dari setiap variasi yaitu dengan
presentase 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat semen;
2. persentase serbuk kapur padam pada campuran beton normal dari berat semen
untuk mendapatkan mutu beton yang tertinggi;
3. pengaruh penambahan serbuk kapur padam pada pori-pori campuran beton
yang di curing menggunakan air laut terhadap kepadatan beton; dan
4. pengaruh biaya untuk penambahan serbuk kapur padam pada campuran beton.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian yang sudah disebutkan, penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat untuk:
1. Mengembangkan pengetahuan tentang teknologi beton terutama penambahan
serbuk kapur padam sebagai bahan tambah beton yang di curing
menggunakan air laut,
2. mendapatkan suatu bahan alternatif bahan tambah pada beton dengan
menggunakan bahan yang mudah didapat di sekitar lokasi proyek, dengan
tetap memperhitungkan keamanan dan kemudahan pelaksanaan, dan
3. memperkaya referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang akan
membahas masalah mutu beton .
1.5 Batasan Penelitian
Agar penelitian ini terfokus dan tidak melebar terlalu luas, maka perlu
adanya batasan permasalahan. Adapun batasan permasalahan dalam penelitian
adalah sebagai berikut.
1. Campuran benda uji menggunakan perbandingan volume 1 semen: 2 pasir: 3
krikil.
2. Semen yang digunakan adalah semen portland PPC merek Semen Gresik.
3. Agregat kasar yang digunakan berupa batu kali yang lolos saringan 20.
4. Bahan tambah yang digunakan berupa batu kapur padam industri, berasal dari
daerah Wonosari yang lolos saringan 200.
5. Agregat halus yang digunakan berasal dari toko bangunan yang materialnya
dari Gunung Merapi.
6. Air yang digunakan berasal dari sumur Laboratorium Teknologi Bahan
Kontuksi, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaa,
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
7. Air laut yang digunakan untuk proses curing berasal dari pantai Parangtritis.
8. Pengujian kuat tekan, modulus elastisitas, dan permeabilitas beton
menggunakan bahan tambah berupa batu kapur sebanyak 0%, 5%, 10%, 15%,
dan 20% dari total berat semen dengan masing-masing variasi 5 silinder.
9. FAS direncanakan sebesar 0,5.
10. Umur pengujian benda uji adalah 7, 14, 21, dan 28 hari.
11. Bentuk benda uji beton berupa silinder dengan ukuran tinggi 300 mm, diameter
150 mm dipakai untuk pengujian kuat tekan, modulus elastisitas, dan
permeabilitas beton.

Anda mungkin juga menyukai