Pengertian Matematika yaitu bahasa simbol yang terdefinisikan secara sistematik, antara satu
konsep dengan konsep yang lain saling berkaitan dan pembuktian matematika dibangun dengan
penalaran deduktif.
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi)
dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain.
Metode yang pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara
induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metodeinduktif dan eksperimen.Maka Hakikat
matematika artinya menguraikan apa sebenarnya matematika itu, baik ditinjau dari arti kata
matematika, karakteristik matematika sebagai suatu ilmu, maupun peran dan kedudukan
matematika diantara cabang ilmu pengetahuan serta manfaatnya.
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep
yang berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak.
• Kline (1973)
Mengatakan bahwa matematika itu bukan pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika
adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan
akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
daripada mengenai bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan, sifat-
sifat atau teori-teori itu dianut secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang
didefinisikan atau tidak, ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah
suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
Mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola
berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, yaitu asal kata dari “mathein” atau “manthenein”
yang artinya “mempelajari”, namun diduga kata itu ada hubungannya dengan bahasa Sansekerta,
yaitu kata “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”, “pengetahuan” atau “intelegensi”
• Roy Hollands
Matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak
cabang.
Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena matematika
dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma /
postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis,
terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep
yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang
menjadi prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik atau konsep
selanjutnya.
Dalam pembelajaran matematika guru seharusnya menyiapkan kondisi siswanya agar mampu
menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai yang lebih
kompleks.
Contoh seorang siswa yang akan mempelajari sebuah volume kerucut haruslah mempelajari
mulai dari lingkaran, luas lingkaran, bangun ruang dan akhirnya volume kerucut. Untuk dapat
mempelajari topik volume balok, maka siswa harus mempelajari rusuk / garis, titik sudut, sudut,
bidang datar persegi dan persegi panjang, luas persegi dan persegi panjang, dan akhirnya volume
balok.
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan maka terbentuk unsur-unsur yang didefinisikan.
Misal : Sudut, Persegi panjang, segitiga, balok, lengkungan tertutup sederhana, bilangan ganjil,
pecahan decimal, FPB dan KPK dll.
Matematika disebut ilmu deduktif, karena baik materi maupun metode pencarian kebenaran
dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umumnya.
Metoda pencarian kebenaran yang dipakai dalam matematika adalah metode deduktif, sedangkan
ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen. Namun, dalam matematika mencari
kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya digeneralisasi yang benar
untuk semua keadaan harus dibuktikan secara deduktif. Ini berarti bahwa matematika tidak
menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif) tetapi harus berdasarkan pembuktian
deduktif. Namun demikian untuk membantu pemikiran serta untuk mencari kebenaran bisa
dimulai dengan cara induktif dan selanjutnya generalisasi yang benar harus bisa dibuktikan
secara deduktif.
Sebagai contoh suatu generalisasi atau dalil yang berbunyi “jumlah dua bilangan ganjil adalah
bilangan genap”. Misalkan kita ambil beberapa buah bilangan ganjil 1, 3, 5, dan 7, kemudian
dijumlahkan. Akan terlihat jelas bahwa setiap dua bilangan ganjil jika dijumlahkan hasilnya
selalu genap. Dalam matematika tidak dibenarkan membuat generalisasi atau membuktikan dalil
dengan cara demikian. Walaupun kita telah menunjukan sifat itu dengan mengambil beberapa
contoh yang lebih banyak lagi, tetap kita tidak dibenarkan menyimpulkan demikian. Pembuktian
deduktif mengenai hal ini dapat ditunjukan sebagai berikut. Misalkan m dan n adalah dua buah
sebarang bilangan bulat positif, maka 2m + 1 dan 2n + 1 tentunya merupakan dua buah bilangan
ganjil. Jika dijumlahkan maka diperoleh bentuk 2(m + n + 1). Karena m dan n bilangan bulat
positif maka (m + n + 1) bilangan bulat positif juga, sehingga 2(m + n + 1) adalah bilangan
genap. Jadi terbukti bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap.
Lebih lanjut menurut Herman Hudoyo (1990 : 4) secara singkat dapat dikatakan bahwa
matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan
penalarannya deduktif.
Johnson dan Rising (1972) menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola
mengorganisasikan pembuktian yang logis, matematika adalah bahasa, bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, direpresentasikan
dengan symbol yang padat dan memiliki arti. Matematika dalah pengetahuan struktur yang
terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang
tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan pernyataan para ahli di atas dapat dikatakan bahwa matematika merupakan suatu
ilmu yang berhubungan dengan penelaahan struktur-struktur yang abstrak dan hubungan diantara
hal-hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan
penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Dalam hal ini dapat
dikatakan matematika sebagai ilmu terstruktur. Konsep matematika tersusun secara herarkis,
logis, dan sistematis mulai dari konsep yang sederhana. Dalam matematika terdapat topik atau
konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Hal ini berarti
belajar matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang
sedang dipelajari, serta mencari hubungan di antara konsep dan struktur tersebut.
Berhitung, pada awal mulanya berbentuk korespondensi persatuan dari onyek yang dihitung.
Misalnya sesorang ingin menghitung berapa jumlah ternaknya, maka ternak itu dimasukkan ke
dalam kandang satu persatu. Tiap ekor diwakili oleh satu batu kecil, maka jumlah ternaknya
adalah jumlah batu kecil itu. Dengan sekantung batu-batu itu ia dapat mengontrol apakah ada
ternak yang belum kembali atau hilang atau malah bertambah karena beranak.
Jadi, setiap awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk mengatasi
setiap permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan matematika terhadap
perkembangan IPA sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa matematika IPA tidak akan
berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA menggantungkan diri dari metode induksi.
Dengan metoda induksi semata tak mungkin orang mengetahui jarak antara bumi dan bulan atau
bumi dnegan matahari, bahkan untuk menyatakan keliling bumi saja hampir tidak mungkin.
Berkat bantuan matematikalah maka Erathotenes (240 SM) pada zaman Yunani dapat
menghitung besarnya bumi dnegan metode gabungan antara induksi dan deduksi matematika
Adapun ahli-ahli matematika yang banyak sumbangannya dalam Ilmu Pengetahuan Alam, antara
lain:
3. Galileo (1642) berjasa dalam menetapkan hokum lintasan peluru , gerak dan percepatan.
Ini semua adalah sekedar gambaran yang menunjukkan bahwa perkembangan Ilmu Pengetahuan
Alam selalu ditunjang atau secara mutlak membutuhkan tunjangan matematika.
2.2 Hakikat IPA
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23)
merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-
hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode
dan berlaku secara universal”
Menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
IPA sebagai rangkaian konsep dan pola konseptual yang saling berkaitan yang dihasilkan dari
eksperimen dan observasi, sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan tersebut untuk terus
berkembang.
Pengertian IPA adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan
eksperimen yang terkontrol.
IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna
mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sekumpulan pengetahuan
tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan
yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun
berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam
hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan
analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga
cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana pengembangan
sikap ilmiah.
Hakikat IPA sebagai produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-
teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia dalam rangka memahami dan
menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA
(konsep, prinsip, hukum dan teori) tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan
berdasar-kan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan penyelidikan.
Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih
keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. yaitu dengan melakukan observasi,
mengukur, memprediksi, mengklasifikasi,membandingkan, menyimpulkan, merumuskan
hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, dan mengkomunikasikan hasil penelitian.
Dalam pengajaran IPA, aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Ada
tidaknya aspek proses ini sangat bergantung pada guru.
Hakikat sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan
oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap
dapat diklasifikasi ke dalam dua kelompok besar. Pertama, seperangkat sikap yang bila diikuti
akan membantu proses pemecahan masalah; dan kedua, seperangkat sikap tertentu yang meru-
pakan cara memandang dunia serta berguna bagi pengembangan karir di masayang akan datang
(T. Sarkim, 1998:134)
IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan dari para ahli saintis sejak berabad-abad,
yang menghasilkan berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil yang berupa
fakta yaitu dari kegiatan empiric (berdasarkan fakta), sedangkan data, konsep, prinsip dan teori
dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.
Dalam hakikat IPA dikenal dengan istilah :
Susanto (1991: 3) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda, tempat,
atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian.
• Konsep IPA adalah merupakan penggabungan ide antara fakta-fakta yang ada
hubungannya satu dengan yang lainnya. Misal : Makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungannya.
• Hukum alam adalah prinsip – prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat
tentative, tetapi karena mengalami pengujian – pengujian yang lebih keras daripada prinsip,
maka hukum alam bersifat lebih kekal. Misal : Hukum kekekalan energi.
• Teori ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data,
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat berubah jika ada
bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Misal : teori meteorologi membantu
para ilmuan untuk memahami mengapa dan bagaimana kabut dan awan terbentuk.
Melalui proses ini kita bisa mendapatkan temuan-temua ilmiah, dan perwujudannya berupa
kegiatan ilmiah yang disebut penyelidikan ilmiah.
Iskandar (1997:5) mengartikan keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan
oleh para ilmuwan.
(Moejiono dan Dimyati, 1992:16) Ditinjau dari tingkat kerumitan dalam penggunaannya,
keterampilan proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan: Proses Dasar (Basic
Skills), dan Keterampilan Proses Terintegrasi (Integrated Skills).
Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih
ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan, dalam pengajaran IPA, aspek proses
ini muncul dalam bentuk kegiatan belajar mengajar.
Contoh: pengamatan tentang tumbuhan kacang hijau ditempat terang dan ditempat gelap.
1. Observasi
Adalah pengamatan suatu objek berdasarkan ciri-cirinya dengan menggunakan beberapa indera.
Adalah pengelompokan objek pengamatan berdasarkan perbedaan dan persamaan sifat yang
dimiliki.
a. Bentuk daun
b. Batang tumbuhan
c. Warna tumbuhan
d. Tinggi tumbuhan
3. Interpretasi
Contoh: daunnya kuning kecil pendek dan pertumbuhannya lambat adalah tumbuhan kacang
hijau ditempat gelap, sedangkan daunnya lebar panjang, berwarna hijau dan pertumbuhannya
cepat adalah tumbuhan kacang hijau ditempat terang.
4. Prediksi
Adalah memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan
yang terdapat pada data yang telah diperoleh.
Contoh: kacang hijau akan tumbuh jika ditaruh ditempat yang gelap.
5. Hipotesis
Adalah suatu pernyataan berupa dugaan tentang kenyataan-kenyataan yang terdapat dialam
melalui proses pemikiran.
Contoh: kacang hijau akan lebih lambat tumbuh jika ditaruh ditempat gelap dan akan lebih cepat
tumbuh apabila ditaruh ditempat yang terang.
6. Mengendalikan variable
Adalah mengatur variable sedemikian rupa sehingga perbedaan pada akhir eksperimen adalah
benar-benar karena pengaruh variabel yang diteliti. Variabel terdiri dari 3 yaitu:
a. Variabel bebas/variabel peubah: faktor yang menjadi penyebab terjadi perubahan terhadap
faktor yang lain. Contoh: cahaya mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan.
b. Variabel terikat adalah vaktor yang mempengaruhi atau diubah. Contoh: tanaman
c. Variabel control adalah variabel yang dibuat tetap. Contoh: wadah dan kapas
Penelitian dapat dipecahkan menjadi beberapa tahap dan dikembangkan kepada anak didik satu
persatu antara lain:
a. Menetapkan masalah penelitian: menetapkan suatu masalah yang dijawab melalui suatu
penelitian.
Contoh: benih kacang hijau yang berada ditempat gelap akan lebih lambat tumbuh apabila benih
kacang hijau yang berada ditempat terang.
2. Pelaksanaan: penanaman.
Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi. Nilai-nilai itu
terutama terletak pada sistem yang menetapkan ‘kebenaran yang objektif’ pada tempat yang
paling utama. Adapun proses IPA itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu latihan mencari,
meresapkan, dan menghayati nilai-nilai luhur.
Nilai-nilai moral atau humaniora dari IPA nampaknya mempunyai dua muka yang berlawanan
arah. Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan yang luhur sedang muka yang lain
menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat melenyapkan nilai-nilai luhur namun dapat
melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
IPA dan teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusianya yang berada di belakang
alat itu, untuk apa itu akan digunakan. Dengan kata lain, IPA itu sendiri adalah ‘suci’, yang tidak
suci itu ialah manusianya.
3. Sadar bahwa kebenaran ilmu yang diciptakan manusia itu tidak pernah mutlak
4. Yakin akan adanya tatanan alami yang teratur dalam alam semesta ini
9. Sikap optimis
Sekalipun IPA menjangkau nilai-nilai moral atau etika dan membahan nilai-nilai keindahan atau
estetika, tetapi IPA mengandung juga nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Yang
dimaksud dengan disini ialah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan
menjadi tujuan yang akan dicapai. Adapun nilai-nilai IPA tersebut adalah :
1. Nilai Praktis
Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebaliknya teknologi telah membantu mengembangkan
penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan. Oleh
karena itu, IPA telah membuka jalan ke arah penemuan-penemuan yang secara langsung dan
tidak langsung dapat bermanfaat. Dengan demikian IPA mempunyai nilai praktis yaitu sesuatu
yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh :
Penemuan listrik oleh faraday telah diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan berbagai alat
listrik yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.
2. Nilai Intelektual
Metode ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan
masalah. Tidak saja masalah-masalah alamiah tetapi juga masalah-masalah sosial, ekonomi, dan
lain-lain.
Metode ilmiah ini telah melatih keterampilan dan ketekunan, serta melatih pengambilan
keputusan-keputusan dengan pertimbangan yang rasional bagi penggunaannya. Kecuali itu agar
pemecahan masalah berhasil dengan baik, maka metode ilmiah menuntut sifat ilmiah bagi
penggunanya. Keberhasilan memecahkan masalah masalah ini akan memberikan kepuasan
intelektual. Dengan demikian yang dimaksud dengan nilai intelektual adalah sesuatu yang
memberikan kepuasan seseorang karena dia telah mampu menyelesaikan atau memecahkan
masalah. Bedakanlah kepuasan intelektual ini dengan kepuasan seseorang pedagang yang
memperoleh untung besar atau bandingkanlah dengan seorang politikus yang bangga karena
mengalahkan lawan politiknya.
3. Nilai-nilai Sosial-Ekonomi-Politik
IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti, kemajuan IPA dan teknologi suatu
negara, menyebabkan negara tersebut memporoleh kedudukan yang kuat dalam percaturan
sosial-ekonomi-politik internasional.
Prestasi-prestasi tinggi yang dapat dicapai oleh suatu negara dalam bidang IPA dan teknologi
memberikan rasa bangga akan bangsanya, rasa bangga akan kemampuan atau potensi nasional
dan rasa bangga terhadap bangsanya adalah nilai-nilai sosial-ekonomi-politik.
Contoh :
Negara-negara yang telah maju, misalnya Amerika, mereka sadar dan bangga terhadap
kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang politik.
Produk IPA dan teknologi dapat membuka jalan ke arah industrialisasi dan mekanisasi pertanian
yang dapat meningkatkan ekonomi dan neraca perdagangan suatu negara. Sekalipun memiliki
kemampuan IPA dan teknologi tinggi, tidak dapat menggali sumber daya alam negaranya kepada
bangsa lain yang hanya memikirkan keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan
alamnya. Dalam hal ini maka IPA dan teknologi memiliki nilai sosial ekonomi.
Kemajuan IPA dan teknologi suatu negara dapat menempatkan negara itu dalam kedudukan
politik internasional yang menentukan.
Contoh :
ketika Amerika berhasil mendaratkan manusia di bulan dengan Apolo 11, martabat Amerika
dalam percaturan politik melonjak tinggi.
ketika Rusia mampu meluncurkan satelit buatannya yang pertama, yaitu Sputnik I, martabat
Rusia dimata meningkat.
Jepang dan RRC karena kemampuan IPA dan teknologi tinggi, hingga banyak hasil industrinya
merebut pasar dunia, maka kedudukannya di dunia internasional makin kuat.
Banyak orang berprasangka, dengan mempelajari IPA dan teknologi secara mendalam akan
mengurangi kepercayaan manusia kepada tuhan. Prasangka tersebut didasarkan pada alasan
bahwa IPA hanya mempelajari benda dan gejala-gejala kebendaan. Prasangka ini tidak benar
makin mendalam akan orang mempelajari IPA, makin sadarlah orang itu akan adanya kebenaran
hukum-hukum alam, sadar akan adanya suatu ketertiban di dalam alam raya ini dengan Maha
Pengaturnya. Walau bagaimanapun manusia telah berusaha untuk membaca mempelajari dan
menterjemahkan alam, manusia makin sadar akan keterbatasannya ilmunya. Karena dengan
keterbatasan ilmunya manusia belum dan tidak akan pernah mengetahui asal mula dan akhir dari
alam raya dengan pasti.
Contoh :
a) Anda mengetahui, berapa banyak biaya dan tenaga ahli yang dikerahkan untuk persiapan
pendaratan dibulan. Manusia tidak akan mampu membuat atau menciptakan bulan. Oleh karena
itu, makin sadarlah akan kebesaran Maha Penciptanya.
b) dengan susah payah dan waktu yang lama manusia dapat mempelajari hukum gravitasi itu
sendiri. Dengan penemuan-penemuannya, manusia makin sadarlah akan kebesaran Tuhan.
Dari uraian-uraian ini jelaslah bahwa IPA mempunyai nilai-nilai keagamaan yang sejalan dengan
pandangan agama. Tentang hubungan nilai-nilai IPA dan agama ini, ilmuwan terkenal Albert
Einstein menggambarkan dalam ungkapan sebagai berikut “ilmu pengetahuan tanpa agama
adalah buta dan agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh”.
Suatu proses untuk membantu manusia mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi
segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan kreatif tanpa
kehilangan identitas dirinya.
a. Pengetahuan yang sangat terstruktur dalam arti antara bagian yang satu dengan bagian
yang lain terjalin hubungan fungsional yang erat.
b. Karena itu konsep – konsep dan prinsip – prinsip dalam MIPA akan lebih mudah dikuasai
jika disajikan dalam bentuk terkait satu dengan yang lain dengan simpulan – simpulan yang
jelas.
c. Penerapan berbagai pengertian dan prinsip MIPA dalam taraf sederhana terhadap masalah
alamiah seringkali memerlukan: keterpaduan berbagai komponen MIPA, dengan Matematika
sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif sedangkan fisika, kimia, biologi
sebagai deskripsi permasalahan yang ada.
d. Untuk menekuninya diperlukan kecintaan yang dalam terhadap ilmu sebagai suatu sistem
logis yang indah dan ampuh.
Dengan ciri perilaku ini, lulusan sekolah menengah atas akan merupakan potensi tenaga kerja
berkualitas yang merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan.
BAB III