Anda di halaman 1dari 11

Media dan Demokrasi

INSERT YOUR NAME HERE


2

Undang – Undang Pers 1999. Membentuk Opini

KEKUASAN DAN
KEKUATAN MEDIA

Sebagai Kritik Sosial dan Alat Efek Domino Media


Kontrol.
3
Undang – Undang Pers
Nomor 40 Tahun 1999
Poin – Poin Penting dalam Undang – Undang
Pers

1. Kemerdekaan Pers merupakan Prinsip


demokrasi dan sebagai hak asasi
2. wartawan mempunyai hak tolak
3. Menegakan nilai – nilai demokrasi
4. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan
saran
5. Memperjuangkan keadilan
4
1. Pemberitaan ISU RUU KHUP dan RUU
Membentuk Opini KPK
2. Pemberitaan Politik
3. Pemberitaan Kebijakan Pemerintah

1. Agenda Setting
2. Framing
3. Teori Jarum Hipodermik
atau Teori Peluru
4. Teori Stimulus – Response
5. Teori Kultivasi
5
Sebagai Kritik dan
Kontrol
6
Struktur Kepemilikan
Media
• yang kuat yang belum dapat “ditundukkan” dalam
demokrasi. Golding dan Murdock melihat adanya
hubungan erat antara pemilik media dengan kontrol
media sebagai sebuah hubungan tidak langsung.
Bahkan pemilik media, menurut Meier, dapat
memainkan peranan yang signifikan dalam Pembatasan dan Regulasi Kepemilikan Dewasa ini
melakukan legitimasi terhadap ketidaksetaraan kecenderungan industri media sebagai alat kapitalisme
pendapatan (wealth), kekuasaan (power) dan menjadi semakin nyata. Bentuknya menjadi semakin
privilege.
menggurita, menjangkau ke mana-mana, cenderung ingin
• memonopoli dan bahkan melintasi batas negara. Tetapi
• Kepemilikan media itu bersifat kapitalistik. Analisis kontrol pemilikannya justru makin terkonsentrasi hanya pada
kepemilikan media yang bersifat kapitalistik akan beberapa orang saja.
dapat dijumpai jika berada pada satu negara yang
menganut sistem demokrasi, dimana campur tangan
pemerintah sangat sedikit dalam mengatur media
dan pasar memegang kendali dalam semangat
kapitalisme. Para peneliti, baik liberal maupun Marxis,
sama-sama sepakat bahwa analisis kepemilikan
media berhubungan erat pada kapitalisme.
Kepemilikan media juga menjadi sebuah term yang
selalu dihubungkan dengan konglomerasi dan
monopoli media.
7
Struktur Kepemilikan
Dalam menjelaskan fenomena tersebut Peter Gollding dan Graham
Media Murdoch mengatakan “Media as a political and economic vehicle,
tend to be controlled by conglomerates and media barons who are
Pada dasarnya kebijakan soal pembatasan becoming fewer in number but through acquisition, controlled the
Monopoli, Konglomerasi, dan Kepemilikan Silang larger part of the world’s mass media and mass communication”
(Media Penyiaran) sesungguhnya telah diatur dalam (2000: 71).
peraturan hukum, yakni UU Penyiaran nomor 32
tahun 2002 ayat 1, pasal 18. Di sana disebutkan:
“Pemusatan kepemilikan dan penguasaan lembaga
penyiaran swasta oleh satu orang atau satu badan
hukum, baik di satu wilayah siar maupun beberapa
wilayah siar, dibatasi.”
Menurut Feintuck, regulasi penyiaraan mengatur tiga hal yakni
struktur, tingkah laku, dan isi. Regulasi struktur (structural regulation)
berisi pola-pola kepemilikan media oleh pasar, regulasi tingkah laku
(behavioural regulation) dimaksudkan untuk mengatur tata-laksana
penggunaan properti dalam kaitannya dengan kompetitor, dan
regulasi isi (content regulation) yang menjadi batasan material
siaran yang boleh dan tidak untuk disiarkan
8
Monopoli Media dan
Dalam sistem demokrasi, menurut Siregar (2008: 40), regulasi
SISTEM PERS terhadap media pada dasarnya dipilah menjadi dua bagian besar,
yakni media yang tidak menggunakan ranah publik (public
• domain) dan media yang menggunakan ranah publik.Media yang
tidak menggunakan ranah publik, misalnya, buku, majalah,
• Di Indonesia, peraturan hukum tentang anti suratkabar ataupun film (kecuali jika disiarkan melalui tv) maka
monopoli, pemusatan, dan kepemilikan silang regulasinya menggunakan prinsip self-regulatory.
media penyiaran sudah ada dan jelas berlaku
sejak diundangkan, namun dalam praktiknya Dalam konteks Indonesia, di bidang pers misalnya, Dewan Pers
hingga saat ini, indsutri media penyiaran masih dibentuk untuk mengatur pers dari segi etika jurnalistik baik etika
dikuasai kelompok tertentu. Dengan kata lain, jurnalistik media cetak maupun elektronik, sedangkan hal-hal yang
penegakan hukum (law inforcement) tidak menyangkut pemusatan kepemilikan dan persaingan usaha,
berjalan dengan baik, dan “kebijakan” berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersifat
penegakan hukum inilah yang perlu diprioritaskan umum. Regulasi Media di Negara Lain Ben Bagdikian, dalam artikel
oleh pemerintah dalam rangka menciptakan yang ditulis oleh Iwan Awaluddin Yusuf (2010), meneliti
industri penyiaran yang demokratis. perkembangan industri media di Amerika Serikat sejak pertengahan
tahun 1980-an. Ketika itu ia menggambarkan bahwa pada tahun

1980-an di AS terdapat 50 perusahaan besar yang menguasai
jaringan bisnis media di seluruh Amerika.
9
Monopoli Media dan Di negara demokrasi manapun, jika
Sistem Pers suatu media menggunakan public
domain,maka regulasinya sangat
• Beberapa tahun kemudian ia membuat ketat. Ini karena ketika seseorang
penelitian yang sama, jumlah perusahaan media atau suatu badan telah diberi
besar tinggal setengahnya. Terakhir pada tahun frekuensi maka sebenarnya is telah
1997, ia meneliti lagi dan jumlahnya tinggal 5 grup
media yang menguasai 60% dari seluruh media di diberi hak monopoli oleh negara
Amerika, yakni the big five: Time Warner, Disney, untuk menggunakan frekuensi
Murdoch’s News, Viacom, dan Bertelsmann tersebut dalam kurun waktu tertentu.
(Bagdikian, 2004: 27). Dalam rentang masa 20
tahun, dari 50 media telah berada di bawah lima
Dengan demikian, berlaku ketentuan
konsentrasi media. peraturan perundang-undangan
• Melalui ulasan Bagdikian yang kemudian menjadi
yang bersifat khusus, yaitu peraturan
kritik klasik bagi analisis korporasi media, perundang-undangan di bidang
terungkap bahwa gejala tersebut akhirnya penyiaran. Dalam kaitan ini, regulasi
menjadi fenomena global yang disinyalir terhadap radio dan televisi
merupakan sisi gelap dari kebebasan pers
berlangsung sangat ketat (“highly
regulated”
10
Monopoli Media dan Menurut Dominick (2001: 214), ada
Sistem Pers beberapa alasan penting mengapa
media yang menggunakan public
• Di Amerika Serikat, regulatornya domain regulasinya berbeda dengan
adalah“FederalCommunications Commission”,di media yang tidak menggunakan
Afrika Selatan adalah “Independent public domain. Pertama, alasan
Communication Authority of South Africa”(ICASA),
dan banyak lagi lembaga semacarn itu di negara utama jelas karena media tersebut
demokrasi di dunia. Regulator di negara-negara menggunakan public domain,barang
demokrasi ini adalah badan independen negara publik. Oleh karenanya, harus diatur
yang bersifat “quasi yudicial”.Untuk Indonesia,
regulatornyaadalah Komisi Penyiaran Indonesia
secara ketat. Pengaturan tersebut
(KPI) yang berhubungan dengan isi, dan ditujukan untuk sebesar-besarnya
Pemerintah, dalam hal ini Departemen kesejahteraan dan kemakmuran
Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), yang rakyat.
berhubungan dengan penggunaan frekuensi dan
pemberian izin penyiaran (Siregar, 2008: 40).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai