Anda di halaman 1dari 37

BAB l

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit diabetes militus adalah ketidakmampuan organ pankreas
memproduksi hormon insulin atau sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang telah di hasilkan organ pankreas secara baik . akibat dari kelainan ini, maka
kadar gula darah ( glukosa ) akan meningkat tidak terlendali. Kadar gula darah
pada penderita diabetes militus harus di pertahankan pada nilai normal, di jaga
dan di kontrol dalam artian tidak boleh terlalu rendah dari ambang normal.
Ambang normal gula darah manusia adalah 60 -120 mg/dl pada waktu puasa dan
di bawah 140 ml/dl dua jam sesudah makan ( sutanto, 2013 ).
Berdasarkan data yang terdapat IDF 2013 Di dunia jumlah penderita diabetes
militus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini berkaitan dengan
jumlah populasi yang meningkat. Estimasi terakhir IDF ( international diabetes
federation, 2013 ) terdapat 382 orang yang hidup dengan diabetes militus di
dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah penderita diabetes militus di
perkirakan akan menjadi 592 juta orang. Di perkirakan dari 382 juta orang
tersebut, 175 juta di antaranya belum terdiagnosa, sehingga terancam
berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa di sadari dan tanpa di cegah
( kemenkes RI, 2014 )
penderita diabetes militus di indonesia pada tahun 2013 mencapai 5,8% atau
sekitar 8,5 juta penduduk dengan rentang usia 20-79 tahun. ( kemenkes, 2014 )
jumlah penderita kencing manis di indonesia terus meningkat menempati urutan
ke tujuh terbesar di dunia setelah cina, india, amerika, brazil, russia, meksiko,
( IDF, 2013 ). Berdasarkan data dari dirjen bina upaya kesehatan, kemenkes RI
tahun 2013 di provinsi jawa tengah, mengatakan bahwa angka kejadinaan
diabetes militus adalah sebanyak 193.630 kasus atau sebanyak 2,29 % dari
seluruh diabetes militus di indonesia ( dinkes jateng, 2013) dari data dinas
kesehatan sosial di kabupaten klaten pada tahun 2013 jumlah penerita diabetes
militus keseluruhan ada 13.349 penderita, penderita diabetes militus tergantung
insulin ada 360 atau 3,70% penderita dan penderita diabetes militus tidak
tergantung insulin ada 12.989 atau 102,77% penderita. tahun 2014jumlah
diabetes militus keseluruhan ada 12.097 penderita, penderita diabetes militus
tergantung insulin ada 238 atau 5,08 penderita. Dan penderita diabetes militus
tidak tergantung insulin ada 11.859 atau 102,00 % penderita yang rutin kontrol
di puskesmas wilayah kabupaten klaten ( DKKDS, 2015)
penderita diabetes militus tidak bisa diabaikan oleh perawat karena angka
kejadiannya cukup besar. Kadar gula darah yang tinggi atau tidak terkendali
masih banyak di jumpai di antaranya karena faktor stress psikologi dan
Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, seperti makanan dan minuman
berkadar gula tinggi, sudah menjadi gaya hidup masyarakat moderen sekarang
ini yang kemudian memicu timbulnya penyakit penyakit akibat pola makan dan
minum yang tidak sehat. Salah satu penyakit yang dapat terjadi akibat pola
makan adalah diabetes militus atau penyakit gula darah. Diabetes militus
merupakan salah satu penyakit yang cukup menonjol di antara penyakit lain.
( belous dan donelly,2014 )
pola makan yang tidak bagus akan mengalami diabetes militus yang di
tandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah di sertai munculnya gejala
yang khas, yakni urin yang berasa manis, dalam jumlah yang besar, sering
minum. kadar gula darah yang tidak terkontrol bisa berakibat Kompikasi akut
yaitu hiperglikemia, ketoasidosis, infeksi, dan komplikasi kronis yaitu
makrovaskular, mikrovaskular, nefropati dibetik, neuropati diabeti, serta
komplikasi kronis di lihat secara fisik yaitu rambut, telinga, mata, rongga mulut
( atun,2010 )
Tindakan yang perlu di lakukan untuk mencegah supaya tidak terjadi
komplikasi diabetes militus adalah melakukan modifikasi gaya hidup di
antaranya menurunkan berat badan, latihan fisik dan mengurangi konsumsi
lemak dan kalori ( suiraoka, 2012 ) beberapa cara untuk menurunkan gula darah
yaitu melakukan cek gula darah agar bisa mengontrol gula darah, beroral raga
secara teratur, membatasi mengkonsumsi gula, makan sedikit tapi sering, diet
dan melakukan olah raga . Untuk menurunkan kadar gluksoa di masyarakat
upaya tersebut sudah sering bahkan sudah dilaksanakan seperti pemeriksaan
laboratorium, klub senam daibetes, konsultasi gizi dan penyuluhan kesehatan
untuk pasien diabetes militus, namun pada intervensi khusus seperti olah raga.
Upaya dari olah raga pasien diabetes militus perlu di lakukan untuk usaha
mengendalikan kadar glukosa darah pada pasien diabetes militus tipe II
dilakukan dengan pengelolaan non farmakologi salah satunya: kegiatan jasmani
yaitu dengan olah raga yoga. Berlatih yoga secara teratur untuk para penderita
diabetes. Latihan yoga menyebabkan otot otot untuk menyerap kelebihan
glukosa dalam darah. Yoga membantu pankreas dan hati untuk berfungsi secara
efektif, dengan jalan mengatur kadar gula darah. Gerakan gerakan yoga yang di
lakukan adalah gerakan yoga yang bertujuan untuk merangsang fungsi kerja
pankreas. Fungsi gerakan gerakan tersebut akan meningkatkan aliran darah ke
pankreas, meremajakan sel sel organ dan meningkatkan kemampuan pankreas
untuk memproduksi insulin ( widya, 2015,h. 113 )
Olah raga yoga sering di samakan dengan senam anggapan tersebut tidak
sepenuhnya salah, sebab yoga induk dari senam serta berbagai jenis beladiri,
tarian musik, nyanyian. Yoga berasal dari bahasa sansekerta “yuj” yang artinya
menghubungkan atau menyatukan secara horizontal berarti menyatukan
badan,pikiran, hati, dan jiwa dalam keselarasan yang alami. Sedangkan dalam
arti vertical berarti menyatuan kesadaran diri kita dengan tuhan yang maha
kuasa. Menurut rachman sani ( 2012 ) yoga adalah salah satu filsafat hidup yang
di latar belakangi oleh pengetahuan yang universal, yakni pengetahuan tenang
seni pernafasan, anatomi tubuh manusia, pengetahuan bagaimana cara mengatur
pernafasan yang di setai senam atau gerak anggota badan, bagaiaman cara
melatih konsentrasi, menyatuan pikiran.
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 25 september 2017 di desa
karangdukuh jogonalan klaten dari hasil wawancara 6 orang yang menderita
diabetes militus belum mengetahui yoga hatha untuk penurunan gula darah.
Dari uraian fenomena di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
yaitu “ pengaruh latihan yoga hatha terhadap penurunan kadar glukosa pada
penderita diabetes militus di desa karangdukuh jogonalan klaten.
B. MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang telah di susun maka dapat di rumuskan
masalah penelitian adalah “ apakah ada pengaruh latihan yoga hatha terhadap
penurunan kadar glukosa pada penderita diabetes militus di desa karangdukuh
jogonalan klaten?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh
terapi“ pengaruh latihan yoga hatha terhadap penurunan kadar glukosa pada
penderita diabetes militus di desa karangdukuh jogonalan klaten.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Mendeskripsikan karakteristik responden menurut jenis kelamin, umur,
pendidikan, dan pekerjaan di desa karangdukuh jogonalan
b. Mendeskripsikan kadar glukosa pada penderita diabetes militus sebelum dan
setelah di berikan latihan yoga di desa karangdukuh jogonalan klaten.
c. Menganalisis pengaruh latihan yoga terhadap penurunan kadar glukosa pada
penderita diabetes militus di desa karangdukuh

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi perawat
Memberikan masukan kepada pendidikan keperawatan khususnya
keperawatan komunitas dalam rangka pemahaman konsep hubungan senam
yoga hatha terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes
militus, sehingga dapat menyusun strategi ynag tepat dalam rangka
memberikan penyuluhan kepada penderita diabetes militus tentang masalah
kadar gula darah yang tinggi.
2. Bagi klien / masyarakat
Dapat memberikan masukan kepada masyarakat tentang efektifitas
latihan yoga hatha terhadap penurunan kadar gula darah, sehingga
masyarakat akan lebih mudah melakukan tindakan penurunan gula darah
E. KEASLIAN PENELITIAN
Beberapa penelitian yang membahas tentang kepatuhan diet penderita diabetes
militus diantaranya sebagai berikut:
1. Nur fatia ( 2012 ) universitas andalas padang dengan judul “ perbedaan
pengaruh senam aerobik dan yoga terhadap penurunan kadar gula darah pada
pasien diabetes militus tipe II di poliklinik khusus penyakit dalam RSUP
M.DJAMIL padang tahun 2012” metode penelitian quasi-eksperimen dengan
pendekatan non equivalen comparason group pre test-posttest design.
Variabel bebas: senam aerobik dan yoga, variabel terikat: penurunan kadar
gula darah. Hasil penelitian menunjukkan penurunan rata rata kadar gula
darah dengan senam aerobik adalah 32 mg/dl dan penurunan rata rata dengan
yoga adalah 47,7 mg/dl. Hasil uji statistik kelompok eksperimen dan
pembanding di dapatkan nilai p=0,038 ( p<0,05 ) yang berarti senam aerobik
dan senam yoga dapat menurunkan kadar gula darah psien diabetes militus
tipe II. Perbedaan penelitian variabel, metode dan subyek penelitian.
2. Erna setiowati ( 2016 ) “ pengaruh latihan hatha yoga terhadap kadar nitric
oxide pada penderita diabetes militus tipe 2” angka kesakitan dan kematian
akibat diabetes militus di indonesia cenderung berfluktuasi setia tahunya.
Tujuan penelitian untuk mengetahui latihan yoga hatha terhadap peningkatan
kadar nitric oxide ( NO ) Pada penderita diabetes militus tipe 2. Metode
penelitian adalah experimental dengan pre-post with control group design.
Sebanyak 34 subyek diabetes militus yang berusia 45-75 tahun di bagi
menjadi 2 kelompok secara acak. Kelompok 1 melakukan 18 kali latihan
dengan frekuensi tiga kali seminggu selama 6 minggu dengan durasi 45
menit setiap sesi. Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna
kadar NO setelah intervensi antara kedua kelompok ( p=0,856 ) terdapat
perbedaan bermakna pada perubahan glukosa darah puasa( p=0,00) dan
glukosa darah 2 jam post pranial ( p=0,010 ) antara kedua kelompok , dengan
perubahan pada kelompok intervensi lebih baik dari pada kelompok kontrol.
Latihan hatha yoga terbukt dapat memberikan pebaikan perubahan kadr
glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam post prandial namun dampak
pada kadr NO belum terbukti.
Perbedaan penelitian terletak pada judul penelitian yaitu ada pengaruh
latihan yoga hatha terhadap penurunan kadar glukosa pada penderita diabetes
militus di desa karangdukuh jogonalan klaten. Metode penelitian case
control pengukuran variabel dependen pengaruh latihan yoga hatha , variabel
independen penurunan kadar gula darah. Populasi dalam penelitian 22 orang
dengan sampel sebanyak 22 responden masing masing. Populasi dalam
penelitian adalah penderita diebetes militus yang berjumlah 22 penderita
diabetes militus. Pengambilan sampel dalam penelitian di tentukan
berdasarkan pertimbangan peneiti dengan menggunakan kriteria inklusi yang
berjumlah 22 orang. Dengan pengambilan sampel total sampling, tempat
penelitian di laksanakan di dukuh karangdukuh jononalan klaten
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Militus

1. Pengertian
Diabetes militus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang di sebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin absolute maupun relatif ( soegondo, dkk,
2009 )
Menurut ADA ( american diabetes militus , ( 2010 ) diabetes militus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua duanya.
Diabetes militus adalah penyakit kronis progresif yang di tandai
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,
lemak, protein, mengarah ke hiperglikemia ( kadar glukosa darah tinggi )
2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes militus soegondo, dkk ( 2013 )
a. Tipe I : Diabetes militus tergantung insulin ( IDDM )
b. Tipe II : Diabetes militus tidak tergantung insulin ( NIDDM )
c. Diabetes militus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya
d. Diabetes militus gestasional ( GDM )
3. Faktor resiko DM
Sudah lama di ketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan
artinya bila orang tua menderita diabetes militus, anak anaknya
kemungkinan akan menderita diabetes juga. Selain faktor keturunan,
faktor resiko atau faktor pencetus diabetes militus adanya infeksi virus
( pada diabetes militus ), kegemukan, faktor resiko atau faktor pencetus
diabetes militus adalah adanya infeksi virus ( pada diabetes tipe 2 )
kegemukan, pola makan yang salah, minum obat yang dapat menaikkan
kadar gula darah, proses menua, stress dan lain lain soegondo, 2009 )
4. Etiologi
a. Tipe I : diabetes militus tergantung insulin ( IDDM )
1) Faktor genetik
Penderita diabetes militus tidak mewarisi diabetes militus
tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecenderungan genetik kearah suscepbility ( rentan ). Adanya
kekurangan asam aspartat pada posisi 57 dan rantai HLA
( Human Leucocyte Antigen ) yang merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses
imun lainnya sehingga menyebabkan orang itu menjadi rentan
terhadap timbulnya diabetes militus tipe 1
2) Faktor imunologi
pada diabetes militus tipe 1 terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal di mana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel βpancreas
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet di mana
pemasukan karbohidrat dan gula yang di proses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan
b. Tipe II : Diabetes militus tidak tergantung insulin ( NIDDM )
bervarisi, mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai
difisiensi insulin relatif, sampai yang dominan efek sekresi insulin di
sertai defesiensi insulin. Insulin pada diabetes militus tipe II yaitu :
1) Obesitas terutama yang bersifat sentral ( bentuk apel )
2) Diit tinggi lemak dan rendag karbohidrat
3) Kurang gerak badan
4) Faktor keturuanan
c. Diabetes militus tipe lain : defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, infeksi, karena obat
atau zat kimia ( soegondo, dkk, 2013 )
5. Patofisiologi
Pengolahan makan di mulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus, di dalam saluran pencernaan karbohidrat di pecah
menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam
lemak. Ketiga zat makanan itu akan di serap oleh usus kemudian masuk
dalam pembuluh darah dan di edarkan ke seluruh tubuh untuk di gunakan
oleh organ organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Agar dapat
berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus masuk dahulu ke
dalam sel supaya dapat di olah. Di dalam sel, zat makanan terutama
glukosa di bakar melalui proses kimia yang rumit, proses ini di sebut
metabolisme ( suyono, 2009 )
Pada diabetes militu tipe 2 jumlah insulin normal, bahkan lebih
banyak tetapi jumlah reseptor ( penangkap ) insulin yang terdapat di
permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan
sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel, yang jumlahnya lubang
kunci kurang, sehingga meskipun anak kuncinya ( insulin ) banyak tetapi
lubang ( reseptor ) kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel akan
sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar ( glukosa ) dan kadar
glukosa di dalam pembuluh darah meningkat. Keadaan ini serupa dengan
diabetes militus tipe 1. Perbedaan adalah pada DM tipe 2 di sampaikan
kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Kedaan ini di
sebut resistensi insulin. Penyebab resistensi insulin pada DM tipe 2
sebenarnya tidak begitu jelas, faktor faktor seperti obesitas, diit tinggi
lemak dan rendah karbohidrat, kurang bergerak, faktor keturunan banyak
berperan (suyono, 2009 )
6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinis diabetes adalah rasa haus yang berlebihan
sering kecing terutama malam hari, banyak makan serta berat badan
turun, di samping iti kadang kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada
jari dan tangan dan kaki, cepat lapar, gatal gatal, penglihatan jadi kabur,
gairah seks menurun, luka sekar sembuh ( soegondo dkk, 2013 )
7. Komplikasi
Komplikasi diabetes militus menurut hasdianah, ( 2012 ) adalah berupa
komplikasi akut dan komplikasi kronis jangka panjang.
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia
Meruapakan gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa, kadar gula darah turun drastis sehingga kurang dari 60
mg/ 100 ml. Ini bisa di sebabkan oleh konsumsi obat anti
diabetes dalam dosis tinggi baik dalam bentuk tablet maupun
dengan suntikan insulin ( overdosis obta antidiabetes ), makan
terlalu sedikit ( asupan kalori tidak memadai ), atau terlambat
makan, olah raga atau latihan fisik yang berlebihan ( atun, 2010 )
2) Hiperglikemia
Hipperglikemia adalah keadaan ketika kadar gula darah
melonjak secara tiba tiba. Keadaan ini bisa di sebabkan antara
lain oleh stress, infeksi dan konsumsi obat obatan tertentu.
Hiperglikemia di tandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia,
kelalahan yang parah dan pandangan kabur ( saraswati, sylvia,
2009 )
3) Ketoasidosis diabetic ( KAD )
Adalah komplikasi akut diabetes militus yang serius dan
harus segera di tangani. Pada diabetes dengan kadar gula darah
yang terlalu tinggi dan kadar hormon insulin yang rendah, tubuh
tidak dapat menggunakan glukosa sebagai energi. Sebagai
gantinya tubuh akan memecah lemak untuk sember energi.
Pemecahan lemak tersebut kemudian menghasilkan benda benda
keton dalam darah ( ketosis ). Ketosis inilah yang menyebabkan
derajat keasaman PH darah menurun ( asidosis ). Kedua hal
tersebut lantas di sebut ketoasidosis ( nabyl, 2009 )
4) Hiperglikemik non-ketolik ( HNK )
HNK di tandai dengan hiperglikemia berat non ketotik atau
ketotik dan asidosis ringan. Pada keadaan lanjut dapat
mengalami koma. Koma hiperglikemia non ketotik merupakan
suatu sindrom yang di tandai hiperglikemik berat, hiperosmolar,
dehididrasi berat tanda ketoasidosis di sertai menurunnya
kesadaran ( nabyl, 2009 )
b. Komplikasi kronik
Komplikasi kronik pada diabetes militus di sebabkan oleh
tingginya konsentrasi glukosa darah dan berperan menyebabkan
morbiditas dan mortalitas penyakit. Komplikasi tersebut adalah
komplikasi mikrovaskular dan makrovakuler ( corwin, elizabeth,
2009 )
a. Komplikasi mikrovaskuler
Mikrovaskuler di sebut mikroangiopati adalah penyakit yang
terjadi pada pembulh darah kecil ( atun, 2010 )
a) Penyakit ginjal ( nefropati diabeticum )
Salah satu akibat utama dari perubahan peruabahan
mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi
ginjal, bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka
mekanisme filterasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine
( smeltzer & bare 2008 ). Kelaianan yang terjadi pada ginjal
penderita diabetes di mulai dengan adanya
mikroalbuminuria, dan kemudian berkembang menjadi
proteinuria secara klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi
laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal
ginjal yang memerlukan pengelolaan dengan pengobatan
( waspadji, 2007 )
b) Penyakit mata ( retinopati diabeticum )
Penderita diabetes militus akan mengalami gejala
penglihatan sampai kebutaan, keluhan penglihatan kabur
tidak selalu di sebabkan neuropati. Katarak di sebabkkan
karena kerusakan pada retina karena tidak mendapat
oksigen. Ini menyebabkan pembengkakan pada lensa dan
kerusakan lensa ( smeltzer & bare, 2008 )
c) Neuropati diabetik
Neruor diabetes di sebabkan oleh hipoksia kronik sel sel
saraf, termasuk komponen sensorik dan motorik di visi
somatik dan otonom. Sel sel penunjang saraf menggunakan
metode alternatif untuk menangani beban peningkatan
glukosa kronik, yang menyababkan demielinisasi segmental
saraf saraf perifer. Demielinisasi penyebabkan perlambatan
hantaran saraf dan berkurangnya sensitivitas ( corwin,
elizabet, 2009 )
d) Kaki diabetik
Penderita diabetes perlu memberikan perhatian lebih
terhadap kesehatan kaki, karena diabetes dapat menimbulkan
komplikasi yang di kenal dengan isntilah kaki diabetik.
( nabyl, 2009 )
b. Komplikasi makrovaskuler
Menurut atun, ( 2010 ) makrovaskuler di sebut makropati
adalah penyakit pada pembuluh darah besar dan sedang yang
menyerang pembuluh darah jantung ( penyakit jantung koroner )
, pembuluh darah kaki, pembuluh darah otak ( penyakit strok )
a) Penyakit jantung koroner ( PJK )
Akibat kelianan fungsi pada jantung akibat diabetes
militus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah
naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah
menyebabkan mengerasnya arteri ( aterosklerosis ) dengan
resiko PJK atau stroke( corwin, elizaveth, 2009 )
b) Pembuluh darah kaki
Timbulnya karena adanya anesthesi fungs saraf saraf
sensorik, keadaan ini menyebabkan gangrene infeksi di
mulai dari celah celah kulit yang menebal dan halus,
demikian juga pada daerah yang terkena trauma ( corwin,
elizabeth, 2009 )
c) Pembuluh darah ke otak
Terdapat kelaianan pada pembuluh darah otak sehingga
aliran darah akan menuju ke otak terhenti yang dapat
menimbulkan kematian sebagian otak secara mandadak
( nabyl, 2009 )
8. Penatalaksanaan diabetes millitus
Dalam penatalaksanaan diabetes militus waspadji ( 2007 ) terdapat
empat pilar utama pengelolaan diabetes militus yaitu :
a. Edukasi ( penyuluhan )
Tujuan dari pemberian penyuluhan adalah untuk meningkatkan
pengetahuan diabetes militus tentang penyakit dan pengelolaannya,
yaitu merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan
mencegah komplikasi lebih lanjut. Pemberdayaan penyandang
diabetes militus memerlukan partisipasi aktif dari penderita, keluarga
dan masyartakat. Tim kesehatan mendampingi psien dalam menuju
perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan
perilaku, di butuhkan edukasi
b. Perencanaan makanan ( diet )
Menurut hasdianah ( 2012 ) tujuan diet pada diabetes militus
adalah mempertahankan atau mencapai berat badan ideal,
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah
komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup.
Komposisi makanan yang dianjurkan adlah dengan komposisi
seimbang yaitu yang mengandug karbohidrat ( 45-60 % ), protein
( 10-15 % ), lemak ( 20-25 % ), garam ( < 3000 mg atau 6-7 gr
perhari ), dan serat ( ± 25 g/hari ).
Jenis buah buahan yang di anjurkan adalah golongan B ( salak,
tomat dan lain lain ) dan yang tidak di anjurkan golongan A ( nangka,
durian, dan lain lain ) sedangkan sayuran yang di anjurkan golongan
A ( wortel, nangka muda, dan lain lain) dan yidak di anjurkan
golongan B ( taoge, terong dan lain lain ) Terapi gizi medis ( TGM )
merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes militus secara total.
Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim ( dokter gizi, petugas kesehatan yang lain dan penderita
itu sendiri ).
Menurut smeltzer & bare ( 2008 ) yang juga mengutip dari american
diabetes association ( ADA ) bahwa perencanaan makan pada
penderita diabetes militus meliputi :
a) Memenuhi kebutuhan energi pada penderita diabetes militus.
b) Terpenuhinya nutrisi yang optimal pada makanan yang di sajikan
seperti vitamin dan mineral.
c) Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil.
d) Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena
pada penderita diabetes militus juga serum lipid menurun maka
resiko komplikasi penyakit makrovaskuler akan menurun
e) Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi
kompliksai yang dapat di timbulkan dari diabetes militus
c. Pengobatan
pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang
benar, olah raga yang teratur dan obat obatan yang di minum atau
suntikan insulin. Penderita diabetes tiper 1 mutlak di perlukan
suntukan insulin setiap hari. Penderita diabetes tipe 2, umumnya
penderita perlu minum obat antidiabetes secara oral atau tablet.
Penderita diabetes memerlukan suntikan insulin pada kondisi tertentu
atau bahkan kombinasi suntikan dan tablet ( perkeni, 2011 )
d. Latihan jasmani
Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin,
mencegah memperbaiki aliran darah, mernagsang pembentukan
glikogen baru dan mencegah kompliksi lebih lanjut. Kegiatan jasmani
sehari hari dan latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit ), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes militus. Kegiatan sehari hari seperti berjalan
kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap di lakukan.
Selain untuk menjaga kebugaran, latihan jasmani dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang di
anjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperi jalan
kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani.
Penderita yang reatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa di
tingkatkan, sementara yang sudah mendapat kompliksi diebetes
militus dapat di kurangi ( perkeni, 2011 ).
9. Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah
Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah naik menurut suyono,
( 2007 ) yaitu olahraga, bertambahnya jumlah makanan yang
dikomsumsi ( asupan makanan ), meningkatnya stress, usia serta dampak
perawatan dari obat.
a. Olahraga
Suyono (2007 ) menjelaskan, olahraga secara teratur dapat
mengurangi resistensi insulin sehingga dapat di pergunakan lebih
baik oleh sel sel tubuh. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan aktivitas fisik ( setiap 30 menit/hari ) dapat mengurangi
resiko diabetes dan untuk membakar lemak dalam tubuh. Penelitian
llyas ( 2007 ) menjelaskan latihan fisik dapat meningkatkan jaringan
terhadap insulin, pada penderita diabetes tipe I peningkatan
sensitifitas jaringan insulin tersebut dapat mengurangi kebutuhan
insulin, sedangkan diabetes tipe II peningkatan sensitifitas tersebut
sangat penting dalam regulasi kadar gula darah.
b. Asupan makanan
Asupan makanan terutama melalui makanan berenergi tinggi atau
kaya karbohidrat dan serat yang rendah dapat menggangu stimulasi
sel sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Asupan lemak
dalam tubuh juga perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh
terhadap kepekaan insulin. Suyono ( 2007 disitasi oleh qurratueni,
2009 ) menjelaskan, untuk mempertahankan kadar gula darah
mendekat normal dapat dilakukan dengan asupan makanan yang
seimbang sesuai dengan kebutuhan.
c. Stress
stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah karena stress
menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin yang
mempunyai efek efek yang sangat kuat dalam menyebabkan
timbulnya proses glikogenesis dalam hati sehingga akan melepaskan
sejumlah besar glukosa ke dalam darah beberapa menit. Hal ini yang
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah pada saat stress atau
tegang. Penyakit ini hanya bisa dikendalikan seperti penyakit jantung,
strok, disfungsi ereksi, gagal ginjal dan kerusakan system sarah
( suyono,2007 )
d. Usia
Semakin bertambah usia 40- 60 perubahan fisik dan penurunan
fungsi tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi berlebih dan
kegemukan yang memicu timbulnya penyakit degenratif termasuk
diabetes militus ( suyono, 2007 )
e. Penggunaan obat
Penggunaan obat yaitu kadar glukosa darah juga dapat
dipengaruhi oleh penggunaan obat hiperglikemia oral maupun
insulin. Mekanisme obat dalam menurunkan kadar glukosa darah
antara lain dengan merangsang kelenjar pankreas untuk
meningkatkan produksi insulin, menurunkan produksi insulin
menurunkan produksi dalam hepar, menghambat pencernaan
karbohidrat sehingga dapat mengurangi absorsi glukosa dan
merangsang reseptor ( suyono,2007 )
B. Gula darah
Gula darah di proses dari sumber sumber makanan yang mengandung
karbohidrat. Ketika karbohidrat masuk didalam tubuh, ia akan diproses dan akan
menghasilkan gula darah. Gula darah diserap kedalam aliran darah dan
didistribusikan bagi seluruh sel tubuh. Sel sel di dalam tubuh menyerab gula
darah dan mengambil tenaga yang di simpan di dalam molekul tersebut untuk
menjalani fungsinya. Ambang normal gula darah manusia adalah 60-120 mg/dl
pada waktu puasa dan di bawah 140mg/dl 2 jam sesudah makan. Kedua kondisi
yang disebut di atas, yaitu hiperglikemia dan hipoglikemia adalah gangguan
kadar gula darah ( sutanto,hh12-15 )
Kadar gula darah dipengaruhi oleh hormon inslin. Insulin mengangkut
glukosa dari darah ke dalam sel tubuh agar sel dapat menggunakan glukosa
sebagai energi atau makanannya. Tanpa adanya insulin, sel sel tubuh tidak bisa
memanfaatkan glukosa yang ada didalam darah. Insulin merupakan hormon.
Pada tubuh manusia yang di produksi oleh pancreas ketika kita mencerna
makanan dan pada saat glukosa dalam darah meningkat. Bila insulin tidak
bekerja sebagai mana mestinya, kadar gula darah akan meningkat yang akhirnya
bisa lolos dari proses di ginjal sehingga ikut terbawa kedalam air seni. Hal ini
dapat mengakibatkan munculnya gejala diabetes seperti sering buang air kecil
dan penurunan berat badan karena tubuh tidak dapat menggunakan energi dari
makanan. Jika di biarkan tidak terkendali diabetes bisa menyebabkan kadar gula
darah menjadi sangat tinggi, yang dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang
serius misalnya, diabetes atau bahkan kematian ( sutanto, hal 19-21 ).
Pemantauan status metabolik menyandang diabetes militus merupakan hal
yang sangat penting. Hal pemantauan tersebut digunakan untuk menilai manfaat
pengobatan dan sebagai pegangan penyesuaian diet, latihan jasmani dan obat
obatan untuk mencapai kadar gula ( glukosa ) darah senormal mungkin serta
terhindar dari berbagai komplikasi. Pemeriksaan glukosa darah secara berkala
memang penting untuk dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan sasaran terapi diabetes dan melakukan penyesuaian dosis obat,
bila sasaran belum tercapai ( nabyl 2012, hal 78 )
1. Pemeriksaan gula darah
Menurut ( riyadi, 2013 ), pemeriksaan gula darah pada pasien diabetes
antara lain:
a. Gula darah puasa ( GDO ) 70-110 mg/dl
b. Kriteria diagnostik untuk diabetes militus > 140 mg/dl paling sedikit
dalam dua kali pemeriksaan
c. Gula darah sewaktu >140mg/dl
d. Kortison menyebabkan kadar gula darah abnormal dan menurunkan
penggunaan darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi
diabetes militus kadar glukosa 140 mg.dl pada akhir 2 jam dianggap
sebagai hasil positif
e. Glycosatet hemoglobin
f. Berguna dalam memantau kadr gula darah rata rata selama lebih dari 3
bulan
g. Insulin serum puasa 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/dl, tidak
digunakan secara luas dalam klinik, dapat digunakan dalam diagnosa
banding hipoglikemia atau dalam penelitian diabetes.
2. Cara mengukur gula darah
Pengukuran gula darah dengan menggunakan glukometer di lakukan
dengan mengambil darah menggunakan lancet yang ditusukkan ke jari.
Darah yang menetes keluar diletakkan pada suatu strip. Strip tersebut
mengandung zat kimia tertentu yang dapat bereaksi dengan zat gula yang
terdapat pada darah. Setelah beberapa lama strip tersebut akan mengering
dan menunjukkan warna tertentu. Warna yang di hasilkan dibandingkan
dengan deret ( skala ) warna yang dapat menunjukkan kadar glukosa dalam
darah tersebut . selain membandingkan warna strip juga dilakukan
menggunakan alat khusu ( ramaidah, 2006 )
C. Yoga hatha
1. Pengertian
Hatha yoga adalah sistem pelatihan yang menggunakan berbagai teknik
membentuk sikap tubuh ( asana ) di sertai dengan teknik pernafasan
( pranayama ) guna mencapai suatu keseimbangan antara dua kekuatan yang
berbeda di dalam tubuh, seperti tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah,
tubuh bagian kiri, dan tubuh bagian kanan, tarikan nafas dan hembusan
nafas. Energi positisf dan energi negatif, dst.
Dengan berlatih hatha yoga secara teratur, maka kita akan terbebas dari
stress tubuh, pikiran negatif dan emosi. Juga akan memberikan dorongan
pada keseimbangan hormonal untuk perbaikan mental, spiritualdan
kesehatan secara maksimal. ranti F ( 2011 )
Hatha yoga terbagi menjadi banyak cabang, tetapi pada hakikatnya hatha
yoga memfokuskan pada teknik teknik:
a. Asana ( bentuk postur tubuh )
b. Pranayama ( teknik pernafasan )
c. Mudral ( segel ) relaksasi )
d. Meditasi
Sebagian besar aliran dan berbagai bentuk hatha yoga mengacu pada
unsur dasar yoga yang sama yaitu pada ilmu / ajaran ashtanga yoga
( depan tahap untuk memurnikan tubuh dan pikiran ) yang dapat diikuti
oleh seseorang praktisi yoga untuk menuju ke dalam suatu pencerahan.
Tahap-tahap ini diuraikan secara terperinci dalam kitap yoga sutra yang
di rancang oleh seorang ahli yoga terkenal bernama pantanjali.
2. Manfaat dari yoga hatha
a. Meningkatkan fungsi kerja endokrin (hormonal ) dalam tubuhm antara
lain:
1) Kelenjar pituitary, sebagai kordinator seluruh kelenjar, mengatur
kerja sel tubuh.
2) Kelenjar pineal, bersama dengan kelenjar adrenal pada masa
menopause
3) Kelenjar tiroid mengatur metabolisme tubuh
4) Kelenjar paratiroid, mengatur dan mempertahankan kalsium dalam
darah
5) Kelenjar tymus, bekerja untuk kekebalan tubuh.
6) Kelenjar pankeras, mengeluarkan 3 macam enzim pencernaan,
menghasilkan glukosa gula darah, mengahasilkan glukosa ( gula
darah ) menghasilkan insulin ( mengatur gula dalam darah )
menetralkan asam lambung yang masuk ke usus 12 jari
7) Kelenjar adrenal, menstimulasi persendian glukosa dalam lever,
menambahkan produksi hormon estrogen/ endrogen.
8) Kelenjar estrogen, mengatur kalsium dalam tulang.
9) Kelenjar progesteron, merangsang pembentukan tulang.
b. Meningkatan sirkulasi darah keseluruhan sel tubuh dan otak. Dengan
berlatih postur yoga dan teknik pernafasan maka aliran darah akan
terkonsentrasi ke bagian tubuh tertentu.
c. Meningkatkaan kapasitas paru paru saat bernafas
d. Meningkatkan fleksibiliti otot otot tubuh dan persendian serta
menguatkan tulang
e. Rehabilitas postur tubuh menjadi tegap dan simetris
f. Detokdifikasi
g. Regenerasi dan revitalitasasi sel sel tubuh
h. Memperlambat penuaan
i. Memurnikan saraf pusat yang terdapat di tulang belakanga
j. Relaksasi
k. Meningkatkan konsetrsi, meningkatkan rasa percaya diri dan
kemampuan untuk selalu berfikir positif ranti F ( 2011 )
3. Prinsip latihan yoga hatha
a. Berlatiha dengan benar dan tepat a( asana atau sikap tubuh ) bertujuan
untuk membantu melenturkan persendian menguatkan tulang,
mentimulasi sirkulasi darah, meningkatkan pemusatan pikiran dan daya
konsentrasi yang akan memperngaruhi kelenjar endokrin, melatonin
b. Pernafasan yang benar ( pranama atau teknik pernafasan ),
meningkatkan asupan oksigen dan energi ( prana ) ke dalam tubuh dan
menjadi pendorong bagi pembaharuan dan revitalitas sel sel tubuh.
Membantu membuat tubuh dan pikiran menjadi stabil.
c. Relaksasi yoga yang tepat ( savasana ), melepaskan ketegangan dan
racun dalam tubuh, cara untuk mengendalikan berbagai otot dan saraf,
merevitalisasi organ organ dalam tubuh, meregerasi sel sel tubuh,
meningkatkan energi dalam tubuh
d. Berfikir positiif dan meditasi
Dapat membantu mengendalikan emosi, menurnikan pikiran dan
meningkatkan rasa percaya diri. Meditasi mambantu kita untuk
menenangkan pikiran sehingga kita dapat menghubungi diri abadi kita
dan menemukan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati tidak tergantung
pada suatu materi.
e. Pola makan, dengan pola makan seimbang, cukup akan asupan nutrisi
yang di butuhkan oleh tubuh akan meningkatkan kesehatan yang
menyeluruh. (ranti F( 2011 )
4. Peran yoga sebagai pilar manajemen diabetes
Latihan fisik merupakan bagian dari pilar utama penanganan diabetes militus
selain edukasi, obat, dan diet. Latihan yang direkomendasikan oleh world
health organization ( WHO ) merupakan kombinasi dari jenis latihan
aerobik, kekuatan dan keseimbangan jenis jenis latihan ini mempunyai
manfaat yang berbeda antara lain:
a. Latihan yoga bermanfaat untuk meningkatkan keadekuatan peredaran
darah yang berguna untuk mencapai komplikasi vaskular diabetes
militus. Contoh latihan aerobik untuk penderita diabetes militus adalah
senam kaki diabetes
b. Latiahn kekuatan bermanfaat untuk meningkatkan pengeluaran sitokin
II-6 yang berperan meningkatkan sensitivitas insulin di sel obat. Selain
itu, jenis latihan ini juga meningkatkan massa otot sehingga
meningkatkan kapasitas simpanan glikogen yang berperan dalam kontrol
kadr gula darah.
c. Latihan keseimbangan di perlukan untuk mencapai dan mengatasi
gangguan persyarafan pada penderita diabetes militus.
Oleh karena itu manfaat klinis dri latihan hanya di rasakan 24-48
jam saja, perlu do lakukan stimulasi ( latihan ) ulang untuk mendapatkan
manfaat dari latihan fisik tersebut. Hal ini tentu menurunkan minat
penderita diabetes militus untuk menjalani latihan secara teratur. Oleh
karena itu, di butuhkan modifikasi model latihan fisik agar penderita
terdorong untuk berlatih secara berkelanjutan. Salah satu modifikasi
latihan fisik untuk penderita diabetes militus adalah yoga. Hal ini
karena yoga merupakan olah raga dengan konsep menyeluruh yang
menghubungkan berbagai aspek seperti gerakan ( asana dan medras ),
latihan pernafasan ( pranayama ) konsentrasi dan relaksasi ( asana ),
yoga mencakup latihan aerobik, kekuatatan maupun keseimbangan yang
sesuai dengan jenis latihan yang di rekomendasikan pada penderita
diabetes militus. Hal ini berarti yoga secara sosio – psikologis
berpotensial untuk di persepsi dengan lebih baik daripada senam
diabetes yang sudah ada sehinga menimbulkan ketidakpatuhan latihan
fisik.
5. Tahap pelaksanaan latiahan yoga hatha
Menurut ( ranti F. 2011 ) ada beberapa gerakan yoga untuk pasien diabetes
militus.
a. Pemanasan
1) Duduk luruskan kaki, lalu letakkan tangan di samping pantat
tegakakn badan
2) Kedua tangan di tempelkan di lutut
b. Inti
1) Tarik nafas dengan kedua ibu jari kaki saling bersentuhan. Letakkan
kedua telapak tangan di depan dada dengan posisi namast ( salam ).
Manfaat dari psotur ini, memperbaiki keseimbangan dan daya
fokus, kemantapan tubuh dan meningkatkan vitalitas.
2) Hastasana / posisi menarik lengan ke atas kepala
Tarik nafas, sambil menggerakkan kedua belah tangan ke atas
kepala hingga kedua lengan lurus di samping telinga dan
melengkungkan tulang punggung ke belakan.
Manfaat dari postur ini, melatih kelenturan tulang belakang,
menghilangkan kelebihan lemak di sekitar perut dan dada,
mensimulasi system saraf yang berada di tulang belakang dan leher.
Fokus penekanan pada kelenjar paratiroid dan kelenjar adrenal
3) Padahastasana/ posisi sejajar lengan.
Hembusan nafas, dan bungkukkan tubuh hingga kepala menyentuh
kaki, dada menempel di kaki, letakkan kedua telapak tangan di
lantai
Manfaat dari postur ini, memanjangkan tulang punggung, melatih
otot rusak, meregangkan pinggul dan urut lutut, memperindah
bentuk kaki dan menghilangkan lemak di kaki, fokus pada penekan
kelenjar tiroid, kelenjar estrogen dan kelenjar progresteron.
4) Ashawasana / posisi menyerang
Tarik nafas, dorongkan kaki kanan lurus ke belakang, kaki di tekuk
hingga paha depan menempel di perut.
Manfaat dari postur ini, meregangkan paha atas, memperindah
bokong, memijat organ dalam untuk mendorong system
pembuanga. Fokus penekanan pada kelenjar pankreas
5) Adho mukha svanasana/ posisi downward facing dog
Hembusan nafas, dorong kaki kiri lurus ke belakang sejajar dengan
kaki kanan, luruskan kedua siku lengan dan angkat bokong ke atas
hingga membentuk huruf “V” terbalik.
Manfaat dari postur ini, melemaskan otot leher dan bahu,
meregangkan urat paha hingga betis, melatih dan menguatkan
seluruh tubuh, merangsang gerak peristaltik dari usus, memperbaiki
system pencernaan, mencegah sembelit, mentimulasi alirah darah ke
otak, fokus penekanan pada kelenjar pituitary dan pineal.
6) Chaturanga/ posisi papan
Tarik nafas, dorongkan tubuh ke depan sejajarkan kedua bahu
dengan telapan lengan, tubuh hingga kaki lurus ke belakang,
kencangkan seluruh otot tubuh
Manfaat dari postur ini, menguatkan kedua pergelangan tangan dan
otot bahu, mengencangkan otot perut
7) Chaturanga dandasana/ posisi papan sejajar
Hembusan nafas, turunkan tubuh perlahan hingga seluruh tubuh
menempel di lantai.
Manfaat dari psotur ini, melatih kekuatan tubuh bagian atas
8) Bhujangasana / posisis cobra
Tarik nafas, angkatan tubuh bagian atas, lengkungkan tulang
punggung ke belakang,tengadahkan padangan, tubuh bagian bawah
tetap menempel di lantai
Manfaat dari postur ini, melatih dan menguatkan tulang belakang,
dasar tulang panggul dan otot pinggang serta otot perut,
menghilangkan lemak yang ada di daerah perut, dada dan paha,
mentimulasi sistem pencernaan dan memperlancarkan sistem ginjal.
Fokus penekanan pada kelenjar tymus dan solar plevus.
9) Adho mukha svanasa
Hembusan nafas dorongan bokong ke atas, luruskan kedua tangan
dan kaki hingga membentuk huruf “V” terbalik kembali.
10) Padahastasana
Tarik nafas angkat tubuh serta kedua telapak tangan lurus di atas
kepala, lengkungkan tulang punggung ke belakang
11) Hastasana
Tarik nafas angkat tubuh serta kedua telapak tangan lurus di atas
kepala, lengkungkan tulang punggung ke belakang
12) Tadasana
Hembusan nafas turunkan kedua kepala tepalak tangan menuju
dada
c. Penutup
1) Tidur terlentang telapak tangan menghadap ke atas, rilekskan badan
2) Agar tidak pusing ketika bangunmaka kibas kibaskan kedua tangan
dan kaki lalu tengok kekanan dan kiri kemudian kaitkan kedua
tangan lurus ke atas kepala, silangkan kaki melewati kaki kiri dan
sebaliknya, lalu bangun
6. Pengaruh senam yoga terhadap kadar glukosa darah
Faktor utama penyebab diabetes militus adalah genetik. Namun ada juga
faktor lain, yaitu kelebihan berat badan ( obesitas ) ( surya & harlinawati,
2006 ) menurut soegondo ( 2011 ) pada diabetes militus tipe II olahraga
berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Produksi insulin
umumnya tidak terganggu terutama pada awal penderita penyakit ini.
Masalah utama pada diabetes militus adalah kurangnya respon reseptor
terhadap insulin ( resistensi insulin ) . karena adanya gangguan tersebut
insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel. Kontraksi otot
memiliki sifat seperti insulin. Permeabilitas membran terhadap glukosa
meningkat pada otot yang berkontraksi. Pada saat berolahraga resistensi
insulin berkurang, sebaiknya sensitivitas insulin meningkat, hal ini
menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetes tipe II akan berkurang, respon
ini hanya terjadi setiap kali berolahraga tidak merupakan efek yang menetap
atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga dilakukan terus menerus dan
teratur.
Pada penelitian jangka panjang secara konsisten menemukan bahwa
semakin aktif kita berolahraga maka akan semakin mungkin kita terbebas
dari diabetes militus tipe II. Olahraga membuat tubuh beradaptasi dengan
mudah terhadap masalah yang terdampak pada penyakit kronis. Dengan
berolahraga secara teratur artinya kita membantu pancreas untuk bekerja
dengan lebih baik. Latihan fisik atau berolahraga juga meningkatkan
pengambilan gula darah oleh otot ( hananta, 2011 )
Menurut ( widya ,2015 ) berlatih yoga secara teratur sangat berguna
untuk para penderita diabetes. Latihan yoga menyebabkan otot otot untuk
menyerap kelebihan glukosa dalam darah, sehingga mengurangi tingkat gula
darah. Yoga membantu pankreas dan hati untuk berfungsi secara efektif,
dengan jalan mengatur kadar gula, gerakan gerakan yoga dilakukan adalah
gerakan gerakan yoga yang bertujuan untuk merangsang fungsi kerja
pankreas. Fungsi gerakan gerakan tersebut akan meningkatkan aliran darah
ke pankreas, meremajakan sel sel organ dan meningkatkan kemampuan
pancreas untuk memproduksi insulin.
Yoga sebagai salah satu bentuk latihan fisik yang efektif mengontrol
kadar gula darah. Pada diabetes militus tipe II pankreas menghasilkan insulin
tetapi sedikit, kurangnya produksi insulin membuat gula darah tidak bisa
masuk kedalam sel, sehingga kadar gula darah menjadi meningkat.
Pernafasan yoga yan membuat gerakan rurun – naik perut dengan gerakan
gerakan yoga sendiri akan menekan kerja pancreas. Hal ini membuat hormon
insulin menjadi aktif dan kerusakan pankreas lambat laun diperbaiki. Akibat
positif, tidak terjadi peningkatan kadar gula darah. Yoga dibutuhkan untuk
membakar kelebihan glukosa di dalam tubuh. Olahraga ini juga memacu
badan untuk lebih efektif menggunakan karbohidrat. Yoga yang dilakukan
secara teratur membantu penurunan berat badan ( surya & harlinawati,
2006 )
B. KERANGKA TEORI

DIABETES MILITUS

Tergantung insulin Tidak tergantung insulin

Faktor yang mempengaruhi :

1. Olahraga
2. Asupan makanan
3. Stress
4. Usia
5. Penggunaan obat

Yoga hatha
Penalatksanaan :

1. Edukasi
Sitokin 2. Diet
3. Pengobatan
4. Latihan jasmani
Glikogen

Penurunan kadar gula


darah

Gambar : kerangka teori

Sumber: soegondo ( 2013 ), suyono ( 2013 ), waspadji ( 2009 ), ranti F ( 2011 )


BAB lll

Metode penelitian

A. KERANGKA KONSEP

Latihan yoga hatha Penurunan kadar glukosa

Variabel penggangu:

1. Olahraga
2. Asupan makanan
3. Stress
4. Usia
5. Penggunaan obat

Keterangan :

: variabel yang di teliti

: variabel yang tidak di teliti

Gambar : kerangka konsep


B. HIPOTESIS
Notoatmodjo, ( 2010 ) hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari
pertanyaan penelitian. Biasany hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel bebas ( independent variabel ) dan variabel
terikat ( dependen variabel ) berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas,
maka hipotesis penelitian ini adalah:
Ha: ada pengaruh latihan yoga hatha terhadap penurunan kadar glukosa pada
penderita diabetes militus di desa karangdukuh jogonalan klaten
Ho: tidak ada pengaruh latihan yoga hatha terhadap penurunan kadar glukosa
pada penderita diabetes militus di desa karangdukuh jononalan klaten

C. JENIS DAN RANCANGAN


Penelitian menggunakan experimental yaitu suatu penelitian dengan
melakukan kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau
pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan. Percobaan yang di
gunakan berupa perlakuan atau intervensi terhadap suatu variabel ( notoatmodjo,
2010 )
Rancangan penelitian ini adalah one group pra post design, yaitu suatu
rancangan yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
satu kelompok subyek, kelompok subyek di observasi sebelum di lakukan
intervensi kemudian di observasi lagi setelah intervensi ( nursalam , 2008 ).
Bentuk rancangan penelitian ini dapat di gambarkan sebagi berikut:

01 X 011

Gambar : rancangan one-group pra post test design


Keterangan :
01 : observasi sebelum intervensi ( pengukuran kadar glukosa )
X : intervensi dengan latihan yoga hatha
011 :
observasi setelah intervensi ( pengukuran kadar glukosa )
D. Populasi dan sampel
1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kulaitas dan karakteritas tertentu yang di tetapkan oleh peneliti
untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya ( sugiyono, 2010 ).
Populasi pada penelitian ini adalah semua penelitian diabetes militus yang
bertempat tinggal di desa karangdukuh jogonalan klaten dengan jumlah
populasi sebanyak 22 orang.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh
populasi ( sugiyono, 2010 ). Teknik sampling yang di gunakan adalah
dengan purposive samping yaitu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antara populasi sesuai dengan kriteria yang telah di
tetapkan oleh peneliti ( nursalam, 2008 ). Jumlah sampel yang di peroleh
adalah 22 responden yang di ambil dengan subyek penelitian berdasarkan
pada kriteria ekslusi sebagai berikut :
a. Penderita DM berumur 40 tahun - 60 tahun
b. Kadar glukosa > 240 mg/dl dan < 100 mg/dl
c. Penderita diabetes militus yang mengalami kelumpuhan anggota gerak
d. Penderita diabetes militus yang buta dan tuli
e. Indikator THR >60%
f. Penderita DM yang mengalami decompresi, asma dan pernafasan serta
hipertensi
g. Penderita diabetes militus yang mengalami tanda tanda gangguan pada
ekstremitas bawah
E. Variabel penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik berat suatu
penelitian dan tidak pernah ketinggalan dalam setiap penelitian ( arikunto,
2010 ). Variabel pada penelitian ini terbagi atas :
1. Variabel independen ( variabel bebas )
Variabel independen adalah stimulus untuk menciptakan suatu dampak
pada dependen variabel ( nursamalm, 2008 ). Pada penelitian ini variabel
independen atau variabel bebasnya adalah latihan yoga hatha.
2. Variabel dependen ( variabel terikat )
Variabel dependen adalah variabel respon atau output akibat di
pengaruhi oleh variabel independen ( nursamalam, 2008 ). Pada penelitian
ini variabel dependen atau variabel terikatnya adalah kadar glukosa pada
penderita diabetes militus
3. Variabel confounding ( variabel perancu )
Variabel perancu adalah variabel yang nilainya ikut menentukan variabel
baik secara langsung maupun tidak langsung ( nursalam, 2008 ). Variabel
perancu pada penlitian ini olahraga secara teratur dapat mengurangi
resistensi insulin sehingga di pergunakan lebih baik oleh sel sel tubuh,
asupan makanan . adalah karena mayoritas responden memiliki aktivitas
bertani dan tidak di kendalikan, makanan berenergi tinggi atau kaya
karbohidrat dan serat yang rendah dapat menggangu stimulasi sel sel beta
pankreas dalam memproduksi insulin, stress dapat meningkatkan kandungan
glukosa darah karena stress menstimulus organ endokrin untuk
mengeluarkan ephinefrin yang mempunyai efek efek yang sangat kuat dalam
menyebabkan timbulnya proses glikogenesis dalam hati sehingga akan
melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam darah beberapa menit, usia
bertambahnya usia 40-60 perubahan fisik dan penurunan fungsi tubuh,
pennggunaan obat kadar glukosa darah juga dapat dipengaruhi oleh
penggunaan obat hiperglikemia oral maupun insulin.
F. Definisi Operasional
Agar variabel dapat di ukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur,
maka variabel harus di berikan batasan atau “definisi operasional” definisi
operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukur atau
pengamatan terhadap variabel variabel yang bbersangkutan serta pengembangan
instrumen ( notoatmodjo, 2010 )

Gambar :Definisi operasional

No Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Skala


dan kategori pengukur
1 Latihan Suatu latihan yoga hatha Lembar Nominal
yoga hatha pada penderita diabetes observasi
militus yang bertujuan
menurunkan kadar glukosa
darah, di lakukan selama
30 menit berlangsung
secara teratur 5 kali
seminggu dengan indikator
MHR ( Maxinum Heart
Rate ) 60 %

2 Kadar Angka atau nilai yang Hasil glukotets rasio


glukosa diambil dari glukotest pengukuran
pada sebelum dan sesudah kadar gula
penderita melakukan aktivitas yoga darah
diabetes hatha
militus

G. Tempat dan waktu penelitian


Lokasi penelitian ini adalah di desa karangdukuh jogonalan klaten, penelitian ini
di lakukan pada tanggal 18 september hingga 30 oktober 2017.

H. Etika penelitian
Etika penelitian adalah masalah yang sangat penting dalam penelitian,
mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan masunia, maka
segi etika penelitian harus diperhatikan. Etika penelitian ini merupakan etika
penelitian yang dikemukakan pollit & beck ( 2004 ) dalam hidayat 2014,
meliputi:
1. Persetujuan responden ( informed consent )
Persetujuan responden dalam penelitian ini di tandatangani oleh perawat
dan perawat memberitahu kepada peneliti tentang pasien yang diperbolehkan
untuk dilakukan penelitian
2. Tanpa nama ( anominity )
Anominity digunakan untuk menjaga kerahasiaan responden penelitian,
penelitian ini akan mencamtumkan kode responden dan tidak menulis nama
terang
3. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity )
Peneliti menghormati harkat dan martabat antara responden dan tidak
membedakan derajat setiap responden
4. Menghormati dengan kerahasiaan subyek (respect for privacy and
confidentiality)
Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

5. Menghormati keadilan dan inklusivitas ( respect for justice inclusiveness )


Penelitian ini tidak melakukan diskriminasi pada saat memilih
responden, peneliti juga menjaga perasaan antara kelompok yang tidak
dilakukan intervensi, kelompok yang tidak dilakukan intervensi di beri
perlakuan dengan memberikan tindakan berupa permainan musik dengan
balon
6. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm
and benefits )
Peneliti memperhitungkan manfaat dan kerugian dari penelitian yang
dilakukan dimana manfaat penelitian ini dapat dimanfaaatkan masrayakat
selaku responden untuk membantu proses penyembuhan
I. Instrumen penelitian
Intrumen penelitian adalah alat alat yang akan di gunakan untuk mengukur
nilai variabel yang di teliti ( sugiyono, 2010 ). Intrumen yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi untuk mencatat karakteristik responden
meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan, pelaksanaan latihan
yoga hatha serta kadar gula darah penderita diabetes militus yang bertempat
tinggal di desa sabrangkali karangdukuh jogonalan klaten. Kadar glukosa pada
penderita diabetes militus di lakukan pengecekan menggunakan alat alat
glukotets, stik, lanset dan kapas alkohol.
J. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data pda penelitian ini adalah
1. Dengan metode primer yaitu dengan cara mengambil data langsung dari
subyek penelitian yaitu melakukan pemilihan responden pemilihan
responden yang mengalami penderita diabetes militus.
2. Dalam melakukan pengumpulan data di awali dengan menentukan
responden yang telah ditentukan dalam kriteria eksklusi, kemudian peneliti
menjelaskan maksud serta tujuan penelitian dan di lanjutkan dengan
meminta persetujuan untuk turut berpartisipasi dalam penelitian.
3. Setelah persetujuan di capai maka responden di minta untuk menandatangani
informed concent yang sudah tersedia, selanjutnya di lakukan pre test dengan
mengukur kadar gula darah.
4. Setelah data diperoleh selanjutnya di lakukan kontrak waktu untuk
pelaksanaan latihan yoga hatha
5. Responden di lakukan intervensi dengan melakukan latihan yoga hatha
selama 30 menit secara rutin 5 kali seminggu.
6. Dalam pelaksanaan intervensi, responden dilakukan pengecekan kadar
glukosa setiap satu minggu untuk menghindari resiko akibat kadar gula yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah serta di lakukan pengecekan MHR setiap 15
menit. Apabila setelah 15 menit MHR sudah tercapai maka tetap di lakukan
yoga hingga batas waktu 30 menit.
7. Setiap hari terakhir latihan yoga hatha, hari berikutnya di lanjutkan dengan
pengukuran kadar gula darah yaitu dengan melakukan post test, di mana
peneliti mengukur kadar gula darah kepada responden langsung.

K. Metode pengolahan dan analisa data


1. Pengolahan data
a. Penyuntingan ( editing )
Penyuntingan yaitu memeriksa seluruh data yang terkumpul, apabila
data belum lengkap maka di lakukan pengkajian ulang pada responden
penelitian.
b. Pengkodean ( coding )
Yaitu memberikan tanda atau kode untuk memudahkan pengolahan
data.
c. Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah di
kumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel
kontigensim
d. Analisa data
Dalam melakukan analisa khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang di sesuaikan dengan tujuan
hendak di analisis.

2. Analisa data
a. Analisa univariat
Analisa univariat yaitu analisa yang di lakukan dengan tujuan untuk
menggambarkan distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel terikat (
sugiyono, 2010 ). Analisa univariat di lakukan dengan distribusi
frekuensi sebagai berikut :

Uji univariat

Gambar uji univariat

Variabel data Uji univariat


Umur Numerik Mean,min,max.± SD
Jenis kelamin Kategori Prosentasi
Pekerjaan Kategori Prosentasi
Kadar glukosa darah pada Numerik Mean, min-max.± SD
penderita diabetes militus
b. Analisa bivariat
Penelitian ini menggunakan nilai αsebesar 0,05 atau 5 % dan tingkat
kepercayaan penelitian ini 95 %. Pengujian analisa bivariat pada
penelitian ini di lakukan dengan langkah langkah sebagai berikut :
1) Melakukan uji normalitas data pada masing masing variabel
menggunakan uji shapiro wilcoxon untuk mengetahui kenormalan
data yang akan di analisa
L. Jalannya penelitian
Pelaksanaan penelitian di lakukan melalui tiga tahap yang di uraikan sebagai
berikut:
1. Tahap persiapan
Persiapan penelitian di mulai dengan menyusun proposal yang di lakukan
pada bulan September 2017 yang bertujuan memberikan rencana dan arah
dari peneliti. Setelah proposal di setujui. Kemudian di lakukan pengurusan
perijinan untuk melakukan penelitian dan kemudian di lanjutkan ke lokasi
penelitian
2. Tahap pelaksanaan
Setelah tahap persiapan selesai, maka pelaksanaan penelitian mulai di
lakukan pada bulan juli 2013, pada tahap pelaksanaan di lakukan
pengumpulan data oleh penelitian sendiri. Peneliti melakukan pengkuran
kadar gula darah penderita diabetes militus dengan cara mendatangi
responden dan membagikan informed consent dan persetujuan responden
untuk turut berpartisipasi dalam penelitian serta lembar observasi yang
langsung di isi oleh peneliti saat itu.
Setelah data gula darah di peroleh kemudian responden kelompok
perlakuan di berikan intervensi dengan melakukan latihan yoga hatha.
Latihan ini di lakukan setiap pagi seminggu 5 kali . Pada pelaksanaan
latihan yoga hatha di lakukan pengecekan MHR setiap 30 menit bertujuan
untuk menghitung denyut nadi responden. Responden di lakukan pengecekan
kadar glukosa setiap 2 minggu untuk menghindari resiko akibat kadar gula
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Selanjutnya pada hari terakhir setelah
selesai melakukan latihan yoga hatha pada hari berikutnya jam 09.00 WIB .
Peneliti melakukan pengukuran kadar gula darah( post test ) untuk
mengetahui apakah ada pengaruh latihan yoga hatha terhadap penurunan
kadar glukosa pada penderita diabetes militus.
3. Tahap akhir
Setelah pengumpulan dan pengolahan data selesai di lakukan. Peneliti
menyusun laporan penelitian. Kegiatan selanjutnya peneliti melakukan
perbaikan terhadap laporan penelitian, mengumpulkan laporan penelitian
kepada pihak pihak yang terkait serta mempertanggung jawaban hasil
penelitian di depan dewan penguji.

Anda mungkin juga menyukai