Anda di halaman 1dari 7

Nama : Risma Eka Nur Malia

NIM : P1337420419007

Presensi : 04

Tingkat : 3A

Resume Keperawatan Palliative

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual (World Health Organization (WHO), 2016).

Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif seperti
penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit pernapasan kronis
10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%.Pada
tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang membutuhkan
perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif berada pada
kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada
usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).

Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua Pasifik Barat 29%,
diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22% (WHO,2014). Benua Asia terdiri dari Asia
Barat, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara.Indonesia merupakan salah
satu negara yang termasuk dalam benua Asia Tenggara dengan kata lain bahwa Indonesia
termasuk dalam Negara yang membutuhkan perawatan paliatif.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi tumor/kanker di


Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang, diabete melitus 2.1%,
jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun
yaitu 3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES, 2016) mengatakan kasus HIV sekitar 30.935,
kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan 883.447 kasus penyakit jantung
dan penyakit diabetes sekitar 1,5% (KEMENKES, 2014).

Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola komplikasi penyakit


dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan perawatan psikososial bagi
pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka (Matzo & Sherman, 2015).Penyakit
dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan,
perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup (WHO,2016). Perawatan paliatif
meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan psikososial, emosional, dukungan spiritual; dan
kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain
sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan
dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan tim multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan
pasien dan keluarga mereka (Canadian Cancer Society, 2016).

Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwa kebutuhan pasien paliatif tidak
hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan yang dikenal
sebagai perawatan paliatif. Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual merupakan
kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasihsayang tehadap sesama maupun sang
penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan pertanyaan mengenai tujuan akhir tentang
keyakinan dan kepercayaan pasien (Margaret & Sanchia, 2016). Spiritual merupakan bagian
penting dalam perawatan, ruang lingkup dari pemberian dukungan spiritual adalah meliputi
kejiwaan, kerohanian dan juga keagamaan.

Kebutuhan spiritual tidak hanya dapat diberikan oleh perawat, melainkan dapat juga diberikan
oleh kelompok agama ataupun keluarga (Balboni dkk, 2013). Hidayat (2009) mengatakan
keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena
keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-
hari. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap,
tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga yang sakit
merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2010). Dukungan ini merupakan sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.

Susilawati (2015) mengatakan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang diperlukan (Susilawati,
2015). Adanya dukungan keluarga mempermudah penderita dalam melakukan aktivitasnya
berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa berbagi
beban, mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menghadapi
permasalahan yang sedang terjadi serta adanya dukungan keluarga akan berdampak pada
peningkatan rasa percayadiri pada penderita dalam menghadapi proses penyakitnya (Misgiyanto
& Susilawati, 2014).

Morris dkk (2015) menyatakan lebih dari 200.000 orang setiap tahun tidak mati di tempat yang
mereka inginkan. Selain itu terdapat 63% pasien paliatif menyatakan ingin di rawat oleh
keluarganya. Aoun dkk (2015) mengatakan jika dukungan yang diberikan keluarga terhadap
pasien paliatif tidak terpenuhi pasien akan merasa kesepian, tidak berharga dan merasa tidak
dicintai maka dari itu peran dari keluarga sangat dibutuhkan bagi pasien sehingga pasien merasa
diperhatikan, nyaman dan damai.
Harrop dkk (2014) mengatakan pasien paliatif lebih nyaman mendapatkan perawatan ataupun
bantuan dari keluarganya. Dimana bantuan ataupun dukungan yang didapatkan dari keluarga
dapat mengurangi beban psikososial dan spiritual pada pasien dengan perawatan paliatif (Hudson
dkk, 2014).

Perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang memiliki
penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup pasien serta
mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan memperhatikan aspek
psikologis dan spiritual.
Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit dan yang ditangani
bukan penderita, tetapi juga keluarganya. Tujuan perawatan paliatif juga memberikan dukungan
dan perhatian yang membantu hidup pasien menyenangkan selama masa sakit,sehingga bisa
menikmati sisa hidup pasien.
Tahun 2005 WHO tidak menempatkan palliative kepada pasien yang tidak punya harapan
sembuh,tapi diberikan kepada pasien sejak terdiagnosis awal.
Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan sesuai konteks budaya dan
sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.
Dimensi kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch , Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper
adalah kemampuan fisik dan fungsional dalam beraktivitas, kesejahteraan keluarga, ketenangan
spiritual, fungsi sosial, kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan), orientasi
masa depan, kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri dan fungsi dalam
bekerja.
Prinsip-prinsip Perawatan Paliatif adalah menghargai setiap kehidupan, menganggap kematian
sebagai proses yang normal, tidak menunda atau menunda kematian, menghargai keinginan
pasien dalam mengambil keputusan, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu,
mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga,
menghindari tindakan medis yang sia-sia, memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien
tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat, memberikan dukungan kepada keluarga
dalam masa duka cita.

Prinsip penting yang harus dipahami :


1. Gejala yang timbul.
2. Dukungan moril.
3. Kerjasama dari lingkungan.
4. Saran saran yang harus dipertinbangkan.
5. Memberikan harapan untuj mencapai tujuan.
Perawatan paliatif akan sangat berhasil ketika dilakukan saat masih fase dini atau terdiagnosa
dini
Pedoman Perawat Palliative Berdasarkan National Consensus Project For Quality Palliative Care
(NCP, 2013) pedoman praktek klinis untuk perawat palliative dalam meningkatkan kualitas
pelayanan palliative terdiri dari 8 domain diantaranya :
Domain 1 : structure and proses of care
Structure and proses of care merupakan cara menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan bagi
para profesional paliatif dalam memberikan perawatan yang berkesinambungan pada pasien dan
keluarga (De Roo et al., 2013; Dy et al., 2015). Adapun panduan bagi perawat paliatif dijelaskan
sebagai berikut :
a. Semua perawat harus menerima pendidikan tentang palliative care primer baik itu tingkat
sarjana, magister dan doctoral
b. Semua perawat harus diberikan pendidikan lanjut untuk palliative care primer
c. Semua perawat menerima orientasi palliative care primer yang termasuk didalamnya mengenai
sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam domain palliative care. Ini termasuk penilaian dasar
dan manajemen gejala nyeri,keterampilan komunikasi dasar tentang penyakit lanjut, prinsip
etika, kesedihan dan kehilangan keluarga, komunitas dan pemberi layanan.
d. Semua perawat harus mampu melakasanakan palliative care dengan kerjasama tim dari
multidisplin ilmu
e. Perawat hospice dan perawat palliative harus tersetifikasi dalam memberikan pelayanan
palliative care
f. Semua perawat harus berpartisipasi dalam inisatif memperbaiki kualitas layanan palliative care
g. Perawat hospice dan perawat palliative memperomosikan kontinuitas dalam palliative care
sesuai aturan kesehatan dan mempromisikan hospice sebagai pilihan (Ferrell et al., 2007; Ferrell,
2015). Domain 2 : Physical Aspect Of Care
Physical Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan untuk mengukur dan
mendokumentasikan rasa nyeri dan gejala lain yang muncul seperti menilai, mengelola gejala
dan efek samping yang terjadi pada masalah fisik pada pasien (De Roo et al., 2013; Dy et al.,
2015). Adapun panduan bagi perawat paliatif dijelaskan sebagai berikut:
a. Semua perawat harus mampu menilai nyeri, dyspnea dan fungsinya dengan menggunakan
pedoman yang konsisten pada pasien dengan penyakit lanjut yang mengancam jiwa
b. Semua perawat harus mendokumentasikan pedoman dan temuan dalam rencana asuhan
keperawatan
c. Semua perawat harus mengikuti jalur pengobatan berdasarkan bukti evident based nursing
untuk memberikan perawatan manajemen nyeri dan menilai ulang gejala yang ditimbulkan
(Ferrell et al., 2007; Ferrell, 2015).
Domain 3: Psychological And Psychiatric Aspect Of Care
Psychological And Psychiatric Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan untuk menilai
status psikologis pasien dan keluarga seperti mengukur, mendokumentasikan, mengelola
kecemasan, dan gejala psikologis lainnya (De Roo et al., 2013; Dy et al., 2015). Adapun panduan
bagi perawat paliatif dijelaskan sebagai berikut:
a. Semua perawat harus mampu menilai depresi, kecemasan, dan delirium menggunakan
pedoman yang tepat pada pasien yang mengancam jiwa
b. Semua perawat harus mendokumentasikan temuan dalam rencana perawatan
c. Semua perawat harus mengikuti jalur pengobatan berbasis EBN untuk mengelola gejala
psikologis yang ditimbulkan
d. Perawat hospice dan perawat palliative harus mempersiapkan duka cita bagi keluarga yang
ditinggalkan
e. Perawat hospice dan perawat palliative harus ikut andil dalam pengembangan palliative care
(Ferrell et al., 2007; Ferrell, 2015).
Domain 4 : Social Aspect Of Care
Social Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan untuk mendiskusikan segala informasi,
mendiskusikan tujuan perawatan, dan memberikan dukungan sosial yang komperhensif (De Roo
et al., 2013). Adapun panduan bagi perawat paliatif dijelaskan sebagai berikut:
a. Semua perawat harus meninjau kembali kekhawatiran pasien dan keluarga terhadap penyakit
lanjut yang mengancam jiwa
b. Perawat hospice dan perawat palliative harus membantu dan mengembangkan sebuah rencana
perawatan sosial yang komperhensif yang termasuk ndidalamnya hubungan dengan keluarga,
komunitas, dan orang yang terlibat dalam merawat pasien (Ferrell et al., 2007; Ferrell, 2015).
Domain 5 : Spiritual, Religious, And Existential Aspect Of Care
Spiritual, Religious, And Existential Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan untuk
menyediakan atau memfasilitasi diskusi terkait kebutuhan spiritual pasien dan keluarga (De Roo
et al., 2013; Dy et al., 2015). Adapun panduan bagi perawat paliatif sebagai berikut:
a. Perawat hospice dan perawat palliative harus melakukan pengkajian spiritual mencakup
masalah agama, spiritual, dan eksistensial menggunakan pedoman instrument yang terstruktur
dan terintegrasi dalam penilaian dalam rencana palliative care
b. Semua perawat harus mampu merujuk pasien dan keluarga pada kondisi yang serius dengan
menghadirkan rohaniawan, pendeta jika diperlukan(Ferrell et al., 2007; Ferrell, 2015)
Domain 6 : Culture Aspect Of Care Culture Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan
menilai budaya dalam proses pengambilan keputusan dengan memperhariakn preferensi pasien
atau keluarga, memahami bahasa yang digunakan serta ritual-ritual budaya yang dianut pasien
dan keluarga(De Roo et al., 2013). Adapun panduan bagi perawat paliatif sebagai berikut:
a. Semua perawat harus mampu menilai budaya pasien sebagai komponen yang tidak
terpisahkan dalam memberikan palliative care dan perawatan dirumah yang
komperhensip mencakup pengambilan keputusan,prrepernsi pasien, komunikasi keluarga,
terapi komplementer, dan duka cita bagi keluarga yang ditinggalkan, serta pemakaman
dan ritual pemakaman pasien. (Ferrell, 2015).
Domain 7 : Care Of The Patient At End of life
Care Of The Patient At End of life merupakan cara yang dilakukan untuk menggali lebih dalam
tentang kesiapan menghadapi kematian dan duka cita setelah kematian bagi keluarga yang
ditinggalkan (De Roo et al., 2013). Adapun panduan bagi perawat apaliatif sebagai berikut:
a. Perawat hospice dan perawat palliative harus mampu mengenali tanda dan gejala kematian
pasien, keluarga dan komunitas.ini harus dikomunikasikan dan didokumentasikan.
b. Semua perawat harus mampu menjamin kenyamanan pada akhir kehidupan
c. Semua perawat harus meninjau kembali ritual budaya, agama, dan adat dalam menghadapi
kematian pasien.
d. Semua perawat harus mampu memberikan dukungan pasca kematian pada keluarga yang
ditinggalkan
e. Semua perawat harus mampu merawat jenazah sesuai dengan budaya, adat dan agama pasien
(Ferrell, 2015).
Domain 8 : Ethical And Legal Aspect Of Care
Ethical And Legal Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan untuk membuat perencanaan
dengan memperhatian preferensi pasien dan keluarga sebagai penerima layanan dengan tidak
melanggar norma dan aturan yang belaku (De Roo et al., 2013; Dy et al., 2015). Adapun
panduan bagi perawat paliatif sebagai berikut:
a. Semua perawat harus meninjau kembali asuhan keperawatan yang telah diberikan dan semua
dokumentasinya
b. Semua perawat harus menjaga prinsip etik berdasarkan komite etik keperawatan c. Semua
perawat harus mengerti hukum aspect palliative dan mencari pakar hukum jika diperlukan
(Ferrell, 2015).

Tempat-tempat Pelayanan Paliatif Berdasarkan Permenkes Nomor 812/ Menkes/ SK/VII/2007


dijelaskan tempat untuk layanan paliatif meliputi:
a. Rumah Sakit : untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang memerlukan 32
pengawawasan ketat, tindakan khusus atau perawalatan khusus.
b. Puskesmas : untuk pasien yang memerlukan perawatan rawat jalan
c. Rumah singgah / panti (hospice) : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khsus tetapi belum dapat dirawat dirumah karena memerlukan
pengawasan
d. Rumah pasien : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat tindakan khsusus atau
peralatan khusus atau keterampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga
(PERMENKES, 2007).

Langkah- langkah dalam Pelayanan Paliatif :


a. Menentekun tujuan perawatan dan harapan pasien
b. Membantu pasien dalam membuat advance care planning
c. Pengobatan penyakit penyerta dari aspek sosial yang muncul
d. Tata laksana gejala
e. Dukungan psikologis, kultural dan sosial
f. Respon pada fase terminal : memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila
wasiat belum dibuat.
g. Pelayanan terhadap pasien dan keluarga termasuk persiapan duka cita. (KEMENKES, 2013).
 Contoh tindakan perawatan paliatif.
1. Pasien dengan penyakit terminal dapat meminta untuk diberi perawatan di rumah
sehingga dapat diberikan pelayanan kunjungan rumah. Dalam hal ini RS St. Carolus
memiliki Unit Pelayanan Kesehatan di Rumah (PKR). Dalam pelayanan ini, perawat
akan datang ke rumah pasien secara berkala untuk memberikan tindakan yang sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh pasien. Keluarga dapat diajari cara merawat pasien di
rumah. Dengan kata lain, kualitas pelayanan yang diberikan tidak berbeda dengan
perawatan di rumah sakit, hanya saja tidak berbeda, yaitu di rumah yang nyaman
untuk pasien. Bila perlu pasien juga dapat dirawat di rumah sakit untuk pasien yang
harus mendapatkan perawatan dan tindakan khusus seperti penanganan; RS St.
Carolus juga memiliki Tim Manajemen Nyeri Terpadu untuk dapat menangani nyeri
yang sulit ditanggulangi dengan pengobatan biasa.
2. Memberikan terapi paliatif kepada pasien kanker dengan meredakan nyeri yang
hebat,mengurangi kesulitan bernapas,mengurangi kelemahan dan kelelahan serta
meningkatkan nafsu makan,mengurangi efek mual dan muntah,mengurangi
ketidaknyamanan kibat kanker seperti kanker yang mem-block
organ/saraf/usus/saluran kemih yang kemudian menyebabkan sesak/begah/kesulitan
BAB dan BAK,menangani masalah depresi, kecemasa dan kesedihan,melibatkan
keluarga dalam pengobatan dan dukungan emosional,manajemen seksualitas bersama
pasangannya,pendekatan spiritual,pengelolaan pengasuh

Anda mungkin juga menyukai