Ket Preskas Fix Putri
Ket Preskas Fix Putri
PENDAHULUAN
Insiden kehamilan ektopik telah meningkat secara dramatis selama dua dekade
terakhir di Amerika Serikat menjadi > 1:100 kehamilan (dari kira-kira
1:500). Peningkatan ini paling jelas pada wanita bukan kulit putih, disebabkan
oleh infeksi tuba, endometriosis dan peningkatan kemungkinan kehamilan ektopik
setelah ligasi tuba laparoskopik gagal. Faktor-faktor yang tidak diketahui juga
mungkin menjadi penyebab.
1
intraabdomen, penonjolan cavum douglas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di
luar endometrium rahim. Istilah lain : ektopik pregnancy, ektopik gestation dan
eccecyesis. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan ektopik yang
terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini dapat berbahaya bagi
wanita tersebut.
2.2 Epidemiologi
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
25 dan 35 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan 1 di antara 300
kehamilan. Di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia, pada RS
Pirngadi Medan (1979-1981) frekuensi 1:139, dan di RS Cipto Mangunkusumo
Jakarta (1971-1975) frekuensi 1:24. Laporan dari negara lain berkisar antara lain
1:38 dan 1:150. Di negara-negara maju berkisar antara 1:250 dan 1:329. Di
Amerika kehamilan ektopik lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam
daripada kulit putih, karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih baik pada
wanita negro. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang adalah 1-14,6%.
2.3 Etiologi
Fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampula
tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke cavum uteri dan ditempat
yang akhir ini mengadakan implantasi di endometrium. Keadaan pada tuba yang
menghambat atau mengalami gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa implantasi
terjadi pada endosalphing, selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan
pada ovum yang dibuahi memberi pradisposisi untuk implantasi di luar cavum
2
uteri, akan tetapi hal ini kiranya tidak banyak terjadi.
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak
atau belum diketahui. Beberapa faktor predisposisi yang menghambat perjalanan
ovum ke uterus sehingga blastokista mengadakan implantasi di tuba ialah:
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi
ke dalam cavum uteri, antara lain:
Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi
silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau
pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa
tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot
pada tuba falopi.
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/infeksi pasca nifas,
apendisitis atau endometriosis yang menyebabkan tertekuknya tuba
atau penyempitan lumen.
Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius
dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang
kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya
benjolan pada adneksa.
Penggunaan IUD (Intra Utery Device).
2. Faktor Fungsional
Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus
mulleri yang abnormal.
Refluks menstruasi.
Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen
dan progesteron.
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4. Hal lain seperti: riwayat kehamilan ektopik terganggu dan riwayat abortus
induksi sebelumnya.
3
2.4 Patologi
Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
blastokista yang berimplantasi di dalamnya. Vaskularisasinya kurang baik dan
1,5
desidua tidak tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian ada 3 kemungkinan:
1. Ovum mati dan kemudian diresorbsi.
2. Trofoblast dan villus khorialisnya menembus lapisan pseudokapsularis
dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu
menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir
terus ke rongga peritoneum, berkumpul di cavum douglasi dan
menyebabkan hematokele retrouterina.
Pada peristiwa ini yang terkenal dengan nama abortus tuba, ovum untuk
sebagian atau seluruhnya ikut memasuki lumen tuba dan keluar dari
ostium tuba abdominalis. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
pada ampula, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga
peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan
dari dinding tuba.
Abortus tuba terjadi pada 65% kasus dan ini merupakan hal yang biasa
terjadi pada implantasi di fimbriae dan ampula. Perdarahan kecil
berulang-ulang dari tempat implantasi pada dinding tuba melepaskan
ovum yang mati dan selanjutnya akan:
- Diabsorbsi secara komplit
- Mengalami abortus komplit melalui ostium tuba ke dalam rongga
peritoneum
- Mengalami abortus tidak komplit, sehingga konseptus yang
tertutup bekuan darah menonjol ke dalam ostium
- Membentuk mola darah di dalam tuba
4
Gambar 2.1 Abortus Tuba
6
2.5 Klasifikasi
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa
golongan:
a. Tuba fallopi (>99%)
1. Pars intertisialis (2%)
Karena dinding agak tebal, dapat menahan kehamilan sampai 4
bulan atau lebih, kadang kala sampai atem. Kalau pecah dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak dan keluarnya janin dalam
rongga perut.
2. Isthmus (25%)
Dinding tuba di sini lebih tipis, biasanya pada kehamilan 2-3 bulan
sudah pecah.
3. Ampulla (55%)
Dapat terjadi abortus atau ruptur pada kehamilan 1-2 bulan.
4. Infundibulum
5. Fimbriae (17%)
Dapat terjadi abortus atau ruptur pada kehamilan 1-2 bulan.
b. Uterus (jarang)
1. Kanalis servikalis
2. Divertikulum
3. Kornu
4. Tanduk rudimenter
c Ovarium (0,5%)
. Intraligamenter (jarang)
Abdominal (kira-kira 1/15000 kehamilan)
d 1. Primer, dengan implantasi awal zigot di luar tuba (pada hati)
. 2. Sekunder, karena ekspulsi atau ruptur kehamilan tuba
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus (heterotopik), terjadi
1/17000-30000 kehamilan.
7
Gambar 2.3 Klasifikasi Kehamilan Ektopik
8
- Kavum douglasi menonjol ke vagina karena darah didalamnya, kadang
teraba dengan jelas hematokele sebagai tumor agak lembek.
- Nyeri yang cukup keras jika servix uteri digerakkan.
- Jika terjadi ruptur tuba, tampak gambaran anemia, penderita dalam
keadaan syok, dengan suhu badan menurun, nadi cepat, tekanan darah
menurun dan bagian perifer badan yang terasa dingin. Perut agak
membesar dengan menunjukkan tanda-tanda rangsangan peritoneum
dengan rasa nyeri yang keras pada palpasi. Kadang ditemukan cairan
bebas dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik, uterus tidak
dapat diraba dengan jelas karena dinding perut menegang dan uterus
dikelilingi oleh darah. Gerakan pada serviks uteri nyeri sekali dan
cavum douglasi menonjol.
Gambaran klinis yang dijumpai bisa akut atau subakut, gejala ini bervariasi
menurut waktu kapan penderita kita lihat atau periksa, sebelum, sewaktu atau
sesudah terjadi ruptur:
o Sebelum terganggu
Tanda-tanda hamil muda, sedikit rasa sakit pada perut, rasa tidak enak
pada perabaan dan biasanya diagnosis sukar ditegakkan. Rasa tidak
enak ini menyebabkan ibu pergi ke dukun dan sehingga dapat terjadi
ruptur.
o Sewaktu terganggu
Rasa sakit tiba-tiba pada sebelah perut, sakit ini sifatnya seperti diiris
dengan pisau dan terjadi perdarahan dengan akibat-akibatnya. Terjadi
gejala akut abdomen, jadi diagnosis mudah ditegakkan.
o Sesudah terganggu
9
Diagnosis lebihdatang
mudahkedengan adanya tanda-tanda akut abdomen
makadan perdarahan. Bila
penderita baru rumah sakit setelah beberapa waktu, tanda-tanda di atas
masih ada, tetapi kurang jelas. Yang kita dapati adalah tumor dibelakang rahim yang
disebut pelvic mass.abnormal
Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen,
perdarahan vagina dan amenorrhea.
2.7 Diagnosis
Gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan
diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya kehamilan ektopik
yang belum terganggu sulit untuk dibuat diagnosis. Yang penting dalam
pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita
selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan ini.
Diagnosis kehamilan ektopik ditegakkan melalui:
1. Anamnesis, diketahui adanya:
- Amenorrhea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa
bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai
keluhan ibu hamil muda dan gejala hamil lainnya.
- Perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
- Bila terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET):
Pada abortus tuba keluhan dan gejala kemungkinan tidak begitu berat,
hanya rasa sakit di perut dan perdarahan pervaginam. Hal ini dapat
dicampurkan dengan abortus biasa. Pada ruptur tuba, maka gejala akan
lebih hebat dan membahayakan jiwa si ibu.
- Oerasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut, seperti diiris dengan
pisau disertai muntah dan bisa jatuh pingsan. Pada kehamilan ektopik
yang terganggu rasa nyeri perut bawah bertambah sering dan keras.
- Nyeri bahu, hal ini karena perangsangan diafragma.
2. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum penderita:
Tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari tuba, kurang lebih
normal sampai gawat dengan syok berat dan anemi. Pada abortus tuba
yang sudah berlangsung beberapa waktu suhu badan agak meningkat.
- Tanda-tanda akut abdomen
Nyeri tekan yang hebat (defance musculair), muntah, gelisah, pucat,
anemis, nadi lemah dan tensi rendah atau tidak terukur(syok).
- Tanda Cullen
Sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam.
10
- Pada pemeriksaan ginekologik terdapat:
11
Adanya nyeri ayun(goyang)
Dengan menggerakkan porsio dan serviks, ibu akan merasa sangat
nyeri.
Douglas crise
Yaitu rasa nyeri hebat pada penekanan cavum douglasi
Kavum douglasi teraba menonjol
Hal ini terjadi karena terkumpulnya darah.
Teraba massa retrouterina (massa pelvis).
- Pervaginam keluar decidual cast.
- Pada palpasi perut dan pada perkusi: ada tanda-tanda perdarahan intra
abdominal (shifting dullness).
3. Pemeriksaan laboratorium :
- Pemeriksaan Hb seri tiap 1 jam menunjukkan penurunan kadar Hb
- Adanya leukositosis
4. Pemeriksaan penunjang lainnya
a. Tes kehamilan
Apabila tesnya positif, itu dapat membantu diagnosis khususnya
terhadap tumor-tumor adneksa, yang tidak ada sangkut pautnya dengan
kehamilan. Tes kehamilan yang negatif tidak banyak artinya, umumnya
tes ini menjadi negatif beberapa hari setelah meninggalnya mudigah.
b. Dilatasi dan kerokan
Kerokan tidak mempunyai tempat untuk diagnosis kehamilan ektopik.
Biasanya kerokan dilakukan, apabila sesudah amenorrhea terjadi
perdarahan yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata di samping
uterus, sehingga dipikirkan abortus inkompletus, perdarahan
disfungsional dan lain-lain. Ditemukan desidua tanpa villus korialis dari
sediaan yang diperoleh dari kerokan, dapat membawa pikiran ke arah
kehamilan ektopik.
c. Ultrasonografi
Keunggulan cara pemeriksaan ini terharap laparoskopi adalah tidak
invasif, artinya tidak perlu memasukkan alat dalam rongga perut. Akan
tetapi pemeriksaan ini memerlukan orang yang berpengalaman dalam
12
menginterpretasikan hasilnya. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau
berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan atau kiri uterus,
apakah kavum douglasi berisi cairan.
Disangkakan kehamilan ektopik yang belum terganggu (KEBT), bila:
Tidak ditemukannya kantong kehamilan (gestational sac) intra uteri
pada usia kehamilan 4-5 minggu kehamilan bila dihitung dari
HPHT.
Ditemukan massa kompleks dikiri atau dikanan rahim.
Disangkakan Kehamilan ektopik terganggu (KET) apabila:
o Pada pemeriksaan USG dijumpai cairan bebas (darah) di cavum
douglasi dan atau massa.
o Kompleks di sisi uterus.
d. Laparoskopi
Merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk diagnosis
kehamilan ektopik pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak
terganggu. Dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata
sendiri perubahan-perubahan pada tuba.
e. Kuldosintesis (douglasi fungsi)
Kuldosintesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada darah di kavum
douglasi yang disebabkan rupturnya hasil konsepsi yang berada diluar
kandungan. Kuldosintesis dilakukan dengan memasukkan jarum dengan
lumen yang agak besar di kavum douglasi di garis tengah di belakang
serviks uteri, serviks ditarik ke atas dan keluar. Bila keluar darah tua
berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau hanya berupa
bekuan-bekuan kecil diatas kain kasa, maka hal ini dikatakan positif
(fibrinasi) dan menunjukan adanya hematoma retrouterina. Bila darah
segar berwarna merah dan dalam beberapa menit membeku, hasil negatif
karena darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.
13
Gambar 2.4 Kuldosintesis
14
Gambar 2.5 Kehamilan Ektopik
Rasa sakit Kram dan nyeris Nyeri di Biasanya pada Unilateral, Kram di garis
tekan unilateral epigastrik, kedua menjadi tengah tubuh
sebelum ruptur periumbilikalis kuadran menyeluruh
kemudian bawah, dengan
kuadran kanan dengan atau terjadinya
bawah, nyeri tanpa nyeri perdarahan
tekan setempat tekan lepas hebat
pada titik Mc
burney, nyeri
tekan lepas
15
Mual dan Kadang sebelum Biasanya Tidak sering Jarang Hampir
muntah ruptur dan mendahului tidak
seringkali setelah pergeseran pernah
ruptur rasa sakit ke
kuadran kanan
bawah
Menstruasi Terdapat beberapa Tidak terkait Hipermenore Terlambat Amenore,
penyimpangan: dengan atau metroragi menstruasi kemudian
tidak haid, menstruasi atau keduanya kemudian perdarahan
perdarahan bercak perdarahan, bercak, atau
sering disertai tiba-tiba
nyeri terjadi
perdarahan
Suhu dan 37,2-37,8ºC nadi 37,2-37,8ºC 37,2-40ºC Tidak melebihi Sampai
nadi bervariasi: normal nadi cepat : nadi 37,2ºC nadi 37,2ºC jika
sebelum ruptur, 99-100 meningkat normal kecuali spontan
cepat setelah ruptur dan demam terjadi sampai 40ºC
kehilangan jika
darah yang terinfeksi
banyak
kemudian nadi
menjadi cepat
Pemeriksaan Nyeri tekan Tidak ada Nyeri tekan Nyeri tekan Serviks agak
pelvis unilateral, terutama massa bilateral pada pada ovarium terbuka,
pada pergerakan pergerakan yang terkena, uterus
serviks, massa serviks, massa tidak ada massa sedikit
krepitasi pada satu hanya ada jika membesar,
sisi atau dalam cul- terjadi melunak
de-sac piosalping tidak
atau beraturan,
hidrosalping nyeri tekan
jika ada
infeksi
Temuan lab Leukosit sampai Leukosit Leukosit Leukosit Leukosit
15000/uL: eritrosit 10000-18000 15000-30000, normal sampai 15000 /uL
sangat rendah jika /uL, eritrosit eritrosit 10000 /uL, jika spontan
banyak kehilangan normal, LED normal, LED eritrosit sampai
darah, LED sedikit sedikit sangat normal, LED 30000 /uL
meningkat meningkat meningkat normal jika infeksi,
eritrosit
normal,LED
meningkat
sedikit
sampai
sedang
2.9 Komplikasi
Kehamilan ektopik terganggu dapat menyebabkan beberapa komplikasi,
yaitu:
1. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila ruptur telah lama berlangsung
(4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding), ≥ 0,1%
mengakibatkan kematian ibu. Ini merupakan indikasi operasi.
2. Infeksi.
3. Sub ileus karena massa pelvis.
4. Sterilitas atau gagal reproduksi lainnya (30-50% pasien yang menjalani
operasi pengangkatan tuba karena kehamilan ektopik).
2.10 Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam
tindakan ini, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: kondisi
penderita saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik, kondisi anatomi organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro
dokter operator dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil
pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya
dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita
bururk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.
Kehamilan ektopik tidak terganggu harus segera dioperasi untuk
menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya gangguan kehamilan tersebut.
Operasi yang dilakukan ialah salpingektomi yaitu pengangkatan tuba yang
mengandung kehamilan.
Pada abortus tuba, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa
penderita, sebaiknya juga dilakukan operasi. Keberatan terhadap terapi
konservatif ialah bahwa walaupun darah yang berkumpul dirongga perut lambat
laun akan diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi
(pengeluaran lewat vagina dari darah di kavum douglasi), sisa darah dapat
menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya ileus.
Operasi terdiri atas salpingektomi, akan tetapi tidak jarang ovarium
termasuk dalam gumpalan darah dan sukar dipisahkan, sehingga terpaksa
dilakukan salpingo-ooforektomi. Darah dalam rongga perut sebanyak mungkin
dikeluarkan, dan tuba serta ovarium dari sisi yang lain diperiksa.
Jika penderita sudah mempunyai anak yang cukup dan terdapat kelainan
pada tuba tersebut, dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba itu pula, untuk
mencegah berulangnya kehamilan ektopik. Jika penderita belum punya anak,
maka pada kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk mengkoreksi kelainan
tersebut, hingga tuba berfungsi.
Pada ruptur tuba, segera dilakukan transfusi darah dan laparotomi. Pada
laparotomi itu, perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian
dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus
diperbaiki dan darah dari rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Sesudah
itu dilakukan salpingektomi atau salpingo-oofektomi. Adneksa yang lain
sebaiknya diperiksa, tetapi jangan membuang waktu dengan mengambil tindakan
pada tubanya. Konservasi ovarium dan uterus pada wanita yang belum pernah
punya anak perlu dipikirkan sehubungan dewasa ini masih ada kemungkinan
dapat anak melalui fertilisasi invitro.
Pada ruptur pars interstisialis tuba sering kali terpaksa dilakukan
histerektomi subtotal untuk menjamin bahwa perdarahan berhenti.
Penderita yang disangka KET harus dirawat inap di rumah sakit untuk
penanggulangannya. Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki keadaan umumnya
dengan pemberian cairan NaCl 0,9% (garam fisiologis) yang cukup, Plasma
Expander (plasmanat Hes) dan transfusi darah. Setelah diagnosis jelas atau sangat
disangka KET dan keadaan umum baik atau lumayan, segera lakukan laparotomi
explorasi untuk menghilangkan sumber perdarahan, dicari, diklem dan dieksisi
sebersih mungkin (salpingektomi), kemudian diikat sebaik-baiknya. Sisa-sisa
darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih
cepat. Kemudian berikan antibiotik yang cukup dan obat anti inflamasi.
Penatalaksanaan suportif:
Obat yang digunakan ialah metotreksat 1 mg/kg IV dan faktor sitrovorum 0,1
mg/kg IM. Berselang-seling setiap hari selama 8 hari. Dari seluruh 6 kasus yang
diobati, satu kasus dilakukan salpingektomi pada hari ke-12 karena gejala
abdomen akut, sedangkan 5 kasus berhasil diobati dengan baik.
Saat ini, sedang diteliti penggunaan metotreksat (inta amniotik atau sistemik
dengan lekovorin) untuk terapi kehamilan ektopik tertentu yang tidak ruptur. Obat
ini belum dianjurkan untuk pemakaian umum, tetapi mungkin berguna pada
keadaan tertentu (misal, kehamilan serviks).
2.11 Prognosis
Kematian karena KET cenderung menurun dengan diagnosis dini dan
fasilitas daerah yang cukup. Di RS Pirngadi Medan selama 1979-1981 dari 78
kasus KET angka kematian ibu adalah nihil. Sastrawinata melaporkan angka
kematian ibu 1,9%, Pohan 7,2%, Sjahid dan Martohoesodo (1970) sebanyak 2
dari 120 kasus, Tardjamin (1973) 4 dari 138 kasus.
Hanya 60% dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi,
walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik
yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi
cukup bulan adalah sekitar 50%.
Kehamilan ektopik merupakan kelainan yang mengancam nyawa pada >
10% kasus dan >1% pasien-pasien ini meninggal karena perdarahan interna dan
syok atau karena komplikasi lanjut. Jarang sekali janin tetap hidup pada
kehamilan di luar rahim. Kehamilan ektopik dapat berulang pada sekitar 15%
kasus, tetapi kebanyakan pasien yang pernah mengalami satu kali kehamilan
ektopik selanjutnya akan mengalami kehamilan normal.
Pada kehamilan ganda jarang
diluar keduanya.
rahim danUmumnya,
didalam rahim, biasanya hanya salah satu
yang akan terdiagnosis,
dan 60% kehamilan dalam rahim akan terus hidup. kehamilan diluar rahim akan mati
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Kreyo
Tanggal Masuk : 29 Februari 2016
G2P1A0 merasa hamil 2 bulan dengan keluhan nyeri perut kanan bawah
sejak 3 hari SMRS. Nyeri menjalar hingga ke pinggang dan paha sebelah kanan.
Nyeri dirasakan mendadak seperti ditusuk-tusuk dan terus menerus. Keluhan
disertai pusing dan badan terasa lemas sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluh
keluar darah dari kemaluannya sejak 3 hari SMRS. Pasien menyangkal adanya
gangguan saat buang air kecil dan buang air besar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal menderita penyakit jantung, hipertensi, kencing manis
maupun alergi obat dan asma bronkial.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat darah tinggi, penyakit jantung, hipertensi, gangguan ginjal, asma,
maupun kencing manis pada anggota keluarga yang lain disangkal oleh
pasien
Riwayat Haid
Usia Menarche: 16 tahun
Siklus Haid : 1 bulan
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah : 3 – 4 x ganti pembalut
Dismenorhoe : (-)
HPHT : 6 Januari 2016
PP : 13 Oktober 2016
Riwayat Pernikahan, Kehamilan dan Persalinan Dahulu
Status : Menikah
Kawin : 1 kali
Lama nikah : 13 tahun
Riw. Kehamilan :
Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengaku menggunakan KB suntik 3 bulan selama 9 tahun
Pemeriksaan Fisik
1. Status Tanda Vital
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tek. Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler
Pernafasan : 20 x/menit, reguler
Suhu : 36,5 0C
TB/BB : 155cm/ 62kg.
2. Status Generalis
Kepala : Normosefali, rambut hitam, rontok (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
Telinga : Simetris kanan dan kiri, hiperemis (-), serumen (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), tidak teraba massa, dan trakea
ditengah
Rahang, Gigi, Gusi : Exoriasi lidah (-) Caries (-)
Mulut : Bibir tidak kering, uvula tidak deviasi, sianosis (-), lidah
bersih
Thorax
A. Dada
Payudara simetris, tidak terdapat sikatriks dan massa
B. Jantung
Iktus kordis tidak terlihat, pulsasi iktus kordis teraba, suara sonor di
seluruh lapang paru, dan bunyi jantung I&II reguler. Murmur (-),
Gallop (-)
C. Paru
Suara nafas utama vesikuler, Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
4. Status Gynekologi
Vaginal Toucher : v/v t.a.k, nyeri goyang portio (+), cavum douglas
menonjol.
Pemeriksaan Laboratorium
GDS : 77 mg/dl
Hemoglobin : 9,6 g/dl
Hematokrit : 32,8 %
Leukosit : 15.79 /µl
Trombosit : 295.000 /µl
Eritrosit : 4.69 mm3
HBSAg : Non reaktif
Anti HIV 1 : Negatif
HCG : Positif
Pemeriksaan Penunjang
Test pack/ PP tes (+)
USG transvaginal: Tampak bayangan sonolusen di posterior uterus, tampak
massa di adneksa kanan. Kandung kemih terisi baik. Uterus retro fleksi
besar biasa, melayang. Adneksa GS (-). Cairan bebas (+)
Diagnosis Kerja
Suspek Kehamilan Ektopik Terganggu
Rencana Penatalaksanaan
- Perbaiki keadaan umum
- Observasi keadaan umum dan tanda vital
- Cek darah
- Laparotomi
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad Sanationam : dubia Ad bonam
Follow Up
Pra Operasi
29 Februari 2016
S/ : Nyeri perut bagian bawah terus menerus, pusing, lemas
Pukul 10.00
O/ : KU : Sedang, Kesadaran : Compos mentis
RR : 20 x/menit, S: 36.5°C
RR : 20 x/menit, S: 36,5°C
PP test: +
RR : 28 x/menit, S: 37,5°C
P/ : Pasang kateter
• IVFD RL 30 tpm
• Inj Cefotaxime 2 x 1 gr
• Inj Metronidazole 3 x 500 mg
• Inj Ketorolac 3 x 1 gr
• Inj Ranitidin 2 x 1 gr
• Inj Alinamin 3 x1 gr
• Inj Kalnex 3 x 500 mg
• Transfusi PRC sampai Hb > 8 gr/dl
2 Maret 2016 S/ : Nyeri luka op (+), lemas, pusing
RR : 24x/menit, S: 37°C
P/ : IVFD RL 20 tpm
Mobilisasi bertahap.
3 Maret 2016 S/ : Nyeri luka op (+), darah dari jalan lahir tidak keluar.
RR : 20x/menit, S: 36°C
Cefotaxime 2 x 1 gr
SF 2 x 1
B complex 2 x1
Memberika support mental.
Pemeriksaan penunjang juga merupakan alat diagnosis pasti. Dalam hal ini
dibuktikan dengan adanya hasil PP test (+) menunjukan kehamilan positif dan
hasil USG yang menunjukkan gambaran bayangan sonolusen di posterior uterus,
tampak massa di adneksa kanan. Untuk menunjang diagnosis pada pasien
tersebut juga telah direncakan laparatomi untuk dilakukan pengambilan jaringan
sebagai bahan biopsi patologi anatomi.