Anda di halaman 1dari 15

EduLib, Vol 3, No.

1 Mei 2013

HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI


SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL

Oleh: Dian Arya Susanti


Universitas Pendidikan Indonesia
Email : dian.arya.s@gmail.com

Abstract
Plagiarism is an academic sin, but still exist even by the academic community in
Indonesia. Director General of Higher Education at the note that’s been circulated,
there are 21 state universities and seven private universities in the list of cases of
plagiarism. Actors in plagiarism obviously having a big loss. Demotion, even a
moratorium on the recruitment of professors for the institutions is definitely a very
big loss. This paper tries to see how the actors right from an ethical standpoint of
plagiarist liberalism who exalts individual freedom. By taking Nozick as a character
that upholds individual liberty, however,it was found that, still, the behavior of
plagiarism is an act that violates the principles of justice.
Keywords: Plagiarism, Academics, Ethics Liberalism

Abstrak
Plagiarisme adalah sebuah dosa besar dalam dunia akademik. Walaupun demikian,
hal ini masih seringkali terjadi, yang bahkan dilakukan oleh para pelaku akademik itu
sendiri. Direktorat Jeneral Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa terdapat 21
perguruan tinggi negeri dan 7 perguruan tinggi swasta yang didaulat sebagai pelaku
plagiarism. Pelaku plagiarisme dalam hal ini jelas besar pasak daripada tiang. Demosi
sampai dengan moratorium pengangkatan profesor untuk institusi pelaku plagiarism
jelas merupakan sesuatu yang sangat merugikan. Artikel ini mencoba untuk
meninjau, bagaimana para pelaku plagiarism dari sudut pandang etika liberalism,
yang sangat mennyanjung tinggi kebebasan individual. Dari hasil kajian, ternyata,
dengan mengambil pendapat Nozick sebagai tokoh kebebasan individu sekalipun,
perilaku plagiarism tetaplah sebuah tindakan yang melanggar prinsip-prinsip
keadilan.
Kata Kunci: Plagiarisme, Pendidikan Tinggi, Etika Liberalisme

A. PENDAHULUAN Koordinator Kopertis, terdapat daftar

Pada surat edaran Dirjen Dikti nama-nama perguruan tinggi dan

bertanggal 4 Januari 2012 yang swasta yang masuk ke dalam daftar

ditujukan kepada Pimpinan kasus pelanggaran norma akademik

Perguruan Tinggi Negeri dan berupa plagiarisme. Jumlah

138 HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549

Perguruan Tinggi yang termasuk merupakan sebuah pelanggaran hak

dalam daftar tersebut berjumlah 21 cipta si penulis. Hukum ini

PTN dan 7 PTS. Jumlah yang sangat berdasarkan pada Konvensi Bern dan

banyak bila dibandingkan dengan berlaku hampir di seluruh dunia.

jumlah seluruh perguruan tinggi Kebanyakan analisis selalu

negeri di seluruh negeri tercinta ini. mengedepankan hak penulis yang

Masalah plagiarisme dalam dilanggar, akan tetapi, bagaimana

lingkungan akademisi merupakan dengan hak mereka yang melakukan

sesuatu yang ‘horrified’, sebuah plagiasi? Karena pada banyak kasus

‘mockery’ bagi wajah pendidikan sebenarnya para akademisi cukup

bangsa Indonesia. Akan tetapi, bila paham mengenai aturan-aturan

ditelusur lebih jauh, sebenarnya plagiarisme ini, akan tetapi ‘terpeleset’

masalah plagiarisme ini merupakan dan divonis melakukan plagiasi secara

sesuatu yang menguratakar di bumi sengaja. Vonis ini jelas menjadi sebuah

pertiwi ini. Salah satu contoh akar kerugian bagi mereka yang

budaya berbasis peniruan ini ialah bersangkutan, baik secara moril

kebanggaan orang-orang Bali bila maupun materil.

kemampuan mereka dalam mengukir Berdasarkan fenomena diatas, maka

kayu ditiru oleh banyak orang. Makin makalah ini disusun untuk

banyak yang meniru karyanya, menganalisis hak-hak ‘plagiator’ dari

semakin bahagia dia. Selain itu, sisi etika liberalisme.

budaya gotong royong dan kuatnya B. METODE

solidaritas yang tercermin dalam 1. Metode Pengumpulan Data

kegiatan saling tolong menolong, Makalah ini disusun

menyuburkan budaya plagiarisme. dengan menggunakan metode

Bila dilihat dari sudut pandang kualitatif berupa studi

hak intelektual, tentunya plagiarisme literatur, dimana data-data

EduLib – Dian Arya Susanti 139


EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013

baik berupa angka maupun melakukan plagiasi.

fakta, yang dikumpulkan dari Universityof New South Wales

literatur-literatur yang memberikan definisi

berkaitan dengan masalah- plagiarisme untuk

masalah yang diajukan, serta mahasiswanya sebagai

pernyataan sebagai hasil “using the words or ideas of

wawancara maupun hasil others and presenting them as

pengamatan lapangan. your own. Lebih jauh lagi,

Metode Analisis Data plagiarism is a type of

Tujuan dari makalah ini intellectual theft. It can take

pada intinya adalah mengkaji many forms, from deliberate

sebuah fenomena yang hadir cheating to accidentally

dan nyata terjadi dalam copying from a source without

keseharian hidup kita sebagai acknowledgement”

sebuah bangsa. Maka analisis Flinders University juga

yang perlu dilakukan bila data memberikan definisi untuk

sudah terkumpul adalah plagiarisme sebagai the use of

mengorganisasikan data, another’s ideas or words as if

menguji keabsahan data, lalu they were one’s own.

mencoba mengaitkannya Bila ditarik dari dua

dengan teori-teori yang tepat definisi diatas, bisa

dan memang berkaitan dengan disimpulkan bahwa kegiatan

fenomena tersebut. plagiarisme adalah bila

C. PEMBAHASAN seseorang menggunakan ide-

1. Plagiarisme ide atau kata-kata milik orang

Secara definitif, lain dan menggunakannya

plagiarisme bisa diartikan serta mengakuinya sebagai

sebagai sebuah tindakan miliknya pribadi. Kata yang

140 HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549

seringkali diasosiasikan b. Mengganti dengan bahasa

dengan plagiarisme adalah sendiri adalah

‘penjiplakan’. Kedua istilah ini Plagiarisme. Jika kita

memiliki asosiasi negatif bila mengambil sebuah

dikenai kepada suatu subjek kalimat dari sumber dan

tertentu, baik dikaitkan melakukan perubahan

dengan hal yang abstrak beberapa kata atas kalimat

seperti masalah etika, maupun itu, hal ini masih

dalam hal yang sifatnya fisik, dikatakan plagiarisme.

misalnya seperti kasus-kasus Jadi jika kita ingin

hukum yang pernah terjadi. mengutip sebuah kalimat,

Kegiatan atau aktivitas maka kita harus

plagiarisme ini menurut meletakkannya dalam

Barnbaum (Valdosta tanda kutip dan mengutip

University) terbagi menjadi penulis dan dari mana

lima jenis, yaitu; artikel itu didapatkan.

a. Copy & Paste adalah Tapi kebanyakan orang

Plagiarisme. Setiap kali mengutip artikel, tanpa

kita akan menyertakan sumber

mengangkat/mengutip utama artikel. Mengutip

sebuah anak kalimat atau harus dilakukan apabila

paragraf utuh dari ada hubungan manfaat

sumber, maka kita harus antara kutipan kata ini

menggunakan tanda dengan kalimat yang kita

kutipan dan memberikan tulis, terutama manfaat ini

referensi sumber. terasa ketika dibaca

berulang-ulang. Dalam

EduLib – Dian Arya Susanti 141


EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013

banyak kasus, untuk membuat lebih jelas ide

menghindari pengutipan atau memberikan pembaca

semacam ini, lebih baik sebuah analogi yang

kita mengutip langsung menyentuh indera atau

dari sumber-sumber asli. emosi lebih baik, dengan

Hal ini adalah pilihan adanya gambaran yang

yang lebih baik. jelas dari objek atau proses

c. Mengikuti gaya penalaran Metafora itu sendiri.

kutipan adalah Kemudian juga mengikuti

Plagiarisme. Ketika kita bagian penting dari gaya

mengikuti sebuah sumber kreatif si penulis tersebut.

kalimat demi kalimat atau Jika kita tidak bisa

paragraf demi paragraf, membuat kalimat sebagus

itu adalah tindakan metafora si penulis

plagiarisme, meskipun tak (sumber), sebaiknya kita

satu pun dari kalimat kita datang dengan penulisan

yang persis sama seperti metafora si penulis untuk

yang ada di artikel atau dapat menggambarkan ide

sumber, bahkan urutan penting yang ada pada

yang berneda juga. Jadi tulisan, oleh karena itu

dengan demikian, dalam apabila ingin berlaku

kasus ini kita sudah demikian, kita harus

menyalin gaya penalaran mencantumkan secara

penulis. penuh kredit penulis

d. Penulisan Metafora adalah untuk sumber itu.

Plagiarisme. Penulisan e. Mengikuti Ide penulis

metafora biasanya adalah Plagiarisme. Jika

digunakan baik untuk kita menulis sebuah artikel

142 HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549

dengan mengikuti sumber penulis sebenarnya

dalam mengungkapkan sebagai literatur.

ide kreatif atau Random House Compact

menyarankan solusi untuk Unabridged Dictionary (1995)

suatu masalah pembaca, menyatakan bahwa kegiatan

maka ide atau solusi harus plagiarisme bisa disengaja

jelas dikaitkan dengan (intentionally) dan bisa saja

penulis sebenarnya. tidak disengaja

Banyak mahasiswa yang (unintentionally). Maksudnya

tampaknya kesulitan dengan tidak disengaja adalah

untuk membedakan mana bila seseorang memasukkan

yang kalimat gagasan (ide) kata-kata, ide-ide atau

dan / atau solusi dari pemikiran seseorang pada

informasi yang disajikan tulisannya sendiri, akan tetapi

penulis. Gagasan lupa mencantumkan sumber-

informasi umum adalah sumber pustaka atau tidak

setiap ide atau solusi mengetahui bagaimana cara

mengenai sesuatu yang untuk mensitasi atau mengutip

orang di lapangan hasil karya orang lain ke dalam

menerima sebagai tulisannya.

pengetahuan umum dan Dengan melihat

meberikan makna fenomena diatas, akan sangat

tersendiri bagi mereka. mudah seseorang terpeleset

Namun, ide baru tentang dan masuk ke dalam ‘vonis’

bagaimana untuk mencari plagiarisme. Apalagi di

solusi dari informasi itu Indonesia, pengetahuan

perlu dikaitkan dengan mengenai plagiarisme belum

EduLib – Dian Arya Susanti 143


EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013

termasyarakatkan secara mungkin beliau tanpa sengaja

merata, baik di bidang pernah membaca (dibacakan,

akademik maupun jurnalisme. karena beliau difabel) novel

Apalagi dengan semakin yang dikutipnya pada suatu

‘canggih’nya teknologi saat dimasa kecilnya dan

komunikasi informasi, dimana terlupa, akan tetapi esensi

internet membuat karya cipta kisah tersebut

dan karsa seseorang bisa menginspirasinya sehingga

didapatkan dalam bentuk membuat Helen Keller ingin

digital, dimana dengan menuliskannya. Hal-hal seperti

demikian akan sangat lebih ini sangat mungkin terjadi, dan

mudah dijiplak. bisa saja menipa siapa saja.

Pada kasus-kasus yang telah Tidak hanya mahasiswa,

terjadi, baik di luar negeri pelajar, dosen, jurnalis, penulis

maupun di dalam negeri, tidak maupun guru besar pun

sekali dua kali, seringkali sangat mungkin terpeleset

seseorang terpeleset kedalam kedalam kasus ini.

kasus plagiarisme karena tidak 2. Plagiarisme di Kalangan

sengaja. Seorang Helen Keller, Akademisi

tokoh pendidikan difabel, Kasus plagiarisme yang

pernah masuk kedalam kasus terjadi pada kalangan

plagiarisme karena beliau akademisi di Indonesia, pun

secara tidak sengaja mengutip sebenarnya termasuk ke dalam

sebuah novel dan golongan ‘tidak dengan

memasukkannya ke dalam sengaja’ dilakukan. Pada kasus

novel miliknya tanpa dosen UNS yang menjiplak

menuliskan sumber aslinya. sebuah buku dan diakui

Beliau berargumen bahwa sebagai bukunya sendiri

144 HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549

merupakan sebuah kesalahan tersebut dibatalkan dan UPI

karena kurangnya kontrol dari mendapat sanksi moratorium

sang dosen sebagai penulis pengajuan guru besar bagi

utama terhadap ghost writer- seluruh dosen selama satu

nya. Akibatnya adalah tahun. Sungguh sebuah

penurunan pangkat bagi sang kerugian yang sangat besar,

penulis utama, karena yang tidak hanya menimpa

dianggap lalai. Hukuman ini pelaku plagiarisme yang

cukup ringan karena Senat terkena sanksi, bahkan satu

Akademik UNS menganggap institusi turut terkena

kejadian ini tidak disengaja. getahnya.

Bila kejadiannya berbeda, Dan seperti yang telah

sudah pasti sang dosen akan disebutkan pada pendahuluan

langsung kehilangan bahwa dalam Surat Edaran

pekerjaannya. Dirjen DIKTI Dinas

Entah apa yang terjadi Pendidikan Indonesia

dengan tiga dosen UPI yang dinyatakan bahwa terdapat 21

melakukan plagiarisme, PTN dan 7 PTS yang terlibat

apakah mereka melakukannya kedalam kasus plagiarisme.

dengan sengaja atau tidak PTN yang disebutkan dalam

dengan sengaja, tidak ada surat edaran tersebut adalah

media yang benar-benar tahu Universitas Hasanuddin,

apa yang terjadi karena pejabat Universitas Andalas,

universitas menutup rapat- Universitas Indonesia,

rapat informasi mengenainya. Universitas Brawijaya,

Yang pasti adalah pengajuan Universitas Lampung,

guru besar ketiga dosen Universitas Jambi, Universitas

EduLib – Dian Arya Susanti 145


EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013

Padjadjaran, Universitas plagiarisme. Hal ini

Mataram, Universitas Sebelas sebaiknya menjadi koreksi

Maret Surakarta, Universitas kampus ketika akan

Sam Ratulangi, Universitas menjatuhkan saksi

Sultan Ageng Tirtayasa, plagiarisme. Silahkan

Universitas Udayana, Anda mencari tahu di

Universitas Sumatera Utara, kampus Anda apakah ada

Universitas Pattimura, peraturan tertulis tentang

Universitas Negeri Gorontalo, plagiarisme berserta

Universitas Negeri Medan, dengan sanksi-sanksi.

Universitas Negeri Makassar, Saya

Universitas Pendidikan mencoba searching ke

Indonesia, Universitas Negeri beberapa website

Surabaya, Institut Teknologi Perguruan Tinggi di

Sepuluh Nopember, dan Indonesia, hampir tidak

Institut Pemerintahan Dalam menemukan informasi

Negeri. yang jelas dan akurat

Subekti dalam blognya dengan plagiarisme dan

menuliskan kajiannya sanksi-sanksinya sehingga

mengenai beberapa penyebab bisa diakses dan dipahami

maraknya plagiarisme di oleh civitas akademika

Indonesia. Penyebab-penyebab kampus.

tersebut yaitu; b. Buruknya mental sebagian

a. Minimnya perhatian akademisi Indonesia

kampus untuk mengurusi menjadikan plagiarisme

isu plagiarisme membuat semakin bertumbuh

mahasiswa dan dosen subur. Tidak sedikit

tanpa sadar melakukan ditemukan kasus

146 HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549

mahasiswa dan tenaga sedikit karya akademik

akademik yang hanya dikonsumsi

melakukan tindakan tidak kalangan terbatas

terpuji seperti copy sehingga sebuah karya

paste karya orang lain hasil plagiat tidak dengan

atau hanya sekedar mudah dan cepat bisa

mengganti sampul dan terdeteksi. Seandainya

diberi namanya. karya-karya mahasiswa

Kebiasaan malas dan dan dosen diunduh online

hanya mau jalan singkat beberapa bagian saja

menghinggapi sebagian (misalnya judul dan

kalangan civitas abstraknya) maka dengan

akademika. Nah, mudah bisa diakses orang

kebiasaan ini harus luar. Dengan bantuan

ditumpas sejak awal mesin pencari

secara perlahan dan misalnya GOOGLE karya-

bijaksana. Peraturan yang karya serupa bisa dengan

ketat seputar kegiatan dan mudah ditampilkan. Jadi,

karya akademik di menjadikan sebagian

kampus bisa membuat karya mahasiswa dan

mereka yang akan dosen online secara tidak

melanggar berpikir dua langsung mendidik

kali. kalangan civitas

c. Buruknya akses informasi akademika kampus untuk

menjadikan plagiarisme hati-hati dalam membuat

tertutupi dan terlindungi. sebuah karya karena ada

pengamatan saya, tidak

EduLib – Dian Arya Susanti 147


EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013

banyak mata yang siap dunia sejak Konvensi Bern

melihat. tahun 1886 tentang

d. Kesibukan dosen yang perlindungan karya sastra dan

berlebih menjadikan seni yang diikuti dengan

mereka tidak memiliki Konvensi Hak Cipta Universal

waktu untuk meneliti pada tahun 1955. Di Indonesia,

karya mahasiswanya. perlindungan hak cipta sudah

Walhasil semua karya mulai diberlakukan jauh

yang diberikan mahasiswa sebelum proklamasi

diamini saja tanpa dilihat dikumandangkan, berupa

lebih jauh kandungan Auteurswet tahun 1912.

plagiarisme. Dosen atau Peraturan ini dianggap tidak

akademisi dengan mental berlaku lagi mulai dengan

mengejar setoran dan berlakunya Undang-undang

lompat sana-sini untuk Hak Cipta pada tahun 1982.

mencari tambahan jam Peraturan ini terus mengalami

mengajar tanpa perubahan seiring dengan

menghiraukan kualitas perkembangan objek

pembelajaran dan peraturannya. Peraturan ini

mengejar proyek mengalami perubahan pada

menjadikan plagiarisme tahun 1987, lalu pada tahun

tidak tersentuh secara 1997 dan terakhir tahun 2002.

maksimal. Argumen Terlepas dari latar

tersebut merupakan kritik belakang kemunculan

yang keras terhadap dunia Undang-undang hak cipta

pendidikan di Indonesia. sendiri, yang jelas

Masalah penjiplakan kemunculannya tidak memberi

sudah mulai menjadi perhatian arti banyak terhadap

148 HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549

pengurangan jumlah pendidikan lebih aware

penjiplakan di Indonesia, dengan adanya regulasi ini,

hampir pada setiap aspek karena sebagian besar

kehidupan bangsa ini. Mulai stakeholder dunia pendidikan

dari kebutuhan dasar, dimana adalah yang paling rentan

merek-merek yang dibuat terkena atau dikenai kasus

mirip dengan merek-merek plagiarisme. Apa yang terjadi

yang sudah ada (walaupun adalah pemecahan masalah

untuk kasus ini produk buatan yang sifatnya kuratif. Karena

China masih menjadi masalahnya sudah terjadi,

juaranya), aspek hiburan, barulah dicari pemecahan

dimana lagu-lagu diakui masalahnya. Beberapa

sebagai ciptaan padahal hanya peraturan yang dikeluarkan

merupakan terjemahan dengan anti plagiasi produk

sedikit variasi di sana-sini. Mendiknas adalah

Film-film sinetron yang jalan permendiknas no.17 tahun

ceritanya ‘terinspirasi’ dari 2010, lalu surat edaran Dirjen

opera sabun di luar negeri, Dikti nomor 2050/E/T/2011

hanya saja kebetulan kisah dan tentang kewajiban unggah

karakternya hampir 100% karya ilmiah bagi perguruan

sama. Pada beberapa kasus tinggi, dan perubahan

terjadi penuntutan dari peraturan mengenai kenaikan

pengarang asli pemilik hak pangkat dosen menjadi lebih

ciptanya. Tapi yang lainnya ketat pada Surat Edaran Dirjen

dibiarkan begitu saja. Dikti no.24/E/T/2012 dan Surat

Di dunia pendidikan, Edaran Diktendik nomor

seharusnya kementrian 64/E/43 tahun 2012. Tapi pada

EduLib – Dian Arya Susanti 149


EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013

saat itu terjadi sudah ada diperuntukkan bagi

banyak korban yang kepentingan pendidikan dan

dirugikan. tidak untuk dikomersilkan.

Pada kasus tertentu, di Akan tetapi penggandaan dan

sebuah dunia yang paralel penjiplakan memang dua

dengan dunia pendidikan, ada kasus yang berbeda.

yang sudah terlebih dahulu 3. Hak Pelaku Plagiarisme dari

aware terhadap masalah ini. Sudut Pandang Etika Liberal

Perpustakaan di Indonesia Dalam paham

sudah memperhatikan Liberalisme, keberadaan

undang-undang hak cipta individu dan kebebasannya

dengan segala adalah hal yang sangat

pengembangannya, diagungkan. Setiap individu

kemungkinan besar karena berhak untuk berfikir dan

layanan yang diberikan melakukan apa yang

berkaitan langsung dengan difikirkannya. Akan tetapi

hak cipta orang atau kelompok kebebasan ini tidak

tertentu. Selain itu, fungsinya sepenuhnya atau tidak mutlak,

sebagai lembaga pengelola dan karena kebebasan ini harus

penyebarluas pengetahuan bisa dipertanggungjawabkan.

tentunya menjadi sangat Bila dilihat dari sisi ini, pelaku

rentan dengan terganggunya plagiarisme memiliki hak

hak pemilik pengetahuan untuk melakukan penjiplakan

tersebut. Walaupun memang karya orang lain.

pada UUHC tahun 2002 Menurut Grotius,

disebutkan bahwa perolehan hak milik dalam

penggandaan suatu karya suatu masyarakat negatif

ciptaan diperbolehkan bila dalam keadaan alamiah,

150 HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549

dimana hak milik bersama apakah adil bagi pemilik hak

terbuka untuk diambil dan cipta yang telah bersusah

dijadikan hak milik pribadi. payah membuat karyanya lalu

Nozick mendasari teori diambil begitu saja oleh orang

kebebasan dan kepemilikan lain dan diaku sebagai

pribadinya dengan teori ini. miliknya?

Nozick berpendapat bahwa Dalam hal ini Nozick

“bagaimana seseorang dapat membagi konsep keadilan

bertindak bebas jika pemilikan menjadi tiga bagian,

tindakannya ditentukan secara yaitu;

kausal oleh faktor-faktor yang a. Original acquisition of

sudah ada sebelum ia lahir, holding (prinsip pemilikan

dan karena itu berada di luar awal)

kendalinya?” . b. Principle of justice in

Bila kita merujuk pada transfer (prinsip keadilan

teori ini, pengetahuan yang pengalihan)

bertumpuk-tumpuk di c. Principle of rectification of

perpustakaan, pengetahuan injustice in holdings (prinsip

yang berjejalan di dunia maya, menghilangkan ketidakadilan

semua pengetahuan itu berada pemilikan).

di ruang publik dan sangat Dengan tiga prinsip ini

terbuka untuk siapa saja yang maka kebebasan seseorang

membutuhkannya. Akademisi dalam mengakui hak

pelaku plagiarisme pun bisa kepemilikannya menjadi

menggunakan semua terbatas. Seseorang tidak bisa

pengetahuan tersebut untuk mengakui bahwa ia memiliki

menjadi miliknya. Tetapi sesuatu bila sesuatu itu sudah

EduLib – Dian Arya Susanti 151


EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013

ada yang memiliki, atau bila mengnai batasan-batasan plagiarisme.

dalam proses pengalihan Dengan dibantu oleh peranti lunak

kepemilikan terdapat yang tepat tentunya hal ini sangat

ketidakadilan dalam hal mungkin untuk dilakukan.

kompensasi, dan atau bila E. DAFTAR PUSTAKA

ternyata terjadi sebuah Damian, Eddy.(1999).Hukum Hak

ketidakadilan bagi pemilik Cipta menurut Beberapa

awal. Dari sini jelas bahwa Konvensi Internasional,

sebenarnya pengutipan adalah Undang-undang Hak Cipta 1997

jalan terbaik dalam dan Perlindungannya terhadap

menciptakan prinsip-prinsip Buku serta Perjanjian

keadilan dalam penulisan Penerbitannya.

karya ilmiah. Bandung:Alumni


D. PENUTUP Shapiro, Ian.(2006).Evolusi Hak dalam

Seperti yang dituliskan oleh Teori Liberal. Jakarta: Yayasan

Besuki sebelumnya bahwa Obor Indonesia

masyarakat akademik di Indonesia [s.n.].2012. 20 PTN Diduga Lakukan

belum terlalu faham apa itu Pelanggaran Akademik.

plagiarisme, sehingga menjadi sangat http://www.pikiran-rakyat.com

mudah untuk terpeleset ke dalam node/179134

kasus plagiarisme. Beberapa solusi Subekti, Nanang Bagus. (2012).

yang mungkin bisa dilaksanakan oleh Mengapa Plagiarisme Marak di

masyarakat akademik untuk Indonesia.

mencegah baik mahasiswa maupun http://www.Blogger.com

dosen tiba-tiba terjebak dalam situasi Subekti,Nanang Bagus. (2012).

yang tidak menyenangkan adalah Maraknya Plagiarisme di

dengan memberikan sosialisasi Indonesia.

intensif dan regulasi yang ketat http://www.Blogger.com

152 HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL

Anda mungkin juga menyukai