Disusun Oleh:
EA-C
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SILIWANGI
KOTA TASIKMALAYA
2020
i
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Apip Supriadi., S.E.,
M.Si. Selaku dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga memiliki manfaat yang sangat penting
bagi Indonesia.
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan tujuannya sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengertian pertumbuhan ekonomi
2. Mengetahui pertumbuhan ekonomi Indonesia saat pandemi Covid-19?
3. Mengetahui upaya pemerintah dalam memulihkan ekonomi Indonesia
saat pandemi
4. Mengetahui faktor-faktor Pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2021
5. Mengetahui manfaat pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia
1.4 Manfaat
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan manfaatnya
sebagai berikut:
1. Diharapkan dapat mengetahui pengertian pertumbuhan ekonomi
2. Diharapkan dapat mengetahui pertumbuhan ekonomi Indonesia saat
pandemi Covid-19
3. Diharapkan dapat mengetahui upaya pemerintah dalam memulihkan
ekonomi Indonesia saat pandemi
4. Diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor pendorong pertumbuhan
ekonomi indonesia tahun 2021
5. Diharapkan dapat mengetahui manfaat pertumbuhan ekonomi bagi
Indonesia
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
pertumbuhan ekonomi mulai membaik yaitu sebesar 4.98. Jika dilihat dari
perkembangan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi yaitu pada tahun 2013 sebesar 6.78% (Badan Pusat
Statistik,2014). Pengaruh pertumbuhan ekonomi yang paling signifikan adalah
inflasi seperti contoh yang terdapat pada Indonesia tahun 1998 yaitu krisis
ekonomi perekonomian Indonesia lumpuh disebabkan oleh inflasi yang sangat
tinggi.
4
kuartal IV, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan, ekonomi masih akan
minus di kisaran minus 2,9 persen hingga minus 0,9 persen. Itu artinya, Indonesia
diperkirakan menutup tahun 2020 pada angka pertumbuhan ekonomi minus.
Selama tahun 2020, pemerintah tercatat tiga kali mengubah proyeksi
pertumbuhan ekonomi. Pada Maret-April, pemerintah memperkirakan
pertumbuhan ekonomi di kisaran minus 0,4 persen hingga minus 2,3 persen. Pada
Mei-Juni, perkiraan lebih pesimistis di angka minus 0,4 persen hingga minus 1
persen. Setelah melihat berbagai perkembangan, pada September-Oktober,
proyeksi pertumbuhan kembali direvisi menjadi kontraksi 1,7 persen hingga 0,6
persen.
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mencatat, Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) kegiatan usaha pada triwulan III dan IV 2020 adalah sebesar minus 5,97
dan 2,21 persen, meningkat dibandingkan kondisi pada triwulan II yang mencapai
minus 35,7 persen. Berdasarkan hasil data survei, perbaikan kegiatan dunia usaha
terjadi pada seluruh sektor ekonomi terutama pada sektor industri pengolahan,
perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan, serta komunikasi.
Dari sisi aktivitas manufaktur, terjadi perbaikan hingga Desember 2020.
Indeks Manufaktur (PMI) pada bulan Desember 2020 mencapai 51,3, atau berada
di level ekspansi. Angka PMI itu naik dari 50,6 pada bulan November
2020. Indeks manufaktur yang telah kembali ke titik 50 poin pada November dan
Desember 2020 merupakan satu indikator bahwa perusahaan manufaktur kembali
berekspansi karena mengalami peningkatan penjualan yang berakibat pada
peningkatan produksi. Selama pandemi, PMI pernah mencapai level terburuk
dengan skor hanya 27,5 pada April 2020. Perbaikan sektor manufaktur akan
menentukan pemulihan ekonomi.
Di sisi permintaan konsumen terhadap barang jadi, pola pengeluaran
konsumsi masyarakat menunjukkan penurunan. Pada bulan November
2020, retail sales index menunjukkan penurunan dengan nilai indeks sebesar
181,3, turun dibandingkan bulan Oktober sebesar 194,11. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat masih cenderung menahan untuk melakukan konsumsi.
Indikator lain yang dapat dilihat adalah Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK) yang menunjukkan optimisme dan pesimisme konsumen terhadap
perekonomian. Pada Desember 2020, IKK terhadap kondisi ekonomi menguat
mendekati zona optimis. IKK meningkat dari 92 pada November 2020 menjadi
96,5 pada Desember 2020. Sejak April 2020, IKK berada di level pesimis. IKK
terburuk terjadi pada Mei, pada angka 77,8, setelah itu merangkak naik hingga
akhir tahun.
Sejalan dengan aktivitas perekonomian yang belum pulih, penyaluran
kredit juga merosot. Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit industri
perbankan hingga akhir Desember 2020 mencapai Rp 5.482,5 triliun, masih
mengalami kontraksi 2,7 persen secara tahunan. Kontraksi tersebut terjadi karena
5
penurunan kredit kepada debitur korporasi yang belum banyak melakukan
investasi.
6
pemerintah, dan kegiatan penjaminan dengan skema yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Selanjutnya, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 72
Tahun 2020 yang dikeluarkan 27 Juli 2020. Aturan ini membahas Komite
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi
Nasional.
Dalam Perpres 82/2020 tersebut dijelaskan mengenai pembentukan
Komite yang bertanggung jawab langsung pada Presiden. Komite ini terdiri atas
Komite Kebijakan, Satuan Tugas Penanganan Covid-19, serta Satuan Tugas
Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional.
Komite Kebijakan dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara sebagai Ketua Pelaksana. Tugas
Komite Kebijakan adalah menyusun rekomendasi, mengintegrasikan dan
menetapkan langkah percepatan penanganan Covid-19, serta melakukan
pengawasan.
Tugas Satgas Penanganan Covid-19 tercantum dalam pasal 6 Perpres
82/2020. Satuan tugas dipimpin oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB). Sedangkan, Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi
Nasional yang dipimpin oleh Wakil Menteri BUMN I, ada di pasal 8.
Pemulihan ekonomi nasional dilakukan dengan mengambil kebijakan
fiskal dan moneter yang komprehensif. Di samping itu, pemerintah juga
mengalokasikan dana APBN 2020 untuk pemulihan ekonomi sebesar Rp 695,23
triliun.
Pemulihan ekonomi nasional diharapkan mulai terasa pada triwulan III
2020. Meskipun tidak bertumbuh positif, diharapkan, ekonomi nasional tidak
berkontraksi sebesar triwulan II. Selanjutnya, pada triwulan IV 2020, diharapkan
ekonomi nasional bertumbuh positif sehingga kontraksi tahun 2020 bisa ditekan
sekecil mungkin.
Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat tiga kebijakan yang dilakukan
pemerintah, yaitu peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas
dunia usaha, serta menjaga stabilitasi ekonomi dan ekspansi moneter. Kebijakan
tersebut dilaksanakan secara bersamaan dengan sinergi antara pemegang
kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter, dan institusi terkait.
Terkait daya beli masyarakat, pemerintah telah mengalokasi anggaran
sebesar Rp 172,1 triliun untuk mendorong konsumsi/kemampuan daya beli
masyarakat. Dana tersebut disalurkan melalui bantuan langsung tunai (BLT),
Kartu Pra Kerja, pembebasan listrik, dan lain-lain. Pemerintah juga mendorong
konsumsi kementerian/lembaga serta pemerintah daerah melalui percepatan
realisasi APBN/APBD. Selain itu, konsumsi juga diarahkan untuk produk dalam
negeri sehingga memberikan multiplier effect.
Di sektor dunia usaha, pemerintah berusaha menggerakkan melalui
pemberian insentif/stimulus kepada UMKM dan korporasi. Untuk UMKM,
7
pemerintah antara lain memberikan penundaan angsuran dan subsidi bunga kredit
perbankan, subsidi bunga melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Ultra Mikro
(Umi), penjaminan modal kerja sampai Rp 10 miliar dan pemberian insentif pajak,
misalnya Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21) ditanggung pemerintah.
Untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia
berupaya tetap menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah, menurunkan suku bunga,
melakukan pembelian surat berharga negara (SBN), dan stabilitas makroekonomi
dan sistem keuangan. Tujuan penurunan suku bunga adalah meningkatkan
likuiditas keuangan untuk mendorong aktivitas dunia usaha.
8
sangat menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah berusaha
untuk menghapuskan hambatan-hambatan tersebut.
9
5. Sentimen positif dari UU Cipta Kerja dan PSN
Investasi pada 2021 diperkirakan meningkat karena adanya UU Cipta
Kerja dan berlanjutnya Program Strategis Nasional (PSN) termasuk
proyek infrastruktur. Prioritas pembangunan nasional di 2021 juga akan
difokuskan pada bidang Kesehatan, Pendidikan, Teknologi Informasi dan
Komunikasi, Ketahanan Pangan, Perlindungan Sosial, dan Pariwisata.
10
meningkatkan kepercayaan diri bagi perusahaan dalam melakukan Inovasi
dan mengambil resiko.
6. Evaluasi pembangunan ekonomi
Dengan adanya sebuah evaluasi yang dilakukan dari setiap
permasalahan ekonomi yang ada di suatu negara, akan membantu
memberikan perubahan pada negara itu sendiri. Contohnya negara dengan
ekonomi berkembang seperti di Afrika, dengan adanya pertumbuhan
ekonomi, negara dapat keluar dari bahaya kemiskinan dan dapat
meningkatkan angka harapan hidup. Penyebabnya adalah bidang sosial
seperti pendidikan dan kesehatan akan difasilitasi lebih banyak oleh
negara. Begitupun dengan Indonesia, Jika adanya evaluasi yang dilakukan
untuk menunjang terjadinya pertumbuhan ekonomi maka akan adanya
peningkatan pula dari masalah perekonomian yang ada di Indonesia.
Namun akan beda kasusnya dengan negara maju yang menganggap
pertumbuhan ekonomi kurang penting. Contoh dari dampak negatif
pertumbuhan ekonomi adalah menimbulkan kemacetan dan polusi
sehingga standar hidup yang baik tidak akan terpenuhi. Pada contoh lain
distribusi pertumbuhan ekonomi juga harus diperhatikan yaitu siapa yang
yang diuntungkan dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Supaya tidak ada
kesenjangan tingkat ekonomi di masyarakat.
11
BAB 3
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
13