Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia"

Dosen Pengampu : Dr. Apip Supriadi., S.E., M.Si.

Disusun Oleh:

Mutiara Nurul Utami 203403173


Nisah Hulkhaerot 203403174
Nitia Ratna Ramdhani 203403175
Mima Nuraini Syifaul Millah 203403180
Jihan Fadhilah 203403186
Alvia Rahma Putri 203403189
Syfa Rohadatul Aisy 203403194
M Restu Maulana 203403195
Elisa Nurhayati Ahmad 203403197

EA-C
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SILIWANGI
KOTA TASIKMALAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Perekonomian
Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Apip Supriadi., S.E.,
M.Si. Selaku dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan

Tasikmalaya, 15 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1 Pengertian pertumbuhan ekonomi .......................................................... 3
2.2 Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat pandemi Covid-19 ....................... 4
2.3 Upaya pemerintah dalam memulihkan ekonomi Indonesia saat pandemi..6
2.4 Faktor-faktor Pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021... 8
2.5 Manfaat pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia..................................... 10
BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang (Boediono, 2013). Pertumbuhan inilah yang menjadi
salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu Negara.
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda,
yaitu pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf
hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya
pendapatan riil perkapita (Suparmoko, 2002).
Kondisi pertumbuhan ekonomi indonesia saat ini sedang berada pada
tahap pemulihan akibat pandemi covid-19 yang sempat membuat ekonomi
Indonesia jatuh ke jurang resesi karena pertumbuhan ekonomi yang minus
selama dua kuartal berturut-turut. Pada era Pandemi Corona virus saat ini,
masyarakat dituntut untuk mengurangi aktivitas di luar rumah yang
mempengaruhi ekonomi para pedagang. Ekonomi merupakan faktor penting
di kehidupan manusia. Kehidupan keseharian manusia dapat dipastikan selalu
bersinggungan dengan kebutuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang memburuk sepanjang 2020-2021 tak
terlepas dari daya beli masyarakat yang tergerus selama pandemi. Padahal,
konsumsi rumah tangga selama ini menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Kebijakan PSBB untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19
menyebabkan terbatasnya mobilitas dan aktivitas masyarakat yang
berdampak pada penurunan permintaan domestik. Daya beli masyarakat turun
terutama karena berkurangnya penghasilan di samping karena terbatasnya
aktivitas.
Di tengah kondisi pandemi covid-19 yang masih melanda hingga saat
ini di tahun 2021, pemerintah tengah mengupayakan usaha untuk
memulihkan kembali perekonomian indonesia. Sehingga pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan kembali stabil dan dapat menciptakan keberhasilan
dalam pembangunan ekonomi indonesia, dengan tujuan dari pembangunan
ekonomi yaitu meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan
lapangan kerja dan memberikan kehidupan yang layak sebagaimana tujuan
awal didirikan Negara ini adalah memajukan dan meningkat kesejahteraan
rakyat. Pembangunan ekonomi tidak dapat memajukan dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat tanpa adanya perencanaan arahan bagi proses
pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai disamping
sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan.
Pertumbuhaan ekonomi Indonesia yang sedang dalam tahap pemulihan
memerlukan beberapa faktor pendorong agar dapat stabil kembali.

1
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga memiliki manfaat yang sangat penting
bagi Indonesia.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pertumbuhan ekonomi?
2. Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia saat pandemi Covid-19?
3. Apa upaya pemerintah dalam memulihkan ekonomi Indonesia saat
pandemi?
4. Apa faktor-faktor Pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
2021?
5. Apa manfaat pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan tujuannya sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengertian pertumbuhan ekonomi
2. Mengetahui pertumbuhan ekonomi Indonesia saat pandemi Covid-19?
3. Mengetahui upaya pemerintah dalam memulihkan ekonomi Indonesia
saat pandemi
4. Mengetahui faktor-faktor Pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2021
5. Mengetahui manfaat pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia

1.4 Manfaat
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan manfaatnya
sebagai berikut:
1. Diharapkan dapat mengetahui pengertian pertumbuhan ekonomi
2. Diharapkan dapat mengetahui pertumbuhan ekonomi Indonesia saat
pandemi Covid-19
3. Diharapkan dapat mengetahui upaya pemerintah dalam memulihkan
ekonomi Indonesia saat pandemi
4. Diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor pendorong pertumbuhan
ekonomi indonesia tahun 2021
5. Diharapkan dapat mengetahui manfaat pertumbuhan ekonomi bagi
Indonesia

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pertumbuhan ekonomi


Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam
menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Di mana pertumbuhan ekonomi
menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang
dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan
produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Menurut Boediono (2013) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
output per kapita dalam jangka panjang. Dengan kata lain, perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan bila pendapatan riil masyarakat pada tahun
sebelumnya. Dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah
penambahan Produk Domestik Bruto (PDB), yang berarti peningkatan Pendapatan
Nasional/PN (Tambunan,2012).
Keberhasilan suatu negara dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
diukur melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan stabil dari tahun-ke tahun berarti kesejahteraan ekonomi
meningkat, sedangkan pertumbuhan ekonomi dengan nilai negatif berarti tingkat
kesejahteraan di suatu negara juga menurun. Tinggi rendah laju pertumbuhan
ekonomi di suatu negara menunjukkan tingkat perubahan kesejahteraan ekonomi
masyarakatnya (Boediono,2013).
Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian
suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau
pencapaian perekonomian bangsa tersebut. Bagi Indonesia sebagai salah satu
negara berkembang, pembangunan ekonomi merupakan instrumen utama untuk
mencapai cita-cita nasional. Ada indikator yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan pembangunan salah satunya pertumbuhan ekonomi diukur dengan
Produk Domestik Bruto (PDB).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi
di mana untuk periode yang sama yaitu pada tahun 1995-2014, rata-rata
pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 4,5 per tahun. Sebelum
terjadinya krisis, pada tahun 1995 dan 1996 pertumbuhan ekonomi sebesar 4.70
dan 7.84. Namun untuk tahun 1997-1998 pertumbuhan ekonomi menurun sangat
drastis yaitu sebesar 8.22 hingga menjadi -13.33%.
Hal ini dikarenakan terjadinya krisis ekonomi pada tahun tersebut. Krisis
ini disebut dengan krisis moneter karena permulaannya krisis tersebut berasal dari
indikator-indikator ekonomi, seperti salah satu menurunnya nilai tukar rupiah,
kondisi arus perbankan yang menurun dan pinjaman publik yang melonjak drastis.
Pada tahun 1999 perekonomian Indonesia masih rendah sebesar 0.79 namun naik
cukup signifikan ioni disebabkan karena pengaruh krisis ekonomi yang terjadi di
Asia dan berakibat kepada perekonomian di Indonesia. Namun pada tahun 2000

3
pertumbuhan ekonomi mulai membaik yaitu sebesar 4.98. Jika dilihat dari
perkembangan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi yaitu pada tahun 2013 sebesar 6.78% (Badan Pusat
Statistik,2014). Pengaruh pertumbuhan ekonomi yang paling signifikan adalah
inflasi seperti contoh yang terdapat pada Indonesia tahun 1998 yaitu krisis
ekonomi perekonomian Indonesia lumpuh disebabkan oleh inflasi yang sangat
tinggi.

2.2 Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat pandemi Covid-19


Pandemi Covid-19 telah menyebabkan menurunnya perekonomian dan
aktivitas di berbagai sektor dan wilayah di Indonesia. Walau economic shock yang
disebabkan oleh pandemi Covid-19 berangsur mereda seiring stabilnya pasar
keuangan domestik dan menggeliatnya beberapa sektor perekonomian. Akan
tetapi mengingat sifatnya yang memukul baik sisi penawaran maupun permintaan
dari perekonomian, upaya pemulihan masih memerlukan lebih banyak waktu.
Pada saat yang sama, penyebaran virus juga belum menunjukkan tanda-tanda
berakhir seiring dengan masih meningkatnya tren kasus dan kematian
terkonfirmasi. Di satu sisi, tuntutan untuk memulai kembali berbagai aktivitas
sosial dan ekonomi semakin menguat ditandai dengan dilonggarkannya
pembatasan sosial di banyak daerah. Di sisi lain, infrastruktur kesehatan publik
yang ada masih belum memadai. Sehingga terdapat risiko yang tinggi untuk
menggerakkan kembali berbagai roda aktivitas sosial dan ekonomi secara normal.
Dengan berbagai keterbatasan ini, new normal menjadi satu keharusan. New
normal juga merupakan sebuah kesempatan untuk melakukan penguatan ekonomi
asalkan diiringi penyusunan prioritas yang transparan serta koordinasi dan
sinkronisasi kebijakan yang tepat.
Pandemi Covid-19 telah berdampak buruk pada ekonomi nasional
sepanjang tahun 2020 lalu kendati mulai triwulan tiga 2020 mulai membaik.
Kondisi ekonomi nasional itu tampak dari sejumlah indikator perekonomian,
seperti pertumbuhan ekonomi, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Indeks
Manufaktur, Retail Sales Indeks, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan jasa
keuangan.
Laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2020 diperkirakan mengalami
pertumbuhan negatif. Pada kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi masih tumbuh
2,97 persen year of year, tetapi memasuki kuartal II terkontraksi hingga 5,32
persen year of year. Kuartal II merupakan puncak dari semua kelesuan ekonomi
karena hampir seluruh sektor usaha ditutup untuk mencegah penyebaran Covid-
19. PSBB sebagai langkah penanganan pandemi Covid-19 yang diterapkan pada
sejumlah daerah di Indonesia merupakan faktor yang menyebabkan kontraksi
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2020.
Memasuki kuartal III, saat PSBB mulai dilonggarkan, kegiatan ekonomi
mulai menggeliat. Kontraksi ekonomi mulai berkurang menjadi 3,49 persen. Pada

4
kuartal IV, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan, ekonomi masih akan
minus di kisaran minus 2,9 persen hingga minus 0,9 persen. Itu artinya, Indonesia
diperkirakan menutup tahun 2020 pada angka pertumbuhan ekonomi minus.
Selama tahun 2020, pemerintah tercatat tiga kali mengubah proyeksi
pertumbuhan ekonomi. Pada Maret-April, pemerintah memperkirakan
pertumbuhan ekonomi di kisaran minus 0,4 persen hingga minus 2,3 persen. Pada
Mei-Juni, perkiraan lebih pesimistis di angka minus 0,4 persen hingga minus 1
persen. Setelah melihat berbagai perkembangan, pada September-Oktober,
proyeksi pertumbuhan kembali direvisi menjadi kontraksi 1,7 persen hingga 0,6
persen.
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mencatat, Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) kegiatan usaha pada triwulan III dan IV 2020 adalah sebesar minus 5,97
dan 2,21 persen, meningkat dibandingkan kondisi pada triwulan II yang mencapai
minus 35,7 persen. Berdasarkan hasil data survei, perbaikan kegiatan dunia usaha
terjadi pada seluruh sektor ekonomi terutama pada sektor industri pengolahan,
perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan, serta komunikasi.
Dari sisi aktivitas manufaktur, terjadi perbaikan hingga Desember 2020.
Indeks Manufaktur (PMI) pada bulan Desember 2020 mencapai 51,3, atau berada
di level ekspansi. Angka PMI itu naik dari 50,6 pada bulan November
2020. Indeks manufaktur yang telah kembali ke titik 50 poin pada November dan
Desember 2020 merupakan satu indikator bahwa perusahaan manufaktur kembali
berekspansi karena mengalami peningkatan penjualan yang berakibat pada
peningkatan produksi. Selama pandemi, PMI pernah mencapai level terburuk
dengan skor hanya 27,5 pada April 2020. Perbaikan sektor manufaktur akan
menentukan pemulihan ekonomi.
Di sisi permintaan konsumen terhadap barang jadi, pola pengeluaran
konsumsi masyarakat menunjukkan penurunan. Pada bulan November
2020, retail sales index menunjukkan penurunan dengan nilai indeks sebesar
181,3, turun dibandingkan bulan Oktober sebesar 194,11. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat masih cenderung menahan untuk melakukan konsumsi.
Indikator lain yang dapat dilihat adalah Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK) yang menunjukkan optimisme dan pesimisme konsumen terhadap
perekonomian. Pada Desember 2020, IKK terhadap kondisi ekonomi menguat
mendekati zona optimis. IKK meningkat dari 92 pada November 2020 menjadi
96,5 pada Desember 2020. Sejak April 2020, IKK berada di level pesimis. IKK
terburuk terjadi pada Mei, pada angka 77,8, setelah itu merangkak naik hingga
akhir tahun.
Sejalan dengan aktivitas perekonomian yang belum pulih, penyaluran
kredit juga merosot. Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit industri
perbankan hingga akhir Desember 2020 mencapai Rp 5.482,5 triliun, masih
mengalami kontraksi 2,7 persen secara tahunan. Kontraksi tersebut terjadi karena

5
penurunan kredit kepada debitur korporasi yang belum banyak melakukan
investasi.

2.3 Upaya pemerintah dalam memulihkan ekonomi Indonesia saat pandemi


Untuk memulihkan ekonomi Indonesia akibat dampak Covid-19,
sepanjang tahun 2020 pemerintah telah menerbitkan beragam regulasi dan
kebijakan untuk menahan dampak buruk di bidang ekonomi sekaligus
mengupayakan pemulihan ekonomi.
Awalnya, pemerintah merespons dampak Covid-19 dengan mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020
tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemik Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau dalam
Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional
dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Perppu tersebut kemudian disahkan menjadi
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 pada 31 Maret 2020.
Secara garis besar, Perppu tersebut mengatur kebijakan keuangan negara
dan kebijakan stabilitas sistem keuangan negara. Kebijakan keuangan negara
tersebut meliputi kebijakan pendapatan negara termasuk kebijakan di bidang
perpajakan, kebijakan belanja negara termasuk kebijakan di bidang keuangan
daerah, dan kebijakan pembiayaan. Sedangkan, kebijakan stabilitas sistem
keuangan meliputi kebijakan untuk penanganan permasalahan lembaga keuangan
yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan.
Sebagai turunan dari Perppu tersebut, pemerintah menerbitkan Peraturan
Presiden Tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Rincian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020 pada tanggal 4 April 2020.
Perpres itu kemudian diubah dengan Peraturan Presiden nomor 72 Tahun 2020
tentang Perubahan Postur dan Rincian APBN 2020 dan ditetapkan pada 24 Juni
2020.
Penyesuaian postur dan rincian APBN 2020 dilakukan untuk menjaga
kualitas dan kesinambungan APBN 2020. Selain itu, penyesuaian dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan penanganan Covid-19 dan menghadapi ancaman yang
dapat membahayakan perekonomian nasional dan stabilitas keuangan.
Seiring penurunan kinerja ekonomi karena terganggunya belanja
pemulihan kesehatan dan ekonomi, pemerintah mulai melakukan upaya
pemulihan ekonomi nasional melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN). Tujuannya untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
ekonomi para pelaku usaha dari sektor riil dan sektor keuangan dalam
menjalankan usahanya selama pandemi Covid-19.
Program PEN itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2020 yang ditetapkan pada tanggal 9 Mei 2020. Dalam PP setebal 24 halaman itu,
disebutkan program PEN dilaksanakan melalui empat modalitas dan belanja
negara, yaitu penyertaan modal negara (PMN), penempatan dana, investasi

6
pemerintah, dan kegiatan penjaminan dengan skema yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Selanjutnya, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 72
Tahun 2020 yang dikeluarkan 27 Juli 2020. Aturan ini membahas Komite
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi
Nasional.
Dalam Perpres 82/2020 tersebut dijelaskan mengenai pembentukan
Komite yang bertanggung jawab langsung pada Presiden. Komite ini terdiri atas
Komite Kebijakan, Satuan Tugas Penanganan Covid-19, serta Satuan Tugas
Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional.
Komite Kebijakan dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara sebagai Ketua Pelaksana. Tugas
Komite Kebijakan adalah menyusun rekomendasi, mengintegrasikan dan
menetapkan langkah percepatan penanganan Covid-19, serta melakukan
pengawasan.
Tugas Satgas Penanganan Covid-19 tercantum dalam pasal 6 Perpres
82/2020. Satuan tugas dipimpin oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB). Sedangkan, Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi
Nasional yang dipimpin oleh Wakil Menteri BUMN I, ada di pasal 8.
Pemulihan ekonomi nasional dilakukan dengan mengambil kebijakan
fiskal dan moneter yang komprehensif. Di samping itu, pemerintah juga
mengalokasikan dana APBN 2020 untuk pemulihan ekonomi sebesar Rp 695,23
triliun.
Pemulihan ekonomi nasional diharapkan mulai terasa pada triwulan III
2020. Meskipun tidak bertumbuh positif, diharapkan, ekonomi nasional tidak
berkontraksi sebesar triwulan II. Selanjutnya, pada triwulan IV 2020, diharapkan
ekonomi nasional bertumbuh positif sehingga kontraksi tahun 2020 bisa ditekan
sekecil mungkin.
Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat tiga kebijakan yang dilakukan
pemerintah, yaitu peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas
dunia usaha, serta menjaga stabilitasi ekonomi dan ekspansi moneter. Kebijakan
tersebut dilaksanakan secara bersamaan dengan sinergi antara pemegang
kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter, dan institusi terkait.
Terkait daya beli masyarakat, pemerintah telah mengalokasi anggaran
sebesar Rp 172,1 triliun untuk mendorong konsumsi/kemampuan daya beli
masyarakat. Dana tersebut disalurkan melalui bantuan langsung tunai (BLT),
Kartu Pra Kerja, pembebasan listrik, dan lain-lain. Pemerintah juga mendorong
konsumsi kementerian/lembaga serta pemerintah daerah melalui percepatan
realisasi APBN/APBD. Selain itu, konsumsi juga diarahkan untuk produk dalam
negeri sehingga memberikan multiplier effect.
Di sektor dunia usaha, pemerintah berusaha menggerakkan melalui
pemberian insentif/stimulus kepada UMKM dan korporasi. Untuk UMKM,

7
pemerintah antara lain memberikan penundaan angsuran dan subsidi bunga kredit
perbankan, subsidi bunga melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Ultra Mikro
(Umi), penjaminan modal kerja sampai Rp 10 miliar dan pemberian insentif pajak,
misalnya Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21) ditanggung pemerintah.
Untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia
berupaya tetap menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah, menurunkan suku bunga,
melakukan pembelian surat berharga negara (SBN), dan stabilitas makroekonomi
dan sistem keuangan. Tujuan penurunan suku bunga adalah meningkatkan
likuiditas keuangan untuk mendorong aktivitas dunia usaha.

2.3 Faktor-faktor Pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021


Menurut Sukirno, (2011: 429), faktor-faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi yaitu:
1. Tanah dan kekayaan alam lainnya
Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk mengembangkan
perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari
proses pertumbuhan ekonomi. Apabila negara tersebut mempunyai
kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan menguntungkan, hambatan
yang baru saja dijelaskan akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi
dipercepat.
2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah akan mendorong jumlah tenaga kerja dan
penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Di
samping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja,
keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal tersebut
menyebabkan produktivitas bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan
pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga
kerja.
3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat
yang lebih tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan yang dicapai
oleh suatu masyarakat yang masih belum berkembang. Barang-barang
modal yang sangat banyak jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi
bertambah modern memegang peranan yang penting sekali dalam
mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi.
4. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Di dalam menganalisis mengenai masalah-masalah pembangunan di
negara-negara berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa
sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius
kepada pembangunan. Sikap masyarakat juga dapat menentukan sampai di
mana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Apabila di dalam masyarakat
terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang

8
sangat menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah berusaha
untuk menghapuskan hambatan-hambatan tersebut.

Pandemi covid-19 ini tidak hanya memberikan dampak pada bidang


kesehatan tetapi berdampak juga pada bidang ekonomi tepatnya pertumbuhan
ekonomi Indonesia ikut terpengaruhi di masa pandemi covid-19. Hal ini membuat
semua negara termasuk Indonesia lebih meningkatkan sistem perawatan kesehatan
terbaik, kondisi ini membuat pertumbuhan ekonomi banyak negara terkontraksi,
bahkan Indonesia sudah jatuh ke jurang resesi karena pertumbuhan ekonomi yang
minus selama dua kuartal berturut-turut. Kontraksi pertama terjadi pada kuartal II,
dengan kinerja ekonomi minus 5,32 persen year on year. Kontraksi berlanjut di
kuartal III dengan angka minus sebesar 3,49 persen year on year. Untuk
memulihkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di
Menurut Rachel Elizabeth Hosanna selaku Ekonom Milenial PT Bank
Amar Indonesia Tbk meyakini bahwa ekonomi Indonesia akan tetap bertumbuh
tahun ini. Hal tersebut di perkuat dengan sejumlah faktor pendorong pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2021.
1. Vaksin covid-19
Faktor ketersediaan vaksin akan menentukan langkah dan pola pemulihan.
Pemerintah saat ini tengah mempercepat distribusi vaksin kepada
masyarakat secara bertahap, dengan target vaksinasi kepada sekitar 181,5
juta penduduk Indonesia dalam jangka waktu 15 bulan, sejak Januari 2021
hingga Maret 2022. Harapannya, dengan vaksin tersebut tercipta herd
immunity dan ekonomi berangsur pulih.
2. Protokol Kesehatan untuk ekonomi berkelanjutan
Kegiatan ekonomi setelah masa pandemi akan tetap berlanjut dengan
penerapan protokol kesehatan dan pembatasan kegiatan masyarakat
(PKM). Pola kerja baru mulai tercipta dan covid-19 mendorong pelaku
ekonomi dan masyarakat untuk lebih memperhatikan faktor higienis dan
keseimbangan lingkungan.
3. Ditopang UMKM
UMKM merupakan segmen industri yang tangguh menghadapi pandemi
dan cepat beradaptasi dengan kondisi pandemi serta siap menopang
pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi industri UMKM untuk
ekonomi nasional saat ini sebesar 63 persen. Pemerintah telah
berkomitmen mengucurkan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
sekitar lebih dari Rp600 triliun, 60 persen di antara untuk sektor UMKM.
4. Level konfidens yang positif di sektor keuangan
Pada awal tahun 2021, nilai tukar Rupiah terus menunjukkan tren positif
disebabkan oleh aliran masuk investasi asing langsung. Bank Indonesia
akan terus melanjutkan kebijakan yang extra ordinary agar menjaga
volatilitas nilai tukar Rupiah di level aman.

9
5. Sentimen positif dari UU Cipta Kerja dan PSN
Investasi pada 2021 diperkirakan meningkat karena adanya UU Cipta
Kerja dan berlanjutnya Program Strategis Nasional (PSN) termasuk
proyek infrastruktur. Prioritas pembangunan nasional di 2021 juga akan
difokuskan pada bidang Kesehatan, Pendidikan, Teknologi Informasi dan
Komunikasi, Ketahanan Pangan, Perlindungan Sosial, dan Pariwisata.

2.4 Manfaat pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia


1. Pendapatan perkapita masyarakat lebih tinggi
Pertumbuhan ekonomi yang baik pada suatu negara akan
berdampak pada meningkatnya rata-rata pendapatan perkapita masyarakat.
Maka dari itu masyarakat akan bisa menikmati atau mengonsumsi lebih
banyak barang dan jasa serta memiliki standar hidup yang lebih baik.
Pertumbuhan ekonomi juga secara langsung akan mengurangi tingkat
kemiskinan dan meningkatkan angka harapan hidup. Pengangguran dapat
ditekan dan dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang positif, para
perusahaan akan membuka banyak lapangan pekerjaan sehingga akan
banyak tenaga pekerja baru yang dibutuhkan.
2. Pinjaman pemerintah lebih rendah
Pertumbuhan ekonomi akan menciptakan pendapatan pajak yang
lebih tinggi, karena itu pertumbuhan ekonomi dapat membantu
mengurangi pinjaman pemerintah. Akibat pendapatan pajak yang tinggi
kebutuhan pemerintah untuk mengeluarkan uang contohnya membantu
dalam hal tunjangan pengangguran, kemiskinan dan yg terkait dengan
kesejahteraan juga semakin sedikit.
3. Peningkatan layanan publik
Dengan meningkatnya pendapatan pajak, pemerintah dapat
mengalokasikan dana lebih banyak untuk kebutuhan layanan publik
seperti, untuk pendidikan, kesehatan, memperbaiki lingkungan dan
infrastruktur lainnya demi melayani masyarakatnya. Pemerintah juga dapat
mencurahkan lebih banyak sumber daya untuk penggunaan sumber daya
alam terbarukan yang bisa didaur ulang.
4. Investasi Meningkat
Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara akan menumbuhkan iklim
investasi yang baik. Sehingga pemilik modal dan perusahaan akan dengan
senang dan nyaman berinvestasi.
5. Peningkatan penelitian dan pengembangan
Perusahaan dalam lingkungan ekonomi dan investasi yang sehat
akan meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan. Dengan demikian
perusahaan akan lebih banyak mengeluarkan dana atau sumber daya untuk
penelitian dan pengembangan. Pertumbuhan ekonomi yang baik juga

10
meningkatkan kepercayaan diri bagi perusahaan dalam melakukan Inovasi
dan mengambil resiko.
6. Evaluasi pembangunan ekonomi
Dengan adanya sebuah evaluasi yang dilakukan dari setiap
permasalahan ekonomi yang ada di suatu negara, akan membantu
memberikan perubahan pada negara itu sendiri. Contohnya negara dengan
ekonomi berkembang seperti di Afrika, dengan adanya pertumbuhan
ekonomi, negara dapat keluar dari bahaya kemiskinan dan dapat
meningkatkan angka harapan hidup. Penyebabnya adalah bidang sosial
seperti pendidikan dan kesehatan akan difasilitasi lebih banyak oleh
negara. Begitupun dengan Indonesia, Jika adanya evaluasi yang dilakukan
untuk menunjang terjadinya pertumbuhan ekonomi maka akan adanya
peningkatan pula dari masalah perekonomian yang ada di Indonesia.
Namun akan beda kasusnya dengan negara maju yang menganggap
pertumbuhan ekonomi kurang penting. Contoh dari dampak negatif
pertumbuhan ekonomi adalah menimbulkan kemacetan dan polusi
sehingga standar hidup yang baik tidak akan terpenuhi. Pada contoh lain
distribusi pertumbuhan ekonomi juga harus diperhatikan yaitu siapa yang
yang diuntungkan dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Supaya tidak ada
kesenjangan tingkat ekonomi di masyarakat.

11
BAB 3
KESIMPULAN

Pertumbuhan Ekonomi yaitu salah satu tolak ukur penting dalam


menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam
kegiatan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam
konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari
pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut.
Pandemi Covid-19 telah berdampak buruk pada ekonomi nasional
sepanjang tahun 2020 lalu mulai triwulan tiga 2020 mulai membaik. Laju
pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2020 diperkirakan mengalami pertumbuhan
negatif. Pada kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi masih tumbuh 2,97 persen,
tetapi memasuki kuartal II terkontraksi hingga 5,32 persen. Pada kuartal III
kontraksi ekonomi mulai berkurang menjadi 3,49 persen. Pada kuartal IV, Menteri
Keuangan Sri Mulyani memperkirakan, ekonomi masih akan minus di kisaran
minus 2,9 persen hingga minus 0,9 persen. Selama tahun 2020, pemerintah
tercatat tiga kali mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi. Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) mencatat, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha
pada triwulan III dan IV 2020 adalah sebesar minus 5,97 dan 2,21.
Pemerintah merespons dampak Covid-19 dengan mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020
tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau dalam
Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional
dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Perpres itu kemudian diubah dengan
Peraturan Presiden nomor 72 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Rincian
APBN 2020. Pemerintah mulai melakukan upaya pemulihan ekonomi nasional
melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020. Pemulihan ekonomi nasional
dilakukan dengan mengambil kebijakan fiskal dan moneter yang komprehensif.
Faktor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menurut Sukirno,
(2011: 429), yaitu tanah dan kekayaan alam lainnya , jumlah dan mutu dari
penduduk dan tenaga kerja, barang-barang modal dan tingkat teknologi, dan
sistem sosial dan sikap masyarakat. Sedangkan menurut Rachel Elizabeth
Hosanna meyakini bahwa ekonomi Indonesia akan tetap bertumbuh ditahun ini
karena diperkuat oleh beberapa faktor pendorong yaitu adanya vaksin Covid-19,
protokol Kesehatan untuk ekonomi berkelanjutan, ditopang perekonomian oleh
UMKM, level konferensi yang positif di sektor keuangan, dan sentiment positif
dari UU Cipta Kerja dan PSN.
Manfaat dari pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia antara lain
pendapatan per kapita masyarakat yang lebih tinggi, pinjaman pemerintah lebih
rendah, meningkatnya layanan publik, meningkatnya investasi, peningkatan
penelitian dan pengembangan, dan evaluasi pembangunan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Boediono. (2013). Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE UGM


Dinisari, M.C. (2021). 5 Faktor Pendorong Ekonomi Indonesia 2021 Menurut
Analisis Ekonom Milenial. Diakses pada 15 Mei 2021 melalui
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20210220/9/1359004/5-
faktor-pendorong-ekonomi-indonesia-2021-menurut-analisis-ekonom-milenial.
Ma’ruf. (2019). 6 Manfaat Pertumbuhan Ekonomi Bagi Suatu Negara. Diakses
pada 14 Mei 2021 melalui https://www.akuntansilengkap.com/ekonomi/manfaat-
pembangunan-ekonomi/.

Purwanto, Antonius. (2021). Ekonomi Indonesia pada Masa Pandemi Covid-19:


Potret dan Strategi Pemulihan 2020-2021. Diakses pada 15 Mei 2021 melalui
https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/ekonomi-indonesia-pada-
masa-pandemi-covid-19-potret-dan-strategi-pemulihan-2020-2021.
Sayekti, Sri. (2021). Dampak Ekonomi Pandemi Covid-19. Diakses pada 15 Mei
2021 melalui https://amp.kontan.co.id/news/dampak-ekonomi-pandemi-covid-19.

Sukirno, Sadono. (2011). Makro Ekonomi. Teori Pengaantar. Edisi Ketiga.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suparmoko, M. (2002). Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan
Daerah edisi 1. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Zuraya, Nidia. (2020). Ekonomi Indonesia 2021: Membaik atau Makin
Memburuk?. Diakses pada 15 Mei 2021 melalui
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/qm5k0o318.

13

Anda mungkin juga menyukai