Anda di halaman 1dari 18

92012

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN BRONKITIS KRONIS
BAB I

PENDAHULUAN

1. I.             LATAR BELAKANG
Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang peradangannya menyerang bronchus
dengan prevalensi kesakitan di Indonesia cukup besar jumlahnya. Hal ini disebabkan karena
peningkatan pertumbuhan industri yang mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga
meningkatnya angka perokok terutama di usia remaja dan produktif. Biasanya penyakit bronchitis
ini mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama-kelamaan batuk disertai juga adanya
peningkatan suhu tubuh.

Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis ) bronkus lokal yang
bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-
perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos
bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar
jarang terjadi.

Bronchitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada seorang pasien, dalam
keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang
dinamakan cronik obstructive pulmonary disease ( COPD ).

Dinegara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Di Inggris
dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab kematian dan ketidak
mampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang
berarti dengan pengobatan memakai antibiotik.

Di Indonesia belum ada laporan tentang anka-angka yang pasti mengenai penyakit ini.
Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki dan wanita.
Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak bahkan dapat merupakan kelainan congenital

Penyakit dan gangguan saluran napas khususnya bronkitis kronik ini masih menjadi masalah
terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kematian akibat penyakit saluran napas dan paru seperti
infeksi saluran napas akut, tuberkulosis asma khususnya bronkitis kronik masih menduduki
peringkat tertinggi. Infeksi virus dan bakteri merupakan penyebab yang sering terjadi.
Bronkitis kronik termasuk kelompok penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penyakit ini
merupakan penyebab kematian urutan ke lima. (Abdul Waris Aly Imran, 2008). Oleh karena itu
dengan mempelajari secara lebih detail lagi mudah-mudahan dapat menambah wawasan kita serta
mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah pada gangguan saluran nafas khususnya Bronkitis
Kronik. Sehingga angka penderita dan kematian yang disebabkan oleh penyakit ini dapat ditekan.

II. TUJUAN

 Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap klien bronchitis kronis ini

 Tujuan Khusus
Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan bronchitis kronis. Maka
mahasiswa/i diharapkan mampu :

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis


2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis
5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan bronchitis kronis
 

 
 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. I.             DEFINISI
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3
bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak
terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).

Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam
satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002).
Bronkhitis kronis adalah penyakit atau gangguan pernapasan paru obstruktif yang ditandai dengan
produksi mukus yang berlebih (sputum mukoid) selama kurang 3 bulan berturut-turut dalam 1
tahun untuk 2 tahun berturut turut. (Elizabeth .J. Corwin)

Bronkhitis kronis adalah gangguan pernapasan atau inflamasi jalan napas dan peningkatan
produksi sputum mukoid menyebabkan ketidak cocokan ventilasi – perfusi dan penyebab sianosis.
(Sylvia .A. Price)

Bronkhitis kronis (BK) secara fisiologis di tandai oleh hipertrofi dan hipersekresi kelenjar mukosa
bronkial, dan perubahan struktural bronki serta bronkhioles. BK dapat di sebabkan oleh iritan fisik
atau kimiawi (misalnya, asap rokok, polutan udara ) atau di sebabkan infeksi ( bakteri atau virus)

Secara harfiah bronchitis dapat digambarkan sebagai penyakit gangguan respiratorik dengan gejala
utama adalah batuk. Ini berarti bronchitis bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi
juga penyakit lain dengan bronchus sebagai pemegang peranan (Perawatan Anak Sakit, EGC,
1995)

Istilah bronchitis kronis menunjukkan kelainan pada bronchus yang sifatnya menahun
(berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari luar bronchus
maupun dari bronchus itu sendiri, merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus
trakeobronkial yang berlebihan sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dengan ekspektorasi
sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk lebih dari 2 tahun secara berturut-turut.

1. II.          ETIOLOGI
Terdapat tiga jenis penyebab bronkhitis , yaitu:

a. Infeksi: Virus (morbili, pneumonia variola), Staphylococcus (stafilokokus), Streptococcus


(streptokokus), Pneumococcus (pneumokokus), Haemophilus influenzae

b. Alergi

c. Rangsangan lingkungan, misal: asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.

Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh, yaitu:

a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan sehingga infeksi
bakteri mudah terjadi
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang dapat
menyerang dinding bronkhus.

c. Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding


bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.

d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga drainase
lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri.

Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit ini terjadi adalah antara lain :

 Kebiasaan merokok
 Pencemaran / polusi udara
 Paparan debu,asap,dan gas-gas kimiawi akibat kerja
 Riwayat infeksi saluran napas
 Bersifat genetic
 Jangkitan paru-paru berulang seperti pneumonia, virus dan tibi dll
 

1. III.       ANATOMI FISIOLOGI
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kiravertebrata torakalis
kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisioleh.jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arahtampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek
dan lebih lebar, dan lebih vertikal dari pada yangkiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewatdi bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebihlangsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadibeberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dankernudian
menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yangukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluranudara terkecil yang
tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalismemiliki garis tengah kurang
lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulangrawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah.

Seluruh saluranudara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar
udarakarena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-
paru.
 

1. IV.       PATOFISIOLOGI
pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam
satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.

Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi (terutama
rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons inflamasi yang
akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti
emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan alveoli.

         Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.

Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:

a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga meningkatkan
produksi mukus.

b. Mukus lebih kental

c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.

Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan
memengaruhi seluruh saluran napas.

Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama
ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal
dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis.
Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana
terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien
terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit
berlebihan).
 

1. V.          MANIFESTASI KLINIS
 Batuk produktif dengan dahak purulen.
 Demam
 Suara serak
  Ronchi terutama sewaktu inspirasi.
 Nyeri dada kadang-kadang timbul.
 Dispnea
 

1. VI.       KLASIFIKASI
Bronkhtis dibagi menjadi 2 yaitu :

1.      Bronkhitis Kronis

2.      Bronkhitis Akut

·  Bronkitis kronis adalah kelainan pada bronkus yang sifatnya menahun yang disertai dengan
batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak ± 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi paling
sedikit selama 2 tahun.

· Bronkitis akut adalah suatu peradangan bronkhi dan kadnag-kadang mengenai trakea.

Batuk produktif dengan dahak purulen.

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

- Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan  karbondioksida
arteri.

-  Pemeriksaan sinar x-thorax dapat membuktikan adanya bronkitis kronik.

-  Pemeriksaan fungsi paru mungkin menunjukkan adanya abstruktif jalan nafas.

1. VIII.       PENATALAKSANAAN
 Penyuluhan kepada klien tentang bahaya merokok.
 Terapi antibiotik terutama pada musim dingin untuk mengurangi insiden infeksi saluran
napas bawah, karena setiap infeksi akan semakin meningkat pembentukan mukus dan
pembengkakan.
 Peningkatan asupan cairan dan ekspekstorran untuk mengencerkan dahak.
 Pengelolaan sehari-hari untuk mengurangi obstruksi jalan pernafasan dengan cara
pemberian bronkodilator.
 Istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen.
 

1. IX.             KOMPLIKASI
 Hipertensi paru.
 Dapat timbul kanker paru.
 Pneumenia.
 Kegagalan pernafasan
 

1. X.                PENATALAKSANAAN
Pada bronkitis akut, tidak ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa banyak
masalah. Pada bayi kecil, drainase paru dipermudah dengan cara perubahan posisi. Anak yang
lebih tua lebih enak dengan kelembapan tinggi. Anak dengan serangan bronkitis akut berulang
perlu dievaluasi dengan cermat untuk kemungkinan anomali saluran pernafasan, benda asing,
bronkiektasia, defisiensi imun, TBC, alergi sinusitis.

Tindakan Perawatan

Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir :

a.       Sering mengubah posisi

b.      Banyak minum

c.       Inhalasi

d.      Nebulizer

e.       Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu  diberikan
minum susu atau makanan lain
 

Tindakan Medis :

a.       Jangan beri obat antihistamin berlebih

b.      Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial

c.       Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari

d.      Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

 
 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. I.       PENGKAJIAN
 Biodata
Kaji biodata mulai dari nama, alamat, usia, pendidikan, agama.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Tanyakan pada klien. Apakah klien pernah atau sedang menderita suatu penyakit lainnya dan
pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Dan tanyakan juga tindakan apa saja yang
telah dilakukan serta obat apa saja yang telah dikonsumsi.

 Riwayat Penyakit Sekarang


         Klien pada umumnya mengeluh sering batuk, demam,  suara serak dan kadang nyeri dada.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Kaji adakah keluarga klien yang sedang atau pernah mengalami penyakit yang sama dengan
penyakit klien. Dan tanyakan apakah ada anggota keluarga klien yang mempunyai penyakit berat
lainnya.

 Aktivitas sehari-hari di rumah


                  Kaji pola makan, minum, eliminasi BAB, eiminasi BAK, istirahat tidur dan kebiasaan
klien.

Riwayat Psikososial-Spiritual
Psikologis      : apakah klien menerima penyakit yang dideritanya atau menarik diri ?

Sosial            : bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan sekitar sebelum dan selama sakit
dan     apakah klien dapat beradaptasi dengan lingkungan baru (rumah sakit) ?

Spiritual         : apakah dan bagaimana klien mengerjakan ibadahnya saat sakit ?

 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
-   Tingkat keamanan

-   GCS

-    Tanda-tanda vital

Tekanan darah        :

Suhu                     :

Nadi                     :

Repsirasi rate          :

     2.     Pengkajian per sistem

a. Kepala dan leher

Kepala          : Kaji bentuk danada tidaknya benjolan.

Mata             : Kaji warna sklera dan konjungtiva.

Hidung          : Kaji ada tidaknya pernafasan cuping hidung.

Telinga          : Kaji

Mulut            : Kaji mukosa dan kebersihannya.


Leher            : Ada tidaknya pembesaran vena jugularis.

b. Sistem Integumen

Rambut         : Kaji warna dan kebersihannya.

Kulit              : Kaji warna dan ada tidaknya lesi.

Kuku             : Kaji bentuk dan kebersihannya.

c. Sistem Pernafasan

Inspeksi         : biasanya pada klien bronkhitis terjadi sesak, bentuk dada barrel chest, kifosis.

Palpasi          : Iga lebih horizontal.

Auskultasi      : Adakah kemungkinan terdapat bunyi napas tembahan, biasanya terdengar ronchi.

d. Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi         : Kaji apakah ada pembesaran vena ingularis.

Palpasi          : Kaji apakah nadi teraba jelas dan frekwensi nadi.

Auskultasi      : Kaji suara s1, s2 apakah ada suara tambahan.

e. Sistem Pencernaan

Inspeksi         : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya lesi.

Palpasi          : Kaji apakah ada nyeri tekan

Perkusi          : Kaji apakah terdengar bunyi thympani

Auskultasi      : Kaji bunyi peristaltik usus.


f. Sistem Reproduksi

Kaji apa jenis kelamin klien dan apakah klien sudah menikah.

g. Sistem Pergerakan Tubuh

Kaji kekuatan otot klien.

h. Sistem Persyaratan

Kaji tingkat kesadaran klien dan GCS.

i. Sistem Perkemihan

Kaji apakah ada gangguan eliminasi urin.

1. II.          DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum.
B. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
peningkatan produksi sputum.
C. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama (penurunan kerja silia, menetapnya sputum).
D. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi atau tidak
mengenai sumber informasi.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN / PERENCANAAN

 Diagnosa Keperawatan I : Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas dengan bunyi napas bersih / jelas.

Kriteria hasil :

1. Meningkatkan pertukaran gas pada paru.


2. Menurunkan kekentalan sputum.
Intervensi

1. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.


R : batuk yang tidak terkontrol tidak efektif dapat menyebabkan frustasi.

1. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan fiskositas sputum.


R : Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan  dan dapat mneyebabkan sumbatan mukus.

1. Auskultasi paru-paru sesudah dan sebelum tindakan.


R : Membantu evaluasi kebersihan tindakan.

1. Ajarkan atau ebrikan perawatan mulut setelah batuk.


R : Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

 Diagnosa Keperawatan II : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi


jalan anfas oleh peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang
normal dan bebas gejala distres pernafasan.

Kriteria hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan /
situasi.

Intervensi :

1. Kaji frekwensi dan kedalaman pernafasan.


R : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan atau kronisnya proses penyakit.

1. Dorong pengeluaran sputum, pengisapan bila di indikasikan.


R : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas ada jalan
nafas kecil.

1. Awasi tingkat kesadaran


R : Gelisah dan ausitas adalah manifestasi umum pada hipoksia.

 Diagnosa Keperawatan III : Resiko tinggi terhadap infekis berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sputum)
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu.
Kriteri hasil : klien dapat menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan
yang aman.

Intervensi :

1. Kaji suhu tubuh klien.


R : demam dapa terjadi karena infeksi aau dehidrasi.

1. Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering.


R : Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko
terjadinya infeksi paru

1. Observasi warna, karakter dan bau sputum.


R : Sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru.

 Diagnosa Keperawatan IV : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya


informasi atau tidak mengenai sumber informasi.
Tujuan : menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.

Kriteria hasil : klien dapat melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.

Intervensi

1. Jelaskan proses penyakit pada klien dan keluarga.


R : menurunkan ansietas dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.

1. Doorng klien untuk latihan nafas dan batuk efektif.


R : unutk meminimalkan kolaps jalan nafas kecil.

1. Ajarkan pentingnya perawatan oral atau kebersihan gigi.


R : menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut yang dapat menimbulkan infeksi saluran nafas
atas.

1. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang terinfeksi saluran pernafasan.


R : Menurunkan resiko terularnya infeksi saluran nafas atas.

 
IV.  EVALUASI

1.      Pola pernafasan menjadi efektif,

2.      Bersihan nafas membaik.

3.      Suhu tubuh menjadi normal

4.      Pemenuhan nutrisi terpenuhi

5.      Mempertahakan atau berupaya kearah peningkatan tingkat aktivitas.

 
 

BAB IV

PENUTUP

1. I.                   KESIMPULAN
Bronkitis kronik merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan yang diakibatkan oleh
beberapa faktor seperti : kebiasaan merokok, pencemaran/polusi udara, paparan debu,asap,dan
gas-gas kimiawi akibat kerja, riwayat infeksi saluran napas, bersifat genetik, jangkitan paru-paru
berulang seperti pneumonia, virus dan tibi dll yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan
pada saluran pernafasan yang disertai batuk berdahak dan berlangsung lama( minimal 3 bulan
dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut).

Adapun tanda-tanda dan gejala seseorang yang menderita penyakit ini adalah : Batuk yang sering
dan memproduksi lendir, kekurangan energi, suara mendesah ketika bernapas, Demam yang
mungkin atau tidak hadir dll. Penyakit ini dapat diobati dan ditanggulangi dengan cara konsultasi
kedokter dan melaksanakan semua apa yang disarankan oleh dokter.

1. II.                SARAN
2. Untuk Instansi
                                                  i.      Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara
optimal sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan

1. Untuk Klien dan Keluarga


                                                  i.      Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena
bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang
diharapkan tidak tercapai.

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Cakmoki. 2010. Bronkitis Kronis. http://cakmoki86.wordpress.com/2012/12/22/bronkitis-


kronis/ diakses tanggal 28 November 2012 pukul 08 : 10 pm)
Hardiyanto, Agustinus. Bronkitis. http://www.scribd.com/doc/32659325/BRONKITIS diakses
tanggal 28 November 2012 pukul 08 : 05 pm)
Yunita. 2011. Askep Bronchitis Kronis. http://yunita2aakperpemda.blogspot.com/2011/10/askep-
bronchitis-kronis.html diakses tanggal 28 November 2012 pukul 08 : 00 pm)
http://www.bloggaul.com/ridsale/readblog/80320/bronkhitis-kronis
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=18&tbl=ilmiah
http://www.id.articlesphere.com/Article/Chronic-Bronchitis-Symptoms/174284
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/bronkitis141006.htm
 

Anda mungkin juga menyukai