Konsep Data
Konsep Data
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan
dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik), kepribadian
tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting of personality), perilaku
Selain itu depresi dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan
pada alam perasaan (afektif mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya.
Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian,
rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda–tanda retardasi psikomotor atau kadang-kadang
agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan vegetatif seperti insomnia dan anoreksia (Kaplan
Sadock,2003).
ini sudah lama diketahui oleh para ahli. Emil Kraeplin mengatakan bahwa penyakit
Klasifikasi depresi menurut DSM IV (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental
Disorders) yaitu :
Gangguan siklotimik depresi dan hipomanik saat ini atau baru saja berlalu
Depresi postpartum
3. Gangguan depresi akibat kondisi medik umum dan gangguan depresi akibat zat.
4.Gangguan penyesuaian dengan mood : depresi disebabkan oleh stresor psikososial (Amir,
2005).
1. Gangguan tidur
2. Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (puyeng), rasa nyeri, pandangan
pagi hari.
4. Gangguan psikologis berupa suasana hati (disforik, rasa tidak bahagia, letupan
toleransi rendah, emosi meledak, menarik diri dari kegiatan sosial, kehilangan
memikirkan kematian & bunuh diri, perasaan negatif terhadap diri sendiri,
Faktor yang diduga menjadi penyebab depresi secara garis besar dibedakan menjadi
faktor biologis dan faktor psikososial. Faktor tersebut berinteraksi satu sama lain. Sebagai
Faktor yang diduga sebagai penyebab depresi dapat saling berinteraksi adalah :
1. Faktor biologi, meliputi genetik/ keturunan dan proses penuaan, abnormalitas tidur,
2003).
2. Faktor psikososial meliputi faktor ekstrinsik yaitu : peristiwa kehidupan yang dapat
menyebabkan harga diri rendah dan tidak dapat dihadapi dengan efektif, kehilangan
seseorang atau dukungan, tekanan sosial; dan faktor intrinsik meliputi sifat
konflik dari diri sendiri yang tidak terselesaikan, perasaan bersalah, evaluasi diri yang
negatif, pemikiran pesimis, kurang pertolongan, penyakit fisik serta penggunaan obat
dan genetik.
kehilangan.
positif dari orang lain dan dari lingkungan merupakan predisposisi bagi
4. Teori Kognitif yang menjelaskan konsep negatif dari diri, pengalaman, orang
lain & dunia, kepercayaan bahwa seseorang tidak dapat mengontrol situasi
nilai & tujuan untuk menciptakan eksistensi yang tepet akan menyebabkan
depresi .
6. Teori holism yang menjelaskan depresi adalah hasil dari genetik,biologi,
(Intansari,2002).
1. Pengertian Stroke
serebral secara fokal ataupun global, yang berkembang dengan cepat, dengan gejala
yang berlangsung selama 24 jam ataupun lebih, atau mengarah ke kematian tanpa
penyebab yang kelihatan, selain tanda-tanda yang berkenaan dengan aliran darah di otak.
Namun dalam bahasa yang lebih sederhana, dapat dikatakan bahwa stroke adalah suatu serangan
mendadak yang terjadi di otak yang melibatkan pembuluh darah di otak (tersumbat atau pecah),
dan kelumpuhan, bicara pelo, gangguan menelan, dan sebagainya (Iskandar J.2004).
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem
saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala
ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian (Ginsberg, 2007).
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak
tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian
reaksi bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan
otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Bila dapat
interupsi aliran darah otak secara mendadak atau pecahnya pembuluh darah otak. Atau
dengan kata lain, stroke terjadi bila pembuluh darah yang mengangkut oksigen dan bahan
makanan ke otak dan di dalam otak tersumbat atau pecah (Dyah, 2010).
Salah satu gejala dari stroke adalah hemiparesis, dimana lengan dan tungkai sesisi
lumpuh sama beratnya ataupun hemiparesis dimana lengan sesisi lebih lumpuh dari tungkai
Menurut Dharmady (2009) teori yang menerangkan terjadinya depresi pada pasien
stroke adalah :
Depresi timbul sebagai akibat lesi pada daerah otak tertentu yang
Sedangkan menurut Auryn (2007) depresi pada pasien stroke terjadi akibat karena
adanya ketidakmampuan dalam melakukan Activity Daily Living yang biasanya dapat
Ditaksir 65% penderita stroke menunjukkan gejala klinis depresi dan sebanyak 60%
epidemiologi, hampir 79% pasien stroke mengalami depresi, baik di awal atau pada tahap
Manifestasi klinis depresi pada stroke dapat berupa depresi ringan sampai
berat. Gejala utama adalah gangguan afek (mood) yang disertai kriteria “ B “ dari
1. Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang
2. Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua atau hampir
semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang ditunjukkan
3. Kurang nafsu makan atau penurunan berat badan yang cukup berarti (apabila
tidak sedang diet) atau penambahan napsu makan atau kenaikan berat badan
seperti perlambatan proses pikir atau tidak mampu mengambil keputusan yang
9. Pikiran berulang tentang kematian, gagasan bunuh diri, keinginan mati atau
1. Usia
Burvil dkk didapatkan, bahwa setelah stroke, pada penderita pria persentase
yang mengalami depresi diantara mereka yang berusia dibawah 60 tahun lebih
2. Jenis Kelamin
Robinson, didapatkan bahwa depresi berat post stroke terjadi dua kali lebih
3. Status Marital
Pada penelitian Burvill, didapatkan bahwa persentase depresi pada stroke yang
tertinggi adalah diantara penderita yang bercerai (40%), lalu yang hidup
(Riwanti,2006).
4. Tempat tinggal
diantara penderita yang tinggal sendiri, kejadian depresi adalah paling rendah
rehabilitasi (25%), dan tinggal dengan suami / istri atau saudara (31%) atau
Stroke sering menyebabkan gangguan fungsi kognitif, dialami oleh sekita 27%
- 35% penderita dalam 3 bulan stroke. Biasanya yang terganggu adalah daya
lebih lama bila dibandingkan dengan penderita yang mengalami depresi, tapi
6. Afasia
sebelumnya normal. Afasia merupakan salah satu akibat stroke yang sering
terjadi, dialami oleh sekitar sepertiga penderita pada fase akut. Meskipun
psikiatrik terhadap dampak afasia pada depresi (pada stroke) sangat terbatas,
antara lain oleh karena biasanya penderita yang mengalami afasia terkena
7. Status sosial
Burvill dkk pada evaluasi 4 bulan stroke mendapatkan depresi sedikit lebih
tinggi diantara penderita dari tingkat sosial yang lebih rendah (36%),
8. Fungsi seksual
dibandingkan sebelum stroke, hampir dua kali lebih banyak dari penderita
stroke tidak banyak berbeda antara penderita yang libidonya berkurang dengan
Menurut Auryn (2007) depresi pada pasien stroke terjadi akibat karena adanya
terdapat perbedaan kejadian depresi yang bermakna antara lesi korteks dan
subkorteks. Tetapi prevalensi depresi lebih tinggi pada lesi di hemisfer kiri
frontal kiri anterior lebih sering mengalami depresi jika dibandingkan dengan
pasien dengan lesi korteks frontal kiri posterior. Disebutkan depresi akan lebih
berat jika lesi lebih dekat ke kutub frontal. Penelitian yang dilakukan
Lesi hemisfer kiri berpengaruh pada kejadian depresi yang dievaluasi 3 bulan
dengan cacat meningkat, dan hasil fungsional dan kognitif miskin di penderita stroke. Depresi
pada pasien stroke memiliki dampak negatif pada proses rehabilitasi. Selain itu juga
2005, didapatkan suatu kesimpulan bahwa penderita stroke dengan depresi membutuhkan
waktu lama untuk terjadinya perbaikan defisit neurologis dibandingkan penderita tanpa
depresi.
Gangguan emosional dapat diamati, tidak hanya pada pasien stroke cacat , tetapi juga
pada mereka yang dianggap fungsional mandiri dalam kegiatan mereka sehari-hari. Depresi
pada pasien stroke juga meningkatkan risiko jatuh pada penderita stroke Depresi stroke
dikaitkan dengan peningkatan risiko bunuh diri, dan sekitar 7-10% pasien memiliki keinginan
bunuh diri setelah stroke. Selain itu, depresi stroke juga dikaitkan dengan peningkatan angka
kematian keseluruhan setelah stroke iskemik. Gejala mood pada skala penilaian yang
berhubungan dengan keparahan stroke. Selain itu, pasien stroke dengan depresi memiliki
posting lebih dari 12 bulan untuk memulihkan kesehatan daripada penderita stroke non
HDRS atau Hamilton Rating Scale for Depression merupakan salah satu dari berbagai
intrumen untuk menilai depresi. Penelitian yang membandingkan HDRS dengan skor depresi
lain didapatkan konsistensi. Reliabilitas antara pemeriksa pada umumnya cukup tinggi.
Demikian juga halnya reliabilitas oleh satu pemeriksa yang dilakukan pada waktu yang
berbeda (Riwanti,2006).
Adapun untuk mengukur tingkat depresi seseorang menggunakan Hamilton Rating
Perasaan ini ada hanya bila ditanya; perasaan ini dinyatakan secara verbal
spontan; perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal, misalnya ekspresi muka,
spontan.
b. Perasaan bersalah
Menyalahkan diri sendiri dan merasa sebagai penyebab penderitaan orang lain;
ada ide-ide bersalah atau renungan tentang kesalahan-kesalahan masa lalu; sakit
ini sebagai hukuman, waham bersalah dan berdosa; ada suara-suara kejaran atau
c. Bunuh diri
merasa hidup tak ada gunanya, mengharapkan kematian atau pikiran-pikiran lain
kearah itu, ada ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah ke arah itu.
Ada keluhan kadang-kadang sukar masuk tidur misalnya, lebih dari setengah
jam baru masuk tidur; ada keluhan tiap malam sukar masuk tidur
bangun saat dini hari tetapi dapat tidur lagi, bangun saat dini hari tetapi tidak
dengan kegiatan kerja atau hobi; hilangnya minat terhadap pekerjaan/hobi atau
kegiatan lainnya baik langsung atau tidak pasien menyatakan kelesuan, keragu-
raguan dan rasa bimbang; berkurangnya waktu untuk aktivitas sehari-hari atau
sakitnya sekarang (dirumah sakit) bila pasien tidak bekerja sama sekali, kecuali
i. Kegelisahan (agitasi)
sakit nyeri di otot-otot, kaku, dan keduten otot; gigi gemerutuk; suara tidak
stabil; tinitus (telinga berdenging); penglihatan kabur; muka merah atau pucat,
tanpa ditanya
12. Gejala somatik (pencernaan)
nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa dorongan teman, merasa perutnya penuh;
sukar makan tanpa dorongan teman, membutuhkan pencahar untuk buang air besar atau obat-
anggota gerak, punggung atau kepala terasa berat; sakit punggung, kepala dan otot-otot,
sering buang air kecil terutama malam hari dikala tidur; tidak haid, darah haid sedikit sekali;
B. Di bawah pengawasan dokter bangsal secara mingguan bila jelas berat badan berkurang
menurut ukuran, kurang dari 0,5 kg seminggu, lebih dari 0,5 kg seminggu, tidak ternyatakan
19. Depersonalisasi (perasaan diri berubah) dan derealisasi (perasaan tidak nyata tidak realistis)
Kecurigaan; pikiran dirinya menjadi pusat perhatian, atau peristiwa kejadian diluar tertuju
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas
pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian
yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-
hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang
untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan
tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan
masyarakat (Sugiarto,2005)
8
Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,
berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis, mengelola uang dan
sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk,
transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain)
(Sugiarto,2005).
1) ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang
untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada
juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL
dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
2) ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda
menulis, mengetik, mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu
ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian,
makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air
besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga
3) ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4) ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.
ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategi atau
transfer, mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi, instrumental ADL dasar, sering disebut
ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya
meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan
kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif denagn sistem skor yang sudah banyak
dikemukakan oleh berbagai penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan
dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan &
minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan
buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
Skala Deskripsi & jenis skala Kehandalan, kesahihan & Waktu &
sensivitas pelaksanaan
Indeks barthel Skala ordinal dengan skor Sangat handal & sangat <10 menit,sangat
kontrol kandung
kencing,dan
Indeks Katz Penilaian dikotomi dengan Kehandalan & kesahihan < 10 menit, sangat
item) sampai G
item).
FIM (Functional Skala ordinal dengan 18 Kehandalan & kesahihan < 20 menit, sangat
Independence item, 7 level dengan skor baik, sensitif dan dapat sesuai untuk
Sumber : Sugiarto,2005.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa indeks barthel handal, sahih, dan cukup sensitif,
pelaksanaannya mudah, cepat (dalam waktu kurang dari 10 menit), dari pengamatan langsung
atau dari catatan medik penderita, lingkupnya cukup mewakili ADL dasar dan mobilitas ADL
dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk
merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga
yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar
Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
mobilitas. Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria dalam
dulu=dibantu)
2. transfer dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10 15
menutup resleting)
9. Mengontrol anus 5 10
Sumber : Sugiarto,2005.
pasien. IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik penderita, pengamatan langsung
atau dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 menit
(Sugiarto,2005).
IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang berkisar
antara 0-100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih mandiri.
Penulis Interpretasi
Shah dkk 0-20 Dependen Total
100 Independen/Mandiri
100 Independen/Mandiri
91-100 Mandiri
Sumber : Sugiarto,2005.
IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi. Shah
melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang menunjukkan kehandalan
intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green menguji 41 pasien dengan interval 3
minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada 35 pasien yang skornya turun 10 poin.
Collin dkk meneliti konsistensi laporan sendiri dan laporan perawat, didasarkan pengamatan
klinis, pemeriksaaan dari perawat dan pemeriksaan dari fisioterapis. Ternyata koefisien
konkordasi (kesesuaian) dari Kendall menunjukkan angka 0,93 yang berarti pengamatan
berulang dari orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai
(Sugiarto,2005).
Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73 dan 0,77
dengan kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB juga terbukti
baik. Pada penelitian dengan stroke, persentase meninggal dalam 6 bulan masuk rumah sakit
turun secara bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah sakit (Sugiarto,2005).
Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena telah
dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang dalam
ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang terkoordinasi
4. Propioseptif
6. Kognitif
7. Koordinasi
Living adalah:
1) Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga