Anda di halaman 1dari 5

Proses menstruasi pada wanita berlangsung setiap bulan, dengan siklus yang berbeda-beda.

Menstruasi terjadi karena meluruhnya penebalan pada dinding rahim yang dipersiapkan untuk
kehamilan. Selain darah, cairan menstruasi juga mengandung lendir dan sel-sel lapisan dalam
rahim.

Siklus menstruasi dimulai saat ovarium lepaskan sel telur


Siklus menstruasi adalah perubahan yang terjadi di tubuh wanita setiap bulan sebagai
usaha tubuh untuk mempersiapkan kehamilan. Setiap bulannya, ovarium (indung telur)
melepaskan sel telur. Proses ini lah yang dinamakan dengan ovulasi.

Di waktu yang sama, terjadi perubahan hormon di tubuh wanita untuk mempersiapkan
uterus (rahim) untuk kehamilan. Jika ovulasi telah terjadi dan sel telur tidak dibuahi
sperma, maka sebagian lapisan dinding rahim akan luruh, dan keluar melalui vagina.
Proses ini lah yang biasa kita sebut dengan menstruasi.

Siklus menstruasi terjadi selama 28 hari, dihitung dari hari pertama periode haid saat ini sampai
dengan hari pertama pada periode haid selanjutnya. Meski begitu, tidak semua wanita memiliki
panjang siklus menstruasi yang sama. Siklus ini terkadang bisa datang lebih cepat atau justru
lebih lambat, tergantung kondisi masing-masing.
Menurut Wiknjosastro (2008), perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus menstruasi
disebabkan oleh mekanisme umpan balik antara hormon steroid dan hormon gonadotropin.
Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap Follicle Stimulating Hormone (FSH)
sedangkan terhadap Luteinizing Hormone (LH), estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika
kadarnya rendah dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi.

Tidak lama setelah menstruasi dimulai, pada fase folikuler dini, beberapa folikel berkembang
oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus
luteum sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen
meningkat dan ini menekan produksi FSH. Folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya
sendiri terhadap atresia sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga
meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam
folikel.

Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH mulai menurun
menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan
folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi. Estrogen awalnya meninggi
secara berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini memberikan umpan
balik positif terhadap pusat siklik dan dengan lonjakan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus,
mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun
pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas.
Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun. Menurunnya estrogen mungkin
disebabkan oleh perubahan morfologik pada folikel. Dalam waktu yang sama, suhu basal badan
juga meningkat kira-kira 0,5. Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi.
Folikel hendaknya berada pada tingkat yang matang agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi.
Pecahnya folikel terjadi kira-kira 16-24 jam setelah lonjakan LH. Pada manusia, biasanya hanya
satu folikel yang matang.

Pada fase luteal setelah ovulasi, sel-sel granulosa membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk
pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulosa
juga bertambah dan mencapai puncaknya pada 8 - 9 hari setelah ovulasi. Luteinized granulosa
cells dalam korpus luteum itu membuat progesteron banyak dan luteinized theca cells membuat
estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada fase luteal. Peningkatan
progesteron akan menghambat sekresi FSH dari hipofisis sehingga pertumbuhan korpus luteum
terganggu pula.

Bilamana tidak terjadi nidasi, progesteron dan estrogen akan menghambat FSH dan LH sehingga
korpus luteum tidak dapat berkembang lagi. Akibat pengaruh estrogen dan progesteron, terjadi
penyempitan pembuluh-pembuluh darah endometrium yang berlanjut dengan iskemi sehingga
endometrium terlepas dan timbul menstruasi.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kunci siklus menstruasi tergantung dari perubahan-perubahan
kadar estrogen. Pada permulaan siklus menstruasi, meningkatnya FSH disebabkan oleh
menurunnya estrogen pada fase luteal sebelumnya. Berhasilnya perkembangan folikel tanpa
terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi estrogen oleh folikel yang berkembang.
Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen meningkat pada pertengahan siklus yang menyebabkan
lonjakan LH.

Hidupnya korpus luteum juga tergantung pada kadar minimum LH yang terus menerus. Jadi,
hubungan antara folikel dan hipotalamus tergantung pada fungsi estrogen yang menyampaikan
pesan-pesan berupa umpan balik positif dan negatif. Segala keadaan yang menghambat produksi
estrogen dengan sendirinya akan mempengaruhi siklus reproduksi yang normal. Selama ovulasi,
getah serviks encer dan bening, dan mulut serviks sedikit terbuka yang memungkinkan
masuknya spermatozoa.

Proses menstruasi dibagi ke dalam empat fase, yaitu:

 Fase menstruasi
Pada fase ini, lapisan dinding dalam rahim (endometrium) yang mengandung darah, sel-
sel dinding rahim, dan lendir, akan luruh dan keluar melalui vagina. Fase ini dimulai
sejak hari pertama siklus menstruasi dimulai dan bisa berlangsung selama 4 sampai 6
hari. Pada fase ini, wanita biasanya akan merasakan nyeri di perut bawah dan punggung
karena rahim berkontraksi untuk membantu meluruhkan endometrium.

 Fase folikular
Fase ini berlangsung sejak hari pertama menstruasi sampai memasuki fase ovulasi. Pada
fase ini, ovarium akan memproduksi folikel yang berisi sel telur. Pertumbuhan folikel
ovarium menyebabkan endometrium menebal. Fase ini biasanya terjadi pada hari ke-10
dari 28 hari dalam sebuah siklus menstruasi. Durasi waktu yang dihabiskan pada fase ini
menentukan berapa lama siklus menstruasi seorang wanita berlangsung.

 Fase ovulasi
Pada fase ovulasi, folikel yang diproduksi ovarium akan melepaskan sel telur untuk
dibuahi. Sel telur yang telah matang akan bergerak ke tuba fallopi dan menempel di
rahim. Sel telur ini hanya bertahan selama 24 jam. Jika tidak dibuahi, sel telur akan mati.
Namun jika sel telur bertemu dengan sperma dan dibuahi, akan terjadi Fase ovulasi
menandai masa subur wanita. Ovulasi biasanya terjadi sekitar dua minggu sebelum siklus
menstruasi berikutnya dimulai.

 Fase luteal
Setelah fase ovulasi, folikel yang telah pecah dan mengeluarkan sel telur akan
membentuk korpus luteum pada fase ini. Korpus luteum akan memicu
peningkatan hormon progesteron untuk mempertebal lapisan dinding rahim. Fase ini juga
dikenal sebagai fase pramenstruasi. Fase ini umumnya ditandai sejumlah gejala, seperti
payudara membesar, muncul jerawat, badan terasa lemas, menjadi mudah marah atau
emosional.

Proses menstruasi ini terus berputar, hingga berakhir ketika seorang wanita sudah memasuki
masa menopause. Biasanya terjadi saat wanita berusia 40 tahun ke atas.

Hormon Menstruasi yang Memengaruhi

Proses menstruasi dipengaruhi oleh beberapa hormon, antara lain:


 Estrogen
Hormon estrogen berperan penting dalam pembentukan fisik dan organ reproduksi
wanita, misalnya dalam pertumbuhan payudara, rambut di sekitar organ intim,
memproduksi sel telur di dalam ovarium, serta mengatur siklus menstruasi. Estrogen
akan meningkat pada fase ovulasi dan menurun pada fase luteal.

 Progesteron
Salah satu fungsi hormon progesteron adalah merangsang lapisan dinding rahim untuk
menebal dan menerima sel telur yang siap dibuahi. Kadar hormon ini sangat rendah pada
fase folikular dan akan mengalami peningkatan pada fase luteal. Hormon ini diproduksi
setelah melewati fase ovulasi.

 Hormon pelepas gonadotropin (gonadotrophin-releasing hormone/GnRh)


Hormon ini diproduksi di dalam otak dan berfungsi merangsang tubuh untuk
menghasilkan hormon perangsang folikel dan hormon pelutein.

 Hormon perangsang folikel (follicle stimulating hormone/FSH)


Hormon ini berperan dalam produksi sel telur. Dalam siklus menstruasi, kadar hormon ini
akan meningkat sebelum fase ovulasi.

 Hormon pelutein (luteinizing hormone/LH)


Hormon ini berfungsi merangsang ovarium untuk melepaskan sel telur selama ovulasi.
Jika sel telur bertemu sperma dan dibuahi, hormon ini akan merangsang korpus luteum
untuk memproduksi progesteron.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen47 halaman
    Bab Iii
    Qonitah Dhaimahwati
    Belum ada peringkat
  • Coc Bab Iii
    Coc Bab Iii
    Dokumen184 halaman
    Coc Bab Iii
    Qonitah Dhaimahwati
    Belum ada peringkat
  • Bab I Coc
    Bab I Coc
    Dokumen4 halaman
    Bab I Coc
    Qonitah Dhaimahwati
    Belum ada peringkat
  • MOLA
    MOLA
    Dokumen112 halaman
    MOLA
    Qonitah Dhaimahwati
    Belum ada peringkat