Anda di halaman 1dari 35

BAGIAN PSIKIATRI

KASUS PSIKOTIK I
FAKULTAS KEDOKTERAN
Rabu, 04 September 2019
UNIVERSITAS HASANUDDIN

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)


SCHIZOPHRENIA (295.90)

dr. Dwi Septa Mulyadi


C0651820004

Pembimbing Akademik : Pembimbing :

Dr. dr. H. M. Faisal Idrus Sp. KJ (K) Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

LEMBAR PENGESAHAN
Telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan Kasus Psikotik I dengan
judul “Skizofrenia Paranoid (F20.0)” pada Konferensi Klinik Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada :

Hari : Rabu
Tanggal : 04 September 2019
Jam : 08.00 WITA – Selesai
Tempat : Ruang Pertemuan Psikiatri RSKD Prov. Sulsel

Makassar, September 2019


Pembimbing Akademis : Pembimbing :

Dr. dr. H. M. Faisal Idrus Sp.KJ(K) Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ

STATUS PASIEN

1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Firman
No. RM : 176283
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Duda
Pendidikan Terakhir : SMA (Tamat)
Pekerjaan : Security
Alamat : Dusun Samanggi Keurahan Samangki,
kecamatan Simbang Kabupaten Maros.
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk ketiga kalinya pada
tanggal 25 Agustus 2019 Pukul 04.00, diantar oleh adiknya.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari:
1. Nama : Tn. N
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Guru
Alamat : Maros
Hubungan dengan pasien : Paman pasien

2. Nama : Ny.R
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Maros
Hubungan dengan pasien : Saudara Tiri Pasien
A. Keluhan Utama
2
Gelisah

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien masuk IGD RSKD Dadi dengan keluhan gelisah, dimana pasien
sering berjalan mondar-mandir ke masuk keluar rumah dan biasanya lebih
terlihat gelisah jika malam hari kadang sampai tidak tidur . Keluhan ini
dialami sejak 3 minggu dan memberat 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
Menurut keluarga, Pasien lebih banyak diam, kadang tidak mau menjawab
ketika diajak bicara, kadang berbicara sendiri, kadang mengatakan
mendengar bisikan dan selalu merasa diburu dan merasa seperti ada yang
mengejar ngejar pasien. Pasien mengakui adanya bisikan tersebut dimana
bisikan itu adalah suara laki laki, lebih dari 1 orang dan sering memerintah
pasien itu sebabnya pasien gelisah mondar mandir. Menurut keluarga,
pasien sering kali mengaitkan dirinya jika ada musibah seperti, jika ada
tetangga pasien yang meninggal pasienlah yang memberi guna-guna
tersebut kepada orang yang sudah meninggal tersebut, tetapi saat di
konfirmasi ke pasien justru pasienlah yang selalu merasa disalahkan jika
ada tetangga yg sakit atau meninggal dunia sehingga saat ini pasien tidak
tau harus pulang kemana karna merasa sudah tidak ada lagi yang bisa
menerima pasien baik di keluarga maupun lingkungan pasien, dan peasien
selalu merasa dirinya dibicarai oleh keluarga maupun tetangga pasien, saat
dikonfirmasi apakah pasien mendengar dan melihat sendiri,pasien
menjawab pasti kalau mereka sedang membicarakan pasien. Selain itu
menurut pasien semua orang semakassar tau pasien dan mengetahui apa
yang ada dalam pikiran pasien, saat dimintai keterangan lebih lanjut
tentang itu pasien tidak mau menjawab. Pasien kurang tidur bahkan 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak tidur sama sekali. Pasien juga
tidak pernah mandi selama 3 hari itu.
3 minggu sebelum pasien dibawa ke rskd untuk ke 3 kalinya, pasien
sering keluar rumah untuk ke kebun milik keluarganya, menurut
pengakuan pasien, pasien hanya berdoa kepada allah agar pasien diberikan
sebidang tanah milik keluarganya tersebut, dan menurut pasien pernah
kejadian suatu hari (+/- 2 minggu sebelum dibawa ke rskd untuk yang ke 3
kalinya) dimana tempat lokasi tanah yang dimaksud pernah kebanjiran dan
3
menurut pasien ada sebatang kayu yang hinggap dipinggiran sungai yang
lokasinya ada belakang tanah yang dimaksud dan pasien merasa itulah
jawaban dari doanya sehingga pasien membangun sebuah kandang ayam
dilokasi tersebut tapi tidak diijinkan oleh sang pemilik lahan dan terjadilah
keributan antara pasien dengan pemilik lahan.
Sebelumnya pasien telah tiga kali dirawat di RSKD Dadi. Pertama
kali pada Tahun 2019 karena mengamuk, dirawat selama 2 minggu, keluar
membaik dan diberi 3 macam obat. Setelah keluar dari RS, pasien tidak
lagi meminum obatnya karena pasien merasa tidak sakit dan mengeluhkan
mau sampai kapan minum obat terus. Pada bulan juni 2019 pasien kembali
dibawa ke RSKD karena gelisah dan susah tidur pada malam hari dan
merasa dirinya selalu diburu, dan dirawat di RSKD Dadi selama 2 minggu.
Setelah keluar dari RS pasien tidak lagi meminum obatnya dengan alasan
yang sama seperti kali pertama datang.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma
kapitis, dan kejang yang mempengaruhi fungsi otak.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Tidak ada riwayat pengguanan Zat Psikoaktif.
3. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Awal perubahan perilaku menurut keterangan keluarga sejak tahun
2017, pasien menjadi lebih pendiam, kadang bicara sendiri dan
senyum-senyum sendiri. Saat itu pasien baru saja digugat cerai oleh
istri karena sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tidak lama
setelah itu pasien juga diberhentikan dari pekerjaannya sebagai security
di pelabuhan karena pasien sering tidak datang untuk bekerja. Setelah
kejadian tersebut pasien minta untuk tinggal seorang diri di rumah
milik saudara di maros, setelah 1 tahun menempati rumah tersebut,
banyak keluhan dari warga kalau malam hari pasien sering memanjat
atap rumah dan melempari seng rumahnya dan tetangganya, Lalu pada
bulan januari 2019 pasien mengamuk dan dibawa ke RSKD untuk
pertama kalinya, menurut keluarga pasien mengamuk karena sering
4
melihat bayangan-bayangan yang tidak jelas wujudnya, dan pasien
mengamuk karena sedang bertengkar dengan bayangan tersebut, saat di
konfirmasi kepada pasien, pasien mengakui kalau kedatangan pertama
karena mengamuk yang dipicu oleh bayangan tersebut yang kerap kali
muncul. Pasien sering marah dan merusak barang barang dirumah,
dengan alasan yang tidak diketahui oleh keluarganya,dan menurut
pasien itu karena seperti ada yang mengendalikan pasien yang tidak
bisa dilawan oleh pasien, keluar membaik dan diberi obat Risperidone
2 mg/1 tablet/12 jam oral, Chlorpromazine 100mg 1 tablet di malam
hari dan Trihexyphenidyl 2mg 1 tablet/12 jam/oral jika ada efek
samping obat berupa kaku kaku. Pasien tidak pernah lagi kontol untuk
berobat sejak keluar perawatan.
Pada bulan juni 2017 pasien diantar kembali untuk yang ke 2
kalinya oleh adik tirinya dengan keluhan pasien susah tidur dan terlihat
sering mondar mandir (gelisah), saat itu pengakuan pasien mulai
mendengar suara laki laki lebih dari 1 orang yang memerintah pasien
untuk melakukan perintah tersebut seperti pasien diminta pergi dari
rumah karena seisi rumah tidak nyaman dengan kedatangan pasien
apalagi tinggal serumah, itu yang selalu dipikirkan pasien dan perasaan
yang tidak enak karena seperti ada yang mau memburu pasien, karena
sebelumnya pasien dari kantor polisi marah marah dan datang meminta
pertolongan, sepulang dari kantor kepolisian pasien mulai merasa
seperti diikuti oleh orang-orang tersebut dan akan menembaki pasien
dengan pistol. Oleh karena itu pasien dibawa ke rskd untuk
mendapatkan perawatan selama 2 minggu, merasa ada perubahan,
pasien kemudia dipulangkan dan diminta untuk minum obat teratur dan
kontrol teratur tapi sepulang perawatan pasien tidak lagi meminum
obatnya karena alasan pasien masih merasa tidak sakit. Obat yang di
dapatkan saat perawatan yaitu risperidone 2mg/1tab/12jam/oral,
cholorpromazine 100mg tab 1 kali pada malam hari dan trihexyphenidil
2mg jika didapat efek samping obat berupa kaku-kaku.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (Usia 0-1 tahun)
5
Pasien lahir normal di rumah, ditolong oleh bidan desa, pada
tanggal 26 Januari 1982. Berat badan lahir tidak diketahui. Ibu pasien
dalam keadaan sehat saat hamil, tidak ada persiapan tertentu
menyambut kelahiran pasien, dan ibu pasien tidak mengalami kondisi
psikologis yang berat saat itu. Pada saat bayi, pasien tidak pernah
mengalami demam tinggi dan tidak pernah kejang. Dengan riwayat asi
kurang dari 1 tahun karena ibu kandung pasien meninggal dunia karena
sakit yang tidak diketahui sakit apa yang diderita ibu pasien saat itu dan
pasien sejak itu diasuh oleh neneknya dan ayahnya menikah lagi.

2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)


Pada usia ini pasien cukup mendapat kasih sayang dari kakek
dan neneknya. Sesekali ayah kandungnya datang untuk mengunjungi
anaknya dan minitipkan sejumlah uang untuk pasien. Nenek pasien
sering membawa pasien ke Posyandu untuk memeriksakan
perkembangannya sampai berumur 5 tahun. Pasien pertama kali
diajarkan untuk BAK dan BAB di toilet saat berumur 2 tahun.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 3-5 tahun)


Pasien tinggal bersama kakek dan neneknya, cukup mendapat
perhatian dan kasih sayang dari kakek dan nenek. Pada usia ini pasien
lebih banyak bersama neneknyanya di rumah karena kakeknya lebih
banyak di kebun. Kadang pasien juga ikut ke kebun bersama kakeknya.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir (Usia 5 – 11 tahun)


Pasien mulai masuk SD (SDN 5 Samangga) pada usia 7 tahun.
Pasien dikenal sebagai anak yang biasa biasa saja di sekolah. Prestasi
disekolah biasa biasa saja. Pertumbuhan dan perkembangan pasien
pada masa ini sesuai dengan perkembangan anak seusianya dan tidak
ditemukan adanya masalah perilaku yang menonjol.

5. Riwayat Masa Remaja (Usia 12-18 tahun)


Pada usia 13 tahun pasien masuk SMP (SMPN 1 Bantimurung)
Saat SMP pasien suka membantu kakeknya di kebun, terutama pada
6
saat panen. Setelah tamat SMP pasien melanjutkan pendidikan ke SMA
(SMAN 1 Batimurung) sampai tamat. Saat SMA pasien tinggal
bersama kakek dan neneknya.

6. Riwayat Masa Dewasa


a. Riwayat Pekerjaan
Pada tahun 2000 pasien tamat SMA. Pasien tidak melanjutkan
pendidikan karena alasan ekonomi. Setelah tamat sma pasien mencoba
mencari pekerjaan sambil membantu kakek dikebun, pada tahun 2003
pasien merantau ke Kalimantan timur, bekerja di tambang batu bara
selama 6 bulan, kembali lagi ke Makassar, bekerja sebagai karyawan di
perusahaan air minum VIT dan Flow pada tahun 2007 selama 2 tahun
dan diterima bekerja sebagai security pada tahun 2010 di PT. Bosowa
sampai tahun 2018, dan berhenti bekerja karena pasien jarang masuk
kerja, menurut keluarga selama bekerja pasien tidak pernah terlibat
masalah dengan rekan kerjanya

b. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pada tahun 2012 (umur pasien 31 tahun saat
itu). Pasien menikah dengan wanita pilihannya sendiri yang telah
dikenalnya selama 1 tahun. Istri pasien adalah seorang ibu rumah
tangga. Pasien memiliki 1 orang anak (♂) sekarang berusia 6 tahun.
Menurut keluarga, pada tahun 2016-2017 pasien sering bertengkar dan
marah-marah dengan istrinya tanpa diketahui alasannya, karena baik
istri maupun pasien tidak pernah menceritakan masalah rumah tangga
mereka ke keluarga. Pasien digugat cerai oleh istrinya pada tahun 2017
karena alasan perlakuan suaminya tersebut.

d. Riwayat Psikoseksual
Pasien mulai akil baliq saat usia 14 tahun, sudah mulai
menyukai lawan jenis tapi belum berani untuk berpacaran karena
menurut pasien saat itu pasien lebih senang keluar bergaul bersama
teman teman. Pertama kali melakukan aktifitas seksual saat usia pasien
31 tahun setelah resmi menikah.
7
c. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam, dan menjalankan kewajiban
agama dengan baik.

d. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.

e. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.

f. Aktivitas Sosial
Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam, sedikit
temperamental, tapi cukup bergaul.

6. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak tunggal dari pernikahan pertama ayah pasien
dan mempunyai 4 saudara tiri dari pernikahan ke-2 ayah kandungnya
(♂,♂,♀,♀). Sejak usia kurang dari 1 tahun pasien di asuh oleh nenek dan
kakeknya sampai sebelum pasien menikah ( tahun 2012 ), Riwayat
keluarga dengan penyakit yang sama tidak ada.

Genogram

8
Keterangan:
: anggota keluarga laki-laki
: anggota keluarga perempuan
: anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa
: pasien
: sudah meninggal

7. Situasi Kehidupan Sekarang


Saat ini pasien tinggal bersama nenek dan kakeknya, dimana
rumah yang ditempati berupa rumah pangung yang tesekat umtuk setiap
kamarnya. Dimana lantai rumah terbuat dari kayu dan atapnya
menggunakan seng, ukuran rumah di tinggali cukup layak dan cukup untuk
3 orang, kakek dan nenek pasien saat ini berusia lebih dari 70 tahun,
Setelah resmi bercerai dan diberhentikan dari pekerjaannya saat ini pasien
tidak bekerja lagi, dan selama tidak bekerja itu pasien hanya berdiam diri
di rumah karena pasien sendiri kurang nyaman jika ditempat keramaian.

8. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


Secara umum, pasien merasa dirinya tidak sakit (mengalami
gangguan kejiwaan), dan di saat bersamaan pasien juga mengatakan kalau
tidak perlu dirawat karena pasien baik-baik saja. Pasien menyadari
penyakitnya kambuh karena putus obat, dan berulang kali mengatakan
akan teratur minum obat setelah keluar dari Rumah Sakit. Pasien ingin
segera pulang, tapi entah mau pulang kemana karena pasien merasa tidak
tenang jika di rumah nenek dan sepertinya keluarga tidak mau menerima
pasien ( menurut pasien )

9
III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS ( Tanggal 29 Agustus 2019)
A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, frekuensi
pernafasan 20 kali/menit, suhu tubuh 36,5°C, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru, dan abdomen kesan dalam batas
normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-),
pupil bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi
motorik dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak
ditemukan refleks patologis.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (28 Agustus 2019)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, wajah kesan sesuai usia (37 tahun), rambut cepak
postur tubuh sedang, kulit sawo matang, menggunakan pakaian koko
warna coklat dan celana bahan warna hijau, perawatan diri kesan
kurang.
2. Kesadaran : Compos Mentis ( kuantitatif )
Kesadaran : Berubah ( kualitatif )
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cukup tenang saat dilakukan wawancara
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, intonasi biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Cukup kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Tidak Serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
10
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya.
2. Orientasi
a. Waktu : baik
b. Tempat : baik
c. Orang : baik
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : baik
b. Jangka Sedang : baik
c. Jangka Pendek : baik
d. Jangka Segera : baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : cukup
5. Pikiran Abstrak : terganggu
6. Bakat Kreatif : tidak ada
7. Kemampuan Menolong diri sendiri : terganggu

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik (+) : pasien mendengar suara-suara banyak orang
yang menyuruh pasien untuk pergi dari rumahnya, Kadang juga
menyuruh pasien untuk mengamuk, memukul, membanting barang-
barang, memarahi kekuarganya. Bahkan suara tersebut mengancam
pasien, jika tidak melakukan perintah tersebut maka pasien akan diburu
terus..
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Produktivitas : cukup
2. Kontinuitas : cukup relevan
11
3. Isi Pikiran
Terdapat gangguan isi pikiran berupa :
- Delusion of control
Pasien merasa dikendalikan oleh suara-suara (halusinasinya).
Pasien mencoba melawannya, tapi setiap pasien tidak melakukan
yang diperintahkan oleh suara-suara tersebut pasien merasa gelisah
dan seperti akan ada yang datang untuk mencelakai pasien
- Thougt of broadcasting
Pasien meyakini kalau dirinya di kenal Se-Sulawesi Selatan dan
semua orang tau apa yang ada dalam pikiran pasien.
- Waham Kejaran
Pasien meyakini jika ada orang yang akan datang dan mencelakai
pasien

F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara pengendalian impuls cukup.

G. Daya Nilai dan Tilikan


1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
4. Tilikan : Pasien tidak menyadari dirinya sakit (Tilikan 1)

H. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien laki-laki 38 tahun, sering berjalan mondar-mandir ke kebun, keluar
masuk rumah dan kadang berbaring dirumah, tidak melakukan aktifitas apapun.
Pasien lebih banyak diam, kadang tidak mau menjawab ketika diajak bicara,
kadang berbicara sendiri. Menurut keluarga, pasien kadang kurang tidur bahkan
3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien tidak tidur sama sekali. Pasien juga
12
tidak pernah mandi 3 hari itu Setahun terakhir pasien lebih banyak memikirkan
tentang kesalahfahaman antara pasien dengan keluarga dan apakah pasien mau
di terima lagi kembali ke lingkungan. Pasien sebelumnya telah dua kali dirawat
di RSKD Dadi. Pertama kali pada bulan januari karena mengamuk, dirawat
selama 2 minggu, keluar membaik dan diberi 3 macam obat dan tidak lagi
meminum obatnya setelah keluar dari perawatan. Pasien kembali dibawa ke rskd
untuk ke 2 kalinya pada bulan juni 2019 karena pasien terlihat gelisah dan
tampak ketakutan, selalu waspada dan curiga jika ada orang yang tidak
dikenalnya menghampiri pasien, dirawat selama 2 minggu dan membaik tapi
dari pasien sendiri masih tidak merasa sakit, keluar perawatan dibekali 3 macam
obat tapi pasien tidak lagi mau minum obatnya.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan seorang laki-laki,
wajah kesan sesuai usia, postur tubuh sedang, kulit sawo matang, memakai baju
koko warna coklat, celana panjang warna hijau, perawatan diri kesan kurang.
Kesadaran berubah, psikomotor cukup tenang, pembicaraan spontan, lancar,
intonasi biasa, sikap terhadap pemeriksa cukup kooperatif. Mood sulit dinilai,
afek terbatas, keserasian tidak serasi, empati tidak dapat dirabarasakan. Taraf
pendidikan sesuai, orientasi waktu, tempat, dan orang baik, daya ingat jangka
panjang, sedang, pendek, dan segera baik. Konsentrasi dan perhatian cukup,
pikiran abstrak terganggu, kemampuan menolong diri sendiri kesan kurang.
Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik yang terus menerus. Pada proses berpikir produktivitas cukup,
kontinuitas cukup relevan. Terdapat gangguan isi pikir berupa delusion of
control, waham kejaran, though of broadcasting.
Pengendalian impuls saat dilakukan autoanamnesis cukup baik, uji daya nilai
terganggu, norma sosial dan penilaian realitas terganggu. Pasien tidak merasa
kalau dirinya sakit dan disaat bersamaan pasien mengatakan kalau tidak perlu
dirawat karena merasa baik-baik saja, dan secara umum yang diutarakan oleh
pasien dapat dipercaya.
.

VI. EVALUASI MULTI AKSIAL


Aksis I

13
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status
mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu perilaku gelisah, Pasien
sering berjalan mondar-mandir ke kebun dan mondar mandir sekitar rumah
dan kadang berbaring dirumah dan tidak melakukan aktifitas apapun. Pasien
lebih banyak diam, kadang tidak mau menjawab ketika diajak bicara, kadang
berbicara sendiri,pasien mengakui jika mendengan bisikan laki-laki, banyak
suara yang memerintah pasien, dan pasien juga mengakui kalo isi dalam
pikirannya diketahui oleh semua orang di Sulawesi Selatan. Menurut keluarga,
pasien kurang tidur selama 2 minggu bahkan 3 hari sebelum masuk rumah
sakit pasien tidak tidur sama sekali. Pasien juga tidak pernah mandi selama 3
hari itu. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien,
keluarga, dan masyarakat sekitar serta terdapat hendaya (dissability) pada
fungsi psikososial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam fungsi
mental berupa halusinasi auditorik, delusion of control, though of bradcasting
dan waham curiga, serta hendaya berat dalam fungsi sosial dan pekerjaan
berupa ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain dan tidak lagi
bisa bekerja, sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik
dapat disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa
Psikotik Non Organik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan adanya halusinasi auditorik, delusion of control, though of
broadcasting dan waham curiga dan perilaku gelisah, dengan perlangsungan
gejala lebih dari 1 bulan, sehingga memenuhi diagnosis Skizofrenia (F20) dan
menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Five Edition
(DSM V) diagnosis diarahkan pada Schizophrenia (295.90).
Pada pasien ini ditemukan halusinasi auditorik yang menyuruh dan
mengancam pasien serta waham kejaran yang menonjol sehingga memenuhi
kriteria diagnosis Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Aksis II
14
Sebelum sakit pasien dikenal mudah bergaul, suka bekerja tapi jika ada
masalah pasien cenderung tempramental. Data ini belum cukup untuk
menentukan suatu ciri kepribadian tertentu. Mekanisme defense yang sering
digunakan oleh pasien adalah represi.

Aksis III
Tidak ada diagnosa

Aksis IV
Stressor Psikososial : primary support group.

Aksis V
- GAF Scale saat ini : 50-41 (gejala berat, disabilitas berat).
- GAF Scale satu tahun terakhir : 50-41 (gejala berat, disabilitas berat).

VII. DAFTAR MASALAH


Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan
psikofarmakoterapi.
Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realitas berupa adanya
halusinasi auditorik, dan waham curiga, yang menimbulkan gejala psikis
sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan
waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.

VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Dubia
Quo adadfunctionam
malam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

Faktor pendukung berupa

15
1. Gambaran klinis adalah gejala positif yang menonjol.
2. Stressor jelas
3. Tidak ada gangguan organik

Faktor penghambat berupa :


1. Pasien tidak rutin minum obat bila keluar dari Rumah Sakit
2. Orang yang satu rumah dengan pasien usianya > 70 tahun

IX. RENCANA TERAPI


A. Psikofarmakoterapi
R/ risperidone 2mg/1 tablet / 12 jam / oral
Chlorpromazine 100 mg 1 tablet / 24 jam / oral (malam)

B. Psikoterapi
Suportif :
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien
dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan
dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan,
serta memotivasi pasien supaya mau minum obat secara teratur.
Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga
bisa menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses
penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta
menilai efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.

Hari kamis Tgl. 29 agustus 2019 pukul 15.00 WITA Hari perawatan ke 2
di Bangsal palm

16
Seorang laki-laki, wajah kesan sesuai usia (37 tahun), rambut pendek
postur tubuh sedang, kulit sawo matang, menggunakan pakaian koko warna
coklat dan celana bahan warna hijau, perawatan diri kesan kurang.
Kontak mata (+), verbal (+)
Psikomotor : Tenang
Verbalisasi : Spontan, lancar, intonasi biasa
Afek : Terbatas
Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik ada, yaitu mendengar suara laki-
laki, banyak suara yang memerintah.
Arus Pikir : cukup relevan
Gangguan isi pikir :
- Delusion of control
Pasien merasa dikendalikan oleh suara-suara (halusinasinya).
Pasien mencoba melawannya, tapi setiap pasien tidak melakukan
yang diperintahkan oleh suara-suara tersebut pasien merasa gelisah
dan seperti akan ada yang datang untuk mencelakai pasien
- Thougt of broadcasting
Pasien meyakini kalau dirinya di kenal Se-Sulawesi Selatan dan
semua orang tau apa yang ada dalam pikiran pasien.
- Waham Kejaran
Pasien meyakini jika ada orang yang akan datang dan mencelakai
pasien

R/ Risperidone 2mg/ 1 tablet / 12 jam / oral


Chlorpromazine 100 mg 1 tablet / 24 jam / oral (malam)

Skor PANSS : Gejala positif 2 5 , Gejala negative 25 , Psikopatologi


umum 47 . Total . 97

Hari jumát tanggal 30 Agustus 2019 pukul 15.00 WITA Hari Perawatan
K e-2 di Bangsal Palm RSKD

17
Tampak seorang perempuan, wajah kesan sesuai umur 35 tahunan, postur
tubuh sedang , kulit sawo matang, rambut pendek beruban, mengenakan
baju kaos kuning celana hijau, perawatan diri kesan cukup.

Kontak mata (+), verbal (+)


Psikomotor ` : Tenang
Verbalisasi : Spontan, lancar, intonasi biasa
Afek : Terbatas
Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik mulai berkurang
Arus Pikir : cukup relevan
Gangguan isi pikir :
 Waham kejaran masih menonjol

R/ risperidone 2 mg 1 tablet / 12 jam / oral


Chlorpromazine 100 mg 1 tablet / 24 jam / oral (malam)

Skor PANSS : Gejala positif 20, Gejala negatif 21, Psikopatologi


umum 41. Total 82.

XI. DISKUSI
Skizofrenia merupakan suatu gambaran sindrom klinis dengan berbagai
macam penyebab dan perjalanan yang banyak dan beragam, dimana terjadi
keretakan jiwa atau ketidakharmonisan dan ketidaksesuaian antara proses
pikir, perasaan dan perbuatan serta hilang timbul dengan manisfestasi klinis
yang beragam. Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh adanya
penyimpangan dari pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan adanya
afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tidak terganggu, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.1,2,3
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ III), skizofrenia dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria : 4

18
 Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini (dan biasanya 2 gejala atau lebih
bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
- Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought broadcasting
- Delusion of control , delusion of influence, delusion of passivity,
delusion of perception.
- Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus-
menerus terhadap perilaku pasien, mendiskusikan perihal pasien di
antara mereka, jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
- Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.
 Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas :
- Halusinasi yang menetap dari pancaindra apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun setengah terbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
yang menetap, atau terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus.
- Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme.
- Perilaku katatonik
- Gejala-gejala “negatif”: seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
 Adanya gejala tersebut di atas berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V
(DSM - V) diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan dengan Kriteria A yaitu
ditemukan dua atau lebih gejala karakteristik berupa waham, halusinasi, bicara
kacau, perilaku yang sangat kacau atau katatonik, serta gejala negatif, yang
19
masing-masing terjadi dalam porsi waktu yang signifikan selama periode 1
bulan. 5
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ III), skizofrenia paranoid dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria
halusinasi dan/ atau waham harus menonjol, suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling), mendengung (humming), atau
bunyi tawa (laughing), Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada
tetapi jarang menonjol, Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
“passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.4
Pada pasien ditemukan adanya halusinasi auditorik yang menyuruh-
nyuruh pasien, dan waham curiga yang menonjol sehingga diagnosis mengarah
pada skizofrenia paranoid. Umur pasien 30 tahun pada saat pertama kali
didiagnosis tergolong skizofrenia late-onset. Pada skizofrenia late-onset,
paling sering ditemukan jenis skizofrenia paranoid.
Skizofrenia mempunyai komponen yang diturunkan secara signifikan,
kompleks dan poligen. Sesuai dengan penelitian hubungan darah
(konsanguinitas), skizofrenia adalah gangguan bersifat keluarga (misalnya
terdapat dalam keluarga). Semakin dekat hubungan kekerabatan semakin
tinggi resiko.3,11 Pada pasien ini terdapat factor genetic dimana saudara dari
nenek dan adik pasien menderita skizofrenia.
Menurut teori psikoanalisis Freud, Psikosis ditandai secara khas dengan
ketidakmampuan individu untuk menunjukkan perhatian emosional terhadap
orang lain atau benda. Konflik yang terjadi pada psikosis adalah terutama
dalam individu itu sendiri, yaitu dorongan kekanak-kanakan yang tidak
disadari dan sikap kedewasaannya. Selain itu dalam perkembangan
kepribadiannya, ketika terjadi sesuatu yang dirasakan mengancam egonya,
maka akan terjadi suatu pertahanan yang disebut “mekanisme pertahanan”.
Pada pasien ini mekanisme pertahanan yang digunakan adalah “represi”, yaitu
melupakan secara tak sadar keberadaan sesuatu yang membuatnya merasa tak
20
nyaman atau sakit. Konsep represi ini adalah dasar banyak teori kepribadian
Freud dan terlibat dalam semua perilaku neurotik.1,10
Medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia, tetapi
intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Penatalaksanaan
psikososial umumnya lebih efektif pada saat pasien berada dalam fase
perbaikan dibanding fase akut. Terapi berorientasi keluarga dapat dilakukan
dengan memberikan penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien dan
menciptakan suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan
pasien. 2,3
Pada pasien ini diberikan antipsikotik atypical yaitu Risperidon dan
dikombinasi dengan antipsikotik typical chorpromazine. Risperidon
merupakan APG II yang memiliki rumus kimia benzisoxazole derivate.
Absorbsi risperidon di usus tidak dipengaruhi oleh makanan dan efek
terapeutik didapat dalam dosis rendah sedangkan pada dosis tinggi dapat
menyebabkan EPS. Pemakaian risperidon yang teratur dapat mencegah
terjadinya kekambuhan dan menurunkan jumlah dan lama perawatan sehingga
baik digunakan dalam dosis pemeliharaan. Efektif digunakan pada kasus yang
baru atau pada kasus yang sudah kronik dari skizofrenia. Pemakaian risperidon
masih diizinkan dalam dosis sedang, setelah pemberian APG I dengan dosis
yang kecil dihentikan, misalnya pada pasien usia lanjut dengan psikosis,
agitasi, gangguan perilaku yang di hubungkan dengan demensia. Dapat
digunakan pada anak dan remaja dengan gangguan psikotik. Mekanisme
risperidon menyebabkan terjadinya peningkatan prolaktin belum jelas. Insiden
terjadinya efek samping tardive dyskinesia pada pemakaian lama adalah
rendah. Risperidon dapat memperbaiki skizofrenia yang gagal diterapi dengan
APG I tetapi hasilnya pengobatannya tidak sebaik clozapine. Risperidon dapat
memperbaiki fungsi kognitif tidak hanya pada skizofrenia tetapi juga pada
penderita demensia misalnya demensia Alzheimer. Dapat memperbaiki mood
pada skizofrenia dan pada gangguan bipolar. Pada pemakaian risperidon, berat
badan kurang meningkat karena kurang memblok reseptor H1, jika
dibandingkan dengan APG ll lainnya. Risperidon selain berikatan dengan 5
HT2A dan D2, juga bekerja di reseptor 5HT7, α1 dan α2, tetapi rendah bekerja
di reseptor β dan reseptor muskarinik. Efek samping yang sering terjadi adalah
EPS, peningkatan prolaktin (ditandai dengan gangguan menstruasi, galaktorea,

21
disfungsi seksual), sindroma neuroleptik malignan, dan peningkatan berat
badan. Efek samping lainnya berupa sedasi, pusing, konstipasi, takikardi.
Dosis risperidon dimulai dengan 1 mg/hari, selama beberapa hari,
kemudian bila kurang atau belum ada respons dapat dinaikan menjadi 2
mg/hari, kemudian dapat terus dinaikan, tetapi pada dosis 4-6 mg perlu
dilakukan evaluasi selama 2-3 minggu. Dosis yang Optimal sebagai dosis
terapi adalah antara 2-4 mg perhari. Dosis maksimal yang direkomendasikan
sebesar 6 mg, karena melebihi dosis tersebut tidak dijumpai efikasi yang
sangat bermakna, malah lebih banyak efek samping yang di jumpai pada
penderita seperti distonia, akatisia, tardive dyskinesia. Umumnya perbaikan
terlihat dalam 8 minggu dari pengobatan awal, jika belum terlihat respon perlu
penilaian ulang. Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah
pemberian oral. Metabolisme risperidon sebagaian besar terjadi di hati oleh
enzym CYP 206 menjadi 9-hydroxyrisperidone dan sebagian kecil oleh enzym
CYP 3A4. Hydroxyrisperidone mempunyai potensi afinitas terhadap reseptor
dopamine yang setara dengan risperidon. Ekskresi terutama melalui urin.
Metabolisme risperidon dihambat oleh antidepresan fluoxetine dan paroxetine,
karena antidepresan ini menghambat kerja dari enzim CYP 206 dan CYP 3A4
sehingga pada pemberian bersama anti-depresan ini, maka dosis risperidon
harus dikurangi untuk meminimalkan timbulnya efek samping dan toksik.
Metabolisme risperidon dipercepat bila diberikan bersamaan dengan
carbamazepin, karena enzim CYP 3A4 sehingga perlu peningkatan dosis
risperidon pada pemberian bersama carbamazepin disebabkan konsentrasi
risperidon di dalam plasma rendah. Dosis risperidon diturunkan pada penderita
usia lanjut. Sedian risperidon yang ada di Indonesia berupa tablet 1 mg, 2 mg,
3 mg, solution, dan injeksi depot.
Chlorpromazine memiliki efek samping sedasi yang kuat, sehingga dapat
digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh gelisah,
hiperaktif, susah tidur, kekacauan pikiran, perasaan dan perilaku.
Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif pada saat pasien
berada dalam fase perbaikan dibanding fase akut. Pada kasus ini, terapi
keluarga lebih ditekankan karena bertujuan untuk memberikan pengetahuan
mengenai skizofrenia. Materi yang diberikan berupa pengenalan tanda-tanda
kekambuhan secara dini, peranan dari pengobatan, antisipasi dari efek

22
samping pengobatan da peran keluarga terhadap penderita skizofrenia.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang baik agar dapat
mendukung proses pemulihan pasien. Pada pasien selama wawancara hingga
pemeriksaan status mental ditemukan kendala pasien terlalu tertutup dan
pendiam, sehingga pemeriksa agak kesulitan dalam menggali informasi
6,7
tetntang keadaan pasien.
Prognosis pasien ini adalah dubia et malam, dinilai dengan melihat
faktor-faktor pendukung dan penghambat penyembuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

1.Willy F. Maramis, Albert A. Maramis, Skizofrenia dalam Catatan Ilmu Kedokteran


Jiwa, Edisi 2, Airlangga University Press, 2009.

23
2.Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb, Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri, Jilid Satu,
Binarupa Aksara, Jakarta, 2010.

3.Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto, Skizofrenia dalam Buku Ajar Psikiatri,


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017.

4.Departemen Kesehatan RI, Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, dan Waham dalam


Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III/PPDGJ
III. Jakarta, Departemen Kesehatan RI, 1993.

5.Black, D.W, et al, Schizophrenia Spectrum and Other Psychotic Disorder in DSM V
Guidebook, American Psychiatric Association, USA,2014

6.Maslim R. Obat Anti Psikosis dalam Penggunaan Klinis Obat Psikotropik., Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya, Jakarta, 2007.

7.Arana G.W, Rosenbaurg, Antipsychotic Drugs in Handbook of Psychiatric Drug


Therapy, Lippincot Williams &Wilkins, Philadelphia, USA, 2005.

8.Sinaga, B. R. Skizofrenia & Diagnosis Banding. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. 2007

9.Christy. 2011. Relapse in schizophrenia. The Hong Kong Medical


Diary.;16(5):8-9

10.Schultz Duane P, Schultz Sydney Ellen. Pendekatan Genetik dalam Teori Kepribadian
Edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2016

11.Puri B.K, Laking P.J, Treasaden I.H, Skizofrenia dan Gangguan Waham dalam Buku
Ajar Psikiatri Edisi 2,, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2013

LAMPIRAN
AUTOANAMNESA I (Tanggal 28 Agustus 2019)
Pukul 15.30 WITA, pasien baru masuk RS (UGD) dini hari tgl 28 Agustus 2019,
observasi di PHCU, kemudian dipindahkan ke bangsal kenari pada hari yang sama,

24
Seorang Laki-laki usia 37 tahun, wajah kesan sesuai usia, rambut pendek sedikit
beruban, postur tubuh sedang, kulit sawo matang, memakai baju koko warna coklat
dan celana bahan warna hijau, perawatan diri kesan kurang

D : Assalamu Alaikum, pak perkenalkan saya dr. septa residen psikiatri yang
sedang bertugas dibangsal kenari. kalau boleh, bisa kita berbincang sebentar
pak ya. kalau boleh tau, nama bapak ?
P : Waalaikum salam, nama sy F pak dokter.
D : Oh, tuan F, usia anda berapa tahun tn. F ? kelahiran tahun berapa?
P : Usia sy 37 tahun, lahir tahun 1982 pak dokter.
D : tn. F datang kemari diantar atau datang sendiri? Boleh saya tau tn. F tinggal
dimana?
P : semalam, sy datang diantar sama adik sy pak dokter, saya tinggal dimaros pak
dok.
D : tn. F datang kemari atas kemauan bapak atau karena dipaksa ? tn. F tau
sekarang ini ada dimana?
P : bukan begitu pak dok, ini sepertinya salah faham, iya pak dok ini di dadi,
sebelumnya juga sy sudah 2 kali dibawa kemari.
D : oh, ada salah faham antara anda dengan siapa tn F? kalau boleh tau, salah
faham yang tn.F maksud boleh diceritakan?
P : jadi begini pak dok, belakangan ini sy susah tidur kalau dirumah karena
tetangga dan anak-anak muda di tempat sy selalu ramai sampai menjelang
subuh,jadi saya terganggu, lalu sy mengunjungi rumah adik sy hanya ingin
membandingkan suasananya, sy lebih tenang jika dirumah adik sy pak dok,
tapi adik saya yang tadinya menerima, belakangan seperti terganggu sama
kehadiran saya. Semalam saya marah sama adik, lantas di bawa kemari.
Padahal saya merasa tidak sakit seperti orang-orang disini.
D : jadi menurut tn. F karena marah-marahnya anda dibawa kemari ?
P : iya pak dok
D : oh begitu pak, tabe pak, tadi bapak bilang ini ke 3 kalinya datang kemari dan
di rawat inap ya. ?
P : iya pak dok
D : pertama dan kedua datang apa yang buat keluarga membawa bapak kesini pak?

25
P : kalau yang pertama itu sy habis kasi pecah tv, kedua sama sekarang yang sy
rasakan itu lebih ke susah tidur pak dok
D : maksud bapak abis ngamuk mungkin yang datang kali pertama?
P : iya mungkin dok, mungkin sy di kira gila
D : kalau menurut bapak sendiri?
P : tidak dok, baik baik saja dok, Cuma memang sy belakangan susah tidur
kadang sampe sehari semalam. Karena tetangga rame terus biar malam.
D : itu yang membuat bapak mengunjungi adik karena bapak rasa lebih tenang
dirumah adik ya pak, selain itu mungkin ada perasaan atau sekedar pikiran
yang membuat bapak tidak nyaman?
P : selalu tidak enak saya rasa panas di perut, dan saat itu juga sy seperti ada yang
mengikuti dan mau dicelakai, itu yang buat susah tidur.
D : oh begitu, apakah bapak ada berbuat salah sama orang lain, itu sebabnya bapak
merasa di buru ?
P : tidak ada dok, seingat sy. Tapi gak tau mungkin juga ia karena setiap ada
musibah orang sakit atau meninggal, tetangga bilang kalo saya yang kasi guna-
guna, padahal tidak dok, kasian sy ini dok, saya bingung sekarang mau
kemana. Sy boleh pulang aja dokter?
D : kenapa mau pulang pak?
P : kurasa kayaknya sy mau di bunuh pak dok. Biar sy pulang jalan aja dok.
(waham kejaran)
D : tambah berbahaya kalo bapak pulang, mau minta tolong ke siapa nanti kalo
bapak menganggap ada yang mau celakai, sedangkan disini banyak petugas
yang jaga bapak.
P : ia pak dok, saya rasa kayak ada orang suruhan siapa yang mau datang celakai
saya, kasian saya ini pak di fitnah, sekarang saya mau dicelakai sama keluarga
dari tetangga yang keluarganya meninggal karena saya dikira kasi guna guna,
padahal tidak dok.( Waham kejaran & waham curiga)
D : bapak jangan hawatir, kami di sini akan membantu melindungi selama bapak
juga mengikuti saran kami, sementara bapak menginap dulu dan minum oba
t supaya bisa tidur, bapak maukan kalau saya anjurkan meminum obat supaya
bisa enak tidur.
P : iya bersedia pak dok.

26
D : baik pak, kalau begitu sy cukup untuk hari ini, besok saya datang lagi ya pak
buat berbincang lagi.

AUTOANAMNESA I I (Tanggal 29 Agustus 2019)


Pukul 09.30 WITA, pasien berada di Bangsal Kenari dan rencana mau dipindahkan ke
bangsal palm. pukul 10.00 pasien diwawancara di bangsal palm
D : assalamualaikun tn. F, selamat pagi,
P : waalaikum salam pak dokter
D : bagaimana perasaan bapak hari ini?
P : itulah dokter, saya boleh pulang aja pak dokter biar jalan kaki.
D : oh begitu pak, tapi kan harus keluarga yang jemput prosedurnya pak dan saya
sudah menghubungi keluarga bapak, akan dijemput kalau bapak sudah bisa
tenang dan merasa tidak diburu lagi, bapak masih tidak nyaman ya sama
perawatan di sini?
P : bukan begitu pak dok, saya rasa kayak orang-orang ini mau celakai saya pak
dokter, saya juga merasa tidak sakit.
D : oh itu alasannya, begini pak, sementara anda ikuti dulu prosedurnya nanti kalo
ada dilihat perkembangan membaik anda pasti di jemput keluarga
P : itu juga masalahnya pak dokter, apa saya masih mau diterima di rumah.
D : kalau begitu bagaimana mau pulang sedang anda merasa tidak ada yang mau
menerima bapak, otomatis klo baik perasaan bapak dan sehari-hari sudah tidak
merasa diburu,dan rutin minum obat, prasangka bapak jadi tidak mengganggu
lagi. Semalam bapak bisa tidur?
P : ia tidur pak dokter, abis minum obat yang warna orange mengantuk sekali.
D : bagaimana makannya pak? Habis tidak?
P : kalau di sini abis pak dok, dibangsal sebelumnya itu yang agak kurang.
D : bagaimana dengan ketakutan bapak yang merasa diburu terus untuk hari ini
pak
P : sudah mulai kurang-kurang memang saya rasakan dokter
D : Alhamdulillah, bagaimana dengan suara-suara yang memerintah bapak,saat ini
apa bapak masi rasakan?
P : masih pak dok tapi agak kurang saya rasa sekarang
D : oh Alhamdulillah ya pak, jadi sekarang setelah yang bapak alami ada
perbaikan, bapak masih merasa tidak sakit untuk di rawat disini?

27
P : iya sepertinya saya mungkin sakit pak dok ya. Sudah ditelponkan adik saya
pak dokter, kira-kira saya masih diterima tidak di sana ya pak dokter
D : kan bapak bilang ini Cuma salah faham, insyaallah adik mengerti kondisi dan
situasi bapak sekarang.
P : baik pak dokter
D : pak, boleh ceritakan tentang bapak yang hari hari ke kebun saudara bapak,
P : begini pak dok, saya ini bingung mau tinggal dimana karena terganggu saya
kalau dirumah, jadi saya Cuma berdoa dan memohon agar sebidang tanah
saudara saya ini di berikan ke saya
D : oh bagitu pak, bagaimana bisa bapak tau jika ada balasan dari doa bapak?
P : jadi pernah ada suatu saat sungai di belakang lahan tersebut meluap dan
kebanjiran, dan ada sebatang kayu yang hinggap di belakang lahan itu pak, jadi
tuhan membalas doa saya dengan petunjuk tersebut
D : oh jadi begitu ceritanya, baik pak untuk hari ini saya sekian dulu, sementara
bapak ikuti dulu selama disini besok kita jumpa lagi ya pak.
P : baik pak dokter

AUTOANAMNESA III (Tanggal 30 Agustus 2019)


Pukul 10.00 WITA pasien diwawancara di bangsal palm
D : assalamualaikun tn. F, selamat pagi,
P : waalaikum salam pak dokter
D : bagaimana perasaan bapak hari ini?
P : Sudah agak baikan pak dok
D : syukur kalo begitu, bagaimana tidurnya pak?
P : cukup pak dok, Cuma kalau pagi sedikit lemas aja, sekarang gak terlalu saya
rasa
D : oh iya pak, jika tidak mengganggu sekali jangan hawatir, memang efek
samping obatnya begitu pak, nanti pelan-pelan tubuh menyesuaikan
P : obat apakah itu pak dok?
D : obat yang mengatur pola tidur bapak. Bagaimana dengan perasaan bapak yang
masih mau diburu?
P : mulai kurang kurang kurasa pak dok
D : syukur deh, lalu bagaimana dengan suara yang bapak keluhkan sebelumnya,
masih datang ?

28
P : dari semalam sampai sekarang kayaknya tidak ada pak dokter, jadi kapan saya
boleh pulang?
D : kita lihat perkembangan bapak dulu beberapa hari kedepan. Dari perasaan
bapak yang makin hari makin ada perbaikan, saat ini bapak masih merasa tidak
sakit?
P : iya sepertinya memang saya sakit ya pak dokter.
D : baiklah bapak, saya cukup untuk hari ini, jangan lupa obatnya tetap diminum
ya pak.

IKHTISAR PERJALANAN PENYAK IT

29
Riwayat Respon
Waktu Situasi Kehidupan Gejala
(bulan- Berobat Pengobatan
tahun)
Januari 2019 Saat itu sebelum dibawa ke Mengamuk, Pasien tidak Selama
perawatan
rskd untuk pertama merusak pernah berobat
membaik
kalinya, pasien hidup barang,melempari sebelumnya,saat
sendirian di rumah milik genteng dirawat inap
saudara tirinya +/- 1 tahun, rumah,memanjat diberikan
setelah pasien resmi genteng rumah risperidone
bercerai dan diberhentikan (laporan tetangga 2mg/1tab/12
dari pekerjaannya karena kepada keluarga jam/oral dan
tidak pernah masuk kerja. pasien) cholpromazine
100mg (0-0-
1),tidak lagi
minum obat
setelah keluar
perawatan

30
Juni 2019 Pasien tinggal bersama Pasien menjadi Dirawat inap Membaik
selama
nenek dan seorang lebih pendiam, dengan jenis dan
perawatan
paman, saat itu pasien menarik dosis obat yang
disibukkan mondar diri,kadang bicara sama separti
mandir ke kebun milik sendiri, merasa pertama kali
saudara tirinya ada yang mau datang, dan paien
mencelakai tidak meminum
pasien,susah obatnya lagi
tidur,dan kadang setelah keluar
terlihat gelisah perawatan.
mondar mandir
dirumah dan
mendengar suara
yang memerintah
(halusinasi
auditorik)

31
Agustus Pasien tinggal bersama Pasien Saat ini masih membaik
2019 neneknya mengeluhkan dalam perawatan
susah tidur, selalu
merasa dirinya
mau
dicelakai,kadang
bicara sendiri, dan
kadang suara yang
memerintah
muncul
kembali(halusinasi
auditorik),merasa
kalau isi dalam
pikirannya ditau
semua
orang(throught of
broadcasting)

32
SKOR PANSS

NO PANSS 28/08/2019 29/08/2019 30/08/2019


1 P1 = Waham-Waham 7 5 4
2 P2 = Kekacauan Konsep/Proses Pikir 3 2 2
3 P3 = Perilaku Halusinatorik 7 6 4
4 P4 = Gaduh Gelisah 3 2 2
5 P5 = Perasaan Kebesaran 2 2 2
6 P6 = Perilaku Pencuriga / Kejaran 7 6 4
7 P7 = Hostilitas 2 2 2
Jumlah 31 25 20
1 N1= Afek Menumpul 4 3 3
2 N2 = Menarik diri secara emosional 7 6 4
3 N3 = Hubungan Interaktif yang buruk 2 2 2
4 N4 = Asosial / Menarik Diri Secara Sosial 7 6 4
5 N5 = Gangguan Berpikir Abstrak 3 3 2
6 N6 = Kurangnya spontanitas dan aliran 2 2 2
7 pembicaraan
N7 = Pikiran Stereotipik 4 4 4
Jumlah 29 26 21
1 G1 = Somatisasi 2 2 2
2 G2 = Kecemasan 7 6 4
3 G3 = Rasa Bersalah 6 5 4
4 G4 = Ketegangan Motorik 2 2 2
5 G5 = Mannerisme dan Posturing 2 2 2
6 G6 = Depresi 2 2 2
7 G7 = Retardasi Motorik 2 2 2
8 G8 = Ketidakkoperatifan 2 2 2
9 G9 = Isi Pikiran Yang Tidak Lazim 6 6 5
10 G10 = Disorientasi 2 2 2
11 G11 = Gangguan Perhatian / Atensi 2 2 2
12 G12 = Kurangnya Daya Nilai dan Tilikan 6 5 4
13 G13 = Gangguan Berkehendak / Avolisi 3 3 2
14 G14 = Gangguan Pengendalian Impuls 2 2 2
15 G15 = Preokupasi 3 2 2
16 G16 = Penghindaran Terhadap Aktivitas Sosial 2 2 2
Jumlah 51 47 41
TOTAL 111 97 82

33
34

Anda mungkin juga menyukai