KASUS PSIKOTIK I
FAKULTAS KEDOKTERAN
Rabu, 04 September 2019
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Dr. dr. H. M. Faisal Idrus Sp. KJ (K) Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ
LEMBAR PENGESAHAN
Telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan Kasus Psikotik I dengan
judul “Skizofrenia Paranoid (F20.0)” pada Konferensi Klinik Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 04 September 2019
Jam : 08.00 WITA – Selesai
Tempat : Ruang Pertemuan Psikiatri RSKD Prov. Sulsel
Dr. dr. H. M. Faisal Idrus Sp.KJ(K) Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ
STATUS PASIEN
1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Firman
No. RM : 176283
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Duda
Pendidikan Terakhir : SMA (Tamat)
Pekerjaan : Security
Alamat : Dusun Samanggi Keurahan Samangki,
kecamatan Simbang Kabupaten Maros.
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk ketiga kalinya pada
tanggal 25 Agustus 2019 Pukul 04.00, diantar oleh adiknya.
2. Nama : Ny.R
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Maros
Hubungan dengan pasien : Saudara Tiri Pasien
A. Keluhan Utama
2
Gelisah
b. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pada tahun 2012 (umur pasien 31 tahun saat
itu). Pasien menikah dengan wanita pilihannya sendiri yang telah
dikenalnya selama 1 tahun. Istri pasien adalah seorang ibu rumah
tangga. Pasien memiliki 1 orang anak (♂) sekarang berusia 6 tahun.
Menurut keluarga, pada tahun 2016-2017 pasien sering bertengkar dan
marah-marah dengan istrinya tanpa diketahui alasannya, karena baik
istri maupun pasien tidak pernah menceritakan masalah rumah tangga
mereka ke keluarga. Pasien digugat cerai oleh istrinya pada tahun 2017
karena alasan perlakuan suaminya tersebut.
d. Riwayat Psikoseksual
Pasien mulai akil baliq saat usia 14 tahun, sudah mulai
menyukai lawan jenis tapi belum berani untuk berpacaran karena
menurut pasien saat itu pasien lebih senang keluar bergaul bersama
teman teman. Pertama kali melakukan aktifitas seksual saat usia pasien
31 tahun setelah resmi menikah.
7
c. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam, dan menjalankan kewajiban
agama dengan baik.
d. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
f. Aktivitas Sosial
Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam, sedikit
temperamental, tapi cukup bergaul.
6. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak tunggal dari pernikahan pertama ayah pasien
dan mempunyai 4 saudara tiri dari pernikahan ke-2 ayah kandungnya
(♂,♂,♀,♀). Sejak usia kurang dari 1 tahun pasien di asuh oleh nenek dan
kakeknya sampai sebelum pasien menikah ( tahun 2012 ), Riwayat
keluarga dengan penyakit yang sama tidak ada.
Genogram
8
Keterangan:
: anggota keluarga laki-laki
: anggota keluarga perempuan
: anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa
: pasien
: sudah meninggal
9
III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS ( Tanggal 29 Agustus 2019)
A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, frekuensi
pernafasan 20 kali/menit, suhu tubuh 36,5°C, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru, dan abdomen kesan dalam batas
normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-),
pupil bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi
motorik dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak
ditemukan refleks patologis.
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Tidak Serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
10
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya.
2. Orientasi
a. Waktu : baik
b. Tempat : baik
c. Orang : baik
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : baik
b. Jangka Sedang : baik
c. Jangka Pendek : baik
d. Jangka Segera : baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : cukup
5. Pikiran Abstrak : terganggu
6. Bakat Kreatif : tidak ada
7. Kemampuan Menolong diri sendiri : terganggu
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik (+) : pasien mendengar suara-suara banyak orang
yang menyuruh pasien untuk pergi dari rumahnya, Kadang juga
menyuruh pasien untuk mengamuk, memukul, membanting barang-
barang, memarahi kekuarganya. Bahkan suara tersebut mengancam
pasien, jika tidak melakukan perintah tersebut maka pasien akan diburu
terus..
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Produktivitas : cukup
2. Kontinuitas : cukup relevan
11
3. Isi Pikiran
Terdapat gangguan isi pikiran berupa :
- Delusion of control
Pasien merasa dikendalikan oleh suara-suara (halusinasinya).
Pasien mencoba melawannya, tapi setiap pasien tidak melakukan
yang diperintahkan oleh suara-suara tersebut pasien merasa gelisah
dan seperti akan ada yang datang untuk mencelakai pasien
- Thougt of broadcasting
Pasien meyakini kalau dirinya di kenal Se-Sulawesi Selatan dan
semua orang tau apa yang ada dalam pikiran pasien.
- Waham Kejaran
Pasien meyakini jika ada orang yang akan datang dan mencelakai
pasien
F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara pengendalian impuls cukup.
13
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status
mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu perilaku gelisah, Pasien
sering berjalan mondar-mandir ke kebun dan mondar mandir sekitar rumah
dan kadang berbaring dirumah dan tidak melakukan aktifitas apapun. Pasien
lebih banyak diam, kadang tidak mau menjawab ketika diajak bicara, kadang
berbicara sendiri,pasien mengakui jika mendengan bisikan laki-laki, banyak
suara yang memerintah pasien, dan pasien juga mengakui kalo isi dalam
pikirannya diketahui oleh semua orang di Sulawesi Selatan. Menurut keluarga,
pasien kurang tidur selama 2 minggu bahkan 3 hari sebelum masuk rumah
sakit pasien tidak tidur sama sekali. Pasien juga tidak pernah mandi selama 3
hari itu. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien,
keluarga, dan masyarakat sekitar serta terdapat hendaya (dissability) pada
fungsi psikososial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam fungsi
mental berupa halusinasi auditorik, delusion of control, though of bradcasting
dan waham curiga, serta hendaya berat dalam fungsi sosial dan pekerjaan
berupa ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain dan tidak lagi
bisa bekerja, sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik
dapat disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa
Psikotik Non Organik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan adanya halusinasi auditorik, delusion of control, though of
broadcasting dan waham curiga dan perilaku gelisah, dengan perlangsungan
gejala lebih dari 1 bulan, sehingga memenuhi diagnosis Skizofrenia (F20) dan
menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Five Edition
(DSM V) diagnosis diarahkan pada Schizophrenia (295.90).
Pada pasien ini ditemukan halusinasi auditorik yang menyuruh dan
mengancam pasien serta waham kejaran yang menonjol sehingga memenuhi
kriteria diagnosis Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Aksis II
14
Sebelum sakit pasien dikenal mudah bergaul, suka bekerja tapi jika ada
masalah pasien cenderung tempramental. Data ini belum cukup untuk
menentukan suatu ciri kepribadian tertentu. Mekanisme defense yang sering
digunakan oleh pasien adalah represi.
Aksis III
Tidak ada diagnosa
Aksis IV
Stressor Psikososial : primary support group.
Aksis V
- GAF Scale saat ini : 50-41 (gejala berat, disabilitas berat).
- GAF Scale satu tahun terakhir : 50-41 (gejala berat, disabilitas berat).
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Dubia
Quo adadfunctionam
malam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
15
1. Gambaran klinis adalah gejala positif yang menonjol.
2. Stressor jelas
3. Tidak ada gangguan organik
B. Psikoterapi
Suportif :
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien
dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan
dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan,
serta memotivasi pasien supaya mau minum obat secara teratur.
Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga
bisa menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses
penyembuhan dan keteraturan pengobatan.
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta
menilai efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.
Hari kamis Tgl. 29 agustus 2019 pukul 15.00 WITA Hari perawatan ke 2
di Bangsal palm
16
Seorang laki-laki, wajah kesan sesuai usia (37 tahun), rambut pendek
postur tubuh sedang, kulit sawo matang, menggunakan pakaian koko warna
coklat dan celana bahan warna hijau, perawatan diri kesan kurang.
Kontak mata (+), verbal (+)
Psikomotor : Tenang
Verbalisasi : Spontan, lancar, intonasi biasa
Afek : Terbatas
Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik ada, yaitu mendengar suara laki-
laki, banyak suara yang memerintah.
Arus Pikir : cukup relevan
Gangguan isi pikir :
- Delusion of control
Pasien merasa dikendalikan oleh suara-suara (halusinasinya).
Pasien mencoba melawannya, tapi setiap pasien tidak melakukan
yang diperintahkan oleh suara-suara tersebut pasien merasa gelisah
dan seperti akan ada yang datang untuk mencelakai pasien
- Thougt of broadcasting
Pasien meyakini kalau dirinya di kenal Se-Sulawesi Selatan dan
semua orang tau apa yang ada dalam pikiran pasien.
- Waham Kejaran
Pasien meyakini jika ada orang yang akan datang dan mencelakai
pasien
Hari jumát tanggal 30 Agustus 2019 pukul 15.00 WITA Hari Perawatan
K e-2 di Bangsal Palm RSKD
17
Tampak seorang perempuan, wajah kesan sesuai umur 35 tahunan, postur
tubuh sedang , kulit sawo matang, rambut pendek beruban, mengenakan
baju kaos kuning celana hijau, perawatan diri kesan cukup.
XI. DISKUSI
Skizofrenia merupakan suatu gambaran sindrom klinis dengan berbagai
macam penyebab dan perjalanan yang banyak dan beragam, dimana terjadi
keretakan jiwa atau ketidakharmonisan dan ketidaksesuaian antara proses
pikir, perasaan dan perbuatan serta hilang timbul dengan manisfestasi klinis
yang beragam. Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh adanya
penyimpangan dari pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan adanya
afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tidak terganggu, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.1,2,3
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ III), skizofrenia dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria : 4
18
Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini (dan biasanya 2 gejala atau lebih
bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
- Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought broadcasting
- Delusion of control , delusion of influence, delusion of passivity,
delusion of perception.
- Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus-
menerus terhadap perilaku pasien, mendiskusikan perihal pasien di
antara mereka, jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
- Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.
Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas :
- Halusinasi yang menetap dari pancaindra apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun setengah terbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
yang menetap, atau terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus.
- Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme.
- Perilaku katatonik
- Gejala-gejala “negatif”: seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala tersebut di atas berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V
(DSM - V) diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan dengan Kriteria A yaitu
ditemukan dua atau lebih gejala karakteristik berupa waham, halusinasi, bicara
kacau, perilaku yang sangat kacau atau katatonik, serta gejala negatif, yang
19
masing-masing terjadi dalam porsi waktu yang signifikan selama periode 1
bulan. 5
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ III), skizofrenia paranoid dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria
halusinasi dan/ atau waham harus menonjol, suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling), mendengung (humming), atau
bunyi tawa (laughing), Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada
tetapi jarang menonjol, Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
“passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.4
Pada pasien ditemukan adanya halusinasi auditorik yang menyuruh-
nyuruh pasien, dan waham curiga yang menonjol sehingga diagnosis mengarah
pada skizofrenia paranoid. Umur pasien 30 tahun pada saat pertama kali
didiagnosis tergolong skizofrenia late-onset. Pada skizofrenia late-onset,
paling sering ditemukan jenis skizofrenia paranoid.
Skizofrenia mempunyai komponen yang diturunkan secara signifikan,
kompleks dan poligen. Sesuai dengan penelitian hubungan darah
(konsanguinitas), skizofrenia adalah gangguan bersifat keluarga (misalnya
terdapat dalam keluarga). Semakin dekat hubungan kekerabatan semakin
tinggi resiko.3,11 Pada pasien ini terdapat factor genetic dimana saudara dari
nenek dan adik pasien menderita skizofrenia.
Menurut teori psikoanalisis Freud, Psikosis ditandai secara khas dengan
ketidakmampuan individu untuk menunjukkan perhatian emosional terhadap
orang lain atau benda. Konflik yang terjadi pada psikosis adalah terutama
dalam individu itu sendiri, yaitu dorongan kekanak-kanakan yang tidak
disadari dan sikap kedewasaannya. Selain itu dalam perkembangan
kepribadiannya, ketika terjadi sesuatu yang dirasakan mengancam egonya,
maka akan terjadi suatu pertahanan yang disebut “mekanisme pertahanan”.
Pada pasien ini mekanisme pertahanan yang digunakan adalah “represi”, yaitu
melupakan secara tak sadar keberadaan sesuatu yang membuatnya merasa tak
20
nyaman atau sakit. Konsep represi ini adalah dasar banyak teori kepribadian
Freud dan terlibat dalam semua perilaku neurotik.1,10
Medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia, tetapi
intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Penatalaksanaan
psikososial umumnya lebih efektif pada saat pasien berada dalam fase
perbaikan dibanding fase akut. Terapi berorientasi keluarga dapat dilakukan
dengan memberikan penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien dan
menciptakan suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan
pasien. 2,3
Pada pasien ini diberikan antipsikotik atypical yaitu Risperidon dan
dikombinasi dengan antipsikotik typical chorpromazine. Risperidon
merupakan APG II yang memiliki rumus kimia benzisoxazole derivate.
Absorbsi risperidon di usus tidak dipengaruhi oleh makanan dan efek
terapeutik didapat dalam dosis rendah sedangkan pada dosis tinggi dapat
menyebabkan EPS. Pemakaian risperidon yang teratur dapat mencegah
terjadinya kekambuhan dan menurunkan jumlah dan lama perawatan sehingga
baik digunakan dalam dosis pemeliharaan. Efektif digunakan pada kasus yang
baru atau pada kasus yang sudah kronik dari skizofrenia. Pemakaian risperidon
masih diizinkan dalam dosis sedang, setelah pemberian APG I dengan dosis
yang kecil dihentikan, misalnya pada pasien usia lanjut dengan psikosis,
agitasi, gangguan perilaku yang di hubungkan dengan demensia. Dapat
digunakan pada anak dan remaja dengan gangguan psikotik. Mekanisme
risperidon menyebabkan terjadinya peningkatan prolaktin belum jelas. Insiden
terjadinya efek samping tardive dyskinesia pada pemakaian lama adalah
rendah. Risperidon dapat memperbaiki skizofrenia yang gagal diterapi dengan
APG I tetapi hasilnya pengobatannya tidak sebaik clozapine. Risperidon dapat
memperbaiki fungsi kognitif tidak hanya pada skizofrenia tetapi juga pada
penderita demensia misalnya demensia Alzheimer. Dapat memperbaiki mood
pada skizofrenia dan pada gangguan bipolar. Pada pemakaian risperidon, berat
badan kurang meningkat karena kurang memblok reseptor H1, jika
dibandingkan dengan APG ll lainnya. Risperidon selain berikatan dengan 5
HT2A dan D2, juga bekerja di reseptor 5HT7, α1 dan α2, tetapi rendah bekerja
di reseptor β dan reseptor muskarinik. Efek samping yang sering terjadi adalah
EPS, peningkatan prolaktin (ditandai dengan gangguan menstruasi, galaktorea,
21
disfungsi seksual), sindroma neuroleptik malignan, dan peningkatan berat
badan. Efek samping lainnya berupa sedasi, pusing, konstipasi, takikardi.
Dosis risperidon dimulai dengan 1 mg/hari, selama beberapa hari,
kemudian bila kurang atau belum ada respons dapat dinaikan menjadi 2
mg/hari, kemudian dapat terus dinaikan, tetapi pada dosis 4-6 mg perlu
dilakukan evaluasi selama 2-3 minggu. Dosis yang Optimal sebagai dosis
terapi adalah antara 2-4 mg perhari. Dosis maksimal yang direkomendasikan
sebesar 6 mg, karena melebihi dosis tersebut tidak dijumpai efikasi yang
sangat bermakna, malah lebih banyak efek samping yang di jumpai pada
penderita seperti distonia, akatisia, tardive dyskinesia. Umumnya perbaikan
terlihat dalam 8 minggu dari pengobatan awal, jika belum terlihat respon perlu
penilaian ulang. Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah
pemberian oral. Metabolisme risperidon sebagaian besar terjadi di hati oleh
enzym CYP 206 menjadi 9-hydroxyrisperidone dan sebagian kecil oleh enzym
CYP 3A4. Hydroxyrisperidone mempunyai potensi afinitas terhadap reseptor
dopamine yang setara dengan risperidon. Ekskresi terutama melalui urin.
Metabolisme risperidon dihambat oleh antidepresan fluoxetine dan paroxetine,
karena antidepresan ini menghambat kerja dari enzim CYP 206 dan CYP 3A4
sehingga pada pemberian bersama anti-depresan ini, maka dosis risperidon
harus dikurangi untuk meminimalkan timbulnya efek samping dan toksik.
Metabolisme risperidon dipercepat bila diberikan bersamaan dengan
carbamazepin, karena enzim CYP 3A4 sehingga perlu peningkatan dosis
risperidon pada pemberian bersama carbamazepin disebabkan konsentrasi
risperidon di dalam plasma rendah. Dosis risperidon diturunkan pada penderita
usia lanjut. Sedian risperidon yang ada di Indonesia berupa tablet 1 mg, 2 mg,
3 mg, solution, dan injeksi depot.
Chlorpromazine memiliki efek samping sedasi yang kuat, sehingga dapat
digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh gelisah,
hiperaktif, susah tidur, kekacauan pikiran, perasaan dan perilaku.
Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif pada saat pasien
berada dalam fase perbaikan dibanding fase akut. Pada kasus ini, terapi
keluarga lebih ditekankan karena bertujuan untuk memberikan pengetahuan
mengenai skizofrenia. Materi yang diberikan berupa pengenalan tanda-tanda
kekambuhan secara dini, peranan dari pengobatan, antisipasi dari efek
22
samping pengobatan da peran keluarga terhadap penderita skizofrenia.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang baik agar dapat
mendukung proses pemulihan pasien. Pada pasien selama wawancara hingga
pemeriksaan status mental ditemukan kendala pasien terlalu tertutup dan
pendiam, sehingga pemeriksa agak kesulitan dalam menggali informasi
6,7
tetntang keadaan pasien.
Prognosis pasien ini adalah dubia et malam, dinilai dengan melihat
faktor-faktor pendukung dan penghambat penyembuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
23
2.Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb, Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri, Jilid Satu,
Binarupa Aksara, Jakarta, 2010.
5.Black, D.W, et al, Schizophrenia Spectrum and Other Psychotic Disorder in DSM V
Guidebook, American Psychiatric Association, USA,2014
6.Maslim R. Obat Anti Psikosis dalam Penggunaan Klinis Obat Psikotropik., Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya, Jakarta, 2007.
10.Schultz Duane P, Schultz Sydney Ellen. Pendekatan Genetik dalam Teori Kepribadian
Edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2016
11.Puri B.K, Laking P.J, Treasaden I.H, Skizofrenia dan Gangguan Waham dalam Buku
Ajar Psikiatri Edisi 2,, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2013
LAMPIRAN
AUTOANAMNESA I (Tanggal 28 Agustus 2019)
Pukul 15.30 WITA, pasien baru masuk RS (UGD) dini hari tgl 28 Agustus 2019,
observasi di PHCU, kemudian dipindahkan ke bangsal kenari pada hari yang sama,
24
Seorang Laki-laki usia 37 tahun, wajah kesan sesuai usia, rambut pendek sedikit
beruban, postur tubuh sedang, kulit sawo matang, memakai baju koko warna coklat
dan celana bahan warna hijau, perawatan diri kesan kurang
D : Assalamu Alaikum, pak perkenalkan saya dr. septa residen psikiatri yang
sedang bertugas dibangsal kenari. kalau boleh, bisa kita berbincang sebentar
pak ya. kalau boleh tau, nama bapak ?
P : Waalaikum salam, nama sy F pak dokter.
D : Oh, tuan F, usia anda berapa tahun tn. F ? kelahiran tahun berapa?
P : Usia sy 37 tahun, lahir tahun 1982 pak dokter.
D : tn. F datang kemari diantar atau datang sendiri? Boleh saya tau tn. F tinggal
dimana?
P : semalam, sy datang diantar sama adik sy pak dokter, saya tinggal dimaros pak
dok.
D : tn. F datang kemari atas kemauan bapak atau karena dipaksa ? tn. F tau
sekarang ini ada dimana?
P : bukan begitu pak dok, ini sepertinya salah faham, iya pak dok ini di dadi,
sebelumnya juga sy sudah 2 kali dibawa kemari.
D : oh, ada salah faham antara anda dengan siapa tn F? kalau boleh tau, salah
faham yang tn.F maksud boleh diceritakan?
P : jadi begini pak dok, belakangan ini sy susah tidur kalau dirumah karena
tetangga dan anak-anak muda di tempat sy selalu ramai sampai menjelang
subuh,jadi saya terganggu, lalu sy mengunjungi rumah adik sy hanya ingin
membandingkan suasananya, sy lebih tenang jika dirumah adik sy pak dok,
tapi adik saya yang tadinya menerima, belakangan seperti terganggu sama
kehadiran saya. Semalam saya marah sama adik, lantas di bawa kemari.
Padahal saya merasa tidak sakit seperti orang-orang disini.
D : jadi menurut tn. F karena marah-marahnya anda dibawa kemari ?
P : iya pak dok
D : oh begitu pak, tabe pak, tadi bapak bilang ini ke 3 kalinya datang kemari dan
di rawat inap ya. ?
P : iya pak dok
D : pertama dan kedua datang apa yang buat keluarga membawa bapak kesini pak?
25
P : kalau yang pertama itu sy habis kasi pecah tv, kedua sama sekarang yang sy
rasakan itu lebih ke susah tidur pak dok
D : maksud bapak abis ngamuk mungkin yang datang kali pertama?
P : iya mungkin dok, mungkin sy di kira gila
D : kalau menurut bapak sendiri?
P : tidak dok, baik baik saja dok, Cuma memang sy belakangan susah tidur
kadang sampe sehari semalam. Karena tetangga rame terus biar malam.
D : itu yang membuat bapak mengunjungi adik karena bapak rasa lebih tenang
dirumah adik ya pak, selain itu mungkin ada perasaan atau sekedar pikiran
yang membuat bapak tidak nyaman?
P : selalu tidak enak saya rasa panas di perut, dan saat itu juga sy seperti ada yang
mengikuti dan mau dicelakai, itu yang buat susah tidur.
D : oh begitu, apakah bapak ada berbuat salah sama orang lain, itu sebabnya bapak
merasa di buru ?
P : tidak ada dok, seingat sy. Tapi gak tau mungkin juga ia karena setiap ada
musibah orang sakit atau meninggal, tetangga bilang kalo saya yang kasi guna-
guna, padahal tidak dok, kasian sy ini dok, saya bingung sekarang mau
kemana. Sy boleh pulang aja dokter?
D : kenapa mau pulang pak?
P : kurasa kayaknya sy mau di bunuh pak dok. Biar sy pulang jalan aja dok.
(waham kejaran)
D : tambah berbahaya kalo bapak pulang, mau minta tolong ke siapa nanti kalo
bapak menganggap ada yang mau celakai, sedangkan disini banyak petugas
yang jaga bapak.
P : ia pak dok, saya rasa kayak ada orang suruhan siapa yang mau datang celakai
saya, kasian saya ini pak di fitnah, sekarang saya mau dicelakai sama keluarga
dari tetangga yang keluarganya meninggal karena saya dikira kasi guna guna,
padahal tidak dok.( Waham kejaran & waham curiga)
D : bapak jangan hawatir, kami di sini akan membantu melindungi selama bapak
juga mengikuti saran kami, sementara bapak menginap dulu dan minum oba
t supaya bisa tidur, bapak maukan kalau saya anjurkan meminum obat supaya
bisa enak tidur.
P : iya bersedia pak dok.
26
D : baik pak, kalau begitu sy cukup untuk hari ini, besok saya datang lagi ya pak
buat berbincang lagi.
27
P : iya sepertinya saya mungkin sakit pak dok ya. Sudah ditelponkan adik saya
pak dokter, kira-kira saya masih diterima tidak di sana ya pak dokter
D : kan bapak bilang ini Cuma salah faham, insyaallah adik mengerti kondisi dan
situasi bapak sekarang.
P : baik pak dokter
D : pak, boleh ceritakan tentang bapak yang hari hari ke kebun saudara bapak,
P : begini pak dok, saya ini bingung mau tinggal dimana karena terganggu saya
kalau dirumah, jadi saya Cuma berdoa dan memohon agar sebidang tanah
saudara saya ini di berikan ke saya
D : oh bagitu pak, bagaimana bisa bapak tau jika ada balasan dari doa bapak?
P : jadi pernah ada suatu saat sungai di belakang lahan tersebut meluap dan
kebanjiran, dan ada sebatang kayu yang hinggap di belakang lahan itu pak, jadi
tuhan membalas doa saya dengan petunjuk tersebut
D : oh jadi begitu ceritanya, baik pak untuk hari ini saya sekian dulu, sementara
bapak ikuti dulu selama disini besok kita jumpa lagi ya pak.
P : baik pak dokter
28
P : dari semalam sampai sekarang kayaknya tidak ada pak dokter, jadi kapan saya
boleh pulang?
D : kita lihat perkembangan bapak dulu beberapa hari kedepan. Dari perasaan
bapak yang makin hari makin ada perbaikan, saat ini bapak masih merasa tidak
sakit?
P : iya sepertinya memang saya sakit ya pak dokter.
D : baiklah bapak, saya cukup untuk hari ini, jangan lupa obatnya tetap diminum
ya pak.
29
Riwayat Respon
Waktu Situasi Kehidupan Gejala
(bulan- Berobat Pengobatan
tahun)
Januari 2019 Saat itu sebelum dibawa ke Mengamuk, Pasien tidak Selama
perawatan
rskd untuk pertama merusak pernah berobat
membaik
kalinya, pasien hidup barang,melempari sebelumnya,saat
sendirian di rumah milik genteng dirawat inap
saudara tirinya +/- 1 tahun, rumah,memanjat diberikan
setelah pasien resmi genteng rumah risperidone
bercerai dan diberhentikan (laporan tetangga 2mg/1tab/12
dari pekerjaannya karena kepada keluarga jam/oral dan
tidak pernah masuk kerja. pasien) cholpromazine
100mg (0-0-
1),tidak lagi
minum obat
setelah keluar
perawatan
30
Juni 2019 Pasien tinggal bersama Pasien menjadi Dirawat inap Membaik
selama
nenek dan seorang lebih pendiam, dengan jenis dan
perawatan
paman, saat itu pasien menarik dosis obat yang
disibukkan mondar diri,kadang bicara sama separti
mandir ke kebun milik sendiri, merasa pertama kali
saudara tirinya ada yang mau datang, dan paien
mencelakai tidak meminum
pasien,susah obatnya lagi
tidur,dan kadang setelah keluar
terlihat gelisah perawatan.
mondar mandir
dirumah dan
mendengar suara
yang memerintah
(halusinasi
auditorik)
31
Agustus Pasien tinggal bersama Pasien Saat ini masih membaik
2019 neneknya mengeluhkan dalam perawatan
susah tidur, selalu
merasa dirinya
mau
dicelakai,kadang
bicara sendiri, dan
kadang suara yang
memerintah
muncul
kembali(halusinasi
auditorik),merasa
kalau isi dalam
pikirannya ditau
semua
orang(throught of
broadcasting)
32
SKOR PANSS
33
34