Anda di halaman 1dari 53

BAB 2 KEBIJAKAN REGIONAL

2.1. Kebijakan Regional

2.1.1. Kebijakan Tata Ruang


Perencanaan tata ruang terbagi menjadi 2 macam yaitu rencana umum
dan rencana rinci. Rencana umum meliputi : Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK). Untuk rencana rinci
meliputi : Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan & Rencana Kawasan
Strategis Nasional untuk tingkat nasional, Rencana Kawasan Strategis
Provinsi untuk tingkat provinsi, Rencana Kawasan Strategis Kabupaten dan
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten (RDTRK) untuk tingkat kabupaten.

2.1.1.1. RTRW Nasional


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk
perencanaan jangka panjang. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
merupakan:
1. Pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang
nasional;
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional;
4. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional;
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota

2.1.1.1.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional Terhadap Provinsi


Nusa Tenggara Barat
Ditinjau dari kebijakan penataan ruang yaitu Peraturan Pemeritah
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemeritah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.Adapun beberapa tinjauan struktur ruang wilayah nasional terhadap
Provinsi Nusa Tenggara Barat,Kecamatan Belo jelaskan pada sub bab berikut.

A. Sistem Perkotaan Nasional


Sistem perkotaan nasional terdiri atas:
a) Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa
provinsi;

b) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi


untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota;
dan

c) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi


untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

Pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal dapat berupa kawasan


megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan
perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil.
Selain sistem perkotaan nasional, dikembangkan juga Pusat Kegiatan
Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN, yang ditetapkan untuk
mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara. Berdasarkan tinjauan
dari RTRW Nasional, sistem perkotaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
terdiri dari PKN dan PKW, yaitu:
1. Kota Mataram sebagai wilayah Pusat Kegiatan Nasioanl dengan
melakukan Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan/Peningkatan fungsi
Sebagai Kota Pusat Pertumbuhan Nasional
2. Praya dan Raba sebagai Pusat Kegiatan Wilayah dengan Mendorong
Pengembangan Kota Sentra Produksi Yang Berbasis Otonomi Daerah
3. Sumbawa Besar sebagai Pusat Kegiatan Wilayah dengan melakukan
Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan/Peningkatan fungsi Sebagai
Kota Pusat Pertumbuhan Nasional

B. Sistem Jaringan Transportasi Nasional


Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas sistem jaringan
transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan
transportasi udara. Adapun uraian lebih lengkap dari ketiga sistem
transportasi tersebut di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dijelaskan sebagai
berikut.

1. Sistem Jaringan Transportasi Laut

Sistem Jaringan Transportasi Laut terdiri atas tatanan kepelabuhan dan


alur pelayaran. Berdasarkan Lampiran IV Peraturan Pemeritah Nomor 13
Tahun 2017 menyatakan bahwa di Provinsi Nusa Tenggara Barat
terlampir:
1. Pelabuhan Pengumpul,antara lain:
a. Pelabuhan Lembar (II/3)
b. Pelabuhan Bima (II/3)
c. Pelabuhan Labuhan Lombok (II/3)
d. Pelabuhan Benete (II/3)
e. Pelabuhan Badas (II/3)
2. Pelabuhan Angkutan Penyebrangan,antara lain:
a. Pelabuhan lembar (II/ 1)
b. Pelabuhan Kayangan (II/1)
c. Pelabuhan Potatono (II/1)
d. Pelabuhan Raijua (II/ l)
e. Pelabuhan Sekotong (II/2)
f. Pelabuhan Telong Elong (II/2)
g. Pelabuhan Benete (II/2)
h. Pelabuhan Senggigi (II/2)
i. Pelabuhan Tawun (II/2)
j. Pelabuhan Teluk Santong (II/2)
k. Pelabuhan Bima (II/2)
l. Pelabuhan Calabai (II/2)
m. Pelabuhan Labuan Kenanga (II/2)
n. Pelabuhan Empang (II/2)
o. Pelabuhan Waworoda (II/2)
p. Pelabuhan Cempi (II/2)
q. Pelabuhan Pulau Moyo (II/2)
r. Pelabuhan Lua Air (II/2)
s. Pelabuhan Sape (II/1)
Keterangan
II-IV : Tahapan Pengembangan
1 : Pemantapan Pelabuhan Utama
2 : Pengembangan Pelabuhan Utama
3 : Pemantapan Pelabuhan Pengumpul
terangan

Berdasarkan tinjauan lampiran IV Peraturan Pemeritah Nomor 13


Tahun 2017 mengenai sistem jaringan transportasi laut di Kabupaten
Bima,Pelabuhan Sape termasuk dalam Pelabuhan angkutan
penyebrangan.Instansi pelaksana pelabuhan sebagai simpul transportasi
nasional yaitu Kemenhub yang sumber pendanaan berasal dari APBN,
APBD, Investasi Swasta, dan/atau kerjasama pendanaan dengan estimasi
waktu 2015-2024 berdasarkan pada Lampiran IV dan XI Peraturan
Pemeritah Nomor13 Tahun 2017.

2. Sistem Jaringan Transportasi Darat


Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan nasional,
jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan. Jaringan jalan nasional terdiri atas jaringan jalan arteri
primer, jaringan jalan kolektor primer, jaringan jalan strategis nasional dan
jalan tol. Berdasarkan tinjauan RTRW Nasional, untuk jaringan
transportasi provinsi Nusa Tenggara Barat tidak terdapat pada lampiran.

3. Sistem Jaringan Transportasi Udara


Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan
ruang udara untuk penerbangan. Adapun berdasarkan Lampiran V
Peraturan Pemeritah Nomor 13 Tahun 2017, sistem jaringan transportasi
udara yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, antara lain:
a. Pengumpul Sekunder, terdiri atas:
Bandar Udara Lombok Baru (IV/3)
b. Pengumpul Tersier, terdiri atas:
Bandar Udara Sultan Muhammad Salahuddin (IV/5)

Keterangan :
IV : Tahapan Pengembangan
3 : Pemantapan Bandar Udara Pengumpul Sekunder
5 : Pemantapan Bandar Udara Pengumpul Tersier

Sebagaimana yang terlampir pada Lampiran V Peraturan Pemeritah


Nomor 13 tahun 2017 bahwa Bandar Sultan Muhammad Salahuddin yang
terletak di Kabupaten Bima dinyatakan sebagai Bandar udara pengumpul
sekunder.

Instansi pelaksana Bandar udara sebagai simpul transportasi nasional


yaitu Kemenhub yang sumber pendanaan berasal dari APBN, APBD,
Investasi Swasta, dan/atau kerjasama pendanaan dengan estimasi waktu
2015-2024 berdasarkan pada Lampiran V dan XI Peraturan Pemeritah
Nomor13 Tahun 2017.

C. Sistem Jaringan Energi Nasional


Sistem jaringan energi nasional terdiri atas jaringan infrastruktur minyak
dan gas bumi serta jaringan infrastruktur ketenagalistrikan. Jaringan
infrastruktur ketenagalistrikan merupakan segala hal yang berkaitan
dengan infrastruktur pembangkitan tenaga listrik serta sarana
pendukungnya dan infrastruktur penyaluran tenaga listrik serta sarana
pendukungnya.
Adapun berdasarkan Lampiran VA Peraturan Pemeritah Nomor 13 tahun
2017, sistem jaringan energi nasional Provinsi Nusa Tenggara Barat
dinyatakan:
l. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kota Mataram (II/ 1)

2. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Lombok Timur (II/ 1)

3. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Sumbawa (II/ 1)

4. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten/Kota Bima (IIl 1)


5. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Sumbawa Barat (II/ l)

6. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten lpmbok Utara (II/ 1)

7. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Lombok Barat(II/ 1)

8. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Dompu (III/ l)

9. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten lombok Tengah (III/ 1)

10. Pembangkitan Tenaga Listrik di Kabupaten Sumbawa Barat (II/ 1)

Keterangan:

II-IV : Tahapan Pengembangan

1 : Pengembangan Pembangkitan Tenaga Listrik

Instansi pelaksana yaitu Kemen ESDM, PLN yang sumber pendanaan


berasal dari APBN, APBD, Investasi Swasta, dan/atau kerjasama
pendanaan dengan estimasi waktu 2015-2024 berdasarkan pada Lampiran
VA dan XI Peraturan Pemeritah Nomor 13 Tahun 2017.

D. Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional


Sistem jaringan telekomunikasi nasional terdiri atas jaringan terestrial
yang dikembangkan secara berkesinambungan untuk menyediakan
pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah nasional dan jaringan satelit
yang dikembangkan sebagai pelengkap sistem jaringan telekomunikasi
nasional melalui satelit komunikasi dan stasiun bumi.
Berdasarkan Lampiran XI Peraturan Pemeritah Nomor 13 tahun 2017
untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri hanya akan ada peningkatan
jangkauan broadband di seluruh kabupaten/kota, tidak ada rahabilitasi
jaringan terrestrial, pengembangan jaringan terestrial, ataupun
pengembangan jaringan pelayanan feeber.
Instansi pelaksana yaitu Kemenkominfo/Penyelenggara Telekomunikasi
yang sumber pendanaan berasal dari APBN, APBD, Investasi Swasta,
dan/atau kerjasama pendanaan dengan estimasi waktu 2020-2024
berdasarkan pada Lampiran XI Peraturan Pemeritah Nomor 13 Tahun
2017.

E. Sistem Jaringan Jaringan Air


Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada
setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah. Dimana wilayah sungai
meliputi wilayah sungai lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi, dan
wilayah sungai strategis nasional. Sedangkan cekungan air tanah meliputi
cekungan lintas negara dan lintas provinsi.
Dilihat dari Lampiran VI Peraturan Pemeritah Nomor 13 Tahun 2017 di
Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat wilayah Sungai, antara lain :
1. Lombok (II - IV/A/ 1) dengan Keterangan Strategis Nasional
2. Sumbawa (II - IV/A) dengan Keterangan Strategis Nasional

Keterangan:
II-IV : Tahapan Pengembangan
A : Perwujudan Sistem Jaringan SDA
A/l : Konservasi Sumber Daya Air,Pendayagunaan SDA, dan
Pengendalian Daya Rusak Air

Instansi pelaksana Wilayah Sungai yaitu Kemen PU-PR yang sumber


pendanaan berasal dari APBN, APBD, Investasi Swasta, dan/atau
kerjasama pendanaan dengan estimasi waktu 2015-2027 berdasarkan pada
Lampiran XI Peraturan Pemeritah No.13 Tahun 2017.

2.1.1.1.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional Terhadap Provinsi


Nusa Tenggara Barat
Rencana pola ruang wilayah nasional dibedakan atas kawasan lindung
nasional dan kawasan budi daya, adapun rencana pola ruang wilayah nasional
terhadap Provinsi Kalimantan Tengah dijelaskan pada sub bab berikut.

A. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung di Kabupaten Bima di Lampiran VIII dengan Tahapan
Pengembangan II-IV adalah Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian
Alam Jereweh,Suaka Margasatwa Gunung Tambora Selatan,Cagar Alam
Toffo Kota Lambu,Cagar Alam Pulau Sangsiang,Cagar Alam Gunung
Tambora Selatan, Taman Wisata Alam Madapangga, dan Taman Buru
Gunung Tambora Selatan.Instansi pelaksana Kawasan Lindung Nasional
Yaitu KLHK, Kemendikbud, Kemen Kelautan dan Perikanan yang sumber
pendanaan berasal dari APBN, APBD, Investasi, dan/atau kerjasama
pendanaan dengan estimasi waktu 2015-2024 berdasarkan pada lampiran
VIII dan XI Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017.

B. Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya pada lampiran IX Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2017 di Kabupaten Bima meliputi kawasan andalan dengan sektor
unggulan pertanian,industri, pariwisata,perikanan, pertambangan dan
panas bumi.

2.1.1.2. RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat


Ruang Lingkup Peraturan Daerah nomor 3 tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Nusa Tenggara Barat ini
mencakup tujuan,kebijakan dan strategi, struktur dan pola pemanfaatan ruang
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat sampai dengan batas ruang daratan,
ruang lautan dan ruang udara menurut peraturan perundang-undangan.
Tujuan penataan ruang wilayah provinsi adalah mewujudkan ruang
wilayah provinsi yang maju dan lestari melalui penataan ruang secara serasi,
seimbang, terpadu dan berkelanjutan dalam rangka mendorong wilayah
provinsi sebagai kawasan pengembangan agrobisnis dan pariwisata untuk
meningkatkan daya saing daerah dengan tetap memperhatikan daya dukung
lingkungan hidup dan kelestarian sumberdaya alam.
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi dilakukan
dalam pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah agar tujuan
penataan ruang wilayah provinsi tercapai.

2.1.1.2.1. Rencana Struktur Ruang Provinsi Nusa Tengggara Barat


1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:
a. peningkatan peran dan fungsi pusat-pusat pertumbuhan baru maupun
pengembangan peran dan fungsi pusat-pusat pertumbuhan yang sudah
ada;
b. pengembangan struktur ruang berbasis pulau untuk Pulau Lombok dan
berbasis kawasan untuk Pulau Sumbawa; dan
c. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan infrastruktur
transportasi, telekomunikasi, energi dan ketenagalistrikan, sumber daya
air, persampahan, dan sanitasi yang terpadu dan sesuai kebutuhan
wilayah provinsi.

Strategi untuk peningkatan peran dan fungsi pusat-pusat


pertumbuhan baru maupun pengembangan peran dan fungsi pusat-pusat
pertumbuhan yang sudah ada meliputi:
a. mendorong pengembangan Ibu Kota Kabupaten dan Ibu Kota
Kecamatan yang ditetapkan sebagai pusat-pusat pertumbuhan baru
sesuai sektor unggulan dan daya dukung lingkungan hidup agar
memenuhi kriteria PKW Promosi (PKWp) dan PKL;
b. revitalisasi peran dan fungsi Ibu Kota Provinsi, Ibu Kota Kabupaten,
dan Ibu Kota Kecamatan yang sebelumnya telah merupakan PKN,
PKW, dan PKL; dan
c. mendorong pengembangan kawasan strategis untuk mendorong
pengembangan kawasan sekitarnya;
Strategi pengembangan struktur ruang berbasis pulau untuk Pulau
Lombok dan berbasis kawasan untuk Pulau Sumbawa meliputi:
a. pengembangan sistem jaringan infrastruktur terpadu yang mendukung
pengembangan Pulau Lombok sebagai satu kesatuan pulau; dan
b. pengembangan sistem jaringan infrastruktur terpadu yang mendukung
pengembangan masing-masing kawasan dan hubungan antar kawasan
di Pulau Sumbawa;
Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
infrastruktur transportasi, telekomunikasi, energi dan ketenagalistrikan,
sumber daya air, persampahan, dan sanitasi yang terpadu dan sesuai
kebutuhan wilayah provinsi meliputi:
a. pengembangan jaringan infrastruktur transportasi darat, laut, udara yang
dapat meningkatkan aksesibilitas pusat pertumbuhan dengan kawasan
sekitarnya, antar pusat-pusat pertumbuhan dalam satu wilayah pulau,
dan antar pusat pertumbuhan antar pulau;
b. pengembangan jaringan dan peningkatan pelayanan telekomunikasi
secara merata dan seimbang sesuai kebutuhan untuk membuka
keterisolasian daerah;
c. percepatan pemenuhan kebutuhan energi dan ketenagalistrikan dan
perluasan jangkauan pelayanan jaringan energi dan ketenagalistrikan
dengan optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya energi termasuk
sumber energi terbarukan;
d. pengembangan energi baru terbarukan untuk memenuhi kebutuhan
daerah-daerah yang tidak bisa terjangkau oleh pelayanan PLN dan
mengurangi ketergantungan terhadap energi tak terbarukan;
e. peningkatan kualitas jaringan, pengembangan pemanfaatan sumberdaya
air untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan irigasi;
f. pengembangan dan pemanfaatan teknologi pengolahan sampah ramah
lingkungan; dan
g. pengembangan instalasi pengolahan air limbah terpadu dan
berkelanjutan.

2.1.1.2.2. Rencana Pola Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat


2. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:
a) kebijakan dan strategi pemantapan kawasan lindung;
b) kebijakan dan strategi pemanfaatan kawasan budidaya;
c) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis provinsi.
Kebijakan pemantapan kawasan lindung meliputi:
a) mempertahankan luas kawasan lindung;
b) mencegah alih fungsi lahan dalam kawasan lindung;
c) minimalisasi kerusakan kawasan lindung akibat aktivitas manusia dan
alam;
d) rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung;
e) mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana alam.
Strategi untuk mempertahankan luas kawasan lindung meliputi:
a) mempertahankan luas kawasan lindung di darat maupun laut sesuai tata
batas kawasan hutan dan kawasan konservasi laut;
b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau
dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) dari luas DAS
dengan sebaran proporsional;
c) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya maupun bencana
alam, dalam rangka mengembalikan dan memelihara keseimbangan
ekosistem wilayah;
d) mengembangkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan
hutan;
e) meningkatkan upaya-upaya pengamanan hutan;
f) mengembangkan program-program penyelamatan hutan secara terpadu
lintas wilayah dan lintas sektor;
g) mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30%
(tiga puluh perseratus) dari luas kawasan perkotaan;
h) membatasi perkembangan kawasan terbangun di perkotaan dengan
mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak
memanfaatkan ruang secara sporadis;
i) rehabilitasi dan konservasi kawasan suaka alam, suaka margasatwa,
cagar alam, pelestarian sumberdaya alam dan kawasan keanekaragaman
hayati spesifik lokal;
j) pengaturan pemanfaatan kawasan sempadan pantai, sungai, sumber
mata air dan sempadan jalan;
k) mempertahankan fungsi lindung dan membatasi kegiatan budidaya
yang dapat merusak fungsi lindung di pulau-pulau kecil; dan
l) meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran pemerintah, swasta dan
masyarakat akan pentingnya kawasan lindung.
Strategi untuk mencegah alih fungsi lahan kawasan lindung meliputi:
a) mencegah terjadinya peladangan liar;
b) pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan;
c) pembuatan tanda /tapal batas kawasan hutan;
d) menetapkan luasan sawah berkelanjutan;
e) memanfaatkan hutan produksi secara selektif dan berkelanjutan;
f) mengembangkan kegiatan budidaya sesuai dengan kaedah dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
g) melarang kegiatan budidaya dalam kawasan hutan lindung;
h) mengembalikan fungsi lindung secara bertahap pada kawasan lindung
yang sedang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya sampai ijin masa
berlakunya habis; dan
i) meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran pemerintah, swasta dan
masyarakat untuk menghindari alih fungsi lahan kawasan lindung.
Strategi untuk minimalisasi kerusakan kawasan lindung akibat
aktivitas manusia dan alam meliputi:
a) mereklamasi dan merehabilitasi lahan-lahan bekas pertambangan;
b) memantau, mengawasi dan mengendalikan kegiatan pertambangan;
c) melarang dan menghentikan kegiatan pertambangan tanpa ijin;
d) mengembangkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat kawasan
lingkar tambang dan/atau kawasan yang berpotensi tambang;
e) melakukan upaya-upaya prepentif sebelum diambil tindakan
administrasi maupun hukum terhadap aktifitas yang berdampak
merusak lingkungan hidup;
Strategi untuk rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung meliputi:
a) merehabilitasi lahan-lahan kritis;
b) merehabilitasi dan melindungi kawasan sumber mata air;
c) memelihara dan melestarikan sumberdaya alam pesisir, laut dan pulau-
pulau kecil;
d) meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran kepada pemerintah,
swasta dan masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan hidup.
Strategi untuk mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana alam
meliputi:
a) penataan kawasan rawan bencana alam;
b) perencanaan aksi pengelolaan kawasan rawan bencana alam;
c) pemanfaatan kawasan rawan bencana alam sesuai kaedah-kaedah yang
berlaku dengan berpegang pada prinsip-prinsip pelestarian lingkungan
hidup;
d) mencegah kegiatan budidaya yang berdampak terhadap kerusakan
lingkungan hidup pada kawasan rawan bencana alam;
e) memanfaatkan teknologi ramah lingkungan untuk meminimalisasi
dampak kerusakan pada kawasan rawan bencana alam;
f) fmemanfaatkan teknologi tanggap dini kejadian bencana; dan
g) meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran kepada pemerintah,
swasta dan masyarakat tentang bahaya serta upaya antisipasi terjadinya
bencana alam.
3. Kebijakan pemanfaatan kawasan budidaya sebagaimana meliputi:
a) pengembangan kegiatan budidaya berbasis potensi sumberdaya dan
daya dukung lingkungan hidup;
b) pemanfaatan sumberdaya alam berbasis pada pengembangan agrobisnis
dan pariwisata; dan
c) pemantauan dan pengendalian kegiatan budidaya yang berpotensi
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;
Strategi pengembangan kegiatan budidaya berbasis potensi dan daya
dukung lingkungan hidup meliputi:
a) menetapkan kegiatan budidaya sesuai daya dukung lingkungan hidup;
b) menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi;
c) mengembangkan kegiatan budidaya yang memiliki keunggulan
kompetitif dan komparatif;
d) mengembangkan satu desa satu produk berbasis potensi dan daya
dukung lokal;
e) mengembangkan kegiatan budidaya diluar kawasan lindung;
f) mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang
bernilai ekonomi tinggi untuk meningkatkan perekonomian daerah; dan
g) mengembangkan sarana prasarana pendukung pengembangan potensi
budidaya unggulan daerah.
Strategi pemanfaatan sumberdaya alam berbasis pada pengembangan
agrobisnis dan pariwisata meliputi:
a) menetapkan kawasan agrobisnis dan pariwisata beserta sektor
unggulannya;
b) mengembangkan lokasi produksi, lokasi pengolahan produksi dan
lokasi pemasaran produk;
c) menyediakan infrastruktur pendukung pengembangan agrobisnis dan
pariwisata;
d) merevitalisasi kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil; dan
e) mengembangkan kawasan pariwisata unggulan.
Strategi pemantauan dan pengendalian kegiatan budidaya yang
berpotensi melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan
meliputi:
a) melakukan pemantauan dan pengawasan secara periodik terhadap
kegiatan-kegiatan budidaya yang berpotensi merusak lingkungan hidup;
b) melakukan upaya prepentif terhadap kegiatan budidaya yang berpotensi
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
c) melakukan penindakan terhadap kegiatan budidaya yang merusak
lingkungan hidup;
d) melakukan kajian lingkungan hidup strategis terhadap kebijakan,
rencana dan program yang menimbulkan dampak dan resiko
lingkungan;
e) melakukan proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
terhadap kegiatan-kegiatan budidaya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
f) mengembangkan mekanisme dan prosedur pengaduan dan penyelesaian
sengketa terhadap kegiatan budidaya yang merusak lingkungan hidup;
g) meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemantauan dan
pengawasan dampak negatif aktivitas budidaya terhadap lingkungan
hidup; dan
h) meningkatkan sosialisasi dan kesadaran pemerintah, swasta dan
masyarakat tentang pembangunan berbasis daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
4. Kebijakan pengembangan kawasan strategis provinsi meliputi:
a) penetapan kawasan strategis provinsi;
b) pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis secara
produktif, efisien, dan berdaya saing sesuai potensi lokal dan daya
dukung lingkungan;
c) pengembangan sarana dan prasarana kawasan strategis provinsi;
d) optimalisasi pemanfaatan teknologi untuk pengembangan kawasan
strategis secara berkelanjutan; dan
e) pengembangan kawasan strategis provinsi untuk percepatan
pembangunan kawasan tertinggal.
Strategi untuk menetapkan kawasan strategis provinsi
mempertimbangkan:
a) potensi unggulan kawasan strategis;
b) daya dukung lingkungan untuk setiap potensi unggulan kawasan
strategis;
c) keterkaitan ke depan dan ke belakang kawasan strategis terhadap
kawasan sekitarnya untuk mendorong percepatan pengembangan
kawasan sekitarnya.
Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis
secara produktif, efisien, dan berdaya saing sesuai potensi lokal dan daya
dukung lingkungan meliputi:
a) melakukan penataan ruang kawasan strategis provinsi dengan
mempertimbangkan kemampuan dan kesesuaian lahan;
b) mengembangkan produk unggulan sesuai daya dukung lingkungan;
c) mengembangkan sarana dan prasarana pendukung sesuai potensi dan
daya dukung lingkungan;
d) mengembangkan kawasan strategis berorientasi bisnis yang
mengakomodir kepentingan hulu dan hilir;
e) mencegah pemanfaatan lahan kawasan strategis yang berpotensi
bencana alam, kecuali memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan
kaedah-kaedah pembangunan berkelanjutan;
f) melestarikan kawasan strategis provinsi yang berorientasi fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup;
g) merehabilitasi kawasan strategis yang berorientasi fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup yang teridentifikasi mengalami kerusakan;
dan
h) mengembangkan mekanisme substitusi produk dalam maupun antar
kawasan strategis.
Strategi pengembangan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan kawasan strategis provinsi meliputi:
a) mengembangkan sarana prasarana sesuai kebutuhan pengembangan
kawasan;
b) meningkatkan peran swasta dan masyarakat dalam penyediaan sarana
prasarana; dan
c) mengembangkan sarana prasarana secara terpadu dan berkelanjutan.
Strategi untuk optimalisasi pemanfaatan teknologi untuk
pengembangan kawasan strategis secara berkelanjutan meliputi:
a) mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari
pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi;
b) meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau
teknologi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya;
c) mencegah dampak negatif pemanfaatan teknologi terhadap fungsi
lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat; dan
d) memanfaatkan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan.
Strategi pengembangan kawasan strategis provinsi untuk percepatan
pembangunan kawasan tertinggal meliputi:
a) mengidentifikasi lokasi dan potensi kawasan tertinggal yang berada
disekitar setiap kawasan strategis provinsi;
b) mengembangkan sinergi sosial dan ekonomi antara kawasan strategis
dengan kawasan tertinggal yang ada disekitarnya;
c) penataan ruang dan lingkungan kawasan tertinggal;
d) meningkatkan aksesibilitas antara kawasan strategis dengan kawasan
tertinggal disekitarnya; dan
e) mengembangkan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan
prasarana pada kawasan tertinggal.

2.1.1.3. RTRW Kabupaten Bima


Pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dimana penataan ruang wilayah perkotaan harus mencantumkan tujuan,
kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Bima. Tujuan
penataan ruang diuraikan secara umum dengan memperhatikan karakteristik
wilaya Kabupaten Bima dan kecenderungan perkembangannya. Kebijakan
dan strategi yang dijabarkan meliputi kebijakan dan strategi penetapan
struktur ruang wilayah yang terdiri atas sistem perkotaan dan sistem
pengembangan prasarana wilayah meliputi jaringan transportasi, energi,
telekomunikasi, sumber daya air kota, dan infrastruktur perkotaan yang
meliputi penyediaan air minum kota, pengelolaan air limbah kota,
persampahan kota, drainase kota, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan
sarana jaringan jalan pejalan kaki, dan jalur evakuasi bencana. Selain itu,
diuraikan pula kebijakan dan strategi penetapan pola ruang wilayah meliputi
kawasan lindung dan kawasan budidaya.

2.1.1.3.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Terhadap


Kabupaten Bima

A. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan


Sistem perkotaan terdiri dari sistem perkotaan nasional yang ada di
wilayah provinsi terdiri dari PKN dan PKW, dan sistem perkotaan wilayah
provinsi yaitu PKL. Sistem perkotaan nasional yang ada di wilayah provinsi
melputi PKN berada di Mataram dan PKW berada di Praya, Sumbawa Besar,
dan Raba.Ibukota kabupaten lainnya dijadikan sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah Provinsi (PKWp) berada di Gerung, Tanjung, Selong, Taliwang,
Dompu, dan Woha.Sedangkan Sistem perkotaan provinsi yaitu PKL berada di
Lembar, Narmada, Kopang, Sengkol, Mujur, Bayan, Pemenang, Masbagik,
Keruak, Labuhan Lombok, Poto Tano, Jereweh, Alas, Empang, Lunyuk,
Lenangguar, Labangka, Calabai, Kempo, Hu’u, Kilo, Kore, O’o, Sila,
Tangga, Wawo, Wera dan Sape.
Berdasarkan analisis RTRW provinsi di wilayah Kabupaten Bima,Pusat
Kegiatan Wilayah Provinsi (PKWp) berada di Kecamatan Woha sedangkan
untuk Sistem perkotaan provinsi yaitu PKL berada di Kecamatan Wera dan
Kecamatan Sape.
B. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Utama

1. Sistem Jaringan Transportasi Darat

a) Jaringan Jalan :

Jaringan Jalan Lintas Provinsi di Kabupaten Bima meliputi :


1) Jaringan Jalan Ateri Primer meliputi : Jl. Sultan Kaharudin (Bima),
JL Martadinata (Bima), Bima – Raba (Jl. Soekarno Hatta),Raba –
Sape (Labuhan Bajo) Sila – Talabiu,Talabiu – Bima.
2) Jaringan Jalan Kolektor Primer K1 meliputi : Jl.SoncoTengge –
Kumbe, Talabiu – Bima (Jl. Pahlawan)
3) Jaringan Jalan Kolektor Primer K2 meliputi : Jl. Bima –
Tawali,Jl.Talabiu – Tangga,Jl. Tangga – Parado,Jl. Sila – Donggo
4) Jaringan Jalan Kolektor Primer K3 meliputi:Jl.Parado – Wilamaci,Jl.
Simpasai – Wilamac

2. Sistem Jaringan Transportasi Laut


a. Pengembangan Lintas Penyeberangan Lintas Provinsi :
1) Lembar – Padang Bai (Provinsi Bali)
2) Ampenan (Provinsi Nusa Tenggara Barat) - Karangasem (Provinsi
Bali)
3) Bima – Takalar (Provinsi Sulawesi Selatan)
4) Sape – Waikelo (Provinsi Nusa Tenggara Timur)
5) Sape – Labuan Bajo (Provinsi Nusa Tenggara Timur)
Berdasarkan lampiran II.2 Peraturan daerah nomor 3 tahun
2010,Rencana Pengembangan Penyeberangan Lintas Provinsi di
Kabupaten bima berada di Pelabuhan sape dengan rute Sape - Waikelo
(Provinsi Nusa Tenggara Timur) dan sape - Labuan Bajo (Provinsi
Nusa Tenggara Timur).
b. Pengembangan Alur Pelayaran Provinsi
1) Labuan Haji (Kab. Lombok Timur) – Benete (Kab. Sumbawa
Barat)
2) Labangka (Kab. Sumbawa) – Cempi (Kab. Dompu)
3) Cempi (Kab. Dompu) – Waworada (Kab. Bima)
4) Waworada (Kab. Bima) – Sape (Kab. Bima)
5) Telong Elong (Kab. Lombok Timur) – Benete (Kab. Sumbawa
Barat)
6) Benete (Kab. Sumbawa Barat) – Labangka (Kab. Sumbawa)
7) Labuhan Lombok (Kab. Lombok Timur) – Badas (kab. Sumbawa)
8) Calabai (Kab. Dompu) – Bima (Kota Bima)
9) Waworada (Kab. Bima) – Sape (Kab. Bima)
10) Badas (Kab. Sumbawa) – Kempo (Kab. Dompu)
11) Kempo (Kab. Dompu) – Calabai (Kab.Dompu)
12) Bima (Kota Bima) – Sape (Kab. Bima)
Berdasarkan lampiran II.3 Peraturan daerah nomor 3 tahun
2010,Rencana Pengembangan Alur Pelayaran Provinsi di Kabupaten
bima berada di Pelabuhan Sape,Kecamatan Sape dan Pelabuhan
Waworada,Kecamatan Langgudu.

3. Sistem Jaringan Transportasi Udara


Berdasarkan lampiran II.4 Peraturan daerah nomor 3 tahun
2010,Sistem Jaringan Transportasi Udara meliputi rincian lokasi dan rute
penerbangan nasional dan provinsi.Untuk Kabupaten Bima,lokasi
penerbangan nasional dan provinsi berada di bandara Sultan Muhammad
Salahuddin,Kecamatan Palibelo dengan rute penerbangan meliputi :
a. Rute Penerbangan Nasional :
1) M. Salahuddin (Kab. Bima) – I Gusti Ngurah Rai (Provinsi Bali)
2) M. Salahuddin (Kab. Bima) - Labuan Bajo (Provinsi. NTT)
b. Rute Penerbangan Provinsi :
1) Brangbiji (Kab. Sumbawa) – M. Salahuddin (Kab. Bima)

4. Sistem Jaringan Energi Dan Kelistrikan


a. Pembangkit Listrik
Berdasarkan Lampiran II.5 eraturan daerah nomor 3 tahun 2010 tentang
sistem jaringan energi dan kelistrikan,pembangkit listrik di wilayah
Kabupaten Bima terlampir :
1) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) :
a) PLTD Bajo Pulau
b) PLTD Nggelu
c) PLTD Pa’i
d) PLTD Sa’i
e) PLTD Sampungu
f) PLTD Sape
g) PLTD Monta
h) PLTD Kore
2) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) : PLTU APLN
3) Serta Pembangkit Listrik Tenaga Bio Energi (PLTBE) di Seluruh
Kabupaten/Kota di wilayah Nusa Tenggara Barat.
b. Jaringan Transmisi
Berdasarkan Lampiran II.5 peraturan daerah nomor 3 tahun 2010
tentang sistem jaringan energi dan kelistrikan,Jaringan Transmisi di
wilayah Kabupaten Bima terlampir :
1) Jaringan distribusi Seluruh wilayah Provinsi NTB.
2) Gardu Induk, Meliputi : GI Bima dan GI Woha
c. Depo Minyak dan Gas
Berdasarkan Lampiran II.5 peraturan daerah nomor 3 tahun 2010
tentang sistem jaringan energi dan kelistrikan,Depo Minyak dan Gas di
wilayah Kabupaten Bima terlampir :
1) Depo bahan bakar minyak di Kecamatan Wera dan Sape
2) Depo gas di Kecamatan Woha,Sape dan Wera
3) Pengembangan pengolahan migas (kilang) di Kecamatan Wera
4) Wilayah penunjang migas di Kcamatan Wera, Sape, dan Langgudu.
5. Sistem Jaringan Telekomunikasi
Berdasarkan Lampiran II.6 peraturan daerah nomor 3 tahun 2010
tentang Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi,Jaringan
Mikro Digital Perkotaan di wilayah Kabupaten Bima terlampir :
a. Kecamatan Ambalawi ke masing-masing Desa: Kole (2 km), Mawu (4
km), Rite (6 km) dan Talapati (9 km).
b. Kecamatan Belo ke masing-masing Desa: Ledo (3 km), Ncera (6
km, Panda (4 km), Roka (12 km), Soki (17 km), Leu (21 km), Rada
(24 km), Rasabou (19 km), dan Tumpu (29 km)
c. Kecamatan Donggo ke masing-masing Desa: Bajo (2 km), Bumi Pajo
(4 km), Doridungga (6 km), Kala (8 km), Kananta (11 km), Mbawi (13
km), Empili (8 km), Punti (11 km), Rora (13 km), dan Sai (18 km).
d. Kecamatan Langgudu ke masing-masing Desa: Doro O’o (3,5 km),
Dumu (6 km, Kalodu (9 km), Kangga (4 km), Karampi (13 km),
Kawuwu (16 km), Rumpe (19 km), UPT Doro O’o (23 km), UPT Laju
(21 km), UPT Waworada (24 km), dan Waduroka (2 km).
e. Madapangga ke masing-masing: Mpuri (4 km), Ndano (11 km), Tonda
(3 km) dan Woro (11 km).
f. Monta ke masing-masing : Pela (3 km) dan Tolo Oi (6 km).
g. Soromandi ke masing-masing: Sai (3 km) dan Sampungu (6 km).
h. Sanggar-Oesaro sepanjang 7 km.
i. Sape ke masing-masing: Boke (4 km), Jia (8 km), Kowo (12 km),
Sangiang (18 km) dan Tanah Putih (21 km).
j. Tambora ke masing-masing: Kawinda NaE (9km), Kawinda Toi (12
km), Labuhan Kenanga (16 km) dan Oi Panihi (19 km).
k. Wawo ke masing-masing : Kaboro (4 km), Kawa (6 km), Kuta (7 km),
Ntori (8 km), Raba (11 km), Sambori (13 km) dan Tarlawi (19 km).
l. Wera ke masing-masing: Bala (14 km) dan Oitui (17 km);
m. Woha ke masing-masing: Rabakodo (8 km) dan Waduwani (17 km).
6. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
a) Rencana Pengembangan Jaringan Irigasi
Berdasarkan Lampiran II.7 peraturan daerah nomor 3 tahun 2010
tentang Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya
air,rencana pengembangan jaringan irigiasi di wilayah Kabupaten Bima
meliputi :
1) Rencana Pengembangan Bendung untuk pelayanan di atas 1.000 ha.
dan di bawah 3.000 ha berlokasi di Kecamatan Parado dan Desa
Sumi.
2) Rincian Pengembangan Daerah Irigasi (DI) Provinsi Untuk
Kabupaten/Kota meliputi daerah irigasi Madapangga II (2.000
ha),Ncangaka (1.063 ha),Parado (1.040 ha) dan Sumi (1.977 ha).
Rencana Pengembangan Jaringan Saluran Irigasi meliputi Saluran
induk seluas sekitar 850.645 m2, saluran sekunder 1.557.917 sekitar
m2, pembuang sekitar 132.072 m2, suplesi sekitar 98.360 m2 dan
bendung sekitar 46.852 m2.
b) Rencana Pengembangan Air Bersih dan Air Baku
Berdasarkan Lampiran II.7 peraturan daerah nomor 3 tahun 2010
tentang Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya
air,rencana pengembangan jaringan air bersih dan air baku di wilayah
Kabupaten Bima meliputi jaringan pipa yang melayani 81.512 jiwa dan
jaringan non pipa yang melayani 209.935 jiwa dengan debit air
mencapai 65 lt/dt dan di musim kemarau mencapai 40 lt/dt.

2.1.1.3.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Terhadap Kabupaten


Bima
1. Sebaran Dan Luasan Kawasan Lindung
a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, yang meliputi:
1) Hutan Lindung (HL.) di Kabupaten Bima seluas ± 83.189,91 ha
2) Kawasan resapan air Diarahkan di Kawasan Gunung Rinjani,
Kawasan Selatan Pulau Lombok; dan Kawasan Gunung Tambora.
b. Kawasan Suaka Alam (KSA), Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Nasional di Wilayah Kabupaten Bima,yang meliputi :
1) Cagar Alam Pulau Sangiang seluas ± 7.492,75 ha.
2) Cagar Alam Tofo Kota Lambu seluas ± 3.338 ha.
3) Suaka Marga Satwa Tambora Selatan seluas ± 11.670 ha.
4) Taman Wisata Alam Madapangga seluas ± 232 ha
5) Taman Wisata Alam Laut Gili Banta seluas ± 7.896 ha
c. Kawasan Lindung Lainnya Nasional adalah Taman Buru (TB.) di
wilayah Kabupaten Bima,meliputi TB. Tambora Selatan seluas ±
26.130,15 ha.
d. Kawasan Perlindungan Setempat yang meliputi :
1) Kawasan sempadan pantai, diarahkan pada kawasan sepanjang
tepian pantai sejauh antara 30 - 250 meter dari garis pasang tertinggi
secara proporsional sesuai dengan bentuk, letak dan kondisi fisik
pantai;
2) Kawasan sempadan sungai, diarahkan pada sungaisungai besar
antara 30-100 meter sesuai letak, bentuk dan kondisi sungainya yaitu
pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) : Jelateng, Dodokan, Putih,
Menanga, Jereweh, Rea, Rhee, Moyo Hulu, Pulau Moyo, Ampang,
Hoddo, Bango, Parado, Sari, Rimba, Baka, Bako, dan Beh;
3) Kawasan sekitar danau atau waduk diarahkan ke seluruh kawasan
sekitar danau dan waduk yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa (Segara Anak, Batujai, Mujur, Pandanduri Swangi,
Pengga, Beringin Sila, Labangka, Mamak, Lebok Taliwang, Bintang
Bano, Tiu Kulit, Batu Bulan, Pelara, Gapit, Pelaparado, Campa,
Rababaka, Sumi), lebarnya berimbang dengan bentuk kondisi fisik
danau/waduk antara 50-100 meter dari garis pasang tertinggi ke arah
darat;
4) Kawasan Hutan Kota yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dikembangkan pada seluruh ibukota Kabupaten dan Kota.
2. Kawasan Rawan Bencana
Berdasarkan Lampiran II.8 peraturan daerah nomor 3 tahun 2010 tentang
jenis dan lokasi kawasan rawan bencana di wilayah Kabupaten Bima
meliputi :
a. Kawasan Rawan Tanah Longsor
1) Rawan Tanah Longsor Tipe A di Kawasan sekitar Tambora bagian
timur, Bima dan Karumbu
2) Rawan Tanah Longsor Tipe B di Kawasan sekitar Tambora bagian
timur dan sekitar Gunung Kuta
b. Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi
1) Gunung Tambora
Daerah Waspada : jalur sepanjang Sungai Oi Marai dan Sungai
Mango (Desa Kawinda Toi), Sungai Panihi (Desa Kawinda Nae),
dan Sungai Sumba (Desa Labuhan Kenanga)
2) Gunung Api Sangiang.
Daerah Terlarang : daerah yang termasuk dalam lingkaran dengan
jari-jari kurang lebih 5,0 km2 yang berpusat di puncak Doro Api
yang diperluas sepanjang alur sungai kering Oi Sola, Oi Sori Buntu,
Sori Belanda, Sori Mbere, Sori Do Japa, Sori Panda, Sori Iso dan
Sori Berano.
Daerah Bahaya I : hampir seluruh daratan pulau Sangiang termasuk
dalam daerah ini, kecuali kampung Toro Ponda yang berada
dibagian selatan.
Daerah Bahaya II : daerah di sekeliling pantai Pulau Sangiang
c. Kawasan Rawan Banjir
Di daerah di sepanjang aliran sungai di Sori Wawo Maria, daerah Sape
dan sekitarnya, Karumbu, Lambu, Ntoke – Tawali, Wera, Jatiwangi,
dan daerah sekitar aliran sungai lainnya di wilayah Kabupaten Bima
d. Kawasan Rawan Banjir
Di Kawasan pesisir bagian timur dan selatan Kabupaten Bima, yakni
Sape dan Lambu, Karumbu dan daerah sekitarnya
e. Kawasan Rawan Angin Topan
1) Kecamatan Woha dsk,
2) Monta dsk,
3) Woja dsk,
4) Wera dsk
f. Kawasan Rawan Gelombang Pasang
Di Pantai bagian utara dan timur Kabupaten Bima, yakni Donggo dsk,
Sape dan Lambu, Wera, Karumbu dan daerah sekitarnya.
g. Kawasan Rawan Kekeringan
Di kecamatan Tawali,Sape dan P. Sangiang.
3. Kawasan Budidaya
a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi di Kabupaten Bima yang meliputi
kawasan Tambora (RTK 53), Soromandi (RTK 55), Toffo Rompu
(RTK 65) dan Pulau Sangeang (RTK 86). RTK singkatan dari Register
Tanah Kehutanan yaitu kode pembagian kawasan hutan berdasarkan
kelompok hutannya
b. Kawasan Peruntukan Perikanan, Kelautan dan Pulau Kecil di
Kabupaten Bima meliputi kawasan kawasan Sape dan sekitarnya
dengan fungsi sebagai kawasan penangkapan ikan skala kecil, budidaya
laut skala kecil, budidaya tambak, pertambangan, wisata bahari,
lapangan usaha domestic, pelestarian mangrove, perlindungan
ekosistem terumbu karang, lamun, biota laut unik, dan alur pelayaran
rakyat.
c. Kawasan Peruntukan Pertanian di Kabupaten Bima meliputi :
1) Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi Teknis (±1.262 Ha)
2) Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi setengah teknis (±14.013
Ha)
3) Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi sederhana (±1.191 Ha)
4) Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi non PU (±6.870 Ha)
5) Kawasan pertanian lahan sawah tadah hujan (±7.448 Ha)
6) Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering tersebar di seluruh
SWP seluas ±600.795 Ha.
7) Kawasan pertanian tanaman hortikultura semusim tersebar di seluruh
wilayah provinsi.
d. Kawasan Peruntukan Peternakan di Kabupaten Bima meliputi
kecamatan Ambalawi (±373 Ha), Belo (±352 Ha), Donggo (±620 Ha),
Langgudu (±648 Ha), Sanggar (±2.214 Ha), Tambora (±1.100 Ha),
Wawo (±250 Ha), Wera (±9.997 Ha), Woha (±35 Ha).
e. Kawasan Peruntukan Pertambangan di Kabupaten Bima meliputi
wilayah :
1) Kec.Monta, Wawo, Lambitu, Langgudu, Parado, Bolo, Madapangga
dengan potensi bahan galian mangan dmp.
2) Kec.Madapangga, Bolo, Parado, Woha,Monta, Sape, Lambu,
Langgudu dengan potensi bahan galian tembaga dmp.
3) Kec.Soromandi,Donggo,Wawo,Lambitu,Parado dengan potensi
bahan galian emas dmp.
4) Kec.Sanggar, Soromandi, Donggo,Ambalawi,Wera,Tambora dengan
potensi bahan galian pasir besi.
5) Kec.Sape, Lambu dengan potensi bahan galian emas,tembaga dmp.
6) Kec. Belo,Palibelo,Madapangga,Woha dengan potensi bahan galian
mangan.
7) Kec. Langgudu, Monta dengan potensi bahan galian mineral logam.
8) Kec. Wawo, Sape dengan potensi bahan galian bijih besi.

2.1.2. Kebijakan Pembangunan


Kebijakan pembangunan adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah dalam menentukan arah dan strategi pembangunan baik secara
jangka panjang maupun jangka menengah. Sehingga kemudia kebijakan ini
akan mempengaruhi penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Belo.

2.1.2.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)


Rencana Pembanguan Jangka Panjang atau yang disingkat dengan
RPJP adalah rencana pembangunan dengan kurun waktu 20 tahun ke depan,
yang kemudian akan dibagi dengan empat rencana pembangunan jangka
menengah.

2.1.2.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)


Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah
dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari
tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional untuk masa 20 tahun
ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga tahun
2025.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025,
selanjutnya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan
pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun
2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan
arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati
bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan
bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di
dalam satu pola sikap dan pola tindak.
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi
dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum
dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah: Indonesia yang
Mandiri, Maju, Adil dan Makmur.
Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 itu mengarah pada
pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Visi pembangunan
nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat
kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai.
Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh
melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional.
Untuk tercapainya Indonesia Mandiri, Maju Adil Dan Makmur dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia tersebut, pembangunan daerah
dalam kurun waktu 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-
sasaran pokok sebagai berikut:
1. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab ditandai oleh hal-hal berikut:
a. Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, dan bermoral berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan
dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang
beragam, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang
dinamis, dan berorientasi iptek.

b. Makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya


peradaban, harkat, dan martabat manusia Indonesia, dan menguatnya
jati diri dan kepribadian bangsa.
2. Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang
lebih makmur dan sejahtera ditunjukkan oleh hal-hal berikut:

a. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan


berkesinambungan sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2025
mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara
berpenghasilan menengah, dengan tingkat pengangguran terbuka yang
tidak lebih dari 5 persen dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5
persen.
b. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran
perempuan dalam pembangunan. Secara umum peningkatan kualitas
sumber daya manusia Indonesia ditandai dengan meningkatnya indeks
pembangunan manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG),
serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang.

c. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan


keunggulan kompetitif di berbagai wilayah Indonesia. Sektor pertanian,
dalam arti luas, dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi
yang dikelola secara efisien sehingga menghasilkan komoditi
berkualitas, industri manufaktur yang berdaya saing global, motor
penggerak perekonomian, serta jasa yang perannya meningkat dengan
kualitas pelayanan lebih bermutu dan berdaya saing.

d. Tersusunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang andal dan


terintegrasi satu sama lain. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang
andal dan efisien sesuai kebutuhan, termasuk hampir sepenuhnya
elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan dapat terpenuhi.
Terselenggaranya pelayanan pos dan telematika yang efisien dan
modern guna terciptanya masyarakat informasi Indonesia. Terwujudnya
konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi
sumber daya air.

e. Meningkatnya profesionalisme aparatur negara pusat dan daerah untuk


mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan
bertanggung jawab, serta profesional yang mampu mendukung
pembangunan nasional.
3. Terwujudnya Indonesia yang demokratis, berlandaskan hukum dan
berkeadilan ditunjukkan oleh hal-hal berikut:

a. Terciptanya supremasi hukum dan penegakkan hak-hak asasi manusia


yang bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta tertatanya sistem hukum nasional
yang mencerminkan kebenaran, keadilan, akomodatif, dan aspiratif.
Terciptanya penegakan hukum tanpa memandang kedudukan, pangkat,
dan jabatan seseorang demi supremasi hukum dan terciptanya
penghormatan pada hak-hak asasi manusia.

b. Menciptakan landasan konstitusional untuk memperkuat kelembagaan


demokrasi.

c. Memperkuat peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan


politik.

d. Memantapkan pelembagaan nilai-nilai demokrasi yang menitikberatkan


pada prinsip-prinsip toleransi, non-diskriminasi, dan kemitraan.
e. Terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek kehidupan
politik yang dapat diukur dengan adanya pemerintah yang berdasarkan
hukum, birokrasi yang professional dan netral, masyarakat sipil,
masyarakat politik dan masyarakat ekonomi yang mandiri, serta adanya
kemandirian nasional.
4. Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan
negara dari ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri ditandai
oleh hal-hal berikut:

a. Terwujudnya keamanan nasional yang menjamin martabat


kemanusiaan, keselamatan warga negara, dan keutuhan wilayah dari
ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan, baik dari luar negeri
maupun dari dalam negeri.

b. TNI yang profesional, komponen cadangan dan pendukung pertahanan


yang kuat terutama bela negara masyarakat dengan dukungan industri
pertahanan yang andal.

c. Polri yang profesional, partisipasi kuat masyarakat dalam bidang


keamanan, intelijen, dan kontra intelijen yang efektif, serta mantapnya
koordinasi antara institusi pertahanan dan keamanan.
5. Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan ditandai
oleh hal-hal berikut:

a. Tingkat pembangunan yang makin merata ke seluruh wilayah


diwujudkan dengan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat, termasuk berkurangnya kesenjangan antarwilayah dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam


kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan
untuk tingkat rumah tangga.

c. Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan


sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh
sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan,
efisien, dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman
kumuh.

d. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan


kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai
tambah bagi masyarakat.
6. Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari ditandai oleh hal-hal berikut:
a. Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap
terjaganya fungsi, daya dukung, dan kemampuan pemulihannya dalam
mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi,
seimbang, dan lestari.

b. Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya


alam untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal
pembangunan nasional.

c. Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam


pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup
untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.
7. Terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional ditandai oleh hal-hal berikut:
a. Terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semua
pulau dan kepulauan Indonesia.

b. Meningkat dan menguatnya sumber daya manusia di bidang kelautan


yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset,


dan hal-hal yang terkait dalam kerangka pertahanan negara.

d. Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan


pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

e. Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.

8. Terwujudnya peranan Indonesia yang meningkat dalam pergaulan dunia


internasional ditandai oleh hal-hal berikut:

a. Memperkuat dan mempromosikan identitas nasional sebagai negara


demokratis dalam tatanan masyarakat internasional.

b. Memulihkan posisi penting Indonesia sebagai negara demokratis besar


yang ditandai oleh keberhasilan diplomasi di fora internasional dalam
upaya pemeliharaan keamanan nasional, integritas wilayah, dan
pengamanan kekayaan sumber daya alam nasional.

c. Meningkatnya kepemimpinan dan kontribusi Indonesia dalam berbagai


kerja sama internasional dalam rangka mewujudkan tatanan dunia yang
lebih adil dan damai.
d. Terwujudnya kemandirian nasional dalam konstelasi global.
e. Meningkatnya investasi perusahaan-perusahaan Indonesia di luar negeri

2.1.2.1.2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)


Provinsi Nusa Tenggara Barat
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Nusa
Tenggara Barat Tahun 2005-2025 ditetapkan dengan maksud memberikan
arahan dan sekaligus menjadi acuan bagi pemerintah daerah, masyarakat
Nusa Tenggara Barat, dan dunia usaha untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan
daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati
bersama.
Adapun tujuan dari ditetapkannya RPJP Daerah Nusa Tenggara Barat
Tahun 2005-2025 adalah menjamin terciptanya koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, dan sinergitas antar daerah, antar pusat dan daerah, antar ruang,
antar waktu, antar fungsi, dan antar rencana pembangunan jangka menengah
daerah (RPJMD). Selain itu, penetapan RPJP Daerah Nusa Tenggara Barat
adalah untuk menjamin menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan serta
menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan.
Berdasarkan kondisi dan analisis terhadap kondisi saat ini, modal
pembangunan yang dimiliki, dan tantangan dalam 20 tahun ke depan serta
mengacu pada visi RPJP Nasional 2005-2025, maka visi Pembangunan
Daerah Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 – 2025 adalah: Terwujudnya
Masyarakat Nusa Tenggara Barat yang Beriman, Maju dan Sejahtera.
Visi Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 – 2025 ini
mengarah pada pencapaian tujuan nasional, yaitu “masyarakat adil dan
makmur” seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan tujuan otonomi
daerah, yaitu “terwujudnya kesejahteraan masyarakat” seperti tertuang dalam
UU Nomor 32 Tahun 2004. Disamping ”kemandirian dan kemajuan” sebagai
prasyarat dalam memacu ketertinggalan daerah.
Dalam mewujudkan visi Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat
Tahun 2005 – 2025 tersebut ditempuh melalui 5 (lima) misi pembangunan
daerah, yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat beriman, bermoral, berbudaya, dan berkesadaran
hukum, yaitu terwujudnya masyarakat yang tangguh menjunjung tinggi
nilainilai agama, budaya dan hukum dalam keseharian hidup dan
kehidupannya serta bertanggungjawab secara arif bijaksana dan taat azas.
2. Mewujudkan masyarakat sejahtera, yaitu pemenuhan hajat hidup
masyarakat mencakup kebutuhan sandang, pangan dan papan, pendidikan,
kesehatan dan lapangan kerja, keamanan dan keselamatan diri dan
lingkungannya, serta pemenuhan aktualisasi ekstensi diri dan kepribadian.
3. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan, yaitu
terwujudnya peningkatan hasil dan manfaat pembangunan yang ditujukan
bagi kesejahteraan seluruh masyarakat dalam tatanan hubungan kemitraan
pemerintah dan masyarakat yang berkeadilan, dalam kerangka supremasi
hukum, penghormatan dan penegakan hak-hak azasi manusia.
4. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah, yaitu terwujudnya
kemampuan dinamis mengembangkan diri dan profesionalisme
masyarakat membangun kesejahteraan fisik dan mental dalam tatanan
hubungan harmonis yang didukung kelestarian dan keberlanjutan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta berkembangnya
kearifan lokal, sebagai daya mampu keunggulan relatif terhadap wilayah
lain.
5. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan, yaitu pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam, lingkungan hidup dan sumber daya buatan
bagi keberhasilan pembangunan kesejahteraan generasi masa kini dengan
memperhitungkan secara cermat dan bertanggungjawab bagi kelangsungan
hidup dan kehidupan generasi mendatang.

Sementara itu, untuk memberikan arah yang jelas bagi pelaksanaan


pembangunan jangka panjang daerah, maka ditentukan terlebih dahulu
sasaran pembangunan pada setiap misi yang telah dirumuskan.
1. Terwujudnya masyarakat beriman, bermoral, berbudaya, dan berkesadaran
hukum yang ditunjukkan oleh:
a. Meningkatnya peranan lembaga pemerintahan sebagai regulator yang
diikuti dengan semakin menurunnya peranan sebagai pelaku kegiatan di
masyarakat.
b. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis sesuai
prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance) dan bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
c. Terwujudnya karakter masyarakat yang tangguh, kompetitif, dan
bermoral tinggi yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia
yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
toleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, dan berorientasi pada
ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Terwujudnya perikehidupan masyarakat yang dinamis, berkeadilan,
aman, tertib, dan harmonis.
e. Makin mantapnya peranan budaya dalam pembangunan daerah.
2. Terwujudnya masyarakat sejahtera, ditunjukkan oleh:
a. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
berkesinambungan sehingga pendapatan per kapita riil penduduk terus
meningkat, tingkat pengangguran tidak lebih dari 5 persen dan angka
kemiskinan dibawah 10 persen.
b. Terpenuhinya kebutuhan hunian dan lingkungan permukiman yang
layak bagi seluruh masyarakat.
c. Meningkatnya kualitas pendidikan penduduk, yang dicirikan dengan
terbebasnya penduduk Nusa Tenggara Barat dari buta huruf,
keterampilan lulusan yang sesuai dengan permintaan pasar kerja, dan
rata-rata lama sekolah penduduk menjadi 12 tahun.
d. Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat, yang dicirikan dengan
terbebasnya penduduk Nusa Tenggara Barat dari penyakit dasar,
menurunnya angka kematian bayi, meningkatnya usia harapan hidup,
menurunnya angka kematian ibu melahirkan, dan menurunnya
prevalensi gizi kurang pada anak balita. Seluruh indikator kesehatan
sama/mendekati rata-rata nasional.
3. Terwujudnya pemerataan pembangunan yang berkeadilan, ditandai oleh:
a. Tingkat pembangunan yang semakin merata ke seluruh wilayah dan
semua lapisan masyarakat. Terwujudnya peningkatan kualitas hidup
dan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah, termasuk
berkurangnya kesenjangan antar wilayah di Nusa Tenggara Barat
b. Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam
kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan
untuk tingkat rumahtangga.
c. Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat.
4. Terwujudnya kemandirian dan daya saing daerah, ditandai oleh:
a. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang makin meningkat,
termasuk peran perempuan dalam pembangunan. Secara umum
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Nusa Tenggara Barat
ditandai dengan meningkatnya IPM serta tidak ada pertumbuhan
penduduk karena kelahiran. Angka IPM Nusa Tenggara Barat harus
sama/mendekati rata-rata nasional.
b. Terbangunnya struktur perekonomian yang variatif dan kokoh
berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif. Sektor pertanian
dalam arti luas, industri pengolahan, pariwisata, dan jasa menjadi basis
aktivitas ekonomi yang menghasilkan komoditi berkualitas dan berdaya
saing.
c. Terbangunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang terintegrasi
yang dicirikan oleh terbukanya hubungan antar desa satu sama lain di
dalam dan ke luar wilayah Nusa Tenggara Barat serta sentra-sentra
produksi dengan pasar.
d. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik di seluruh wilayah Nusa Tenggara
Barat yang mampu mendukung dinamika ekonomi dan kehidupan
masyarakat. Rasio elektrifikasi mencapai angka minimal 95 persen.
e. Meningkatnya penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
5. Terwujudnya pembangunan berkelanjutan , ditunjukkan oleh:
a. Meningkatnya kualitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya
alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh
tetap terjaganya fungsi daya dukung dan kemampuan pemulihannya
dalam mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi,
seimbang dan lestari.
b. Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya
alam hayati untuk mewujudkan nilai tambah dan daya saing daerah.
c. Terkendalikannya pencemaran dan kerusakan lingkungan.
d. Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam
pengelolaan Sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup
untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.
e. Pengembangan wilayah dalam kerangka membangun geo park,
Lombok as Ecoisland (leci) dan Sumbawa as Ecozone (suez).

2.1.2.1.3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)


Kabupaten Bima
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Bima adalah suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka
waktu 20 (dua puluh) tahun yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2025.
RPJPD memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah dengan
mengoptimalkan peran masyarakat dalam mengelola potensi sumberdaya
daerah dan mengacu kepada RPJP Nasional.
Perencanaan pembangunan jangka panjang daerah disusun secara
sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan
serta dengan melibatkan seluruh pelaku pembangunan di Kabupaten Bima.
Penyusunan RPJPD ini dimaksudkan untuk menentukan arah dan kebijakan
daerah dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah.
Membangun visi dan arah pembangunan Kabupaten Bima harus
dilandasi oleh pemahaman yang jelas dan menyeluruh tentang bagaimana
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kepentingan peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Visi dan arah
pembangunan yang dibangun harus dapat mendorong perbaikan kesejahteraan
dengan memberdayakan masyarakat melalui transformasi dan peningkatan
peran-peran lembaga pemerintah, DPRD, lembaga sosial kemasyarakatan,
dan dunia usaha.
Visi pembangunan Kabupaten Bima sebagai rumusan umum mengenai
keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan
adalah: Kabupaten Bima yang Maju, Sejahtera, Mandiri, Bermartabat,
dan Religius Melalui Penyelenggaraan Kepemerintahan yang Baik,
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan, dan Pembangunan Berwawasan
Lingkungan.
Misi pembangunan sebagai upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Bima dirumuskan sebagai berikut:
1. Misi mewujudkan masyarakat Bima yang maju, sejahtera, mandiri, dan
bermartabat dilaksanakan dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan
dengan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, peningkatan standar
pelayanan minimum bidang kesehatan, pendidikan, dan pelayanan publik
lainnya melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung, peningkatan
sarana dan prasarana infrastruktur dalam bidang permukiman dan
prasarana wilayah, peningkatan SDM yang berkualitas, meningkatkan
keamanan dan ketertiban penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan
daerah untuk menciptakan suasana yang kondusif demi keberhasilan
pembangunan.
2. Misi mewujudkan masyarakat Bima yang religius melalui peningkatan
kesadaran, pemahaman, pendalaman, dan pengamalan keagamaan.
3. Misi mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dengan
penerapan 10 (sepuluh) prinsipnya sebagai kerangka pelaksanaan
penetapan kebijakan dan pelayanan publik, penataan lembaga-lembaga
pemerintahan, meningkatkan kreatifitas dan profesionalitas aparat
pemerintahan daerah, mengoptimalkan partisipasi masyarakat untuk ikut
serta berperan aktif dalam proses pembangunan daerah.
4. Misi mewujudkan Kabupaten Bima yang maju dalam pertanian
berkelanjutan dilaksanakan dengan mendorong inovasi teknologi pertanian
modern yang tepat guna, berdaya guna, dan didukung oleh SDM yang
handal dalam bidang pertanian dan pengolahan hasil produksi pertanian
secara berkelanjutan
5. Misi mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dilaksanakan
dengan rehabilitasi dan penanganan kerusakan lingkungan darat dan pantai
dalam rangka pembangunan berkelanjutan, pemanfaatan SDA dengan
tetap memperhatikan prinsip keberlanjutan dan kelestarian lingkungan.
Berdasarkan visi, misi, dan arah kebijakan pembangunan daerah yang
telah disusun dalam 5 (empat) agenda pokok, strategi makro pencapaian
pembangunan 20 tahun mendatang dijabarkan sebagai berikut:
1. Agenda Perwujudan Masyarakat Sejahtera dan Mandiri
a. Peningkatan kualitas SDM
b. Optimalisasi penggunaan sarana dan prasarana dasar yang tersedia
untuk menunjang proses pembangunan daerah
c. Pengelolaan potensi sumber-sumber perekonomian daerah yang
mendukung peningkatan pendapatan daerah secara berkelanjutan
d. Pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah secara intensif mulai dari
tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten, untuk menurunkan angka
kemiskinan
e. Menjalin kemitraan dengan seluruh stakeholders yang terkait dengan
perekonomian daerah
f. Meningkatkan aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana fisik,
ekonomi, dan sosial
g. Meningkatkan ketertiban dan kerekatan sosial
2. Agenda Peningkatan Pemahaman dan Pengamalan Agama
a. Peningkatan kualitas pendidikan untuk guru-guru agama melalui
pendidikan formal dan informal.
b. Meningkatkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan masyarakat dengan
penyebarluasan informasi dakwah keagamaan.
c. Menciptakan iklim yang kondusif untuk kelancaran peningkatan
pemahaman, pendalaman, dan pengamalan agama bagi masyarakat.
d. Peningkatan peran dan fungsi tokoh-tokoh agama, lembaga-lembaga
keagamaan dalam menunjang pembangunan daerah.
e. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung
kegiatan keagamaan.
f. Pembinaan kerukunan hidup umat beragama baik intern umat
beragama, antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan
pemerintah.
g. Pembinaan forum kerjasama sosial kemayarakatan bidang keagamaan.
3. Agenda Kepemerintahan Yang Baik
a. Penataan kembali lembaga pemerintahan daerah dan lembaga peradilan
daerah
b. Optimalisasi tugas pokok dan fungsi lembaga untuk sehingga tercipta
suatu tatanan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efesien dan
bebas KKN dalam kerangka pelayanan prima
c. Penerapan Standar Pelayanan Minimum (SPM)
d. Penerapan 10 (sepuluh) prinsip good governance
4. Agenda Pertanian Berkelanjutan
a. Penataan dan penguatan kelembagaan dan para pelaku dalam
pengembangan sektor pertanian berkelanjutan
b. Peningkatan peran serta masyarakat dalam proses pengembangan
c. produk pertanian
d. Peningkatan pertumbuhan ekonomi
e. Peningkatan kualitas SDM
f. Mengintensifkan penelitian dan pengembangan produksi pertanian
g. Penerapan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
5. Agenda Pembangunan Berwawasan Lingkungan
a. Optimalisasi penggunaan SDA secara berkelanjutan
b. Pengembangan iptek dan teknologi yang ramah lingkungan
c. Penegakan supremasi hukum tentang pembangunan berwawasan
lingkungan
d. Pengembangan sistem informasi tentang lingkungan dan pembangunan
berwawasan lingkungan.
Rencana
Rencana pembangunan
Pembangunan Rencana Pembangunan jangka
Substan jangka panjaang
No. Jangka Panjang Panjang Daerah Kabupaten Kesimpulan
si nasional Tahun 2005-
Daerah Provinsi BimaTahun 2005-2025
2025
Tahun 2005-2025
Kabupaten Bima yang Maju, Sejahtera,
Teruwujudnya Mandiri, Bermartabat, dan Religius
Masyarakat Nusa melalui penyelenggaraan
Indonesia Yang Mandiri
1 Visi Tenggara Barat yang Kepemerintahan yang Baik,  
Maju Adil Dan Makmur
Beriman Maju dan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan,
Sejahtera. dan Pembangunan Berwawasan
Lingkungan
1 Mewujudkan 1 Mewujudkan 1 Mewujudkan masyarakat Bima yang
masyarakat berakhlak masyarakat maju, sejahtera, mandiri, dan
mulia, bermoral, beriman, bermoral, bermartabat.
beretika, berbudaya, dan berbudaya, dan
beradab berdasarkan berkesadaran
2 Misi falsafah Pancasila hukum  
2 Mewujudkan bangsa 2 Mewujudkan 2 Mewujudkan masyarakat Bima yang
yang berdaya-saing masyarakat religius melalui peningkatan
sejahtera kesadaran, pemahaman, pendalaman,
dan pengamalan keagamaan.,  
3 Mewujudkan 3 Mewujudkan 3 Mewujudkan penyelenggaraan
masyarakat demokratis pemerataan pemerintahan yang baik dengan
berlandaskan hukum pembangunan dan penerapan 10 (sepuluh) prinsipnya
berkeadilan sebagai kerangka pelaksanaan
penetapan kebijakan dan pelayanan
publik,penataan lembaga-lembaga
pemerintahan, meningkatkan
kreatifitas dan profesionalitas aparat
pemerintahan daerah, mengoptimalkan
partisipasi masyarakat untuk ikut serta
berperan aktif dalam proses
pembangunan daerah.  
4 Mewujudkan Indonesia 4 Mewujudkan 4 Mewujudkan Kabupaten Bima yang
aman, damai, dan kemandirian dan maju dalam pertanian
bersatu daya saing daerah berkelanjutan.dilaksanakan dengan
mendorong inovasi teknologi
pertanian modern yang tepat guna,
berdaya guna, dan didukung oleh
SDM yang handal dalam bidang
pertanian dan pengolahan hasil
produksi pertanian secara
berkelanjutan  
5 Mewujudkan 5 Mewujudkan 5 Mewujudkan pembangunan
pemerataan   pembangunan   berwawasan lingkungan.dilaksanakan
pembangunan dan berkelanjutan denganrehabilitasi dan penanganan
berkeadilan   kerusakan lingkungan darat dan pantai  
6 Mewujudkan Indonesia dalamrangka pembangunan
asri dan lestari berkelanjutan, pemanfaatan SDA
dengan tetapmemperhatikan prinsip
7 Mewujudkan Indonesia keberlanjutan dan kelestarian
menjadi negara  
lingkungan.
kepulauan yang mandiri,  
 
 
maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan
nasional
8 Mewujudkan Indonesia
berperan penting dalam
pergaulan dunia
internasional
2.1.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau yang disingkat dengan
RPJM adalah rencana pembangunan dengan kurun waktu 5 (lima) tahun ke
depan, yang berpedoman terhadap rencana pembangunan jangka panjang.

2.1.2.2.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)


Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan
pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi
pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-
Royong
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan
yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim,
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Secara umum Strategi Pembangunan Nasional menggariskan hal-hal


sebagai berikut:
1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat.
b. Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak
boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak
keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus kepada peningkatan
produk-tivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi,
menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku
besar untuk terus menjadi agen pertum-buhan. Hal ini dimaksudkan untuk
menciptakan pertum-buhan ekonomi yang berkelanjutan.
c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung
lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
2. Tiga Dimensi Pembangunan;
a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.
Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas ma-nusia dan
masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia unggul dengan
meningkatkan kecerdasan otak dan kesehatan fisik melalui pendidikan,
kesehatan dan perbaikan gizi. Manusia Indonesia unggul tersebut diharap-
kan juga mempunyai mental dan karakter yang tangguh dengan perilaku
yang positif dan konstruktif. Karena itu pembangunan mental dan karakter
menjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi
tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat, sehingga akan dihasilkan
pengusaha yang kreatif, inovatif, punya etos bisnis dan mau mengambil
risiko; pekerja yang berde-dikasi, disiplin, kerja keras, taat aturan dan
paham terhadap karakter usaha tempatnya bekerja; serta masyarakat yang
tertib dan terbuka sebagai modal sosial yang positif bagi pembangunan,
serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi sesama.
b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas:
1) Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk
memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat, sehingga tidak boleh
tergantung secara berlebihan kepada negara lain.
2) Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan. Dilakukan dengan
memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batu-bara, dan
tenaga air) dalam negeri.
3) Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim Indonesia harus
dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan nasional dan
kesejahteraan rakyat.
4) Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman
budaya yang unik merupakan modal untuk pengembangan pariwisata
nasional. Sedangkan industri diprioritaskan agar tercipta ekonomi yang
berbasiskan penciptaan nilai tambah dengan muatan iptek, keterampilan,
keahlian, dan SDM yang unggul.
c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan.
Pembangunan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk seluruh
masyarakat di seluruh wilayah. Karena itu pembangunan harus dapat
menghilangkan/memperkecil kesenjangan yang ada, baik kesenjangan
antarkelompok pendapatan, maupun kesenjangan antarwilayah, dengan
prioritas:
1) Wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, karena
penduduk miskin sebagian besar tinggal di desa;
2) Wilayah pinggiran;
3) Luar Jawa;
4) Kawasan Timur.
3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlu-kan sebagai
prasyarat pembangunan yang berkualitas. Kondisi perlu tersebut antara lain:
a. Kepastian dan penegakan hukum;
b. Keamanan dan ketertiban;
c. Politik dan demokrasi; dan
d. Tetakelola dan reformasi birokrasi.
4. Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya).
Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan waktu
yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan contoh
dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang berjalan,
sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.

2.1.2.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


Provinsi Nusa Tenggara Barat
RPJMD Provinsi NTB Tahun 2019-2023, disusun dengan maksud
mengarahkan penyelenggaraan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional, pelaksanaan pembangunan di
Nusa Tenggara Barat sesuai dengan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur
periode 2018-2023 dan selanjutnya sebagai dasar penyusunan dokumen
perencanaan lainnya.
Tujuan penyusunan Dokumen RPJMD Provinsi NTB tahun 2019-2023
adalah :
1. Menetapkan visi, misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan daerah jangka menengah serta indikator kinerja pembangunan
daerah;
2. Menetapkan pedoman bagi seluruh perangkat daerah dalam menyusun
Rencana Strategis (Renstra) OPD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD),
Rencana Kerja (Renja) OPD dan perencanaan penganggaran;
3. Menetapkan pedoman bagi penyusunan RPJMD Kabupaten/Kota se-NTB;
4. Menjamin terwujudnya keterpaduan antara perencanaan pembangunan
provinsi dengan perencanaan pembangunan nasional, antara provinsi
RPJMD Provinsi NTB Tahun 2019-2023 merupakan dokumen perencanaan
jangka menengah tahap ke-empat dalam dokumen RPJPD Provinsi NTB Tahun
2005-2025. Dengan mempertimbangkan visi, misi, sasaran pokok dan tahapan
pembangunan jangka panjang daerah, potensi, permasalahan, isu strategis,
peluang dan tantangan pembangunan, serta visi, misi dan arah pembangunan
jangka menengah nasional, maka dirumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran
pembangunan jangka menengah daerah Provinsi NTB tahun 2019-2023
sebagaimana diuraikan berikut ini.
Visi dan misi pembangunan yang diusung oleh Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Terpilih Provinsi NTB Tahun 2018-2023 adalah: Membangun
Nusa Tenggara Barat yang Gemilang.
Dalam rangka mewujudkan visi untuk membangun Nusa Tenggara Barat
yang gemilang, ditetapkan 6 (enam) misi pembangunan Provinsi NTB Tahun
2019 -2023 sebagai berikut:
1. NTB tangguh dan mantap, melalui penguatan mitigasi bencana dan
pengembangan infrastruktur serta konektivitas wilayah
2. NTB bersih dan melayani, melalui transformasi birokrasi yang berintegritas,
berkinerja tinggi, bersih dari KKN dan berdedikasi
3. NTB sehat dan cerdas, melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia
sebagai pondasi daya saing daerah
4. NTB asri dan lestari, melalui pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
yang berkelanjutan
5. NTB sejahtera dan mandiri, melalui penanggulangan kemiskinan, mengurangi
kesenjangan, dan pertumbuhan ekonomi inklusif bertumpu pada pertanian,
pariwisata dan industrialisasi
6. NTB aman dan berkah, melalui perwujudan masyarakat madani yang beriman,
berkarakter dan penegakan hukum yang berkeadilan
Misi yang diusung timbul dari hasil elaborasi permasalahan dan isu
strategis serta memperhatikan dan mempertimbangan rencana pembangunan
jangka panjang daerah atau perencanaan pada tingkat yang lebih tinggi.
Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Provinsi Nusa Tenggara
Barat perlu mengacu kepada Nawa Cita yang merupakan rangkuman progam-
program yang tertuang dalam visi dan misi Presiden sebagaimana digariskan
dalam RPJMN 2015-2019, terjemahan Nawa Cita dijabarkan melalui 3 (tiga)
dimensi pembangunan sebagai berikut:
1. Dimensi Pembangunan Manusia meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan,
mental/karakter;
2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan meliputi kedaulatan pangan,
kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata
dan industri;
3. Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan yaitu antar kelompok pendapatan, dan
antar wilayah meliputi desa, pinggiran, luar Jawa, dan kawasan timur.
Ketiga dimensi tersebut perlu didukung oleh kondisi kepastian dan
penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tata
kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi.
Terkait dengan kewilayahan, Provinsi Nusa Tenggara Barat masuk dalam
wilayah pembangunan nusa tenggara dalam RPJMN 2015-2019. Dalam Buku III
RPJMN Tahun 2015-2019 tema pembangunan pada wilayan Nusa Tenggara
adalah sebagai pintu gerbang pariwisata ekologis melalui pengembangan industri
Meeting, Incentive, Convetion, Exhibition (MICE); penopang pangan nasional
dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan)
melalui pengembangan industri perikanan, garam, dan rumput laut;
pengembangan industri berbasis peternakan terutama sapi, jagung; serta
pengembangan industri mangan, dan tembaga.
Tujuan pengembangan Wilayah Nusa Tenggara tahun 2015-2019 adalah
mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Nusa Tenggara
dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: (a) pengembangan
pariwisata ekologis, serta pengembangan industri berbasis komoditas peternakan
terutama sapi, garam, rumput laut, jagung, mangan, dan tembaga, (b) penyediaan
infrastruktur wilayah, (c) peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus
menerus.

2.1.2.2.3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


Kabupaten Bima
2.2 Kecamatan Belo dalam Konstelasi Regional
Kabupaten Bima merupakan salah satu Daerah Otonom di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, terletak di ujung timur dari Pulau Sumbawa bersebelahan dengan
Kota Bima (pecahan dari Kota Bima). Secara geografis Kabupaten Bima berada
pada posisi 117°40”-119°10” Bujur Timur dan 70°30” Lintang Selatan. Berikut
merupakan batas-batas Kabupaten Bima:
Sebelah Utara : Laut Flores
Sebelah Timur : Selat Sape
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Dompu
Jika dilihat dari luasan, Kecamatan Belo memiliki luasan paling kecil
diantara kecamatan lainnya dalam Kabupaten Bima yaitu sebesar 1,02 %.
Kabupaten Bima sendiri terbagi menjadi 18 kecamatan diantaranya yaitu
Kecamatan Monta, Kecamatan Parado, Kecamatan Bolo, Kecamatan Mada
Pangga, Kecamatan Woha, Kecamatan Belo, Kecamatan Palibelo, Kecamatan
Wawo, Kecamatan Langgudu, Kecamatan Lambitu, Kecamatan Sape, Kecamatan
Lambu, Kecamatan Wera, Kecamatan Ambalawi, Kecamatan Donggo,
Kecamatan Soromandi, Kecamatan Sanggar, dan yang terakhir yaitu Kecamatan
Tambora.
Berikut merupakan kedudukan Kecamatan Belo dalam konstelasi atau
tatanan kawasan regional
2.2.1 Tingkat Nasional
Kecamatan Belo dalam konstelasi tingkat nasional termasuk dalam
wilayah perencanaan Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Bima.
Ada 7 sasaran pembangunan yang tertuang dalam RPJMN Tahun 2015-
2019 untuk wilayah Nusa Tenggara yaitu:
1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah
Pulau Nusa Tenggara, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi di koridor ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan
daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 1 Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK), 2 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
2. Untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Wilayah Nusa
Tenggara, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan
sasaran sebanyak 16 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran
outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah
tertinggal sebesar 5,90 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin
di daerah tertinggal menjadi 15,80 persen; dan (c) meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 68,98.
3. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di Nusa
Tenggara, maka akan diusulkan pembangunan 1 Kawasan Perkotaan
Metropolitan
4. Meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 4 pusat-pusat
pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan
Lokal (PKL).
5. Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan
negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 3
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan
kawasan sekitarnya.
6. Sasaran Otonomi Daerah untuk Wilayah Nusa Tenggara adalah:
a. Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar
25% untuk propinsi dan 10% untuk kabupaten/kota;
b. Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 25%
dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 25% pada tahun 2019 serta sumber
pembiayaan lainnya dalam APBD;
c. Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) sebanyak 2 provinsi dan 10 kabupaten/kota di
wilayah Nusa Tenggara;
d. Terlaksananya e-budgeting di wilayah Nusa Tenggara (dengan proyek
awal Provinsi NTT);
e. Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah
untuk jenjang S1 sebesar 50% dan S2-S3 sebesar 5%;
f. Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen
pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah
Nusa Tenggara sebesar 30 angkatan;
g. Terlaksananya pengaturan kewenangan secara bertahap di wilayah Nusa
Tenggara (dengan proyek awal Provinsi NTB);
h. Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada
pendidikan, kesehatan dan infrastruktur;
i. Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 100%;
j. Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang
dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 100%;
k. Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran
gubernur sebagai wakil pemerintah;
l. terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line
di wilayah Nusa Tenggara.
7. Sasaran Penanggulangan Bencana di Wilayah Nusa Tenggara adalah
kawasan pengembangan wilayah berisiko tinggi yaitu: 2 (dua) PKN terdiri
dari Kupang dan Mataram Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 181 yang
akan dikembangkan sebagai perkotaan Mataram Raya meliputi wilayah
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok
Utara; 5 (lima) PKW terdiri dari Kabupaten Bima (KAPET Bima),
Kabupaten Ngada (KAPET Mbay), Praya di Kabupaten Lombok Tengah
(termasuk KEK Mandalika), Raba di Kabupaten Dompu, Ende dan
sekitarnya (Kabupaten Ende dan Ngada) yang akan dikembangkan sebagai
pusat pertumbuhan baru.

Adapun beberapa rencana pembangunan yang spesfik ditujukan pada


Kabupaten Bima dalam RPJMN Tahun 2015-2019, antara lain sebagi berikut.
1. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) di
Kabupaten Bima,
2. Pengembangan kegiatan kepariwisataan bahari dan sosial-budaya melalui
peningkatan insfrastruktur, sarana, promosi, serta peningkatan peran serta
masyarakat adat, khususnya di Kabupaten Bima serta Kabupaten lainnya
seperti Sumba Barat, , Manggarai Barat, Ende, Alor, Flores Timur, Kupang,
dan Rote Ndao.
3. Peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan tingkat Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) untuk ancaman bencana banjir, gempa bumi, cuaca,
ekstrim, kekeringan dengan indeks kerawanan tinggi.
4. Peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan tingkat Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai Pusat pertumbuhan ekonomi
lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk ancaman bencana gempa
bumi,gelombang dan abrasi dengan tingkat kerawanan tinggi.

2.2.2 Tingkat Provinsi


Kecamatan Belo dalam konstelasi tingkat provinsi termasuk dalam
wilayah perencanaan Kabupaten Bima.
Disebutkan pada Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor
3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2009-2029, Kecamatan Belo sebagai:
a. Kawasan budidaya sebagai kawasan peruntukan industri khususnya kawasan
agroindustri bersama dengan Gerung, Kediri, Labuapi, Sekotong, Bayan,
Kayangan, Gangga, Batukliang, Praya Barat, Praya Timur, Jonggat,
Batukliang Utara, Praya Barat, Praya Timur, Pringgarata, Pujut, Selong,
Masbagik, Aikmel, Pringgabaya, Labuhan Haji, Jerowaru, Jereweh,
Taliwang, Seteluk, Brang Rea, Alas, Utan, Rhee, Sumbawa, Moyohulu,
Moyohilir, Lape Lopok, Plampang, Empang, Dompu, Kempo, Bolo, Woha,
Wawo, Sape, dan Rasanae.
b.

2.2.3 Tingkat Kabupaten


Disebutkan pada Lampiran Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Bima Tahun 2006-2025, Kecamatan Belo sebagai:
a. Kawasan bersumber daya potensial lainnya berupa mutiara yang mencapai
0.2 ton per tahun.
b. Kawasan berpotensi dengan tambak udang windu / bandeng.
c. Kawasan dengan potensi garam rakyat yang dapat dikembangkan lebih
lanjut.
Disebutkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 9 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2011-2031,
Kecamatan Belo sebagai:
a. Wilayah agrobisnis sebagai strategi peningkatan pertumbuhan dan
pengembangan wilayah dengan konsep agrobisnis dan agroindustri.
b. Pusat-pusat kegiatan.
c. Pembangunan terminal tipe C.
d. Jaringan trayek angkutan perdesaan Woha-Belo sebagai jaringan pelayanan
lalu lintas dan angkutan jalan.
e. Rencana kawasan sekitar danau/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang
tertinggi kearah darat.
f. Kawasan mata air.
g. Kawasan cagar budaya meliputi nekara batu, sarkofagus, dan tapak kaki.
h. Kawasan peruntukan pertanian khususnya kawasan peternakan seluas kurang
lebih 352 Ha.
i. Kawasan budidaya khususnya kawasan peruntukan pertambangan mineral
logam eksisting emas.

Anda mungkin juga menyukai