Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONJUNGTIVITIS

(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Patologi Mata)

Disusun oleh:
Syifa Zakiyah (40118002)

PROGRAM STUDI DIII REFRAKSI OPTISI


STIKES BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2018/2019
KATA PENGANTAR

            Puji beserta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
Saya dapat menyelesaikan makalah berjudul  “KONJUNGTIVITIS”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata
kuliah Patologi Mata. Sehingga Saya lebih memahami materi ajar yang diberikan
oleh Dr. Azka Rizky Hidayat.
Saya menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu saran dan kritik Saya harapkan perbaikan di masa datang.
Akhir kata, Saya berharap semoga tulisan ini dapat menjadi sumber khasanah
ilmu pengetahuan dan bermanfaat khususnya bagi yang akan mendalami materi
ajar Patologi Mata.

Tasikmalaya, 30 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………... i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
Iiiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………................11
B. Tujuan…………………………………………………….................111
C. Manfaat…………………………………………………................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi………………………………………………. 3


B. Definisi……………………………………………………………… 3
C. Epidemiologi………………………………………………………... 4
D. Etiologi……………………………………………………………… 4
E. Patogenesis………………………………………………………......444
F. Manifestasi Klinis…………………………………………………... 4
G. Klasifikasi Konjungtivitis…………………………………………... 5
H. Diagnosis………………………………………………………….....
11111
I. Terapi………………………………………………………………..
12112
J. Prognosis………………………………………………………….... 112
K. Komplikasi…………………………………………………………..
12112
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan…………………………………………………………....
13113
B.Saran…………………………………………………………………...
13113

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum di dunia.
Penyakit konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar di dunia
setelah penyakit katarak dan glaukoma, khusus konjungtivitis
penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia
ringan dengan mata berair sampai berat dengan sekret purulen kental.
Konjungtivitis atau radang konjungtiva adalah radang selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata yang dibedakan ke dalam
bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan
pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang
disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya
beterbangan sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi
sedangkan konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama
virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan
udara (Ilyas, 2015)
Konjungtivitis atau mata merah bisa menyerang siapa saja dan
sangat mudah menular, penularan terjadi ketika seorang yang sehat
bersentuhan tangan seperti bersalaman dengan seorang penderita
konjungtivitis atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita, lalu
orang sehat tersebut menggosok tangannya ke mata dan hal ini bisa
menyebabkan penularan secara cepat sehingga dapat meningkatkan jumlah
penderita penyakit konjungtivitis (Ilyas, 2015)
B. Tujuan
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas patologi mata yang berjudul “Konjungtivitis”. Tujuan umum
penyusunan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang
penyakit konjungtivitis. Sehingga diharapkan kita semua dapat terhindar
dari hal tersebut dan tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya konjungtivitis.

1
C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar para pembaca
dapat mengetahui seluk beluk tentang konjungtivitis mulai dari penyebab,
pengobatan dan pencegahannya. Diharapkan dengan pengetahuan yang
sedikit ini nantinya bisa meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Mata


Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan
kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin
yang dihasilkan oleh sel Goblet yang berfungsi membasahi bola mata
terutama kornea. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva ini (Ilyas, 2018)
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu:
- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, sukar digerakkan dari
tarsus.
- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari
sklera dibawahnya.
- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan
tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar
dengan jaringan dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak
(Ilyas, 2018)

B. Definisi
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak mata, dalam bentuk akut
maupun kronis (Ilyas,2018). Konjungtivitis adalah peradangan pada
konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit mata paling umum di

3
dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak
mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu
(Vaughan,2015)
C. Epidemiologi
Konjungtivitis dapat terjadi pada berbagai usia tetapi cenderung
paling sering terjadi pada umur 1-25 tahun. Anak-anak prasekolah dan
anak usia sekolah insidennya paling sering karena kurangnya higiene.
Usia 5-25 lebih sering terjadi pada konjungtivitis vernal
(Adhienbinongko, 2012)
Konjungtivitis alergi terjadi sangat sering. Diperkirakan untuk
mempengaruhi 20% dari penduduk setiap tahun dan sekitar satu
setengah dari orang-orang ini memiliki riwayat pribadi atau keluarga
atopi. Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, insidensi konjungtivitis alergi
relatif kecil, sekitar 0,5% dari penderita penyakit mata yang berobat.
Sedangkan konjungtivitis bakteri adalah kondisi umum di semua
wilayah di Amerika Serikat. Berbagai studi menunjukan bahwa
konjungtivitis bakteri merupakan 25-50% dari semua penyebab
konjungtivitis (Adhienbinongko, 2012)
D. Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan antara lain: oleh bakteri, klamidia,
alergi, viral toksik dan berkaitan dengan penyakit sistemik
(Ilyas,2018).
E. Patogenesis
Perjalanan penyakit konjungtivitis diantaranya: mikroorganisme
(bakteri, virus dan jamur) - masuk kedalam mata – kelopak mata
terinfeksi – tidak bisa menutup dan membuka dengan sempurna – mata
kering (iritasi) – terjadi konjungtivitis (Ilyas, 2014)
F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa
hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat
dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat
kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran,

4
pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda
asing dan adenopati preaurikular. Biasanya sebagai reaksi
konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada
konjungtiva (Ilyas,2018)
G. Klasifikasi Konjungtivitis
1. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis yang disebabkan bakteri dapat saja akibat
infeksi gonokok, meningokok, Staphylococcus aures,
Streptococcus pneumoniae, Hemophilus, influenzae dan
Escherichia coli. Memberikan gejala sekret mukopurulen dan
purulen, kemosis konjungtiva, edema kelopak, kadang-kadang
disertai keratitis dan blefaritis. Konjungtivitis bakteri ini mudah
menular, pada satu mata ke mata sebelahnya dan menyebar ke
orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman (Ilyas,
2018)
2. Konjungtivitis Bakteri Akut
Konjungtivitis bakteri akut disebabkan Streptokokus,
Corynebacterium diphtherica, pseudomonas, neisseria dan
hemophilus. Gambaran klinis berupa konjungtivitis mukopurulen
dan konjungtivitis purulen. Dengan tanda hiperemi konjungtiva,
edema kelopak, papil dan dengan kornea yang jernih.
Pengobatannya dengan antibiotik tunggal seperti: neosporin,
basitrasin, gentamisin, kloramfenicol, tobramisin, eritromisin dan
sulfa (Ilyas, 2018)
3. Konjungtivitis Gonore
konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut
dan hebat yang disertai dengan sekret purulen. Pada neonatus
infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran,
sedangkan pada bayi penyakit ini ditularkan oleh Ibu yang sedang
menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini
didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri (Ilyas, 2018)

5
4. Konjungtivitis Neonatal (Oftalmia Neonatorum)
Oftalmia neonatorum merupakan konjungtivitis purulen
hiperakut yang terjadi pada bayi dibawah usia 1 bulan. Disebabkan
penularan dijalan lahir dari sekret vagina yang dapat disebabkan
oleh iritasi akibat nitras argenti, bakteri, stafilokok, klamidia,
neiseria gonore dan herpes simpleks. Gejala yang terjadi: bola mata
sakit dan pegal, mata mengeluarkan belek atau kotor dalam bentuk
purulen dan kornea dapat terkena herpes simpleks (Ilyas, 2018)
5. Konjungtivitis Angular
Konjungtivitis angular didapatkan didaerah kantus
interpalpebra, disertai ekskoriasi kulit di sekitar daerah meradang.
Konjungtivitis angular disebabkan basil Moraxella axenfeld. Pada
konjungtivitis angular terdapat sekret mukopurulen dan pasien
sering mengedip. Pengobatan yang sering diberikan adalah
tetrasiklin atau basitrasin. Dapat juga diberi sulfas zinc yang
bekerja mencegah proteolisis . Dapat memberikan penyulit
blefaritis (Ilyas, 2018)
6. Konjungtivitis Mukopurulen
Konjungtivitis mukopurulen merupakan konjungtivitis
dengan gejala umum konjungtivitis kataral mukoid. Penyebabnya
adalah Streptococcus pneumonia atau basil Koch Weeks. Penyakit
ini ditandai dengan hiperemia konjungtiva dengan sekret
mukopurulen yang mengakibatkan kedua kelopak melekat
terutama pada waktu bangun pagi. Pengobatannya dengan
membersihkan konjungtiva dan antibiotik yang sesuai (Ilyas, 2018)
7. Konjungtivitis Virus Akut
Konjungtivitis virus akut disebabkan oleh infeksi virus.
Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret
berair dan sedikit folikel pada konjungtiva yang mengenai satu
atau kedua mata. Pengobatannya hanya suportif karena dapat
sembuh sendiri. Selain itu, diberikan kompres, astringen, lubrikasi,

6
pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik dengan steroid
topikal (Ilyas, 2018)
8. Keratokonjungtivitis Epidemi
Keratokonjungtivitis epidemi pada awalnya terdapat injeksi
konjungtiva, mata berair, perdarahan subkonjungtiva, folikel
terutama konjungtiva bawah, kadang-kadang terdapat
pseudomembran. Pengobatannya dengan antivirus dan alfa
interferon (Ilyas, 2018)
9. Konjungtivitis Herpetik
Konjungtivitis herpetik dapat merupakan menifestasi
primer herpes dan terdapat pada anak-anak yang mendapat infeksi
dari pembawa virus berlangsung 2-3 minggu. Ditandai dengan
infeksi unilateral, iritasi, sekret mukosa, nyeri dan fotofobia ringan.
Keadaan ini disertai keratitis herpes simpleks, dengan vesikel pada
kornea yang dapat membentuk gambaran dendrit. Vesikel-vesikel
herpes terkadang muncul di palpebral dan tepi palpebral disertai
edema palpebral hebat, dengan pembesaran kelenjar preaurikular
disertai nyeri tekan (Ilyas, 2018)
10. Konjungtivitis Varisela-Zoster
Kelainan yang terjadi akibat herpes zoster tidak akan
melampaui garis median kepala. Herpes zoster dan varisela
memberikan gambaran yang sama pada konjungtivitis seperti mata
hiperemia, vesikel dan pseudomembran pada konjungtiva, papil,
dengan pembesaran kelenjar preurikel. Sekuelnya berupa jaringan
parut di palpebral, entropion dan bulu mata yang salah arah.
Diagnosis biasanya ditegakkan dengan ditemukannya sel raksasa
pada pewarnaan Giemsa, kultur virus dan sel inklusi intranuklear.
Pengobatannya dengan kompres dingin (Ilyas, 2018)
11. Konjungtivitis Inklusi
Konjungtivitis inklusi merupakan penyakit okulogenital
disebabkan oleh infeksi klamidia. Konjungtivitis okulogenital pada
bayi timbul 3-5 hari setelah lahir. Pada bayi dapat memberikan

7
gambaran konjungtivitis purulen sedang pada orang dewasa dapat
dalam beberapa bentuk seperti: konjungtiva hiperemik, kemotik
dan pseudomembran. Pengobatan sistemik dengan eritromisin
lebih efektif dibanding topikal (Ilyas, 2018)
12. Konjungtivitis New Castle
Konjungtivitis New Castle disebabkan oleh virus New
Castle. Penyakit ini biasanya terdapat pada pekerja peternakan
unggas yang ditulari virus New Castle yang terdapat pada unggas.
Konjungtivitis New Castle akan memberikan keluhan rasa sakit
pada mata, gatal, mata berair, penglihatan kabur dan fotofobia.
Penyakit ini sembuh dalam jangka waktu kurang dari 1 minggu
(Ilyas, 2018)
13. Konjungtivitis Hemorogik Epidemik Akut
Konjungtivitis hemoragik epidemik akut merupakan
konjungtivitis disertai timbulnya pendarahan konjungtiva. Dengan
tanda-tanda kedua mata iritatif, seperti kelilipan dan sakit
periorbita, edema kelopak, kemosis konjungtiva, sekret seromukos,
fotofobia disertai lakrimasi. Pengobatannya dengan antibiotika
spektrum luas dan sulfasetamid. Pencegahannya dengan mengatur
kebersihan (Ilyas, 2018)
14. Konjungtivitis Alergi
Bentuk radang akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi,
dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat
sudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat,
bakteri dan toksik. Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang
(merah, sakit, bengkak dan panas), gatal, silau berulang dan
menahun. Pengobatannya dengan memberikan astringen, sodium
kromolin, steroid topikal dosis rendah dan kompres dingin (Ilyas,
2018)

8
Macam-macam bentuk Konjungtivitis Alergi:
a. Konjungtivitis vernal
Konjungtivitis vernal pada mata ditemukan papil besar
dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal, dengan rasa
gatal berat, sekret gelatin yang berisi eosonofil atau granula
eosinofil, pada kornea terdapat keratitis, neovaskularisasi dan
tukak indolen. Pengobatnnya dengan pemakaian steroid
topikal, kompres dingin, vasokonstriktor dan natrium karbonat
(Ilyas, 2018)
b. Konjungtivitis Flikten
Konjungtivitis flikten merupakan konjungtivitis nodular
yang disebabkan alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu.
Konjungtivitis flikten disebabkan oleh karena alergi terhadap
tuberkuloprotein, stafilokok, limfogranuloma venerea,
leismaniasis, infeksi parasit dan infeksi ditempat lain dalam
tubuh. Gejala konjungtivitis flikten adalah mata berair, iritasi
dengan rasa sakit dan fotofobia. Pengobatnnya dengan diberi
steroid topikal, midriatika bila terjadi penyulit pada kornea dan
diberi kacamata hitam karena adanya rasa silau yang sakit
(Ilyas, 2018)
c. Konjungtivitis Atopi
Reaksi alergi selaput lendir mata atau konjungtiva terhadap
polen, disertai dengan demam. Memberikan tanda mata berair,
bengkak dan belek berisi eosinofil (Ilyas, 2018)
d. Sindrom Steven Johnson
Sindrom Steven Johnson adalah suatu penyakit eritema
multiform yang berat (mayor). Penyakit ini sering ditemukan
pada orang muda usia sekitar 35 tahun. Keluhan penderita
penyakit ini adalah mata merah dengan demam dan sakit sendi.
Pada mata terdapat vaskularisasi kornea, parut konjungtiva,
konjungtiva kering, simblefaron, tukak dan perforasi kornea
dan dapat memberikan penyulit endoftalmitis. Pengobatan

9
bersifat simtomatik dengan pengobatan umum berupa
kortikosteroid sistemik dan infus cairan antibiotik (Ilyas, 2018)
15. Konjungtivitis Folikularis Kronis
Merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan pada
anak-anak dan tidak pernah terlihat pada bayi baru lahir kecuali
bila usia sudah beberapa bulan. Konjungtivitis folikularis kronis
terdapat tanda khusus berupa benjolan kecil berwarna kemerah-
merahan pada lipatan retrotarsal. Folikel yang terjadi merupakan
reaksi konjungtiva terhadap virus dan alergen toksik seperti
iododioksiuridin, fisostigmin dan klamidia (Ilyas, 2018)
16. Trakoma
Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular
kronik yang disebabakan oleh Chlamydia trachomatis. Cara
penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan
sekret penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-
hari seperti handuk, alat-alat kecantikan dan lai-lain. Keluhannya
adalah fotofobia, gatal, berair, eksudasi, edema palpebral, kemosis
konjungtiva bulbaris, hipertrofi papil. Pengobatan trakoma dengan
tetrasiklin, doxycyclin atau erythromycin (Ilyas, 2018)
17. Konjungtivitis Dry Eyes (Mata Kering)
Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan keringnya
permukaan kornea dan konjungtiva yang diakibatkan berkurangnya
fungsi air mata. Mata yang kering akan memberikan keluhan dan
gangguan penglihatan. Pasien akan mengeluh gatal, mata seperti
berpasir, silau dan penglihatan kabur. Mata akan memberikan
gejala sekresi mukus yang berlebihan, sukar menggerakkan
kelopak mata, mata tampak kering dan terdapat erosi kornea (Ilyas,
2018)
18. Toksik Konjungtivitis Folikular
Konjungtivitis folikular dapat terjadi akut dan kronik
dimana gejala utama adalah terbentuknya folikel pada konjungtiva
tarsal superior atau inferior (Ilyas, 2018)

10
19. Keratokonjungtivitis Limbus Superior
Keratokonjungtivitis limbus superior merupakan
peradangan konjungtiva bulbi dan konjungtiva tarsus superior yang
tidak diketahui sebabnya, disertai kelainan-kelainan pada limbus
bagian atas. Lebih sering terdapat pada wanita dewasa 20-70 tahun.
Pada keadaan yang ringan terdapat rasa tidak enak pada mata,
sedangkan pada keadaan yang berat dapat sampai terjadi
blefarospasme dan rasa seperti ada benda asing. Dapat diberikan
pengobatan secara simtomatik berupa tetes mata dekongestan, zinc
sulfat, meril selulosa, polivinil alkohol, kortikosteroid atau
antibiotik (Ilyas, 2018)
20. Konjungtivitis Membranosa
Konjungtivitis membranosa merupakan konjungtivitis
dengan pembentukan membran yang menempel erat pada jaringan
dibawah konjungtiva. Penyebab penyakit ini adalah differia,
pneumokok, stafilokok dan infeksi adenovirus selain dari pada
disebabkan penyakit Steven Johnson. Biasanya konjungtivitis
membranosa ditemukan pada anak yang tidak mendapat suntikan
imunisasi (Ilyas, 2018)
H. Diagnosis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, sensasi
penuh disekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan
tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi
papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris
atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea (Novitasari, 2014)
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair,
eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edema stroma
konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma),
pseudomembranosa dan membran, granuloma dan adenopati pre-
aurikuler (Novitasari, 2014)

11
I. Terapi
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab.
Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide
(sulfacetamide 15%) atau antibiotika (Gentamycine 0,3%;
chloramphenicol 0,5%). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang
sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatannya terutama
ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis
karena alergi diobati dengan antihistamin (antazidine 0,5%, repazoline
0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).
Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki
higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari
dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi
gejala pada kasus ringan (Anon, 2012)
J. Prognosis
Bila segera diatasi konjungtivitis ini tidak akan membahayakan.
Namun jika penyakit pada radang mata tidak segera ditangani atau
diobati dapat menyebabkan kerusakan pada mata dan dapat
menimbulkan komplikasi seperti glaukoma, katarak maupun ablasio
retina (Novitasari, 2014)
K. Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani atau diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata atau gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis
yang tidak ditangani diantaranya: glaukoma, katarak dan ablasi retina
(Novitasari, 2014)

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak mata, dalam bentuk akut
maupun kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan antara lain: oleh
bakteri, klamidia, alergi, viral toksik dan berkaitan dengan penyakit
sistemik. Gejala yang dirasakan adalah mata merasa seperti adanya
benda asing dan lain-lain (Ilyas, 2018)
B. Saran
Saya berharap agar masyarakat Indonesia bisa menjaga kesehatan
terutama kesehatan mata. Selain itu, saya menyarankan agar
masyarakat Indonesia terhindar dari hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya konjungtivitis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adhienbinongko, 2012. Konjungtivitis Epidemiologi Penyakit


Menular. [Online] Available at:
https://adhienbinongko.wordpress.com/2012/12/01/konjungtivitis-
epidemiologi-penyakit-menular/

Anon, 2012. Konjungtivitis. [Online] Available at:


https://id.scribd.com/doc/101718082/MAKALAH-
KONJUNGTIVITIS.

Ilyas, S & Yulianti, S. R., 2014. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilyas, S & Yulianti, S. R., 2015. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilyas, S & Yulianti, S. R., 2018. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Novitasari, Lusy., 2018. Konjungtivitis. [Online] Available at: https://


www.academia.edu/6174407/1_-_Konjungtivitis_-_Lusy

Vaughan, Asbury., 2015. Oftalmologi Umum. Anatomi & Embriologi


Mata: Glaukoma. Jakarta: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai