Anda di halaman 1dari 8

Chapter -0

Alarm dentingan piano membuka matanya dari mimpi random malam tadi. Aya
langsung membuka benda pipih berwarna rose gold yang ada disamping ranjang
diatas sebuah meja. Iris mata nya yang berwarna coklat terlihat serasi dengan
kulit putih yang tak pernah menghitam itu hanya memandangi handphone nya.
Saat itu pukul 04.00,dia tertawa kecil melihat balasan laki laki yang selalu
membuatnya merasakan berjuta rasa,bahagia,kesal,kadang dia terlalu bawa
perasaan. Balasan singkat itu begitu didambakannya selama hamper 8 tahun
berteman..atau mungkin bersahabat dengannya.
…kangen deh…
Tapi Aya hanya membalasnya dengan
…najong..,watak dingin Dito membuat Aya betah bersahabat dengannya,selain
dingin dingin menyegarkan,Dito juga dingin dingin memberikan
kenyamanan,ketenangan,dan kekesalan yang amat amat haqiqi tentunya.

Ya, nama nya Abiya Zulayka Zakiyara Nazawa. Dia adalah perempuan dingin
dengan seribu panggilan. Teman sekolah nya dulu memanggilnya
pele(flatbule),teman serius nya memanggilnya
Abi,Aya,Biya,Kiya,Naya,Zakiya,Ayka. Teman gesrek nya memanggilnya
ZuZaNa,pahamilah. Gadis berumur 21 Tahun itu kini sedang dalam proses
mencapai cita citanya menjadi seorang Dokter Tahun ini adalah tahun akhir
kuliahnya,Tahun ke-3. Aya adalah pribadi yang mandiri,dia selalu tidak ingin
merepotkan orang tuanya,meskipun keluarganya berada,dia mengambil
pekerjaan part time di sebuah kafe di daerah gyeonggi,korea selatan. Aya berhasil
mencapai mimpinya untuk kuliah di Korea,Karena keinginan kuat dia berhasil
mendapatkan beasiswa di Seoul National University dan mengambil Jurusan
Kedokteran. Ada seseorang yang menemani hari hari sepinya di korea,
Dito,namanya Pradito Muhammad Ibrahim. Lika liku kehidupan yang dijalani Aya
seakan akan menjadi isi buku harian Dito. Tetapi,hal yang tak terlintas dibenak
Aya selama ini dirasakan oleh Dito,apakah itu?perasaan sayang?cinta?nyaman?
tentunya bukan.
Lalu?

Chapter -1
“Ayaa,sarapan duluu” Teriak Bunda dari ruang makan dibawah. “Aya bawa
makan siang aja bundaaa” balas Aya yang tak pernah makan pagi setiap
berangkat sekolah.”Ayaa bunda bawain lauk yang banyak harus abis ya,tiap hari
kamu ga makan pagi kaya apa perutmu itu lhoo!”teriak bunda selalu begitu. Batin
Aya menggelitik “padahal selama ini baik baik aja”.

Hari ini adalah hari terakhir dari langkah terakhir menuju kelulusan nya,UNBK.
Hari terakhir UNBK,dengan mata pelajaran yang disukai Aya,Bahasa Inggris.
Sebenarnya Aya menyukai banyak pelajaran saat smp. Dia suka,tapi tidak
dinikmati. Aya suka,suka tapi banyak mengeluh,tapi tetap dikerjakan oleh Aya,dia
mengeluh akan banyaknya rumus yang harus dipelajari. Sejauh ini,Aya berada
dalam tingkat rata rata otaknya. Terlalu pintar tidak,terlalu tidak pintar pun tidak.

Aya berangkat sekolah dengan jalan kaki,selain mengirit ongkos,jalan kaki dipagi
hari membantu pertumbuhan tinggi tubuh(ya kalo loncat loncat kaya aya sih) Aya
sering bersikap aga kekanak kanakan karena dia yang termuda diangkatannya.
Aya berangkat pukul 07.00 meski ujian dimulai pukul 08.00,Aya adalah anak yang
tak bisa berangkat sekolah mepet pada waktu masuk.

Sesampainya disekolah,dikelasnya hanya ada teman laki lakinya yang tak lain
sedang bermain game. Aya hanya duduk dibagian depan dan membuka buka
buku selintas hnya untuk membaca baca lagi. Setelah itu dia melakukan hal yang
sering dipermasalahkan sekretaris kelasnya,dia hanya mencoret coret papan tulis
didepan dengan banyak menggunakan tinta yang memancing emosi
sekretarisnya,dia permepuan,padahal. Setelah semua siap,Aya dan teman teman
satu sesi nya langsung pergi ke ruang Ujian dilaksanakan.

“…sisa waktu kalian 5 menit lagi,bagi yang sudah selesai,dipersilahkan


mengumpulkan lembar pertanyaan saja…”
Aya berdoa kembali setelah merapihkan semuanya berharap dia mendapatkan
hasil yang memuaskan.Setelah ujiannya selesai,Aya berencana mengajak
sahabatnya berkuliner. Sepanjang sekolah 3 tahun,Aya tidak terlalu bergaul
dengan teman luar kelasnya,Aya hanya dekat dengan teman sekelasnya,itupun
tidak semuanya nempel. Mengingat Aya adalah anak termuda,ia selalu
diperhatikan sahabat terdekatnya,nama sahabatnya itu Balqisharum Makhesya.
Namanya memang kearab araban karena ibunya dulu saat hamil Aqis sering sekali
pergi ke Arab,dan turunan arab juga. Yang membuat Aya sangat dekat dengan
Balqish karena Balqish sering sekali mendengar cerita Aya dan Aya jarang dibuat
kecewa oleh Ais,Aya memanggilnya Ais,selain Balqish,Aya juga bersahabat dengan
satu laki laki yang nyinyirnya minta ampun laki laki itu bukan Dito tentunya. Laki
laki itu adalah life teacher untuk Aya. Namanya Pranando Bimaryo,saat orang lain
memanggil Bima dengan sebutan Nando,hanya Aya yang memanggilnya Bima. Hal
itulah yang membuat Bima penasaran dengan kepribadian Aya sejak menduduki
kelas 7 dan mereka menjadi dekat sampai sampai mereka menjadi classmate
selama 3 tahun berturut turut.

Bima sebagai laki laki menurut Aya cukup cakap untuk mengerti jika Aya bercerita
tentang lika liku kehidupannya.

13 Juli 2016,
Kali itu pemanggilan siswa kelas andalan

Bersama teman sekelompok masa pls yaitu Fathia, Aya dan Fathia hanya
saling membodoh bodoh diri karena percaya diri tidak masuk kelas andalan.
SD aja jarang ranking,masa masuk kelas nya orang orang pinter begitulah
perkataan,kadang itu terjadi,namun kadang kebalikannya pun terjadi
Urutan ke 25

“Abiya Zulayka Zakiyara Nazawa”

Fathia bengong…
Karena jarang dipanggil kedepan,Aya gugup tak karuan, dihadapannya berkumpul
kaka kelas yang merupakan teman teman kaka laki lakinya.
Terdengar seseorang mengatakan
“ternyata adiknya lebih pinter ya wkwk”
Karena abang Aya masuk kelas Olahraga,dia menjadi yang terpintar kedua disana.
Memang dia berbakat saat sekolah dasar, selalu dapat peringkat satu, dikenal
guru, disayang Bunda…,ah sudahlah. Bagi Aya semua itu tidak penting, Aya hanya
mementingkan bagaimana agar dirinya tidak merasa kesepian.

1 minggu berjalan di kelas A,


Dirinya masih dalam proses beradaptasi. Tak seperti teman temannya yang
kebanyakan sudah berkubu kubu. Kenalannya disana hanya teman laki laki saat
sekolah dasar,dan teman sekolah TK nya. Dia hanya mencoba so akrab dengan
yang lainnya.

Ada yang menarik dari salah satu kelompok laki laki di kelas A itu, entah apa nama
geng mereka,namun mereka memang biang kedosaan bagi para perempuan. Ada
satu laki laki berwajah seperti koin lima ratus bernama….

Pradito Muhammad Ibrahim.

Dia anak salah satu guru Biologi di sekolah kami. Tapi sel kepintaran ibunya tidak
mengalami pembelahan terhadap dito. Sifat menjengkelkannya yang tidak sering
membuat para perempuan ter-flirt karena ‘baper’.

Aya lah salah satunya. Namun, Aya terjerumus pada perasaan yang seakanakan
menjebaknya. Pernah suatu hari, pelajaran Bahasa Indonesia yang digurui oleh
bibi dari Dito bertema menampilkan drama.

Ibu Vita mempersilahkan para siswa untuk mengomentari penampilan drama


yang ditampilkan oleh Aya dan teman - teman. Tangan pendek berisi itu
mengacungkan tangannya.

"Bu izin mengomentari, menurut saya peran Aya sebagai buaya terlalu
berlebihan, terimakasih"

Bu Vita menyanggah...
"Justru, begitulah seharusnya drama dimainkan, raut wajah Aya mendalami peran
buaya yang bersedih, dari semua kelompok yang menampilkan, ibu tertarik pada
akting Aya. "

Dito terlihat begitu kesal saat Bibi nya sendiri membela Aya, bukannya malah
memihak Dito. Batin aya begitu kesal karena drama yang ia perankan dikomentari
orang seperti Dito.

Hari itu, Aya berangkat menaiki angkot yang berarah dari arah perumahan elite,
tak dirasa ternyata diujung kanan angkot terdapat Dito yang sedang melamun
memandangi jalan dihadapannya.

"Loh, Dito? "Sapa Aya

Dito tak menjawab, dia hanya menjulurkan lidah tanda ledek. Aya kesal setengah
mati, kenapa ia harus bertemu dengan manusia ter-random di bumi ini. Bahkan
saat turun dari angkot, di gerbang pun Aya tetap dihiraukan oleh Dito, seperti
bukan orang yang sudah berkenalan.

Di kelas, Bima dan Aya tengah menikmati bekal makan siang yang mading masing
mereka bawa, tenggorokan Aya rasanya memasuki musim kemarau, dia dehidrasi.
Namun saat hendak mengambil botol minum ditasnya, air yang tersisa sudah
tinggal 3/4 dari sebelumnya.

"Woy, siapa yang nyuri minum gueee!!! "

Bima yang saat itu sedang mencerna makanan dimulutnya tersedak,

"Aya pelan pelan tu suara kecilin apaa! "

Dito yang saat itu sedang berkutat dengan game online nya pergi keluar, merasa
dirinya takut, Dito lebih memilih kabur. Namun itu nampak pada pandangan Aya.

" Praditoo!! "Aya mengejar langkah Dito yang menjauhi kelas.

Sayang, Dito kalah pendek tubuhnya dengan Aya, tertangkap!


"Ampun Ya, ampunn,gue gantiin sumpahhh, ampun yaa"

"Gue ampunin lo karena abisin minum gue, tapi gue gabakal ampunin lo kalo pas
lu minum tu bibir dikenain, jujur sekarang bibir lu dikenain ga? Hah? Jawab ayo
Dito!?"

"Ampun ya ampun, nanti gue beliin yang baru deh! "

"Ditooo, itutuh dari abang gueee, kali ini gue ampunin, tapi kalo lo minum air gue,
abisin air gue, dan tanpa IZIN, MATI LO! "

Seakan terbiasa karena perilaku Dito. Aya seperti menjadi tempat istirahat bagi
Dito, namun dibalik baiknya Aya kepada Dito, Aya diam diam menyimpan rasa
pada Dito. Awalnya Aya menyimpan perasaan itu sendiri, namun Aya merasa
harus menceritakan kepada teman sedari kecilnya.

Bintang Prisa Ainun, teman yang Aya kenal sejak TK, kini menjadi soulmate nya,
kepribadian mereka berbeda sekali, mereka kini dekat karena ibu mereka dekat.

Pertama kalinya Aya bercerita tentang Dito pada Bintang, Bintang heran setengah
mati, ia tak habis pikir mengapa Aya bisa menyukai sesosok manusia semacam
Dito. Teman satu kelompok dengan Bintang dan Aya, yaitu Alifa, menyukai Dito.
Aya sudah tahu, namun Aya percaya bahwa rasa suka pada Dito tidak membuat
Aya seakan akan ingin memilikinya.

" Bapa harap kebersihan sekolah kita akan selalu menjadi nomor satu di daerah
kita... "

Brukkk

Pandangan Aya berputar, buram, dan menghilang

"Pmr mana pmr!!" Bima berteriak gentle.

PMR bergegas membawa tandu yang disiapkan setiap upacara.


"Siapa yang pingsan Bay? " Dito yang saat itu bertugas dibagian tingkat 7 bertanya
pada teman disampingnya.

"Aya"

Deg. Kaki Dito seakan ingin berlari secepat cepatnya menmmbantu pmr menandu
Aya.

...

'Yaa sadar donggg,"

Aya merasa tangannya terus ditarik tarik oleh seseorang. Berputar, pandangan
Aya berputar, Aya belum sarapan tadi pagi.

"Sebentar ya, Aya saya periksa dulu" penjaga UKS memundurkan posisi untuk
memeriksa Aya.

" Ikuti arah tangan saya ya" Jari sang perawat bergerak ke kanan dan kiri
menuntun pandangan Aya.

"kalo sakit bilang ya"

Pluk pluk, perut kana. Aya di tepuk halus oleh perawat itu

"Awww"

"Aya sekarang ibu beri obat, obatnya harus diminum 15 menit sesudah obatnya
dimakan, langsung sarapan yang sudah disiapkan, Dewi tolong jaga Aya agar obat
dan sarapannya dimakan, jangan masuk kelas sebelum kamu habiskan
makanannya."

Ya seperti itulah kebiasaan seorang Aya, jarang sarapan karena merasa tak butuh.
Dan juga selalu merasa sakiy jika makan sarapan.

"Ya ko bisa bisanya sih berangkat sekolah ga sarapan dulu, bahaya tau pantes aja
kamu ngelamun terus kelaperan kayanya"

Dewi terus menasihati Aya selagi menyuapi Aya.


Assalamualaikum Aya udah sadarr?

Omg sampe walkes dateng segala, ngerepotin banget gitu ya?

"Aya gapapa ko buu" Aya beranjak turun dari kasur pasien.

"udah duduk diem" Dito menarik lengan Aya dibelakangnya.

"Bu ko Aya sampe diinfus gini ya?" Kebetulan wali kelas Aya adalah guru biologi
yang sangat sayang pada muridnya

"kamu gapapa Aya, infus yang dipasang sekarang itu isinya buat stamina tubuh
kamu biar ga lemes" senyum halus Bu Ani terpancar untuk Aya.

Maafkan ibu Aya.

Anda mungkin juga menyukai