Anda di halaman 1dari 113

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius
karena angka kematian dan kesakitannya yang tinggi serta dampaknya yang
dapat menimbulkan kecatatan yang berlangsung kronis dan bukan hanya
terjadi pada orang lanjut usia, melainkan juga pada usia muda. Stroke adalah
penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf local atau global,
munculnya mendadak, progresif dan cepat (Kemenkes, 2015). Stroke atau
Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO), Merupakan suatu sindrom yang
diakibatkan oleh adanya gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak
yang menimbulkan gangguan fungsional otak berupa defisit neurologic atau
kelumpuhan saraf(Abshire et al., 2017). Kurangnya aliran darah dalam otak
menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakan atau
mematikan sel-sel saraf otak. Aliran darah yang berhenti membuat suplai
oksigen dan zat makanan ke otak berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa
berfungsi sebagaimana mestinya,sehingga akan membatasi aktivitas
kehidupan sehari-hari seperti mandi, berpakaian, makan dan eliminasi (Nabyl,
2016).
Data World Organisation (WHO) mencatat 7,3 juta jiwa meninggal
akibat ischemic heart disease dan 6,2 juta jiwa diantaranya adalah disebabkan
oleh stroke dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Stroke merupakan penyebab
kematian keenam pada negara-negara berpendapatan rendah dan merupakan
penyebab kematian kedua pada negara-negara berpendapatan menengah dan
tinggi (WHO, 2020). Penyakit stroke mengakibatkan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Menurut American Heart Assosiation (AHA), di
Amerika Serikat dari 100.000 penderita stroke, 50-100 penderita meninggal
tiap tahunnya. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di
dunia dan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.
Menurut laporan Yayasan Stroke Indonesia tahun 2012 angka kejadian stroke
di Indonesia per tahun adalah 200 dari 100.000 penduduk, sekitar 2,5 %
meninggal dan sisanya cacat ringan maupun berat. Menurut WHO, setiap tahun
15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke. Sekitar lima juta menderita
kelumpuhan permanen. Di kawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami
stroke (WHO, 2010). Pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal
dikarenakan penyakit stroke ini (Misbach, 2010) . Di Indonesia pravalensi stroke
pada tahun 2018 berdasar diagnosa dokter mencapai 10,9 % atau diperkirakan
sekitar 2.120.362 orang dan di Jawa Timur mencapai 12,4 atau sekitar 46.268
orang ( Riskesdas, 2018 ). Di Banyuwangi pada tahun 2020 mencapai 1.914
orang ( Dinkes, 2020 ).
2

Stroke dapat menyerang siapa saja terutama penderita penyakit kronis,


seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus dan obesitas.
1
3

Hipertensi diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah


seseorang melebihi batas tekanan darah normal. hipertensi merupakan faktor
resiko yang potensial pada kejadian stroke karena hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak atau menyebabkan
penyempitan pembuluh otak, sedangkan jika terjadi penyempitan pembuluh
darah otak akan mengganggu aliran darah ke otak yang pada akhirnya
menyebabkan kematial sel-sel otak (Cintya, 2017). Gangguan akibat stroke
menimbulkan gejala sisa yang dapat menjadi kecacatan menetap yang
selanjutnya membatasi fungsi seseorang dalam melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari (Mertha, 2016). Keterbatasan kebersihan diri menyebabkan pasien
stroke tidak mampu melakukan perawatan dirinya sendiri baik dalam hal
mandi, berpakaian, dan berhias. Keterbatasan tersebut akan terus berlanjut
dalam pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Salah satunya yang mengalami
defisit perawatan diri karena mengalami keterbatan pergerakan dan tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasar (Asmadi,2008).
Peran perawat dalam upaya untuk memberikan penyuluhan tentang
perawatan diri mandi, berpakaian, makan dan eliminasi yaitu dengan cara
mempertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri, pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri, menyediakan artikel pribadi yang diinginkan seperti sikat gigi,
sabun mandi, sampo, handuk, memfasilitasi gigi pasien menyikat dengan
sesuai, memfasilitasi diri pasien untuk mandi yang sesuai, bantu pasien
memilih pakaian yang mudah dipakai dan dilepas, sediakan pakaian pasien
pada tempat yang mudah dijangkau, fasilitasi pasien untuk menyisir rambut,
dukung kemandirian dalam berpakaian atau berhias, pertahankan privasi saat
pasien berpakaian, bantu pasien untuk menaikkan, mengancingkan dan
merisleting pakaian, memonitor pasien kemampuan untuk menelan,
identifikasi diet yang diresepkan, ciptakan lingkungan yang menyenangkan,
menyediakan makanan pada suhu yang paling selera, membantu pasien ke
toilet, menyediakan privasi selama eliminasi (Nanda, 2016).
Berdasarkan fenomena tersebut, penyakit Stroke memiliki masalah
yang beragam salah satunya defisit perawatan diri. Pasien dengan gejala
Stroke perlu menjaga personal hygiene karena masalah hemiplegi kanan atau
hemiplegi kiri dan hemiparasi yang terjadi menimbulkan kelemahan fisik.
Sehingga penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan kasus dalam penulisan
membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik
Pada Klien Yang Mengalami Stroke non Hemoragik dengan Masalah
Keperawatan Defisit Perawatan Diri Diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan
2021”.
4

1.2 BATASAN MASALAH


Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan
gerontik pada klien yang mengalami Stroke non hemoragik dengan masalah
Keperawatan Defisit Perawatan Diri diwilayah kerja Puskesmas Grajagan
2021.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan gerontik pada klien yang mengalami
Stroke non hemoragik dengan masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan 2021.

1.4 TUJUAN PENELITIAN


1.4.1 Tujuan umum
Melaksanakan asuhan keperawatan gerontik pada klien yang mengalami
Stroke non hemoragik dengan masalah keperawatan Defisit Perawatan
Diri diwilayah kerja Puskesmas Grajagan 2021.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan gerontik pada klien yang


mengalami Stroke non hemoragik dengan masalah keperawatan Defisit
Perawatan Diri diwilayah kerja Puskesmas Grajagan 2021

2. Menetapkan diagnosis asuhan keperawatan gerontik pada klien yang


mengalami Stroke non hemoragik dengan masalah keperawatan Defisit
Perawatan Diri diwilayah kerja Puskesmas Grajagan 2021

3. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan gerontik pada klien yang


mengalami Stroke non hemoragik dengan masalah keperawatan Defisit
Perawatan Diri diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan 2021

4. Melaksanakan tindakan intervensi/ implementasi asuhan keperawatan


gerontik pada klien yang mengalami Stroke non hemoragik dengan
masalah keperawatan Defisit Perawatan Diri diwilayah kerja
Puskesmas Grajagan 2021

5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan gerontik pada klien yang


mengalami Stroke non hemoragik dengan masalah keperawatan Defisit
Perawatan Diri diwilayah kerja Puskesmas Grajagan 2021
5

1.5 MANFAAT PENELITIAN


1.5.1 Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian
lebih lanjut tentang defisit perawatan diri pada penderita stroke dan juga
sebagai informasi dan referensi untuk penelitian ilmiah selanjutnya.

1.5.2 Bagi peneliti keperawatan


Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan
sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan yang terdiri dari
fakta, konsep, generalisasi, dan teori bagi penelitian berikutnya yang
terkait dengan gambaran dari pengalaman keluarga selama merawat
pasien stroke.

1.5.3 Bagi pelayanan kesehatan


Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
tambahan bagi perawat di Puskesmas sebagai dasar asuhan keperawatan
sehingga akan didapatkan intervensi yang tepat dalam penanganannya.

1.5.4 Bagi peneliti


Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi, tambahan informasi, bahan klarifikasi bagi mahasiswa lain
yang mengambil penelitian yang serupa.
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP LANSIA

2.1.1 Definisi Lansia

Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau
sama dengan 55 tahun (WHO 2013). Lansia dapat juga diartikan sebagai
menurunnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015).

Seseorang dikatakan lanjut usia (lansi) apabila usianya 65 tahun ke


atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan prnurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan
yang ditandai oleh kegagalan orang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologi. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan
daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Efendi, 2010).

2.1.2 Klasifikasi lansia

WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :

1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.

2) Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.

3) Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.

4) Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.

5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.

5
7

2.1.3 Proses Penuaan

Proses menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi
di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak
pemulaan kehidupan, menjadi tua merupaka proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan , yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki
usia tua berarti mengalami kemunduran , misalnya kemunduran fisik yang
di tandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional.

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau


berkelanjutan secara alamiah yang umumnya dialami oleh semua makhluk
hidup. Misalanya, dengan kejadian hilangnya jaringan pada otot susunan
saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit.
Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan
sama. Ada kalahnya seseorang belum tergolong lanjut usia atau masih
mudah, tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok
(deskriminasi). Ada pula orang yang tergolong lanjut usia, penampilannya
masih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Walaupun demikian, harus
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami lanjut usia.
Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap
infeksi dan akan menempuh semakin banyak distorsi meteoritik dan
struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif, (misalnya hipertensi,
arteriosklerosis, diabetes militus, dan kanker) yang akan menyebabkan
berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis, misalnya stroke
, infark miokard, koma asidotik, kanker metastasis dan sebagainya
(Nugroho, 2011).

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu


teori biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori konsekuensi personal.
8

1) Teori biologi

a. Teori Jam Genetik

Teori genetik menyebutkan bahwa manusia secara genetik


sudah terprogram bahwa material didalam inti sel di katakan
bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis.
Teori ini di dasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies
tertentu memiliki harapan hidup (lifespan) yang tertentu. Manusia
memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel- sel di
perkirakan hanya mampu membela sekitar 50 kali, sesudah itu
akan mengalami deteriorasi (Padila, 2013)

b. Wear and Tear Theory

Teori wear and tear disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat
kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi
lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya (Padila, 2013).

c. Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa


digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel- sel tubuh telah terpakai (Padila, 2013).

d. Slow Immunology Theory

Sistem imun menjadi kurang efektif dalam


mempertahankan diri, regulasi dan responbilitas. Didalam proses
metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat bertahan sehingga zat
tersebut menjadi jaringan lemah (Padila, 2013).

e. Teori Radikal Bebas


9

Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya


radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi (Padila, 2013).

f. Teori Rantai Silang

Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara


susunan molecular, lama kelamaan akan meningkat
kekakuanya(tidak elastis), hal ini disebabkan oleh karena sel- sel
yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang
sangat kuat (Padila, 2013).

g. Teori Mutasi Somatik

Terjadi kesalahan dalam proses transkrip DNA dan


RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim.
Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan
terjadi penurunan fungi organ atau perubahan sel normal
menjadi sel kanker atau penyakit (Sofia, 2014)

2) Teori Psikologis

Usia lanjut atau proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring


dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional
yang efektif termasuk pemenuhan kebutuhan dasar dan tugas
perkembangan.

Teori yang merupakan psikososial adalah sebagi berikut :

a. Teori integritas Ego

Teori perkembangan yang mengidentifikasi tugas- tugas yang


harus di capai dalam tahap perkembangannya. Tugas perkembangan
terkahir merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaianya.
10

b. Teori Integritas Personal


Merupakan suatu bentuk kepribadian seseorang pada masa
kanakkanak dan tetap bertahan secara stabil.perubahan yang radikal
pada usia tua bisa menjadi mengindikasi penyakit otak (Padila, 2013).

3) Teori Sosial

Interaksi sosial pada lansia terjadi penurunan kekuasaan,


kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen
sehingga interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah
harga diri dan kemampuan mereka mengikuti perintah (Padila, 2013).

4) Teori konsekuensi fungsional

Teori konsekuensi fungsional lanjut usia berhubungan dengan


perubahanperubahan karena usia dan faktor resiko tambahan (Padila,
2013).

2.1.4 Perubahan- Perubahan yang terjadi pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,


sosial, dan psikologis.

1) Perubahan Fisik

a. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan


penurunan tampilan dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek
akibat adanya pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada
dan perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput,
masa tubuh berkurang dan masa lemak bertambah.
b. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi
adanya penebalan dan kaku, terjadi penurunan kemampuan
memompa darah (kontraksi dan volume) elastisistas pembuluh
darah menurun serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
c. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia
yang mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan
elastisitas paru, otot- otot pernapasan kekuatannya menurun dan
11

kaku, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas lebih


berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk
menurun dan terjadinya penyempitan pada bronkus.
d. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia
mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis
dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat elastis berkurang dan
keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, vaskularisasi menurun, rambut
memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh
serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk.
e. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan
fungsi sistem saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi
menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi
khususnya yang berhubungan dengan stress, berkurangnya atau
hilangnya lapisan mielin akson sehingga menyebabkan
berkurangnya respon motorik dan refleks.
f. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca
monopause yang dapat mengalami kehilangan densitas tulang
yang masif dapat mengakibatkan osteoporosis, terjadi bungkuk
(kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot),
kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
g. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi
penurunan asam lambung, peristaltik menurun sehingga daya
absorpsi juga ikut menurun, ukuran lambung mengecil serta
fungsi organ aksesoris menurun sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.
h. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran
darah ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan
fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan mengonsentrasikan
urine ikut menurun.
12

i. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat


menyebabkan otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan
terjadi retensi urine.
j. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi
yang dapat menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang
pendengaran mengalami kekakuan.
k. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang
menurun terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi
menurun, lapang pandang menurun, dan katarak (Siti dkk, 2015)

2) Perubahan Psikologis

Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap


kehilangan fisik, sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan,
kedamaian dan kepuasan hidup.ketakutan menjadi tua dan tidak mampu
produktif lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang proses menua.
Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan angapan negative
tersebut, dimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai
sumbangan apapun terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya
ekonomi (Fatimah, 2010)

3) Perubahan Kognitif

Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses


berfikir, mudah lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak
pendek dan baru merrupakan hal yang sering terjadi (Fatimah, 2010).

4) Perubahan Sosial ,

Post power syndrome, single woman,single parent, kesendirian,


kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan
meninggal (Siti dkk, 2008).

2.2 Konsep Dasar Stroke


2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Otak
13

Sistem syaraf manusia merupakan jalin-jalin syaraf yang


saling berhubungan, sangant khusus dan kompleks. Sistem syaraf
ini mengkoordinasikan, mengatur dan mengendalikan interaksi
antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang
penting ini juga mengatur aktivitas sebagian besar sistem tubuh
lainya. Tubuh mampu berfungsi sebagai satu kesatuan yang
harmonis karena pengatursn hubungan syaraf di antara berbagai
sistem. Fenomena menegnai kesadaran, daya fikir, daya fikir, daya
ingat, bahasa, sensasi, dan gerakan semuanya berasal dari sistem
ini (Nurse & Price, 2016)

Gambar 2.1 Anatomi Otak (Syaifuddin, 2010)

1. Anatomi otak

a) Otak besar (serebrum)


Serebrum atau otak besar merupakan bagian otak yang terbesar dan
paling menonjol. Disini terletak pusat-pusat syaraf yang mengatur semua
kegiatan sensorik dan motorik, juga memproses penalaran, ingatan, dan
intelegensi. Otak besar dibagi menjadi hemisper kanan dan kiri pleh suatu
lekuk atau celah dalam yang disebut fisura longitudinalis. bagian luar
hemisferium serebri terdiri dari substansia alba yang merupakan bagian
dalam inti yang dinamakan pusat medula. Kedua hemisfer saling
14

dihbungkan oleh suatu pita yang disebut dengan korpus kolosum. Di


dalam substansia albatertanam masa substansi griseria yang disebut
ganglia basalis (Price&Wilson,2017).
b) Otak kecil (serebelum)
Serebelum terletak didalam fosa krani posterior dan ditutupi oleh
durameter yang menyerupai atap renda, yaitu tentorium yang memisahkan
dari bagian posterior serebelum. Serebelum terdiri dari bagian tengah
(vermis) dan dua hemisfer lateral. Serebelum disambungkan dengan
batang otak oleh tiga serabut yang dinamakan pedunkulus (Price &
Wilson, 2017).

Gambar 2.2 Anatomi Otak Kecil (syaifuddin, 2017)


c) Batang otak
Diensefalon, ialah bagian otak yang paling rostral, dan tertanam di
antara ke-dua belahan otak besar (haemispherium cerebri). Diantara
diensefalon dan mesencephalon, batang otak membengkok hampir
sembilah puluh derajat kearah ventral. Kumpulan dari sel saraf yang
terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat kapsula interna dengan
sudut menghadap kesamping. Batang otak terdiri dari empat bagian yaitu
15

diensefalon, pons, mesensefalon, dan medula oblongata (Syaifuddin,


2012).

Gambar 2.3 Anatomi Batang Otak (Syaifuddin, 2012)

Table 2.1
12 pasang syaraf kranial

Urutan Nama Saraf Sifat Saraf Memberikan f


saraf untuk dan fungsi
I Nervus olfaktorius Sensorik Hidung, sebagai t
Penciuman
II Nervus optikus Sensorik Bola mata,
Penglihatan
III Nervus Motorik Penggerak bola mata dan
okulomotor mengangkat kelopak
is mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan
penggerak bola mata
16

V Nervus trigeminus Motorik dan -

N. Oftalmikus sensorik Motorik Kulit kepala dan kelopak mata


atas
N. Maksilaris dan sensorik Rahang atas, palatum dan

Sensorik
Hidung
N. Mandibularis Rahang bawah dan lidah

Motorik dan

sensorik
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi
Mata

VII Nervus fasialis Motorik dan Otot lidah,


menggerakkan lidah dan selaput
lendir rongga
Sensorik mulut

VIII Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan


Pendengaran

IX Nervus Sensorik dan Faring, tonsil, dan lidah,


Glosofaringeal rangsangan citarasa

motoric
17

X Nervus vagus Sensorik dan Faring, laring, paru-paru


dan esophagus

motoric

XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher

XII Nervus hipoglosus Motorik Lidah, citarasa, dan otot lidah


18

d) Struktural Otak secara keseluruhan


Di dalam sistem syaraf pusat, substansi abu-abu mengandung badan sel,
sedangakan substansi putih mengandung abson neuronal yang bermielin. Tiga
daerah substansi abu-abu korteks cerebral, nukleus-nukleus cerebral, dan cerebral
sub kortikal. Hemisfer cerebral kanan dan kiri di hubungkan oleh korpus kalosum
dan saluran komisural kecil. Korteks cerebral sendiri sangat berlipat-lipat dengan
penonjolan atau lekukan. Batang otak terdiri dari medulla oblongata, pons dan
mesensesalon.

2. Fisiologi Otak

a) Otak besar

Menurut Syaifuddin (2016), otak besar dibagi menjadi empat bagian yaitu :

1) Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang dipaling depan dari otak besar.
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan
gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian,
kreativitas, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
2) Lobus parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan
seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit
3) Lobus temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi, dan bahasa dalam bentuk suara.
4) Lobus oksipital berada dibagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata

b) Otak kecil

Syaifuddin (2016), otak kecil memiliki fungsi sebagai berikut :

1) Keseimbangan dan rangsangan pendengaran ke otak


2) Memerima informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan
dikerjakan juga mengatur sisi tubuh.

c) Batang otak

Menurut Syaifuddin (2016), otak memiliki fungsi sebagai berikut :


19

1) Mesencephalon berfungsi dalam hal respon penglihatan, respon mata,


pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
2) Medulla Oblongata mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernapasa, dan pencernaan.
3) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat
otak bersama dengan informasi reticular. Pons yang menentukan
apakah kita terjaga atau tertidur
4) Diensefalon berfungsi sebagai faso kontriktor, membantu kerja jantung,
dan mengontrol kegiatan refleks

3. Aliran darah arteria yanag mengalir ke otak


Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan
pembuluhpembuluh darah yang bercabang-cabang, berhubungan erat dengan satu
dengan yang lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel. Suplai
darah ini dijamin oleh dua pasang arteria, yaitu arteria vetebralis dan arteria karotis
interna, yang cabang-cabangnya beranastomasis membentuk sirkulus arterious serebri
willisi(Price & Wilson, 2017).

Umumnya arteria serebri mempunyai fungsi konduksi atau penembus. Arteri


konduksi (arteria carotis interna, media dan posterior, arteria vertebro basilaris dan
cabang-cabang selanjutny) membentuk suatu jaringan pembuluh yang luas meliputi
permukaan otak. Arteria penembus merupakan pembuluh darah nutrisi yang berasal
dari cabangcabang arteria konduksi. Masuk kedalam otak dan mengalorkan darah
kestruktur-struktur serebral bagian dalam. Seperti diensefalon, gangsiabasalis,
kapsulainterna, dan bagian otak tengah. Misalnya arteria lentikulostriati merupakan
cabang penembus dari arteri sereberi media dan mengalirkan darah ke kapsula interna
dan bagian-bagian gangliabasalis. Arteri-arteri kecil ini sering kali terlihat dalam
sindrom stroke (Price & Wilson, 2017).

2.2.2 Definisi Stroke

Stroke merupakan gangguan peredaran darah di otak. Stroke juga dikenal


dengan cerebro-vascular accident dan Brain Attack. Stroke berarti pukulan (to strike)
yang tejadi secara mendadak dan menyerang otak. Gangguan peredaran darah di otak
dapat berupa iskemia yaitu aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagian daerah
di otak. Sedangkan gangguan peredaran darah lainnya adaalah terjadinya perdarahan
di otak karena dinding pembuluh darah robek ( Lumbantobing 2013).
20

Stroke adalah gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat
terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun sumbatan, dengan gejala
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).

Stroke adalah istilah yang menggambarkan perubahan neurologis akibat


gangguan aliran darah di otak. Stroke juga merupakan kondisi emergency akibat
iskemia serebral dengan penurunan aliran darah dan oksigen ke jaringan otak atau
disebabkan hemoragik serebral yang menyebabkan kerusakan otak yang permanen
(Pinto & Caple dalam Ardi,2011).

2.2.3 Klasifikasi Stroke

Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:

2.2.3.1 Stroke hemoragik

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.


Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.

Perdarahan otak dibagi dua yaitu:

a. Perdarahan intraserebral: pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma)


terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam
jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan
mengakibatkan edema otak
b. Perdarahan subarachnoid: perdarahan ini berasal dari pecahnya
aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari
pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang- cabangnya yang terdapat
diluar parenkim otak.

2.2.3.2 Stroke non haemorhagik (CVA infark)

Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder (Arif Muttaqin, 2008).
21

Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:

a) TIA (Trans Iskemik Attack) Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit, beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu 24 jam.
b) Stroke involusi Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24
jam atau beberapa hari.
c) Stroke komplit Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen.
Sesuai dengan istilahnya, stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang
(Andra & Yessie, 2013).

2.2.4 Etiologi Stroke

Menurut Dwi Rahayu (2017) penyebab stroke ada 2 yaitu:

1) Trombosis serebral Adanya koagulasi dalam pembuluh darah secara berlebihan


atau bias dikatakan bekuan dari darah. Pada thrombosis, darah di jaringan otak
mengental sehingga dapat membentuk sumbatan. Hal ini biasanya terjadi
karena aterosklerosis. Sumbatan yang terbentuk akan menutupi arteri sehingga
akan menyumbat aliran darah di otak. Selain aterosklerosis, beberapa keadaan
yang dapat mengakibatkan thrombosis otak adalah hierkoagulasi pada
polisistemia (produksi sel darah mearh ditubuh terlalu banyak) dan arteritis
(radang pada arteri).
Mekanisme terjadinya kerusakan yaitu :
a. Penyempitan pada lumen arteri yang mengakibatkan berkurangnya aliran
darah
b. Oklusi yang mendadak oleh pembuluh darah akibat adanya thrombosis.
c. Merupakan tempat terbentuknya thrombus yang kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus)
d. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma sehingga mudah robek
dan mengakibatkan perdarahan.
2) Embolisme
Merupakan suatu proses penyumbatan pada pembuluh darah yang
terjadi karena gumpalan darah atau zat lain seperti gelembung udara maupun
lemak. Endapan lemak (ateroma) juga bias terlepas dari dinding pembuluh
darah yang mengalir kemudian menyumbat pembuluh darah. Apabila
22

embolisme terjadi di pembuluh darah yang terlalu sempit untuk dilewati, maka
aliran darah akan terhenti dan mengakibatkan terhentinya pasokan oksigen dan
nutrisi.
Terjadinya aterosklerosis(trombosis), embolisme, hipertensi, dan pecahnya
pembuluh darah di otak akan mengakibatkan kerusakan aliran darah di arteri
otak yang menyebabkan berkurngnya pasokan oksigen dan nutrisi ke otak yang
menyebabkan :
a. Depolarisasi membrane sel neuron depolarisasi akan memicu ion K+ masuk
secara berlebihan ke dalam tubuh. Masuknya ion k+ secara berlebihan
bersamaan dengan masuknya air memicu terjadinya udem/oedema. Udem
sendiri adalah keadaan saat terjadinya peningkatan volume cairan di dalam
ruang interstitial (celah diantara sel)/bengkak. Adanya udem dalam otak akan
memicu meningkatnya tekanan darah. Dan ketika proses inflamasi tidak lagi
dapat mengendalikan, akan terjadi kematian jaringan atau bias disebut infark
serebral. Infark serebral akan mengakibatkan deficit neurologis kontralateral.
b. Jaringan otak kekurangan oksigen dan glukosa jaringan yang kekurangan
oksigen dannutrisi glukosa akan mengakibatkan udem dan kongesti
(penumpukan) pada area yang mengelilingi infark. Infark merupakan
kerusakan secara iskemik pada suatu bagian di otak karn perubahan sirkulasi
darah atau berkurangnya pasokan oksigen. Karena ada udem dan kongesti,
tentunya akan memperparah terjadinya terjadinya infark. Selain udem dan
kongesti, kurangnya oksigen dn glukosa pada jaringan otak akan
mengakibatkan infark serebral pada area otak.

2.2.5 Manifestasi klinis

Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah


timbulnya deficit neurologis secara mendadak atau subakut, di dahului gejala
prodomal, terjadinya pada waktu istirahat atau bangun pagi dan biasanya
kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya terjadi
pada usia >50 tahun Menurut WHO dalam International Statistical
Dessification Of Disease And Realetet Health Problem 10th revition, stroke
hemoragik dibagi atas :

1. Pendarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari


pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.
23

Gambar 2.4 perdarahan intraserebral

2. Pendarahan Subarakniod (PSA) adalah keadaan terdapatnya atau masuknya


darah kedalam ruang subaraknoid baik dari tempat lain (PSA sekunder)
atau sumber perdarahan berasal dari rongga subaraknoid itu sendiri (PSA
primer).

Gambar 2.4 perdarahan subaranoid

Stroke akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri
kepala karena hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat akifitas atau
emori atau marah, sifat nyeri kepalanya hebat sekali, mual dan muntah sering
terdapat pada permulaan serangan. Hemiparesis atau hemiplagi bisa terjadi
24

pada permulaan serangan, kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma
(60% terjadi setelah 2 jam, 23% antara setengah jam sampai dengan 2 jam, dan
12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari.).

Pada pasien PSA gejala prodomal berupa nyeri kepala hebat dan akut,
kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi, ada gejala atau tanda
rangsangan maningeal, oedem pupil dapat terjadi bila ada subhialoid karena
pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karitis interna.
Gejala neurologis tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah
dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa :

1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis yang


timbul mendadak)
2. Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan
(gangguan hemiparesis)
3. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi,
kurang dari 10 – 15 menit dapat menyebabkan defisit sementara
dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak (Baticaca, 2008).
4. Afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan
memahami ucapan)
5. Disartria (bicara pelo atau cedal)
6. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler, atau diplopia)
7. Ataksia (trunkal atau anggota badan)
8. Vertigo, mual muntah, atau nyeri kepala (Margaret, 2012).

2.2.6 Siriraj Stroke Score

Variabel Gejala Skor


Klinis
Derajat kesadaran Sadar 0
Apatis 1
Koma 2

Muntah Iya 1
Tidak 0
Sakit Kepala Iya 1
25

Tidak 0
Tanda-tanda atheroma Iya 1
Tidak 0
1. Angina Iya 1
Pectoris Tidak 0
2. Claudicatio Iya 1
Intermitten Tidak 0
3. Diabetus Iya 1
Melitus Tidak 0

Siriraj Stroke Score= (2,5 X Derajat Kesadaran) + (2 X


muntah) + (2 X sakit kepala) + (0,1 X tekanan darah diastol) – (3 X
ateroma) – 12 .Apabila skor yang didapatkan < 1 maka diagnosisnya
stroke non perdarahan dan apabila didapatkan skor ≥ 1 maka
diagnosisnya stroke perdarahan.(Çelik et al., 2018).

2.2.7 Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak memiliki
cadangan oksigen. Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi
darah pada otak akan menyebabkan hipoksia. Hipoksia yang
berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang
terjadi dalam waktu yang singkat.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan
pada metabolisme sel – sel neuron, dimana sel – sel neuron tidak
mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme
tergantung dari gikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung
dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri – arteri yang menuju
otak.
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan kedalam ruang
subaraknoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Hipertensi
mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah
yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan
meneyebar dengan cepat dan menimbulkan perubaan setempat serta
iritasi pada pembuluh darah otak.
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus
oleh fibrin trombosit oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah
mulai direabsorsi. dapat menimbulkan gegar otak dan kehilangan
kesadaran, peningkatan tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan
menyebaban gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut).
Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan
otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat
mengakibatkan tekanan intrakranial yang membahayakan jiwa dengan
cepat. Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak diobati akan
26

mengakibatkan herniasi serebellum. Disamping itu juga terjadi


bradikardi, hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi
hemodialisa, darah dapat mengiritasi pembuluh darah, meningen, dan
otak. Darah dan vasokatif yang dilepas mendorong spasme arteri yang
berakibat menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri atau
vasospasme biasa terjadi pada hari ke 4 sampai ke 10 setelah terjadinya
perdarahan dan mengakibatkan konstriksi arteri otak. Vasospasme
merupakan komplikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal
neurologis, iskemik otak, dan infark (Fransisca,2008).
27

2.2.8 WOC

Stroke Hemorogi Stroke Non Hemorogi


Peningkatan tekanan Trombus /emboli di

Iskemik central

Aneurisma

Perdarahan arachnoid/

Ventrikel suplai darah kejaringan

Hematoma serebral Central tidak adekuat

PTIK/Herniasi cerebral Perfusi jaringan cerebral


tidk adekuat
Penurunan kesadaran penekanan vasospasme arteri cerebral/

Saluran saraf serebral hemisfer kiri

pernafasan iskemik/Infark hemiparase/plegi kanan

Pola nafas tidak efektif Defisit Neurologi Gangguan mobilitas fisik


28

Hemiparase/plegi Hemisfer kanan


kanan
Hemisfer plegi kiri

Koma
Area grocca
Kelemahan fisik umum

Defisit perawatan Resiko Kerusakan integritas kulit


diri ADL

Rusaknya fungsi N. VII dan N XII

kerusakan komunikasi
verbal

Resiko jatuh
29

2.2.9 Komplikasi
1. berhubungan dengan imobilisasi
a. infeksi pernafasan
b. nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan
c. konstipasi
d. trombofibilitis
2. berhubungan dengan mobilitas
a. nyeri pada daerah punggung
b. dislokasi sendi
3. berhubungan dengan kerusakan otak
a. Epilepsy
b. sakit kepala
c. Kraniotomi
4. Hydrosefalus
(Andra & Yessi, 2013)
2.2.10 Pemeriksaan penunjang
Fransisca ( 2011), pemeriksaan penunjang stroke
adalah:
a. Angiografi serebral Membantu menentukan
penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri, oklusi atau
rupture.
b. Elektro encefalography Mengidentifikasi
masalah didasarkan pada gelombang otak
atau mungkin memperlihatkan daerah lesi
yang spesifik
c. Sinar X tengkorak Menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari masa yang luas,
klasifikasi karotis interna terdapat pada
trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding,
aneurisma pada pendarahan subarachnoid.
d. Ultrasonography Doppler Mengidentifikasi
penyakit arteriovena (masalah sistem arteri
30

karotis atau aliran darah atau muncul


plaque atau arterosklerosis.
e. CT_Scan Memperlihatkan adanya edema,
hematoma, iskemia, dan adanya infark.
f. MRI Menunjukkan adanya abnormal dan
biasanya ada trombosisi, emboli dan TIA,
tekanan meningkat dan cairan
2.2.11 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Andra & Yessie (2013) ada 3 yaitu:

a. Penatalaksanaan umum
1. Posisi kepala dan berat badan 20-30 derajat,
posisi lateral dekubitus bila disertai muntah.
Boleh dimulai mobilisasi terhadap bila
hemodinamik stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi
adekuat bila perlu berikan oksigen 1-2
liter/menit bila ada hasil gas darah.
3. Kandung kemih yang penuh dikosongkan
dengan kateter.
4. Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal.
5. Suhu tubuh harus diperhatikan.
6. Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah
tes fungsi menelan baik, bila terdapat
gangguan menelan atau pasien yang kesadaran
menurun, dianjurkan pipi NGT
7. Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada
kontra indikasi

b. Penatalaksanaan Medis
1) Trombolitik (streptokinase)
2) Anti platelet atau anti trombolitik (Asetosol,
Ticlopidin, cilostazol, dipiridamol)
3) Antikoagulan (heparin)
4) Hemorragea (pentoxyfilin)
31

5) Antagonis serotonin (Noftridrofuryl)


6) Antagonis calcium (nomodipin, piracetam)
c. Penatalaksanaan khusus atau komplikasi
1) Atasi kejang (Antikonvulsan)
2) Atasi tekanan intracranial yang meninggi 9
manitol, gliserol, furosemid, intubasi, steroid)
3) Atasi dekompresi (Kraniotomi)
d. Untuk penatalaksanaan faktor resiko
1) Atasi hipertensi (anti hipertensi)
2) Atasi hiperglikemia (anti hiperglikemia)
3) Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)

2.3 Konsep Defisit Perawatan Diri (SDKI, 2018)

2.3.1 Definisi

Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau


menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2018)

2.3.2 Tanda Dan Gejala

Mayor :Subjektif : menolak melakukan perawatan diri


Objektif :

a. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian / makan /


ketoilet / berhias secara mandiri
b. Minat melakukan perawatan diri berkurang.
Minor : (Tidak tersedia)

2.3.3 Etiologi Defisit Perawatan Diri (SDKI, 2018)

- Gangguan musculoskeletal
- Ganggu neuromuskuler
- Kelemahan
- Gangguan psikologis /psikotik
- Penurunan motivasi/minat
Menurut Potter dan Perry (2010), ada faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene yaitu :

a. Citra tubuh
32

b. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi


kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak perduli terhadap kebersihannya.
c. Status sosial ekonomi
d. Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
e. Pengetahuan Pengetahuan tentang personal hygiene sangat
penting karena pengetahun yang baik dapat meningkatkan
kesehatan.
f. Variabel kebudayaan
g. Disebagian masyarakat jika individu sakit tidak boleh
dimandikan.
h. Kondisi fisik Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan memerlukan bantuan.

Menurut Tarwoto (2010) ada beberapa dampak yang sering


timbul pada masalah defisit perawatan diri seperti:
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpelihara kebersihan perorangan dengan baik.
Gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan
dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri
dan gangguan interaksi sosial.

2.2.4 Kondisi Klinis Terkait (SDKI, 2018)

a. Stroke
b. Cedera medulla spinalis
c. Depresi
d. Arthritis rheumatoid
33

e. Retardasi mental
f. Delirium
g. Demensia
h. Gangguan amnestic
i. Skizofrenia
j.Fungsi penilaian terganggu

2.2.5 Klasifikasi Defisit Perawatan Diri

Klasifikasi Perawatan Diri terdiri dari, (Nurjanah, 2011):

1) Kurang Perawatan Diri : Mandi


Kurang perawatan diri : mandi adalah gangguan kemampuan
unutk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2) Kurang Perawatan Diri : Mengenai pakaian/berhias
Kurang perawatan diri mengenakan pakaian adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3) Kurang Perawatan Diri : Makan
Kurang perawatan diri : makan adalah gangguan kemampuan
untuk menunjukkan aktivitas makan.
4) Kurang Perawatan Diri : Toileting
Kurang perawatan diri : toileting adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Defisit Perawatan Diri

Sikap seseorang melakukanhygien perorangan dipengaruhi


oleh beberapa faktor ( Potter & Perry, 2011) :

2.2.6.1 Body image/Citra tubuh

1. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi


kebersihan diri, misalnya karena adanya perubahan fisik dan
penyakit yang dideritanya sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya.
34

2. Praktik sosial Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang


dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi.
3. Pengetahuan Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan
implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik
hygiene. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara
perawatan diri, pembelajaran praktik diharapkan dapat
memotivasi seseorang untuk memenuhi perawatan yang
perlu.
4. Keadaan Fisik Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Stroke Pada Lansia


2.4.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Selain nama, status, suku bangsa, agama, alamat
pendidikan, diagnosa medis, tanggal masuk dan tanggal
dikasi biasanya pada pasien stroke berfokus pada usia
dan jenis kelamin.
1. Usia yang sering mengalami penyakit stroke
yaitu tergantung pada jenis stroke nya menurut
(Fransisca Batticaca,2008) :
Stroke hemoragik Parenchymatous
Hemorrhage:45-60 tahun
Stroke hemoragik Subarachnoid Hemorrhage :
20-40 tahun Stroke iskemik Trombosis of
cerebral vessels : 50 tahun Stroke iskemik
Embolism of cerebral vessels : tidak penting
pada sumber emboli.
2. Jenis kelamin, laki-laki lebih cenderung untuk
terkena stroke lebih tinggi dibandingkan wanita
dengan perbandingan 3:1 kecuali pada usia
lanjut laki-laki dan wanita hampir tidak berbeda.
b. Keluhan utama
35

Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk


meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran, nyeri
kepala,sampai terjadi kelumpuhan yang mengganggu
aktivitas klien.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan adanya
kelemahan umum : kehilangan sensorik/ refleks,
terganggunya komunikasi verbal, kelumpuhan satu sisi
(unilateral), hemiparesis, kehilangan komunikasi. Mulai
terasa sejak beberapa hari, kemudian masuk RS.

d. Riwayat penyakit dahulu


Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat – obat
antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat -obat adiktif,
kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang
sering digunakan klien, seperti pemakaian
antihipertensi, anti lipidemia, penghambat beta, dan
lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol
dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian
riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita
hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke
dan generasi terdahulu.
f. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
36

1) Kualitatif : Pada pasien stroke biasanya keadaan


umum dapat terjadi pada Compos Mentis sampai
Coma
a.) Compos Mentis = Kesadaran penuh.
b.)Apatis = Kesadaran dimana pasien terlihat
mengantuk tetapi mudah di bangunkan dan
reaksi penglihatan, pendengaran, serta
perabaan normal.
c.) Somnolent = Kesadaran dapat dibangunkan
bila dirangsang, dapat disuruh dan
menjawab pertanyaan. Bila rangsangan
berhenti pasien tidur lagi.
d.)Sopor = Kesadaran yang dapat dibangunkan
dengan rangsangan kasar dan terus menerus.
e.) Sopora Coma = Reflek motoris terjadi
hanya bila dirangsang nyeri.
f.) Coma = Tidak ada reflek motoris sekalipun
dengan rangsangan nyeri.
2) Kuantitatif : GCS (Glasgow Coma Scale)
a. Eye (respon membuka mata) :

(4) : spontan atau membuka mata dengan sendirinya


tanpa dirangsang

(3) : dengan rangsang suara (dilakukan dengan


menyuruh pasien untuk membuka mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (memberikan


rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari).

(1) : tidak ada respon meskipun sudah dirangsang.

b. Verbal (respon verbal atau ucapan) :

(5) : orientasi baik, bicaranya jelas.

(4) : bingung, berbicara mengacau (berulang-ulang),


disorientasi tempat dan waktu.

(3) : mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.

(2) : suara tanpa arti (mengerang)


37

(1) : tidak ada respon

c. Motorik (Gerakan) :

(6) : mengikuti perintah pemeriksa


(5) : melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang nyeri.
(4) : withdraws, menghindar atau menarik tubuh
untuk menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri.
(3) : flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya
menekuk saat diberi rangsang nyeri.
(2) : extensi abnormal, salah satu tangan atau
keduanya bergerak lurus (ekstensi) di sisi tubuh saat
diberi rangsang nyeri.
(1) : tidak ada respon

c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : terjadi peningkatan darah 30-50
mmHg sistolik dan diastolik
30 mmHg
Nadi : terjadi peningkatan denyut nadi.
Respirasi : sesak bisa terjadi dan bisa tidak
terjadi.
Suhu : suhu bisa naik bisa juga turun.
d. Pengkajian Saraf Kranial Menurut Muttaqin, (2008)
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial I-
X11. 1)
1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada
kelainan pada fungsi penciuman.
2) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena
gangguan jaras sensori primer di antara mata dan
korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek
dalam area spasial) sering terlihat pada Mien
dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat
memakai pakaian tanpa bantuan karena
38

ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke


bagian tubuh.
3) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke
mengakibatkan paralisis.
4) Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan
kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi
yang sakit.
5) Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke
menyebabkan paralisis saraf trigenimus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi
ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot
pterigoideus internus dan eksternus.
6) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas
normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke
bagian sisi yang sehat.
7) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif
dan tuli persepsi.
8) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik
dan kesulitan membuka mulut.
9) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius.
10) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada
satu sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan
normal.

e. Sistem Kerdiovaskuler bunyi jantung di S1-S2 normal,


tidak terdengar bunyi mur-mur, menurunnya curah
jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi.
f. Sistem Pernafasan Kemungkinan ditemukan kesulitan
bernafas atau tidak teratur, penggunaan otot-otot
pernafasan tambahan, pola pernafasan jenis ronki
(aspirasi sekresi), batuk atau hambatan jalan nafas.
g. Sistem Pencernaan Adanya distensi abdomen, adanya
gangguan mengunyah dan menelan, mual muntah
39

selama fase akut (peningkatan TIK), nafsu makan


menghilang.
h. Sistem Perkemihan Biasanya ditemukan perubahan pola
berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria, distensi
kandung kemih.
i. Sistem Muskuloskeletal Dapat ditemukan kelemahan
umum, fasikulasi atau kontraktur, kehilangan refleks
tonus dan kekuatan otot menurun, hemiplegia, paralise,
distonia, paratonia, kekakuan, adanya gerakan
involunter yaitu tremour.
j. Sistem Reproduksi Biasanya tidak di dapat kelainan
pada sistem reproduksi, kebersihan dan kelengkapan
terjaga.
k. Sistem Pancaindra
1) Penglihatan Biasanya mengalami penurunan
penglihatan, pandangan kabur dan keterbatasan
lapang pandang.
2) Penciuman Biasanya mengalami penurunan fungsi
penciuman, seperti tidak mencium bau apapun,
penumpukan sekret pada hidung.
3) Pendengaran Biasanya tidak terganggu atau
pendengaran baik, bisa terjadi penumpukan serumen
pada telinga jika tidak di bersihkan.
4) Perasa atau pengecapan Biasanya mengalami
kehilangan rasa pengecapan, tidak napsu makan dan
kehilangan indra perasa pada semua makanan dan
minuman yang di berikan sehingga napsu makan
menurun.
5) Perabaan Biasanya ditemukan kehilangan indra
peraba, kehilangan kekuatan otot pada sebelah sisi
tubuh.

l. Status Keseimbangan Dan Koordinasi


Tabel 2.1 Status keseimbangan dan koordinasi

No Test Koordinasi Keterangan Nilai


40

1 Berdiri dengan postur normal


2 Berdiri dengan postur normal,
menutup mata
3 Berdiri dengan satu kaki
4 Berdiri, fleksi trunk dan berdiri
keposisi netral
5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk
6 Berjalan, tempatkan tumit salah
satu kaki didepan jari kaki yang
Lain
7 Berjalan sepanjang garis lurus
8 Berjalan mengikuti tanda
gambar pada lantai
9 Berjalan mundur
10 Berjalan mengikuti lingkaran
11 Berjalan pada tumit
12 Berjalan dengan ujung kaki
JUMLAH
Kriteria penilaian :

4: Bila mampu melakukan aktivitas dengan tanpa bantuan


3 : Bila mampu melakukan aktivitas dengan sedikit
bantuan untuk mempertahankan keseimbangan
2 : Bila mampu melakukan aktivitas dengan bantuan
sedang sampai maksimal untuk mempertahankan
keseimbangan
1 : bila tidak mampu melakukan aktivitas
m. Tingkat Kerusakan Intelektual

Tabel 2.2SPMSQ (short portable mental status


Quesioner).

No Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa alamat anda ?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden
Indonesia?
8 Siapa presiden indonesia
sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 sampai dari 20
dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru,
semua secara menurun.
Jumlah
41
Interpretasi:

Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh


Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual
kerusakan ringan Salah 6 – 8 :
Fungsi intelektual kerusakan
sedang Salah 9 – 10 : Fungsi
intelektual kerusakan berat

n. Identifikasi Aspek Kognitif

Tabel 2.3 Identifikasi aspek kognitif

Aspek Nilai Nilai


No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun
b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
Orientasi 5 Dimana sekarang
kita berada ?
a. Negara
b. Propinsi
c. Kabupaten
d. Panti
e. Wisma
Registrasi 3 Sebutkan 3 nama obyek
(kursi, meja, kertas)
kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab:
a. Kursi
b. Meja
c. Kertas
Perhatian 5 Meminta klien berhitung
dan mulai dari 100 kemudian
kalkulasi kurangi 7 sampai 5 tingkat.
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
Mengingat 3 Minta klien untuk
mengulangi ketiga obyek
pada point ke 2
42

Bahasa 9 Menanyakan pada klien


tentang benda (sambil
menunjuk benda tersebut)
a. Kursi
b. Meja
minta klien untuk
mengulangi kata berikut “
tak ada, jika, dan, atau,
tetapi”.
Klien menjawab……….
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah. Ambil kertas
ditangan anda, lipat dua dan
taruh dilantai.
a. Ambil kertas
b. Lipat jadi 2
c. Taruh dilantai
perintahkan pada
klien untuk
hal berikut
(bila aktifitas
sesuai perintah nilai 1
point) “tutup mata anda”
perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan
menyalin gambar
Total nilai 30
Interpretasi hasil
24 – 30: Tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : Gangguan kognitif sedang

0– 17 : Gangguan kognitif berat

O. Tingkat Kemandirian Dalam Kehidupan Sehari-Hari (Indeks Barthel)


Tabel 2.4 Tingkat Kemandirian Dalam Kehidupan Sehari- Hari

Nilai
No Jenis aktifitas Penilaian
Bantuan Total
1 5 10
43

2 Makan 5 10
3 Minum 5 – 10 15
Berpindah dari kursi roda
4 ke tempat tidur & 0 5
sebaliknya Kebersihan
5 diri: Cuci 5 10
6 muka, menyisir, mencukur 5 15
7 0 5
Aktivitas dikamar mandi
8 5 10
9 (toileting) 5 10
10 Mandi 5 10
11 Berjalan dijalan yang datar 5 10
12 (jika tidak mampu berjalan, 5 10
13 lakukan dengan kursi roda) 5 10
Naik turun tangga
Berpakaian termasuk
mengenakan sepatu
Mengontrol defekasi
Mengontrol berkemih
Olah raga/`latihan
Rekreasi/pemanfaatan
waktu luang
JUMLAH

2.4.2 Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2018)

1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik


2. Hambatan mobilitas fisik berhibungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai darah dan kebutuhan oksigen
3. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infark miokard
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disatria, disfasia, afasia
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuscular
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas
7. Resiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun

2.4.3 Intervensi Keperawatan

No Luaran Utama Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Dx
44
1 Defisit Tujuan : SIKI
perawatan diri Sesetelah di lakukan intervensi 1. Monitor tingkat
keperawatan 3 x 24 jam defisit kemandirian
perawatan diri membaik 2. Identifikasi kebiasaan
perawatan diri ssuai
usia

Kriteria hasil : (SLKI L.11103) 3. Sediakan lingkungan


yang terapeutik (mis,
1. Kemampuan mandi suasana hangat,rilex,
(meningkat) privasi)
2. Kemampuan mengenakan
pakain ( cukup 4. Dampingi dalam
meningkat) melakukan perawatan
3. Kemampuan ke toilet diri sampai mandiri
(sedang)
4. Mempertahanakan
kebersihan diri
(cukup meningkat)
Indikator 5. Anjurkan melakukan
1 : menurun perawatan diri secara
2 : cukup menurun konsisten sesuai
3 : sedang kemampuanident
4 : cukup meningkat
5 : meningkat

2 Gangguan Tujuan : Intervensi SIKI


Mobilitas fisik Setelah di lakukan asuhan Dukungan ambulasi (L.06171)
keperawatan 3 x 24 jam mobilitas 1. Identifikasi toleransi fisik
fisik cukup meningkat melakukan ambulasi
2. frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum
memulai ambulasi
Kriteria hasil :(SLKI L.05042) 3. Fasilitasi aktivitas
1. pergerakan ekstermitas ambulasi degan alatbantu
(cukup meningkat) 4. Libatkan keluarga untuk
membantu
2. kekuatan otot (cukup 5. Anjurkan melakukan
meningkat) ambulasi dini
3. Rentang gerak (ROM) 6. ajarkan ambulasi
(cukup meningkat) sederhana.

3 Resiko perfusi Tujuan : 1. Monitor TTV sebelum


Serebral tidak Setelah dilakukan tindakan dan sesudah latihan dan
efektif keperawatan selama 3 x 24 jam lihat respon klien saat
mobilitas fisik meningkat latihan
45
2. Konsultasikan dengan
Kriteria hasil :(SLKI L.05042)
terapi fisik tentang
1. pergerakan ekstermitas rencana ambulasi sesuai
(meningkat) dengan kebutuhan
3. Bantu klien untuk
2. kekuatan otot (meningkat)
menggunakan alat bantu
3. Rentang gerak (ROM) berjalan
(meningkat) 4. Kaji kemampuan klien
dalam mobilisasi
5. Latih klien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
6. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan

Gangguan Tujuan : setelah dilakukan Promosi komunikasi


4.
komunikasi verbal tindakan asuhan keperawatan (SIKI,I.13490)
3x24 jam komunikasi verbal 1. Monitor kecepatan,
meningkat tekanan,kuantitas,
volume, dan diksi bicara
2. Monitor proses kognitif,
anatomis, dan fisiologis
berkaitan dengan bicara
Kriteria hasil : (SLKI, L13118) 3. Gunakan metode
1. Kemampuan berbicara komunikasi
(meningkat) alternative(mis:
2. Kesesuain ekspresi wajah/tubuh gambar)
(meningkat) 4. Berikan dukungan
psikologis
5. Anjurkan berbicara
perlahan
6. Rujuk ke ahli patologi
bicara atau terapis
5. Pola nafas tidak Tujuan : stelah dilakukan Managemen nafas (SIKI,
efektif tindakan 2x24 jam diharapkan I.01011)
pola nafas mebaik 1. Monitor pola nafas
Kriteria hasil (SLKI, L 01004) Monitor bunyi nafas
tambahan
1. tekanan ekspirasi (membaik) 2. Pertahankan kepatenan
2. tekanan inspirasi (membaik) jalan nafas
3. kapasitas vital ( membaik) 3. Posisiskan
semifowler/fowler
4. Lakuakn fifio terapi dada
5. Berikan oksigen jika perlu
6. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator

6. Resiko jatuh Tujuan : setelah dilakukan Pencegahan jatuh (SIKI


tindakan 1x24 jam diharapkan I.14540)
tingkat jatuh menurun 1. Identifikasi faktor resiko
jatuh
2. Monitor kemampuan
Kriteria hasil : perpindahan dari tempat
1. Jatuh dari tempat tidur ke kursi
tidur (menurun) 3. orientasika ruangan pada
2. Jatuh saat berdiri pasien dan keluarga
(menurun) 4. Pastikan roda tempat
Jatuh saat dipindahkan menurun tidur dan kursi roda
(skala 4-5) (SLKI L.05046) terkunci
5. alur mekanisme tempat
46

Indikator tidur berada pada posisi


1 : meningkat terendah
2 : cukup meningkat 6. anjurkanmemanggil
3 : sedang perawat
jika membutuhkan
4 : cukup menurun bantuan
5 : menurun 7. ajarkan untuk konsentrasi
untuk menyeimbangkan
tubuh.
Gangguan Tujuan : setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
7.
integritas kulit/ tindakan 3x 24 jam inegritas (SIKI I.11353)
jaringan kulit dan jaringan 1. Identifikasi penyebab
Kriteria hasil : gangguan integritas kulit
1. elastisitas (cukup meningkat) 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika
2. perfusi jaringan (cukup tirah baring
meningkat) 3. Gunakan produk berbahan
alami dan hipoalergik
Kerusakan jaringan kulit/lapisan untuk kulit sensitive
kulit 4. Anjurkan tehnik
1. nyeri (menurun) menurunkan kecemasan
2. pigmentasi abnormal (cukup dan ketakutan
menurun) 5. kolaborasi pemberian
3. suhu kulit (meningkat) antipletetet jika perlu
(SLKI L. 14125)

Indikator :
1 : menurun
2 : cukup menurun
3 : sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat

2.4.4 Implementasi keperawatan

Oleh tindakan untuk tujuan yang spesifik.Pelaksanaan

implementasi merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh

perawat dan lien (Nursallam, 2017).

Ada beberapa tahap dalam tindakan keperawatan yaitu :

1. Tahap persiapan menurut perawatan mempersiapkan segala sesuatu

yang diperlukan dalam tindakan.

2. Tahap intervensi adalah kegiatan pelaksanaan dari rencana yang

meliputi kegiatan independent, dependent, dan interdependent.


47

3. Tahap implementasi adalah pencatatan yang lengkap dan akurat

terhadap suatu kegiatan dalam proses keperawatan (Nursallam,

2017).

2.4.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah suatu yang direncanakan dan perbandingan yang

sistematis pada system kesehatan klien, tipe pernyataan evaluasi ada

dua yaitu formatif dan surmatif.Pernyataan formatif merefleksi

observasi perawatan dan analisa terhadap klien terhadap respon

langsung dari intervensi keperawatan.Pernyataan surmatif adalah

merefleksi rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisa mengenai

status kesehatan klien terhadap waktu.Pernyataan ini menguraikan

kemajuan terhadap pencapaian kondisi yang dijelaskan dalam hasil

yang diharapkan (Nursallam, 2017).


48

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk

menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan

yang mungkin timbul selama proses penelitian. Hal ini penting karena

desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab

pertanyaan peneliti dan sebagai alat untuk mengontrol variable yang

berpengaruh dalam penelitian (Sugiono, 2010). Desain penelitian yang

digunakan adalah studi kasus, studi kasus ini adalah studi untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

stroke non hemoragik diwilayah kerja puskesmas grajagan 2020.

3.2 Batasan Istilah

Tabel 3.1 definisi stroke dan defisit perawatan diri

1. Devinisi stroke Stroke merupakan gangguan peredaran


darah di otak. Stroke juga dikenal dengan
cerebro-vascular accident dan Brain Attack.
Stroke berarti pukulan (to strike) yang tejadi
secara mendadak dan menyerang otak.
Gangguan peredaran darah di otak dapat berupa
iskemia yaitu aliran darah berkurang atau
terhenti pada sebagian daerah di otak.
Sedangkan gangguan peredaran darah lainnya
adaalah terjadinya perdarahan di otak karena
dinding pembuluh darah robek. (Lumbantobing
2013).
47

Defisit perawatan diri adalah tidak


2. Definisi defisit perawatan diri
mampu melakukan atau menyelesaikan

aktivitas perawatan diri (SDKI, 2018)

3.3 Partisipan

Partisipan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua klien

stroke non hemoragik, yang memenuhi masalah keperawatan defisit

perawatan diri di puskesmas Grajagan.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi

Tempat penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Grajagan

2) Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada saat kunjungan kerumah klien.

Selanjutnya untuk melakukan intervensi dan pengkajian selama 2-3

hari oleh perawat. Dalam penelitian ini waktu penelitian dibagi

menjadi dua tahap sebagai berikut :

a) Tahap persiapan yang meliputi :

1) Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Januari – maret 2021


2) Seminar Karya Tulis Ilmiah :

b) Tahap pelaksanaan yang meliputi :

1) Pengajuan judul awal : November 2020


2) Pengumpulan data awal : Desember 2020
3) pengumpulan data pasien : Februari – Maret 2021
48

3.5 Pengumpulan Data

1) Wawancara

Wawancara adalah cara yang digunakan untuk tugas tertentu,

mencoba untuk mendapatkan informasi dan secara lisan pembentukan

responden, untuk beromunikasi tatap muka (Koentjaraningrat,2013).

Wawancara keperawatan mempunyai tujuan yang spesifik meliputi :

pengumpulan dari satu set yang spesifik. Anamnase dilakukan secara

langsung antara peneliti dengan pasien meliputi : identitas klien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit keluarga, dll. Sumber informasi dari keluarga, dan perawat

lainnya. perlengkapan yang dibutuhkan untuk wawancara dalam

pengumpulan data dapat berupa alat tulis, buku catatan, kamera ataupun

perekan suara.

2) Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan pengamatan secara

langsung kepada klien untuk mencari perubahan atau hal – hal yang akan

diteliti dengan pemeriksaan fisik meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi pada sistem tubuh klien yang dilakukan secara head to toe

menggunakan nursing kit (stetoskop,tensi meter, reflek hamer,

termometer,). Terutama pada data yang mendukung asuhan keperawatan

gerontik pada klien yang mengalami stroke non hemoragik dengan

masalah keperawatan defisit perawatan diri. Dalam peneitian ini metode

observasi digunakan untuk mengamati dan mengobservasi 3 hari berturut-

turut sebelum dilakukan latihan range of motion dan 3 hari berturut-turut

setelah dilakukan range of motion dalam 1 bulan. Pada observasi ini


49

peneliti mengobservasi aktivitas sehari-hari pada responden dengan

menggunakan skala Barthel Index keterangan sebagai berikut:

a. Tingkat kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas


seharihari dapat diukur dengan penilaian :
0-20 = ketergantungan total/penuh
21-61 = ketergantungan berat/sangat bergantung
62-90 = ketergantungan moderat
91-99 = ketergantungan ringan
100 = mandiri (mampu merawat diri sendiri secara penuh).
di wilayah kerja Puskesmas Grajagan.

3) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakuakan dengan cara mendokumentasikan

hasil pemeriksaan diagnostik, hasil evaluasi asuhan keperawatan, dan

hasil data dari buku catatan di Puskesmas Grajagan Banyuwangi tahun

2021.

3.6 Uji Keabsahan Data


Untuk mencapai kesimpulan yang valid, maka dilakukan uji keabsahan
data terhadap semua data yang terkumpul. Uji keabsahan data ini dilakukan
dengan menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi dapat diperoleh
dengan berbagai cara diantaranya data dapat dikumpulkan dengan waktu yang
berbeda (triangulasi waktu), dengan tempat yang berbeda (triangulasi tempat),
dan orang yang berbeda (triangulasi sumber). Pada penelitian ini teknik yang
digunakan adalah dengan triangulasi sumber. Melalui triangulasi sumber data
diperoleh dari klien, keluarga klien yang mengalami stroke non hemoragik dan
perawat. Triangulasi teknik sumber, data utama dari klien dan keluarga dalam
penelitian dilakukan dengan cara membandingkan dan mengobservasi
perkembangan kesehatan klien. Triangulasi teknik sumber data utama perawat
digunakan untuk menyamakan persepsi antara klien dan perawat.
50

3.7 Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode


ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Maryam, 2013).
Pengumpulan data dikumpulkan dari hasil WOD (Wawancara, Observasi,
Dokumentasi). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin
dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

1) Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan


dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi dua
subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan
diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

2) Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan maupun
teks naratif. Kerahasian dari klien dijamin dengan jalan mengamburkan
identitas dari klien.

3) Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terlebih dahulu dan secara teoritis dengan
perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode
induksi. Data yang terkumpul terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan, evaluasi.

3.8 Etika Penelitian


Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memahami prinsip-
prinsip etika dalam penelitian karena penelitian yang akan dilakukan
menggunakan subyek manusia, dimana setiap manusia mempunyai hak
masing- masing yang tidak dapat dipaksa. Beberapa etika dalam melakukan
peneltian diantaranya adalah :
Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :
51

3.8.1 Infomed Consent (persetujuan menjadi klien)

Informed consent terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang


berarti info atau keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan
atau memberi izin, jadi pengertian informed consent adalah suatu
persetujuan atau sumber izin, yang diberikan setelah mendapatkan
informasi. Dengan demikian informed consent dapat di definisikan
sebagai pernyataan pasien atau yang sah mewakilinya yang isinya
berupa persetujuan atas rencana tindakan medis yang diajukan setelah
menerima informasi yang cukup untuk dapat penolakan atau
persetujuan. Persetujuan yang akan dilakukan oleh dokter harus
dilakukan adanya pemaksaan. ( Prawirohardjo, 2010).
Persetujuan Tindakan Medik adalah Persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut. Pasien yang
berkompeten (dia memahami informasi, menahannya,
mempercayainya dan mampu membuat keputusan) berhak untuk
menolak suatu pemeriksaan atau tindakan kedokteran, meskipun
keputusan klien tersebut terkesan tidak logis. kalau hal seperti ini
terjadi dan bila konsekuensi penolakan tersebut berakibat serius maka
keputusan tersebut didiskusikan dengan pasien, tidak dengan maksud
untuk mengubah pendapatnya tetapi untuk mengklarifikasi situasinya.
Untuk itu perlu dicek kembali apakah pasien telah mengerti informasi
tentang keadaan pasien. tindakan atau pengobatan, serta semua
kemungkinan efek sampingnya. (Prawirohardjo,2010).

3.8.2 Anaonimity (tanpa nama)


Anonimity adalah kiasan yang menggambarkan seseorang tanpa nama
atau tanpa identitas pribadi. Dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan istilah anonimity dipakai untuk menyembunyikan
identitas pasien.
Contoh: contoh nama klien tuan Surya, dapat pendokumentasian
asuhan keperawatan, nama klien ditulis dalam inisial yaitu Ny. T
52

3.8.3 Confidentiality (Kerahasian)


Confidentiality atau kerahasian adalah pencegahan bagi mereka
yanng tidak berkepentingan dapat mencapai informas, berhubungan
data yang diberikan ke pihak lain untuk keperluan tertentu dan hanya
diperbolehkan untuk keperluan tertentu tersebut.Contoh: data-data
yang sifatnya pribadi (seperti nama, tempat, tanggal lahir, social
security number, agama, status perkawinan, penyakit yang pernah
diderita, dan sebagainya) harus dapat di proteksi dalam penggunaan
dan penyebarannya.

3.8.4 Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati
klien dan keluarga. Perawat harus menghargai hak – hak klien.

3.8.5 Otonomi
Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan
membuat keputusan sendiri, meskipun demikian masih terdapat keterb
atasan, terutama terkait dengan situasi dan kondisi, latar belakang.
individu, campur tangan hukum dan tenaga kesehatan profesional
yang ada.

3.8.6 Beneficience (Kemurahan hati/nasehat)


Beneficience berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal yang
baik dan tidak membahayakan orang lain. Apabila prinsip kemurahan
mengalahkan prinsip otonomi, maka disebut paternalisme.
Paternalisme adalah perilaku yang berdasarkan pada apa yang
dipercayai oleh profesional kesehatan untuk kebaikan klien, kadang-
kadang tidak melibatkan keputusan dari klien.

3.8.7 Non-Malefecence
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawatan untuk tidak
menimbulkan kerugian atau cidera pada klien.
53

3.8.8 Veracity (Kejujuran)


Berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu
kebenaran dan tidak berbohong atau menipu orang lain.

3.8.9 Fidelity (kesetian)


Berkaitan dengan kewajiban perawatan untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat perawatan harus
memegang janji yang diniatnya pada klien

3.8.10 Justice (Keadilan)


Prinsip keadilan berkaitan dengan kewajiban perawata untuk
berlaku adil pada semua orang dan tidak memihak atau berat sebelah.
54

DAFTAR PUSTAKA

Abshire, D. A., Graves, J. M., Roberts, M. L., Katz, J., Barbosa-leiker, C., &
Corbett, C. F. (2017). Student support in accelerated nursing programs :
Gender-based perspectives and impact on academic outcomes. Nursing
Outlook, 1–13. https://doi.org/10.1016/j.outlook.2017.08.010

Ningtiyas, I. F. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian


Dalam Activity Daily Living Pada Pasien Pasca Stroke Di Poliklinik Syaraf
Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran .
Universitas Lampung.

Andra, Yessi, 2013. Penyakit Degeneratif: Mengenal, Mencegah, dan


Mengurangi Faktor resiko Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika
Ayuningtias, A. U. H. (2018). Religiusitas Sebagai Faktor Pendukung Kepuasan

Hidup Lansia di Bali. Jurnal Psikologi Mandala.

Jawa Timur. (2017). Angka Terjadinya Stroke Di Jawa Timur. Dinas Kesehatan

Jawa Timur.

Fransisca, 2008. Asuhan Keperawatan klien Stroke. Jakarta : Salemba

Banyuwangi. (2020). Angka Penderita Stroke di Banyuwangi. Dinas Kesehatan

Banyuwangi.

Junaidi, 2011. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes. (2015). rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2015-2019.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Lumbantobing, 2017. Buku Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke.

Jakarta : Salemba

Maestro-gonzalez, A., Zuazua-rico, D., Sánchez-zaballos, M., & Mosteiro-diaz,


M. (2018). Nurse Education Today Stressors for Spanish nursing students in
clinical practice ☆. Nurse Education Today, 64(August 2017), 16–20.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2018.02.001
55

Muttaqin, Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Klien


Gangguan Persyarafan. Jakarta : Salemba

Nursallam, 2017. Metode Penelitian Berbasis Kopetensi. Edisi 4. Jakarta : ECG

Nurse, S., & Price, J. (2016). ‘No second chance’ – Junior neonatal nurses

experiences of caring for an infant at the end-of-life and their family. Journal
of Neonatal Nursing. https://doi.org/10.1016/j.jnn.2016.04.008

Price, Silvia Anderson dan Wilson, Lorrane. 2017. Patofisiologi Konsep


Klinis Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.

Potter, Peri, 2013. My Stroke of Insigh. Jakarta: PT Elex media Compotindo.

Pinto, Ardi, 2011. Care Yourself Stroke : Cegah dan obati sendiri. Jakarta :
penebar Plus

PPNI. (2018). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA: Definisi

dan Tindakan keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI (Edisi 1 Ce). Jakarata

Selatan: Tim Pokja.

Syaifuddin, H.2016. Anatomi Fisiologi Otak. Edisi 4. Jakarta : ECG

Santoso Lois Elita. (2018). Peningkatan Kekuatan Motorik Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Latihan Menggenggam Bola Karet (Studi Di
RuangFlamboya Rsud Jombang), Sripsi Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu kesehatan Cendekia Medika Jombang

Syaifuddin, H.2010. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kopetensi. Edisi 4.


Jakarta : ECG
Syamsi, N. and Asmi, A. S. (2019). Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia

Terhadap Hipertensi Di Puskesmas Kampala Sinjai. Jurnal Ilmiah Kesehatan

Sandi Husada.

Parwoto, 2010./Asuhan Keperawatan Defisit Keperawatan Diri. Jakarta: UI Press.

WHO. (2015). Creating peer support groups in mental health and related areas
56

Lampiran 1
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENYUSUNAN PROPOSAL KTI DAN KTI STUDI KASUS PRODI D3 KEPERAWATAN STIKES
BANYUWANGI

2020/2021

Oktober November Desember Januari Februari


No. KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Sosialisasi kegiatan proposal KTI
2. Pembagian pembimbing proposal dan KTI
3. Pembagian buku panduan penulisan KTI
4. Proses bimbingan proposal penelitian
5. Pengumpulan proposal penelitian sebelum ujian
6. Pelaksanaan ujian proposal KTI
7. Revisi dan pengumpulan proposal KTI
8. Pengambilan data di tempat Studi kasus
9. Proses bimbingan penyusunan KTI
10. Pelaksanaan ujian KTI
11. Revisi dan pengumpulan KTI

Banyuwangi, 18 September 2020


Ka. Prodi D3 Keperawatan

Ns. Atik Pramesti W, M.Kep


NIK. 06.038.0609
56

Lampiran 2
57

Lampiran 3

Lampiran 4
58

Lampiran 5
59
60

Lampiran 6
61

Lampiran 7

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth
Calon Responden
Di- Tempat

Dengan hormat,

Sebagai syarat mahasiswa program ahli madya Keperawatan STIKES


Banyuwangi, saya akan melakukan penelitian dengan judul ” ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN YANG MENGALAMI
STROKE NON HEMORAGIK DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI WILAYAH
KERJA KELURAHAN PUSKESMAS GRAJAGAN”.
Tujuan penelitian ini adalah melaksankan” Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Stroke Non Hemoragik
Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri Di Wilayah
Kerja Kelurahan Puskesmas Grajagan”. Untuk keperluan tersebut
saya mohon kesediaan klien untuk menjadi responden didalam
penelitian tersebut
Saya mencari data dan melakukan asuhan keperawatan pada klien hanya
digunakan untuk penelitian dan tidak akan saya berikan kepada pihak
manapun ataupun untuk penelitian dan tidak akan saya berikan kepada pihak
manapun ataupun dipublikasikan. Sebagai bukti kesediaan klien menjadi
responden dalam penelitian ini saya mohon kesediaaan klien untuk
menandatangani lembar persetujuan yang telah saya siapkan. Partisipasi
klien sangat saya hargai dan sebelumnya saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya

(Revi arinta)
NIM: 2018.01.014
62

Lampiran 8

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda dibawah ini:

Nama :

Umur/tanggal lahir :

Alamat :

Telp :

Menyatakan dengan sesungguhnya dari diri saya sendiri sebagai orang

tua/keluaraga/wali dari :

Nama :

Jenis Kelamin : L/P

Umur/tanggal lahir :

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK sebagai responden dalam

penelitian ini. Dari penjelasan yang diberikan,telah saya mengerti segala hal

yang berhubungan dengan penyakit tersebut serta tindakan medis yang akan

dilakukan dan kemungkinan pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai dengan

penjelasan yang diberikan. Dengan catatan suatu waktu dirugikan dalam

bentuk apapun berhak membatalkan pesetujuan ini. Saya percaya

kerahasiaannya.

Banyuwangi, Februari 2021

Reponden/Wali Responden
63

Lampiran 9

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda dibawah ini:

Nama :

Umur/tanggal lahir :

Alamat :

Telp :

Menyatakan dengan sesungguhnya dari diri saya sendiri sebagai orang

tua/keluaraga/wali dari:

Nama :

Jenis Kelamni: L/P

Umur/tanggal lahir :

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK sebagai responden dalam

penelitian ini. Dari penjelasan yang diberikan,telah saya mengerti segala hal

yang berhubungan dengan penyakit tersebut serta tindakan medis yang akan

dilakukan dan kemungkinan pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai dengan

penjelasan yang diberikan. Dengan catatan suatu waktu dirugikan dalam bentuk

apapun berhak membatalkan pesetujuan ini. Saya percaya kerahasiaannya.

Banyuwangi, Januari 2021

Reponden/Wali Responden
64

Lampiran 10

PRA PLANNING ASKEP GERONTIK

NAMA :
ALAMAT :
KUNJUNGAN KE : 1
TOPIK KEGIATAN :
HARI/TANGGAL :
1. Fase Persiapan

1) Latar Belakang

Dalam rangka merubah perilaku lansia yang kurang menunjang kesehatan

karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam memberikan

perawatan pada anggota keluarga sakit maka dillakukan pembinaan berupa asuhan

keperawatan gerontik. Dalam memberikan pembinaan askep gerontik maka

mahasiswa harus mengenal lebih dekat kepada lansia.

Mahasiswa yang mau melakukan pembinaan masih belum saling kenal antara

mahasiswa dan lansia binaan sehingga akan menyebabkan kesulitan melakukan

intraksi dalam pembinaan askep gerontik, juga pasien belum mengetahui tujuan,

manfaat pembinan oleh mahasiswa.

Untuk menghindari pemasalahan-permasalahan tersebut maka diperlukan

adanya perkenalan mahasiswa dengan lansia yang menjadi binaan. Adapun

kegiatan perkenalan meliputi :

a) Memperkenalkan identitas mahasiswa dan juga seluruh keluarga binaan

b) Menyampaikan tujuan, manfaat pembinaan

c) Menyampaikan kontrak waktu pembinaan dari awal sampai akhir.

2) Analisa situasi

Mahasiswa belum mengenal lansia yang menjadi pasien binaan, demikian juga

lansia binaan juga belum menganal mahasiswa.

3) Tujuan
65

a) Tujuan umum :

Melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Stroke

Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri

Diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan 2020

b) Tujuan khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit

Perawatan Diri Diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit

Perawatan Diri Diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit

Perawatan Diri Diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit

Perawatan Diri Diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan

5) Tujuan kunjungan :

a) Mahasiswa mengeksplorasi situasi dan kondisi (kebiasaan,

pengetahuan, dll) lansia binaan melalui data sekunder yaitu petugas

puskesmas (bidan dan kader).

b) Mahasiswa dapat melakukan perkenalan dengan keluarga dengan

baik.

2. Fase Kerja

1) Kegiatan yang dilakukan :

Dalam melakukan perkenalan dengan lansia yang dilakukan yaitu :

a) Memperkenalkan identitas mahasiswa dan sebaliknya lansia binaan


66

b) Menyampaikan tujuan, manfaat melakukan pembinaan askep gerontik

c) Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep

gerontik.

2) Uraikan kegiatan

TAHAP WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN


LANSIA
Pembukaan 3.5 menit 1. 3S (senyum, salam, sapa) Membalas 3S
(senyum, salam, sapa)
Isi 20 menit 2.Memperkenalkan identitas Lansia mendengarkan
mahasiswa secara detail
Lansia juga
3.Mahasiswa mendengarkan memperkenalkan
dengan baik dan seksama. identitas secara detail.

4. Menyampaikan tujuan dan Mendengarkan dan


manfaat dari melakukan memahami yang
pembinaan. disampaikan

5. Menyampaikan kontrak waktu


selama melakukan pembinaan Mendengarkan dan
askep gerontik. mengklarifikasi yang
disampaikan.
6. Mengevaluasi dan
menyimpulkan yang Menjawab
disampaikan pertanyaan, dan
mendengarkan
7.Menyepakati kegiatan kesimpulan
berikutnya dan waktu
pelaksanaan selanjutnya
(kunjungan berikutnya) Menyetujui
Penutup 3-5 menit
8. Mengakhiri kunjungan Menjawab salam
menyampaikan salam

3. Fase Terminasi

1) Resume kegiatan I

a) Mahasiswa dan lansia sama-sama tahu identitasnya

b) Lansia mengetahui tujuan dan manfaat dari pembinaan

c) Keluarga mengatahui kontrak waktu selama pembinaan

1) Rencana kegiatan pada kunjungan yang akan datang

Melakukan pengkajian meliputi data :

a) Data umum, genogram, tipe lansia, suku bangsa, status sosial.


67

b) Riwayat dan tahap perkembangan lansia.

c) Pengkajian lingkungan.

d) Struktur keluarga.

e) Tugas perawatan lansia.

f) Stress dan koping lansia.

g) Pemeriksaan fisik.

h) Harapan lansia.
68

PRA PLANNING ASKEP GERONTIK

NAMA KK :
ALAMAT :
KUNJUNGAN KE :2
TOPIK KEGIATAN :
HARI/TANGGAL :
1. Fase Persiapan

1) Latar belakang

Dalam proses keperawatan gerontik yang utama sebelum melangkah ke

intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan kepada anggota

keluarga dengan penyakit Stroke Non Hemoragik adalah melakukan

pengkajian, untuk mengenal masalah kesehatan lansia lebih detail maka

diperlukan adanya pengkajian askep gerontik dengan Defisit perawatan diri

oleh mahasiswa kepada lansia yang menjadi lansia binaan. Adapun kegiatan

pengkajian askep gerontik meliputi :

a) Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep

gerontik yang telah disetujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Melakukan pengkajian meliputi data :

c) Data umum, genogram, tipe lansia, suku bangsa, status sosial.

d) Riwayat dan tahap perkembangan lansia.

e) Pengkajian lingkungan

f) Struktur keluarga

g) Tugas perawatan lansia

h) Stress dan koping lansia

i) Pemeriksaan fisik

j) Harapan lansia

2) Analisa situasi
69

Mahasiswa sudah mengenal lansia yang menjadi pasien binaan,

demikian juga lansia binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada pertemuan

sebelumnya (pertemuan I atau perkenalan dengan lansia) mahasiswa dan lansia

telah sama-sama tau identitasnya, lansia mengetahui tujuan dan manfaat dari

pembinaan, lansia mengetahui kontrak waktu selama pembinaan. Saat ini

mahasiswa akan melakukan pengkajian kepada lansia dengan penyakit stroke

non hemoragik.

3) Tujuan

a) Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan lansia binaan

dengan baik.

b) Tujuan khusus

1) Mahasiswa mampu mengkaji masalah kesehatan lansia dengan penyakit

Stroke non hemoragik.

2) Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada

lansia, dan lansia dapat menerima kontrak waktu dan ada kesepakatan

bersama untuk melaksanakannya.

2. Fase Pendahuluan

1) Tujuan kunjungan :

a) Mahasiswa mengeksplorasi pengkajian terhadap lansia serta

pengkajian pemeriksaan fisik melalui data subyektif dan

obyektif saat pengkajian berlangsung.

b) Mahasiswa dapat melakukan pengkajian askep gerontik dengan

baik.
70

3. Fase Kerja

1) Kegiatan yang dilakukan :

Pengkajian askep gerontik meliputi :

a) Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan

pembinaan askep gerontik yang telah disetujui pada

kunjungan sebelumnya.

2) Melakukan pengkajian meliputi data :

a) Data umum, genogram, tipe lansia, suku bangsa, status sosial.

b) Riwayat dan tahap perkembangan lansia

a) Pengkajian lingkungan

c) Struktur keluarga

d) Tugas perawatan lansia

e) Stress dan koping lansia

f) Pemeriksaan fisik

g) Harapan lansia

3) Uraian Kegiatan

TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATAN LANSIA


MAHASISWA
Pembukaan 3-5 menit 1. 3S (Senyum, salam, Membalas 3S (senyum,
sapa) salam, sapa)
Isi 30-50 2.Menyampaikan Mendengarkan dan
menit kontrak waktu selama mengklarifikasi yang
melakukan pembinaan disampaikan sesuai kontrak
askep gerontik yang waktu yang disetujui
telah disetuji pada
kunjungan
sebelumnya

3.Mahasiswa Mendengarkan dan


melakukan pengkajian menjawab pertanyaan yang
data meliputi : disampaikan sesuai
1) Data umum, keadaan/kenyataan
genogram, tipe lansia,
suku bangsa, status
sosial, riwayat dan
71

tahap perkembangan
lansia, pengkajian
lingkungan, struktur
keluarga, tugas
perawatan lansia,
stress dan koping
lansia, pemeriksaan
fisik, harapan lansia
Penutup 3-5 menit 2. Mengevaluasi dan Menjawab pertanyaan dan
menyimpulkan yang mendengarkan kesimpulan
disampaikan
Menyetujui
3.Menyepakati
kegiatan berikutnya
dan waktu
pelaksanaan
selanjutnya
(kunjungan
berikutnya)
Menjawab salam
4. Mengakhiri
kunjungan
menyampaikan salam

4. Fase Terminasi

1) Resume kegiatan II

a) Lansia mengatahui kontrak waktu selama pembinaan yang telah

disetujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Lansia telah terkaji seluruh datanya.

2) Rencana kegiatan pada kunjungan yang akan datang

Melakukan analisa data dan perumusan diagnose keperawatan meliputi :

a) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan diri

pada lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

b) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan diri,

pengetahuan untuk mengatasi lansia dengan penyakit Stroke non

hemoragik.
72

c) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan diri

untuk merawat lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

d) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan diri,

memelihara lingkungan rumah untuk mengurangi Defisit perawatan

diri pada lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

e) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan diri,

memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengobati lansia dengan

penyakit Stroke non hemoragik.

PRA PLANNING ASKEP GERONTIK

NAMA KK :
ALAMAT :
73

KUNJUNGAN KE :3
TOPIK KEGIATAN :
HARI/TANGGAL :
1. Fase Persiapan

1) Latar Belakang

Dalam memberikan pembinaan askep gerontik maka mahasiswa harus

menganalisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan untuk mengenal

masalah kesehatan lansia. Sehingga diperlukan adanya analisis dari hasil

pengkajian lansia binaan dengan penyakit Stroke Non Hemoragik oleh mahasiswa

kepada lansia yang menjadi binaan. Adapun kegiatan lansia data dan perumusan

diagnosa keperawatan meliputi :

a) Menyampaikan kontrak waktu selama pembinaan askep gerontik yang telah

disetujui pada kunjungan sebelumnya

b) Melakukan analisa data dan perumsuan diagnosa keperawatan meliputi :

c) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi defisit perawatan diri pada

lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

d) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan diri

untuk mengatasi lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

e) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan diri,

merawat lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

f) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan diri

untuk memelihara lingkungan rumah untuk mengurangi Defisit perawatan

diri pada lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

g) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan diri,

memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengobati lansia dengan Stroke

non hemoragik.

2) Analisa Situasi
74

Mahasiswa sudah mengenal lansia yang menjadi keluarga binaan, demikia

juga lansia binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada pertemuan sebelumnya

(pertemuan II/ pengkajian askep gerontik) mahasiswa telah melakukan pengkajian

meliputi data : data umum, genogram, tipe lansia, suku bangsa, status sosial,

riwayat dan tahap perkembangan lansia, pengkajian lingkungan, struktur keluarga,

tugas perawatan lansia, stress dan koping lansia, pemeriksaan fisik, harapan

lansia, dan mengetahui kontrak waktu selama pembinaan. Saat ini mahasiswa

akan melakukan analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan pada lansia

dengan penyakit Stroke non hemoragik.

3) Tujuan

a) Tujuan umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan klien yang mengalami Stroke non

hemoragik dengan masalah keperawatan Defisit perawatan diri.

b) Tujuan khusus

6) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit

Perawatan Diri Diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan

7) Menetapkan diagnosis pada klien yang mengalami Stroke Non

Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri

Diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan.

8) Menyusun perencanaan dan melaksanakan tindakan pada klien yang

mengalami Stroke Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan

Defisit Perawatan Diri Diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan.

9) Melakuka evaluasi pada klien yang mengalami Stroke Non

Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri

Diwilayah Kerja Puskesmas Grajagan.

2. Fase Pendahuluan
75

1) Tujuan kunjungan

a) Mahasiswa menganalisa data lansia dengan struma meliputi data

subyektif dan data obyektif dengan lima tugas perkembangan lansia.

b) Mahasiswa dapat melakukan perumusan diagnosa keperawatan lansia

dengan Stroke non hemoragik meliputi data subyektif dan data obyektif

dengan lima tugas perkembangan lansia.

3. Fase Kerja

1) Kegiatan yang dilakukan

Pengkajian askep gerontik meliputi :

a) Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep

gerontik yang telah disetujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Melakukan analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan

meliputi :

c) Data subyektif dan data obyektif dengan Defisit perawatan diri pada

lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

d) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan

diri pada lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

e) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan

diri pada lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

f) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan

diri memelihara lingkungan rumah untuk megurangi defisit

pengetahuan lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

g) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit perawatan

diri memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengobati lansia

dengan penyakit Stroke non hemoragik.

h) Perumusan diagnosa keperawatan lansia yang berhubungan dengan

lima tugas perawatan lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.


76

2) Uraian kegiatan

TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATAN


MAHASISWA KELUARGA
Pembukaan 3-5 menit 1. 3S (senyum, Membalas 3S (senyum,
salam, sapa) salam, sapa)
Isi 30-50 2. Menyampaikan Mendengarkan dan
menit kontrak waktu mengklarifikasi yang
selama melakukan disampaikan sesuai
pembinaan askep kontrak waktu yang
gerontik yang telah disetujui
disetujui pada
kunjungan
sebelumnya

3. Melakukan analisa Mendengarkan dan


data dan perumusan menjawab pertanyaan
diagnosa yang disampaikan
Keperawatan sesuai
meliputi : keadaan/kenyataan dan
1) Data subyektif dan memahami yang
data obyektif dengan disampaikan
Defisit perawatan diri
pada lansia dengan
penyakit Stroke non
hemoragik.
2) Data subyektif dan
data obyektif dengan
etiologi Defisit
perawatan diri pada
lansia dengan penyakit
Stroke non hemoragik.
3) Data subyektif dan
data obyektif dengan
etiologi Defisit
perawatan diri pada
lansia dengan penyakit
Stroke non hemoragik.
4) Data subyektif dan
data obyektif dengan
etiologi Defisit
perawatan diri
memelihara lingkungan
rumah untuk megurangi
defisit pengetahuan
lansia dengan penyakit
Stroke non hemoragik.
Penutup 3-5 menit 4.Mengevaluasi dan Menjawab pertanyaan,
menyimpulkan yang dan mendengarkan
disampaikan kesimpulan

Menyetujui
5.Menyepakati
kegiatan berikutnya
77

dan waktu
pelaksanaan
selanjutnya
(kunjungan
berikutnya)
Menjawab salam
6. Mengakhiri
kunjungan
Meyampaikan salam

4. Fase Terminasi

1) Resume kegiatan III

a) Lansia mengetahui kontrak waktu selama pembinaan yang telah di

setujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Lansia telah teranalisa datanya dan diagnosa keperawatan.

2) Rencana kegiatan pada kunjungan yang akan datang.

Peumusan rencana tindakan askep gerontik sesuai dengan lima tugas

perawatan lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik meliputi :

a) Intervensi keperawatan tentang etiologi Defisit perawatan diri pada

lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

b) Intervesi keperawatan tentang etiologi Defisit perawatan diri untuk

mengatasi masalah kesehatan lansia dengan penyakit Stroke non

hemoragik.

c) Intervensi keperawatan tentang etiologi Defisit perawatan diri untuk

mengatasi masalah kesehatan lansia dengan penyakit Stroke non

hemoragik.

d) Intervensi keperawatan tentang etiologi Defisit perawatan diri

memelihara lingkungan rumah untuk mengurangi lansia dengan

penyakit Stroke non hemoragik.


78

e) Intervensi keperawatan tentang etiologi Defisit perawatan diri

memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengobati lansia dengan

penyakit Stroke non hemoragik.

PRA PLANNING ASKEP GEERONTIK

NAMA KK :
ALAMAT :
KUNJUNGAN KE :4
TOPIK KEGIATAN :
HARI/ TANGGAL :
1. Fase Persiapan

1) Latar Belakang
79

Sebelum melakukan tindakan keperawatan terhadap lansia dengan

penyakit Gout Arthritis maka diperlukan adanya perumusan rencana tindakan

askep gerontik binaan oleh mahasiswa kepada lansia yang menjadi pasien

binaan sehingga mahasiswa mempunyai rencana yang bisa dilakukan sebelum

melakukan tindakan keperawatan gerontik. Ada pun kegiatan perumusan

rencana tindakan askep gerontik meliputi :

a) Menyampaikan kontrak waktu selama pembinaan askep gerontik yang

telah di setujui pada kunjungan sebelumnya

b) Perumusan rencana tindakan askep gerontik sesuai dengan lima tugas

perawatan lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

c) Intervensi keperawatan tentang etiologi Defisit perawatan diri pada

lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

d) Intervesi keperawatan tentang etiologi Defisit perawatan diri pada lansia

dengan penyakit Stroke non hemoragik.

e) Intervensi keperawatan tentang etiologi Defisit perawatan diri pada

lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

f) Intervensi keperawatan tentang etiologi Defisit perawatan diri pada

lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

g) Intervensi keperawatan tentang etiologi Defisit perawatan diri

memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengobati lansia dengan

penyakit Stroke non hemoragik.

2) Analisa situasi

Mahasiswa sudah mengenal lansia yang menjadi keluarga binaan,

demikian juga lansia binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada

pertemuan sebelumnya (pertemuan III/ analiasa data dan perumusan

diagnosa keperawatan).

a) Mahasiswa telah melakukan analisa data dan perumusan


80

diagnosa keperawatan meliputi :

b) Data subyektif dan data obyektif dengan etiologi Defisit

perawatan diri pada lansia dengan penyakit Stroke non

hemoragik dengan Masalah Keperawatan nyeri akut.

c) Untuk mengatasi lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik

dengan masalah keperawatan Defisit perawatan diri.

d) Memelihara lingkungan rumah untuk menjaga Defisit

perawatan diri pada lansia dengan penyakit Stroke non

hemoragik dengan masalah keperawatan Defisit perawatan diri.

e) Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengobati lansia

dengan penyaki Stroke non hemoragik.

f) Perumusan diagnosa keperawatan lansia yang berhubungan

dengan lima tugas perawatan lansia dengan penyakit Stroke non

hemoragik dan lansia mengetahui kontrak waktu selama

pembinaan. Saat ini mahasiswa akan melakukan perumusan

rencana tindakan askep gerontik dengan penyakit Stroke non

hemoragik.

3) Tujuan umum

a) Melaksanakan Asuhan Keperawatan klien yang mengalami Stroke

non hemoragik dengan masalah Defisit perawatan diri Diwilayah

kerja Puskesmas Grajagan

4) Tujuan Khusus

b) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke non hemoragik dengan masalah Defisit perawatan diri

Diwilayah kerja Puskesmas Grajagan

c) Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami


81

Stroke non hemoragik dengan masalah Defisit perawatan diri

Diwilayah kerja Puskesmas Grajagan

d) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke non hemoragik dengan masalah Defisit perawatan diri

Diwilayah kerja Puskesmas Grajagan

e) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

Stroke non hemoragik dengan masalah Defisit perawatan diri

Diwilayah kerja Puskesmas Grajagan

f) Melakukan evaluasi klien yang yang mengalami Stroke non

hemoragik dengan masalah Defisit perawatan diri Diwilayah kerja

Puskesmas Grajagan

2. Fase Pendahuluan

Mahasiswa mampu melakukan perumusan rencana tindakan askep gerontik

dengan lansia binaan dengan baik.

3. Fase Kerja

1) Kegiatan yang dilakukan.

Perumusan rencana tindakan askep gerontik meliputi :

a) Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep

gerontik yang telah di setujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Perumusan rencan tindakan askep gerontik sesuai dengan lima tugas

perawatan gerontik dengan penyakit Infeksi Saluran Kemih meliputi :

c) Intervensi keperawatan tentang etiologi defisit perawatan diri pada

lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

d) Intervesi keperawatan tentang etiologi defisit perawatan diri untuk

mengatasi masalah kesehatan lansia dengan penyakit Stroke non

hemoragik.
82

e) Intervensi keperawatan tentang etiologi defisit perawatan diri merawat

lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

f) Intervensi keperawatan tentang etiologi defisit perawatan diri merawat

lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

2) Intervensi keperawatan tentang etiologi defisit perawatan diri merawat

lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

1) Uaraian kegiatan

TAHAP WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN


LANSIA

Pembukaan 3-5 menit Membalas 3 S


1. 3 S (senyum, salam,
( senyum, salam,
sapa)
sapa)

Isi 40-50 Mendengarkan


menit 2. Menyampaikan dan
kontrak waktu mengklarifikasi
selama melakukan yang disampaikan
pembinaan askep sesuai kontrak
gerontik yang telah
waktu yang
di setujui pada
disetujui
kunjungan
sebelumnya

3. Merumuskan Mendengarkan
rencana tindakan dan menjawab
askep gerontik pertanyaan yang
sesuai dengan lima disampaikan
tugas perawatan sesuai keadaan/
lansia dengan kenyataan dan
penyakit Stroke memahami yang
meliputi : disampaikan
1) Intervensi keperawatan
tentang etiologi defisit
perawatan diri mengenal
masalah. keperawatan
pada lansia dengan
penyakit gout arthritis
Intervensi keperawatan
tentang etiologi Stroke
non hemoragik untuk
mengatasi lansia dengan
penyakit Stroke non
83

hemoragik.
2) Intervensi keperawatn
tentang etiologi Stroke
non hemoragik merawat
lansia dengan penyakit
Stroke non hemoragik
Intervensi keperawatan
tentang etiologi Stroke
non hemoragik
memelihara lingkungan
rumah untuk mengurangi
pada lansia dengan
penyakit Stroke non
hemoragik.
3) Intervensi keperawatan
tentang nyeri akut
memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk
pengobatan lansia dengan
penyakit Stroke non
hemoragik.
Penutup 3-5 menit Menjawab
1) Mengevaluasi dan pertanyaan, dan
menyimpulkan yang mendengarkan
disampaikan kesimpilan

2) Menyepakati Menyetujui
kegiatan berikutnya
dan waktu
pelaksanaan
selanjutnya
(kunjungan
berikutnya).

3) Mengakhiri
kunjungan
Menjawab salam
4) Menyampaikan
salam

4. Fase Terminasi

1) Resume kegiatan IV

a) Lansia mengetahui kontrak waktu selama pembinaan yang telah


84

disetujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Lansia telah mengetahui rencana tindakan askep gerontik sesuai dengan

lima tugas perawatan lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

2) Rencana kegiatan pada kunjungan yang akan datang

Melakukan Implementasi askep gerontiik (etiologi mengenal masalah dan

mengambil keputusan) meliputi data :

a) Menjelaskan definisi, tanda dan gejala, penyebab, Stroke non hemoragik

Memotifasi keluarga untuk mengulang penjelasan.

b) Memberikan pujian atas kemampuan lansia mengenal masalah

c) Mengevaluasi penjelasan mahasiswa.

d) Mengkaji tindakan yang dilakukan lansia dengan baik, sesuai dan

yang tidak dengan solusi menurut kesehatan.

e) Menjelaskan solusi yang benar menurut kesehatan.

f) Mendiskusikan dengan lansia akibat bila tidak melakukan tindakan.

g) Memotivasi keluarga untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan

solusi.

h) Mengevaluasi sejauh mana lansia sudah mengambil tindakan.

PRA PLANNING GERONTIK

NAMA KK :
ALAMAT :
KUNJUNGAN KE :5
TOPIK KEGIATAN :
HARI/ TANGGAL :
1. Fase Persiapan

1) Latar Belakang

Setelah dilakukan perumusan rencana tindakan askep gerontik maka

selanjutnya dilakukan implementasi/ tindakan keperawatan dalam mengenal masalah

dan mengambil keputusan dalam keluarga dengan penyakit Stroke non hemoragik
85

oleh mahasiswa terhadap lansia yang menjadi pasien binaan adapun implementasi

askep gerontik (etiologi mengenal masalah dan mengambil masalah) meliputi :

a) Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep

gerontik yang telah disetujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Menjelaskan definisi, tanda dan gejala, penyebab, gout arthritis

c) Memotifasi lansia untuk mengulang penjelasan.

d) Memberikan pujian atas kemampuan lansia atas mengenal masalah.

e) Mengevaluasi penjelasan mahasiswa.

f) Mengkaji tindakan yang dilakukan lansia dengan baik, sesuai dan yang

tidak dengan solusi menurut kesehatan.

g) Menjelaskan solusi yang benar menurut kesehatan.

h) Mendiskusikan dengan lansia akibat bila tidak melakukan tindakan.

i) Memotivasi lansia untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan solusi.

j) Mengevaluasi sejauh mana keluarga sedah mengambil tindakan.

2) Analisa Situasi

Mahasiswa sudah mengenal lansia yang menjadi pasien binaan, demikian juga

lansia binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada pertemuan sebelumnya

(Pertemuan IV/ perumusan rencana tindakan askep gerontik) mahasiswa telah

melakukan perumusan rencana asuhan gerontik sesuai denga lima tugas keperawatan

dengan penyakit Stroke non hemoragik meliputi : Intervensi keperawatan tentang

etiologi nyeri akut pada lansia dengan penyaki Stroke non hemoragik, untuk

mengatasi masalah kesehatan lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik,

merawat lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik memelihara lingkungan

rumah untuk mengurangi nyeri akut lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik,

memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengobati lansia dengan penyakit Stroke

non hemoragik dan lansia mengetahui kontrak waktu selama pembinaan.


86

Saat ini mahasiswa akan melakukan implementasi askep gerontik (etiologi

mengenal masalah dan mengambil keputusan).

3) Tujuan

a) Tujuan Umum :

1) Mahasiswa mampu melakukan askep gerontik etiologi (mengenal

masalah dan mengambil keputusan) dengan lansia binaan dengan

baik.

b) Tujuan Khusus

1) Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, tanda dan gejala, penyebab

gout arthritis

2) Mahasiswa mamapu mengakaji tindakan yang dilakukan dengan baik,

sesuai dan yang tidak dengan solusi menurut kesehatan.

3) Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada

lansia, dan lansia dapat menerima kontrak waktu dan ada kesepakatan

bersama untuk melaksanakannya.

2. Fase Pendahuluan

a) Mahasiswa mengeksplorasi kemampuan lansia dalam mengenal masalah dan

mengambil keputusan.

b) Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengevaluasi kemampuan lansia dalam

mengenal masalah dan mengambil keputusan.

3. Fase Kerja

1) Kegiatan yang dilakukan :

Implementasi askep gerontik (etiologi mengenal masalah dan mengambil

masalah) meliputi :

a) Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep

gerontik yang telah disetujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Menjelaskan definisi, tanda dan gejala, penyebab Stroke non hemoragik.


87

c) Memotifasi lansia untuk mengulang penjelasan.

d) Memberikan pujian atas kemampuan lansia atas mengenal masalah.

e) Mengevaluasi penjelasan mahasiswa.

f) Mengkaji tindakan yang dilakukan lansia dengan baik, sesuai dan yang

tidak dengan solusi menurut kesehatan.

g) Menjelaskan solusi yang benar menurut kesehatan.

h) Mendiskusikan dengan lansia akibat bila tidak melakukan tindakan.

i) Memotivasi lansia untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan solusi.

j) Mengevaluasi sejauh mana keluarga sedah mengambil tindakan.

2) Uraian kegiatan

TAHAP WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN LANSIA


Pembukaan 3-5 menit 1. 3 S (senyum, salam, sapa) Membalas 3 S ( senyum,

salam, sapa)
Isi 40-50 menit 2. Menyampaikan kontrak Mendengarkan dan
waktu selama melakukan
pembinaan askep gerontik mengklarifikasi yang
yang telah di setujui pada
disampaikan sesuai
kunjungan sebelumnya.
kontrak waktu yang
3. Menjelaskan definisi, tanda
dan gejala, penyebab Stroke disetujui.
non hemoragik

4. Memotifasi lansia untuk


mengulang penjelasan
Memberikan pujian atas Mendengarkan dan
kemampuan lansia atas
mengenal masalah. menjawab pertanyaan

5. Mengevaluasi penjelasan yang disampaikan sesuai


mahasiswa
keadaan/ kenyataan dan
Mengkaji tindakan yang
dilakukan lansia dengan baik, memahami yang
sesuai dan yang tidak dengan
solusi menurut kesehatan. disampaikan
Menjelaskan solusi yang benar
menurut kesehatan.
88

6. Mendiskusikan dengan
lansia akibat bila tidak
melakukan tindakan.
Mendengarkan,
7. Memotivasi lansia untuk
mengambil tindakan yang berdiskusi, mengambil
sesuai dengan solusi
Mengevaluasi sejauh mana tindakan
keluarga sudah mengambil
tindakan.
Penutup 3-5 menit 8. Mengevaluasi dan Menjawab pertanyaan,
menyimpulkan yang
disampaikan. dan mendengarkan

kesimpilan.
9. Menyepakati kegiatan
berikutnya dan waktu Menyetujui
pelaksanaan selanjutnya
(kunjungan berikutnya).
10. Mengakhiri kunjungan
Menyampaikan salam. Menjawab salam

4. Fase Terminasi

1) Resume kegiatan V

a) Lansia mengetahui kontrak waktu selama pembinaan yang telah

disetujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Lansia menjelaskan definisi, tanda dan gejala, penyebab Stroke non

hemoragik.

c) Lansia mampu mengkaji tindakan yang dilakukan lansia dengan baik,

sesuai dan yang tidak sesuai dengan solusi kesehatan.

2) Rencana Kegiatan pada kunjungan yang akan datang

Melakukan Implementasi askep gerontik (etiologi merawat) meliputi data :

a) Menjelaskan cara perawatan lansia dengan penyakit Stroke non

hemoragik

b) Mendemonstrasikan cara perawatan lansia dengan penyakit Stroke non

hemoragik.
89

c) Memberikan kesempatan pada lansia untuk mendemonstrasikan

prosedur keperawatan lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

d) Memberikan pujian atas pelaksanaan yang dilakukan lansia.

e) Mengevaluasi keberhasilan keluarga dalam melakukan keperawatan.

PRA PLANNING GERONTIK

NAMA KK :

ALAMAT :

KUNJUNGAN KE :6

TOPIK KEGIATAN :

HARI/ TANGGAL :

1. Fase Persiapan

1) Latar Belakang

Lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik memerlukan penjelasan

dan contoh bagaimana cara merawat dengan penyakit Stroke non hemoragik

pada lansia yang sakit dengan penjelasan serta demonstrasi cara perawatan
90

penyakit oleh mahasiswa kepada lansia yang menjadi pasien binaan. Adapun

kegiatan merawat anggota keluarga yang sakit meliputi :

a) Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep

gerontik yang telah disetujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Menjelaskan cara perawatan lansia dengan penyakit Stroke non

hemoragik

c) Mendemonstrasikan cara perawatan lansia dengan penyakit Stroke non

hemoragik.

d) Memberikan kesempatan pada lansia untuk mendemonstrasikan

prosedur keperawatan lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik.

e) Memberikan pujian atas pelaksanaan yang dilakukan lansia.

f) Mengevaluasi keberhasilan lansia dalam melakukan keperawatan.

1) Analisa situasi

Mahasiswa sudah mengenal lansia yang menjadi pasien binaan, demikian juga

lansia binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada pertemuan sebelumnya

(Pertemuan V/ implementasi askep gerontik : etiologi mengenal masalah dan

mengambil keputusan) Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, tanda dan gejala,

penyebab, gout arthritis mengkaji tindakan yang dilakukan keluarga, menjelaskan

solusi yang benar menurut kesehatan mendiskusikan dengan lansia dampak dan

komplikasi bila tidak melakukan tindakan. Saat ini mahasiswa akan menjelaskan

cara perawatan lansia dengan penyakit Stroke non hemoragik dan

mendemonstrasikan perawatan anggota keluarga dan penyakit Stroke non

hemoragik Tujuannya yaitu :

a) Mahasiswa mengeksplorasi kemampuan lansia dalam merawat lansia

binaan yang sakit melalui data subyektif dan obyektif tugas

perkembangan nyeri akut merawat lansia yang sakit.


91

b) Mahasiswa dapat menjelaskan serta mendemonstrasikan cara perawatan

lansia yang sakit.

2. Fase kerja

1) Kegiatan yang dilakukan :

Dalam melakukan implementasi askep gerontik (etiologi merawat) dengan

lansia yang dilakukan yaitu :

a) Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep

gerontik yang telah disetujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Menjelaskan cara perawatan lansia dengan penyakit gout arthritis.

c) Medemonstrasikan cara perawatan lansia untuk mendemonstrasikan

prosedur.

d) Memberikan kesempatan pada anggota keluarga untuk

mendemonstrasaikan prosedur perawatan lansia dengan penyakit Stroke

non hemoragik memberikan pujian atas pelaksanaan yang dilakukan oleh

lansia.

e) Mengevaluasi keberhasilan lansia dalam melakukan perawatan.

2) Uraian kegiatan

TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATAN LANSIA


MAHASISWA
Pembukaan 3-5 menit 1.3 S (senyum, salam, Membalas 3 S
sapa) ( senyum, salam sapa)
Isi 40-50 2. Menyampaikan kontrak Mendengarkan dan
menit waktu selama melakukan mengklarifikasi yang
pembinaan askep gerontik disampaikan sesuai
yang telah di setujui pada kontrak waktu yang di
kunjungan sebelumnya. setujui.

3. Menjelaskan cara
perawatan lansia dengan Lansia mendengarkan
penyakit Stroke non dan memahami yang
hemoragik. disampaikan.
4. Mendemonstrasikan
cara perawatan lansia
dengan penyakit Stroke Melihat dan memahami
92

non hemoragik . yang disampaikan.


5. Memberikan
kesempatan pada lansia
untuk mendemonstrasikan Mendemonstrasikan
prosedur keperawatan prosedur perawatan
lansia dengan penyakit lansia dengan penyakit
Stroke non hemoragik. Hipertensi yang telah di
demonstrasikan
mahasiswa.
6. Memberikan pujian
atas pelaksanaan yang
dilakukan lansia.

7. Mengevaluasi
keberhasilan keluarga
dalam melakukan
keperawatan.

Penutup 3-5 menit 8. Mengevaluasi dan Menjawab pertanyaan,


menyimpulkan yang dan mendengarkan
disampaikan kesimpulan.

Menyetujui
9. Menyepakati kegiatan
berikutnya dan waktu
pelaksanaan selanjutnya
(kunjungan berikutnya).

Menjawab salam
1. Mengakhiri
kunjungan,
menyampaikan salam

3. Fase Terminasi

1) Resume kegiatan IV

a) Keluarga mengetahui kontrak waktu selama pembinaan yang telah di

setujui pada kunjungan sebelumnya.

b) Lansia mengerti cara perawatan penyakit Stroke non hemoragik mampu

mendemostrasikan prosedur perawatan penyakit Stroke non hemoragik.

2) Rencana kegiatan pada kunjungan yang akan datang.


93

Melakukan implementasi askep gerontik (etiologi, memelihara lingkungan dan

menggunakan fasilitas kesehatan) meliputi data :

a) Memotivasi lansia untuk menciptakan memelihara lingkungan rumah

yang dapat menunjang kesehatan dengan penyakit gout arthritis.

b) Memberikan pujian atas pelaksanaan yang dilakukan lansia.

c) Mengevaluasi keberhasilan lansia dalam menciptakan/ memelihara

lingkungan rumah yang dapat menunjang kesehatan dengan penyakit

Hipertensi menjelaskan fungsi pelayanan kesehatan dan macam-macam

pelayanan.

d) Memotivasi lansia untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

e) Mengevaluasi penggunaan yankes lansia.


94

PRA PLANNING GERONTIK

NAMA KK :

ALAMAT :

KUNJUNGAN KE :7

TOPIK KEGIATAN :

HARI/ TANGGAL :

1. Fase Persiapan

1) Latar Belakang

Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan penyakit stroke non

hemoragik selanjutnya dilakukan terminasi askep gerontik yang meliputi :

pemberian health education untuk perawatan mandiri saat mahasiswa sudah tidak

melakukan dan melaksanakan asuhan keperawatan gerontik.

2) Analisa situasi

Mahasiswa sudah mengenal lansia yang menjadi pasien binaan, demikian juga

lansia binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada pertemuan sebelumnya

(pertemuan VI/ evaluasi askep gerontik : mengevaluasi implementasi yang telah

dilakukan, mengevaluasi bagaimana perkembangan lansia dalam melaksanakan lima

tugas dengan penyakit gout arthritis. Saat ini mahasiswa akan melakukan terminasi

askep gerontik yang meliputi : pemberian health education, untuk pengetahuan

pasien dalam perawatan mandiri saat mahasiswa sudah tidak melakukan dan

melaksanakan asuhan keperawatan gerontik.

3) Tujuan

a) Tujuan umum :

1) Mahasiswa mampu melakukan terminasi pada lansia binaan dengan

baik.

b) Tujuan khusus
95

1) Mahasiswa mampu melakukan terminasi askep gerontik meliputi :

pemberian health education untuk perawatan mandiri saat mahasiswa

sudah tidak melakukan dan melaksanakan asuhan keperawatan gerontik.

2) Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada

lansia dan dapat menerima kontrak waktu dan ada kesepakatan bersama

untuk melaksanakannya.

2. Fase Pendahuluan

Tujuan kunjungan :

1) Mahasiswa mengeksplorasi kemampuan lansia dalam melakukan

perawatan mandiri dengan penyakit gout arthritis.

3. Fase Kerja

1) Kegiatan yang dilakukan :

Terminasi askep gerontik yang meliputi : pemberian health education untuk

perawatan mandiri saat mahasiswa sudah tidak melakukan dan melaksanakan

asuhan keperawatan gerontik.

2) Uraian Kegiatan

TAHAP WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN LANSIA


Pembukaan 3-5 menit 1. 3 S (senyum, salam, Membalas 3 S (senyum,
sapa) salam, sapa)
Isi 30-40 menit 2.Menyampaikan kontrak Mendengarkan dan
waktu selama melakukan mengklarifikasi yang
pembinaan askep gerontik disampaikan sesuai
yang telah di setujui pada kontrak waaktu yang
kunjungan sebelumnya. disetujui

3. Pemberian health
education dan menu diit
untuk perawatan mandiri Menerima health
saat mahasiswa sudah education
tidak melakukan dan
melaksanakan asuhan
keperawatan gerontik.

Penutup 3-5 menit Menjawab pertanyaan


4. Mengevaluasi dan dan mendengarkan
96

kesimpulan.
Menyimpulkan
yang disampaikan.
Menjawab salam
5. Mengakhiri
kunjungan
menyampaikan
salam .

4. Fase Terminasi

1) Resume kegiatan VII

a) Lansia mengetahui kontrak waktu selama pembinaan yang telah di setujui pada

kunjungan sebelumnya.

b) Lansia mampu melaksanakan tugas perawatan dengan penyakit gout arthritis.

c) Lansia menerima health education yang diberikan mahasiswa.

d) Mahasiswa mengakhiri kunjungan.


97

Lampiran 11
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi : “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Yang Mengalami Stroke


Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan
Diri”.
Sasaran :
Waktu Pertemuan :
Hari/Tanggal :
Pertemuan :
A. TUJUAN :
1. TIU :
Setelah mengikuti penyuluhan ini, partisipan mampu memahami dan menjelaskan
kembali tentang…….

1. TIK :
Setelah menyelesaikan…………,mahasiswa dapat

a. Menjelaskan tentang……….
b. Menjelaskan tentang……….
c. ………
d. ……...
e. ……..

B. MATERI
1……….
2……….
3……….

C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

D. MEDIA
1.Audio Visual
98

2.Had Out

E. KEGIATAN PENYULUHAN
NO KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN WAKTU
PARTISIPAN

1 Pendahuluan Menjawab salam 10 menit


dan memerhatikan
a. Memberi salam.
b. Menjelaskan TIU dan TIK.
c. Menjelaskan cakupan materi
yang akan diberikan.
d. Melakukan apersepsi
2 Penyajian Mendengarkan. 80 menit

a. Materi yang diberikan……


b. ……………………………
.
c.……………………………. Melontarkan
d. …………………………… pertanyaan.
.
e. Memberikan kesempatan
pada audience untuk
bertanya tentang materi
yang diberikan
3 Penutup 5 menit
Mendengarkan
a. Membuat kesimpulan akhihr Menjawab salam
dari materi yang telah
disampaikan.
b. Memberi salm

F. REFERENSI

1……………
2……………
3……………
4……………
5……………

Banyuwangi, Februari 2021


Mahasiswa

REVI ARINTA
99

NIM. 2018.01.018

lampiran 12

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI


(Institute of Health Science)
BANYUWANGI
Kampus 1 : Jl. Letkol Istiqlah 40 Telp. (0333) 421610 Banyuwangi
Kampus 2 : Jl. Letkol Istiqlah 109 Telp. (0333) 425270 Banyuwangi
Website : www.stikesbanyuwangi.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK (LANSIA)


ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER

Nama wisma : Tanggal Pengkajian :

1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : ...............................................................................................................................
....
Umur : ...............................................................................................................................
....
Agama : ...............................................................................................................................
....
Alamat asal : ...............................................................................................................................
....
Tanggal dating : .......................................... Lama Tinggal di
Panti ...................................................
2 DATA :
. KELUARGA
Nama : ...............................................................................................................................
...
Hubungan : ...............................................................................................................................
...
Pekerjaan : ...............................................................................................................................
...
Alamat : ...................................................................Telp : .................................................
..
3 STATUS KESEHATAN SEKARANG :
.
Keluhan utama:

Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:


100

Obat-obatan:

4. AGE RELATED CHANGES(PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan :
Perubahan BB :
Perubahan nafsu makan :
Masalah tidur :
Kemampuan ADL :
KETERANGAN : ......................................................................................................
......................................................................................................

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka :
Pruritus :
Perubahan pigmen :
Memar :
Pola penyembuhan lesi :
KETERANGAN : ..........................................................................................................
..........................................................................................................

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal :
Pembengkakan kel. :
Limfe
Anemia :
KETERANGAN : .....................................................................................................

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
Gatal pada kulit kepala :
KETERANGAN : ...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan :
penglihatan
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
101

Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : .........................................................................................................................
.........................................................................................................................

6. Telinga

Ya Tidak
Penurunan pendengaran :
Discharge :
Tinitus :
Vertigo :
Alat bantu dengar :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan membersihkan telinga :
Dampak pada ADL : ..........................................................................................
KETERANGAN : ..........................................................................................
..........................................................................................
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea :
Discharge :
Epistaksis :
Obstruksi :
Snoring :
Alergi :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : ...................................................................................................................
...................................................................................................................
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan :
Kesulitan menelan :
Lesi :
Perdarahan gusi :
102

Caries :
Perubahan rasa :
Gigi palsu :
Riwayat Infeksi :
Pola sikat gigi : ........................................................................................................
KETERANGAN : ........................................................................................................
........................................................................................................

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
KETERANGAN : .........................................................................................................................
.........................................................................................................................

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk :
Nafas pendek :
Hemoptisis :
Wheezing :
Asma :
KETERANGAN : ...................................................................................................................
...................................................................................................................

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain :
Palpitasi :
Dipsnoe :
Paroximal nocturnal :
Orthopnea :
Murmur :
Edema :
KETERANGAN : ...............................................................................................................
...............................................................................................................

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia :
Nausea / vomiting :
Hemateemesis :
Perubahan nafsu makan :
Massa :
Jaundice :
Perubahan pola BAB :
Melena :
Hemorrhoid :
Pola BAB : ...........................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
103

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria :
Frekuensi : .......................................................................................................
Hesitancy :
Urgency :
Hematuria :
Poliuria :
Oliguria :
Nocturia :
Inkontinensia :
Nyeri berkemih :
Pola BAK : ...........................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

14. Reproduksi (laki-laki)


Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :

Reproduksi (perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi : ..............................................................................................
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi :
Bengkak :
Kaku sendi :
Deformitas :
Spasme :
Kram :
Kelemahan otot :
Masalah gaya berjalan :
Nyeri punggung :
Pola latihan : ............................................................................................
Dampak ADL : ..................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache :
104

Seizures :
Syncope :
Tic/tremor :
Paralysis :
Paresis :
Masalah memori :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

5 POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


.
Psikososial YA Tidak
Cemas :
Depresi :
Ketakutan :
Insomnia :
Kesulitan dalam mengambil :
keputusan
Kesulitan konsentrasi :
Mekanisme koping : ............................................................................
....
............................................................................
....
Persepsi tentang
kematian :...............................................................................................................
......................................................................................................
..........
Dampakpada
ADL :.........................................................................................................................
...............................................................................................................
..........
Spiritual
 Aktivitas
ibadah :................................................................................................................
.......................................................................................................
.........
 Hambatan :......................................................................................................
..........
.........................................................................................................
.........
KETERANGAN :..................................................................................................................
..........
.................................................................................................................................................
..........

6. LINGKUNGAN :

 Kamar :..............................................................................................................................
105

............

 Kamar
mandi :...............................................................................................................................

 Dalam
rumah.wisma :...................................................................................................................

 Luar
rumah :..............................................................................................................................
...

7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandiri Skor
Bantuan Yang
Didapat

1 Makan 5 10

2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau sebaliknya 5-10 15

3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi) 0 5

4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, 5 10


menyiram)

5 Mandi 0 5

6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan kursi 0 5


roda )

7 Naik turun tangga 5 10

8 Mengenakan pakaian 5 10

9 Kontrol bowel (BAB) 5 10

10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10

2. Aspek Kognitif

MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : ............................. Hari .............................................
Musim : ............................ Bulan : .........................................
Tanggal :
2 Orientasi 5 Dimanasekarangkitaberada ?
Negara: …………………… Panti : …………………………
106

Propinsi: ………………….. Wisma : ……………………….


Kabupaten/kota : ………………………………………………
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 namaobyek (misal : kursi, meja, kertas), kemudian
ditanyakankepadaklien, menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3). Kertas
4 Perhatiandankalkulas 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100 kemudia kurangi 7
i sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
5 Mengingat 3 Mintaklienuntukmengulangiketigaobyekpadapoinke- 2
(tiappoinnilai 1)
6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil menunjukan
benda tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi kata berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri 3


langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling bertumpuk

Total nilai 30
Interpretasihasil :
24 – 30 : tidakadagangguankognitif
18 – 23 : gangguankognitifsedang
0 - 17 : gangguankognitifberat
Kesimpulan :…………………………………………………………………………………..

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test

No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)


1

Rata-rata Waktu TUG

Interpretasi hasil

Interpretasi hasil:
107

Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:


>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6
bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0
Jumlah
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

5. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan jumlah dan 2
jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman beralkohol setiap 2
harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak dapat 2
makan makanan yang keras
108

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4


7. Lebih sering makan sendirian 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali atau lebih 1
setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan terakhir 2
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk belanja, 2
memasak atau makan sendiri
Total score
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)

Interpretasi:

0 – 2 : Good

3 – 5 : Moderate nutritional risk

6≥ : High nutritional risk

6. Hasil pemeriksaan Diagnostik

No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil


Diagnostik Pemeriksaan

7. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) ADAPTATION
saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya membicarakan PARTNERSHIP
sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya menerima dan GROWTH
mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan AFFECTION
109

afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya seperti marah,


sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya meneyediakan RESOLVE
waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
110

Lembar Konsul

Anda mungkin juga menyukai