Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

dermatitis

Disusun oleh
PHAGIA FEBRIANI

1811142010056

CI PUSKESMAS DOSEN PEMBIMBING

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)

YARSI BUKITTINGGI

SUMATERA BARAT 2021/2022


A. DEFINISI DERMATITIS

Dermatitis adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang menyebabkan
rasa gatal. Pada umumnya Dermatitis juga disertai dengan tandatanda seperti terbentuknya bintik
yang berisi cairan (bening atau nanah) dan  bersisik.

Dermatitis adalah suatu kondisi umum yang biasanya tidak mengancam  jiwa atau menular.
menular. Tapi kondisi kondisi ini dapat membuat membuat seseorang seseorang merasa tidak
nyaman dan percaya diri. Langkah perawatan diri dan obat-obatan dapat membantu mengobati
penyakit membantu mengobati penyakit dermatitis.  dermatitis. 

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap
pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema,  papul,  papul, vesikel, vesikel, skuama, skuama, likenifikasi) likenifikasi)
dan keluhan keluhan gatal. Dermatitis Dermatitis cenderung cenderung residif dan cenderung kronis.
(Djuanda Adhi, 2010).

Dermatitis Dermatitis atau lebih atau lebih dikenal sebagai dikenal sebagai eksim merupakan
eksim merupakan penyakit kulit penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab
dan timbul dalam  berbagai  berbagai jenis, terutama terutama kulit yang kering, kering, umumnya
umumnya berupa pembengkakan, pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).

B. ETIOLOGI DERMATITIS

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen,
asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari
dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. Klasifikasi dermatiti dermatitis atopik.

Klasifikasi dermatitis (Djuanda s (Djuanda Adhi, 2010), yaitu : Adhi, 2010), yaitu :

1. Dermatitis Kontak Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).

2. Dermatitis Kontak Iritan DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang bersifat
iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan iritan antara lain deterjen, bahan
pembersih peralatan rumah tangga, dan sebagainya.

3. Dermatitis Kontak Alergik DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-
bahan yang bersifat bersifat sensitiser/alergen. sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu
DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat obatan, dan sebagainya.

4. Dermatitis Atopik Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal, umum
dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-kambuhan.
Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma bronkial, reaksi abnormal terhadap
perubahan suhu (hawa udara  panas,  panas, dingin) dingin) dan ketegangan ketegangan (stress),
(stress), resistensi resistensi menurun menurun terhadap terhadap infeksi infeksi virus dan bakteri,
lebih sensitif terhadap serum dan obat.
5.  Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Ch  Lichen Simplex Chronicus (LSC) ronicus (LSC)
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit disertai gambaran relief kulit
yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh
cetusan gatal yang hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.

6. Dermatitis Numularis Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah ekstensor ekstremitas
(terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit mempunyai kecenderungan residif.

7. Dermatitis Statis Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis dermatitis
sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis varikosum, sebab kausa utamanya
ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah
di tungkai bawah.

8. Dermatitis Autosensitisasi Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan penyebab fokus
inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas,
sering berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa
ulkus

C. PATOFISIOLOGI DERMATITIS

Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis yang
disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat tersebut masuk kedalam kulit yang
kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah
terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi
setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke
dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga
menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.

D. GEJALA DERMATITIS

Menurut (Djuanda Adhi, 2010)

1. Dermatitis kontak

a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak  

b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncu tidak
muncul sebulum 24-48 jam l sebulum 24-48 jam  bahkan sampai 72 jam

c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat akut dapat terjadi
perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan lecet. saat kemerahan, terasa perih
bahkan lecet. saat kronis g kronis gejala di mulai dengan ejala di mulai dengan kulit yang mengering
dan sedikit meradang yang akhirnya menebal

d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar

f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di  bandingan dengan
bandingan dengan tipe alergi tipe alergi

2. Dermatitis Autopik

Ada 3 fase klinis fase klinis Autopik y Autopik yaitu

a. DA infantil (2 bulan –  2 tahun) DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad
bulan kedua. Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema,
Papul-Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk
krusta, Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai
merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar
penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi  berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun) Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor  pergelangan  pergelangan tangan,
tangan, kelopak kelopak mata dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama,
erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan
skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh da tubuh dapat mengganggu pat
mengganggu  pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping
leher, dahi, sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai
tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling
parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar
cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit skuama.bisa d dapati ekskoriasi
dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan
dewasa  berlangsung  berlangsung lama kemudian kemudian cenderung cenderung
membaik membaik setelah setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia pertengahan dan
sebagia kecil sampai tua

3.  Neurodermatitis Sirkumskripta

a. Kulit sangat gatal  

b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan  bawah, paha atau mata kaki
kadang mun  bawah, paha atau mata kaki kadang muncul pada alat cul pada alat kelamin
kelamin

c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang tidur akan
berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah berat rasa gatal
tersebut

d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan atau
penggosokan yang sudah terjadi bertahun

4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu

 b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian memmbesar dengan cara
berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam (koin)
Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas

c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan

d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih,  jumlah  jumlah lesi dapat
hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, tersebar,  bilateral/simetris  bilateral/simetris dengan
ukuran berfariasi berfariasi dar milliar milliar sampai numular, bahkan plakat

e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk punggung tangan

5. Dermatitis Statis

a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik  

b. Bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik

c. Borok atau bisul pada kulit

d. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki

e. Luka (lesi kulit)

f. Pembengkakakn pada tungkai kaki

g. Rasa gatal di gatal di sekitar dareah y sekitar dareah yang terkena ang terkena

h. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena

E. WOC
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DERMATITIS

Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk mengetahui
seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar IgE dalam
darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas
tinggi. Lalu  pasien  pasien tersebut tersebut harus melakukan melakukan tes alergi untuk
mengetahui mengetahui bahan/zat bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen).

Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :

1.Skin Prick Test (Tes tusuk kulit). Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan
makanan, misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lainlain. Tes ini
dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan
menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di
kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen
tertentu akan timbul bentol merah gatal.

Syarat tes ini :

a. Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat anti
alergi) selama 3  –   7 hari, tergantung jenis obatnya.  

b. Umur yang di anjurkan 4 –  50 tahun.


2. Patch Tes (Tes Tempel).

Tes ini untuk mengetahui alergi kontak te Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bah
rhadap bahan kimia, pada penyakit an kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim. Tes dermatitis
atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit p ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru unggung.
Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan
timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).

Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan ini
memerlukan  sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin
komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan
pada usia  berapapun, tidak dipengaruhi oleh o  berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.

4. Skin Test (Tes kulit).

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di kulit lengan
bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat
dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.

5. Tes Provokasi.

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat juga untuk
alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial.
Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah
jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan
syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE
spesifik metode RAST.

F. PENATALAKSAN PENATALAKSANAAN DERMATITIS DERMATITIS

1. Sistemik Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat dipertimbangkan
pemberian kortikosteroid.

2. Topikal Prinsip umum

Terapi topikal diuraikan di bawah ini :

a. Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis kering (sika)
diobati dengan krim atau salep.  

b. Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.

c. Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), pasta, krim, atau
linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.
d. Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau  pasta; bila  pasta; bila
kronik diberikan salep. kronik diberikan salep. Krim diberikan pada d Krim diberikan pada daerah
berambut,

sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih  besar dari pada krim.
Penatalaksanaan

1. Dermatitis Kontak

a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.

b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera mungkin.

c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.

d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.

e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai dengan tingkat
keparahnnya.

2. Dermatitis Atopik

a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara  panas/dingin, bahan –  bahan


berbulu. b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik urea
10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%

c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan daerah
genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas
penyakit telah  penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplika terkontrol. Kortikosteroid
diaplikasikan intermiten sikan intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat,
dosis rendah, diberi selang  –   seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba  –  tiba dihentikan akan timbul
rebound phenomen.

d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat menimbulkan


sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat
mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek
samping sedatif.

e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya  peningkatan  peningkatan koloni


S. Aureus pada kulit penderita penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau 4 x
200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta

a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi reaksi


inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga membantu
mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada reaksi radang
yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan
wajah). Pada pengobatan jangka  panjang  panjang digunakan digunakan steroid steroid
yang low-proten, low-proten, pemakaina pemakaina high-  potent steroid  potent steroid
hanya dipakai hanya dipakai kurang dari kurang dari 3 minggu 3 minggu pada kulit pada kulit
yang tebal.  

b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu
pertimbangan untuk pemberiannya.

c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun oral.

d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat mencegah gatal
dan garukan

4. Dermatitis Numularis

a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien

 b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat ter,
glukokortikoid, takrolimus, atau  pimekrolimus.

c.Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1 : dengan larutan permanganas kalikus 1 : 10.000.

d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.

e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter, dalam
jangka pendek.

f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin HCL

5. Dermatitis statis

a. Cahaya berdenyut intens  

b. Diuretik

c. Imunosupresan

d. Istirahat

e. Kortikosteroid

f. Ligasi Vaskuler

g. Pelembab

h. Terapi Kompresi
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

1. Pengkajian

a. Identitas: Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin, ras/ suku,
pekerjaan.

 b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama: Keluhan Utama: klien mengeluh klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema,
gatal- gatal, eritema, edema, kenaikan suhu tubuh. kenaikan suhu tubuh. 

2) Riwayat Penyakit Sekarang:  pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya
pada muka (terutama palpebra dan  bibir),  bibir), gangguan gangguan fungsi kulit, eritema, eritema,
papula (lesi teraba kecil), kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan
likenifikasi (penebalan kulit).

3) Riwayat Kesehatan masa lalu:

a) Penyakit yang pernah di derita: Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan  pada keluhan utama dan utama dan tindakan apa tindakan apa saja yang dilakukan
yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya

 b) Riwayat penyakit dahulu Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau  penyakit
kulit lainnya.

c) Riwayat penyakit keluarga Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.

d) Riwayat psikososial Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.

e) Riwayat pemakaian obat Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai  pada
kulit, atau pernahkah pernahkah pasien tidak tahan (alergi) (alergi) terhadap terhadap sesuatu obat

c. Pemeriksaan Fisik

1. Head to toe

a) Kepala

1) Kepala Inspeksi: Bentuk kepala simetris

Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan

2) Rambut Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam, rambut
lurus tidak rontok.

3) Mata Inspeksi: Warna sklera putih, t Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, p
idak konjungtivis, pupil: Normal upil: Normal isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak
ada sekret pada mata, kelopak mata normal warna merah muda, pergerakan mata klien
normal, serta lapang pandang normal.

Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata.

4) Hidung Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak hidung,
tidak ada sekret, tidak ada ada sekret, tidak ada polip atau benjolan polip atau benjolan
didalam didalam hidung, fungsi penciuman baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak dan
tidak terjadi pendarahan pad terjadi pendarahan pada lubang a lubang hidung (epistaksis).
hidung (epistaksis).

5) Mulut Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut pucat, membran
mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi.

6) Telinga Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada serumen
berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop tidak adanya peradangan,
dan tidak terdapat cairan pada membran timpani. Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada
aurikula dan membran timpani normal.Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+)

2. Leher

Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe.

Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak ada nyeri tekan dan
tidak ada peradangan

3. Dada

1) Paru Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan,  pola napas pendek
pada istirahat istirahat dan aktivitas, aktivitas, frekuensi frekuensi napas  pasien reguler,
pergerakan otot bantu pernafasan normal.

2) Jantung TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil. Inspeksi: denyutan jantung
normal Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5 Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada
pembesaran  jantung atau tidak ada kardiomegali.

Perkusi: pekak

4. Abdomen

Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak ada distensi,
tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.

Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit

Perkusi: timpani

Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada  pembesaran lien (ginjal)

5. Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan

a) Integumen Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra
dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema,  papula  papula (lesi teraba kecil), kecil), vesikel
vesikel (lepuhan (lepuhan kecil berisi cairan), cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan
likenifikasi (penebalan kulit).
b)  b) Persyarafan (1) Tingkat kesadaran: composmentis (2) GCS:
(a) Eye: Membuka secara spontan 4
(b) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(c) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6

(3) Total GCS: Nilai 15

(a) Reflek: Normal

(b) Tidak ada riwayat kejang

(c) Koordinasi gerak normal

d. Pola Fungsi

1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan Persepsi terhadap penyakit : Tanyakan kepada klien
pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari  pengobatan
pengobatan atau menunggu menunggu sampai penyakit penyakit tersebut tersebut mengganggu
mengganggu aktivitas pasien, Penggunaan : Tanyakan tentang penggunaan obat obat tertentu
(misalnya antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO),
antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-parkinson, Tanyakan tentang penggunaan alcohol,
dan tembakau untuk mengetahui gaya hidup klien.

2. Pola Nutrisi/Metabolisme Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang
dan malam ), Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau
alergi, Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan, Tanyakan apakah klien sering
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant

3. Pola Eliminasi

Tanyakan b Tanyakan bagaimana pola BAK agaimana pola BAK dan BAB, dan BAB, warna dan
karakteristiknya, Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi, Adakah masalah
dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi

4. Pola Aktivitas/Olahraga Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada


kulit, Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang
terganggu adalah kulitnya, Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.

5. Pola Istirahat/Tidur Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien, Masalah Pola
Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada
kulit, Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur
6. Pola Kognitif/Persepsi Kaji status mental klien, Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan
klien dalam memahami sesuatu, Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara
klien. Identifikasi  penyebab  penyebab kecemasan kecemasan klien, Kaji penglihatan penglihatan
dan pendengaran pendengaran klien

Kaji apakah klien mengalami vertigo, Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak
merah pada kulit.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya, Tanyakan apa yang
menjadi pikiran bagi klien, apakah meras en, apakah merasa cemas, depresi atau takut, Apakah ada
hal cemas, depresi atau takut, Apakah ada hal yang menj yang menjadi pikirannya adi pikirannya

8. Pola Peran Hubungan Tanyakan apa pekerjaan pasien, Tanyakan tentang system pendukung
dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan
dengan perawatan penyakit klien

9. Pola Seksualitas/Reproduksi Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan


penyakitnya,  penyakitnya, Tanyakan Tanyakan kapan klien mulai menopause menopause dan
masalah masalah kesehatan terkait dengan menopause, Tanyakan apakah klien mengalami
kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks

10. Pola Koping-Toleransi Stres Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial
atau perawatan diri ), Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan  bagaimana klien mengatasi
kecemasann  bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme ya (mekanisme koping klien ).
koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi
masalahnya dengan orang-orang terdekat.

11. Pola Keyakinan-Nilai Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama  beragama serta seberapa seberapa taat klien menjalankan menjalankan ajaran
agamanya. agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.  Nyeri berhubungan dengan  Nyeri berhubungan dengan adanya lesi kulit adanya lesi kulit

 b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak  baik

d. Risiko infeksi Risiko infeksi berhubungan berhubungan dengan kerusakan kulit

Anda mungkin juga menyukai