Anda di halaman 1dari 3

Om Swastyastu

Terima kasih atas waktu yang telah di berikan kepada saya untuk menyampaikan sedikit pesan
dharma. Sebelumnya mari kita haturkan puji astungkara kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Baik pada kesempatan ini saya akan menyampaikan sebuah dharma wacana yang berjudul “Tat
Twam Asi”.

Tat Twam Asi


Pengertian Tat Twam Asi :

Kata tat twam asi berasal dari kata sanskerta, yang terdiri dari kata “Tat”= itu/dia, “Twam”=
engkau, dan”Asi”= adalah.

Secara umum kata Tat Twam Asi dapat diartikan, dia adalah engkau/kamu.

Sedangkan dalam filsafat Hindu “Tat Twam Asi” dijelaskan sebagai ajaran kesusilaan yang
tanpa batas, dan identik dengan ajaran kemanusiaan

Kitab Brhad Aranyaka Upanisad menyebutkan sebagai berikut 

“Aham Brahma Asmi”

artinya :

aku adalah Brahman

Di dalam Katha Upanisad dinyatakan.


“nityo nityanam cetanas cetananam
eko bahunam yo vidadhati kaman
tam pitha-gam ye 'nupasyanti dhiras
tesam santih sasvati netaresam”
Artinya:
“Diantara kepribadian yang kekal dan yang berkesadaran, ada satu kepribadian yang
menyediakan keperluan dari kepribadian-kepribadian yang lainnya. Orang bijaksana yang
memuja kepribadian yang satu ini, yang bertempat tinggal di alamNya yang rohani akan mampu
mencapai kedamaian sejati sedangkan yang lain, yang tidak memujaNya tidak akan mencapai
kedamaian”.
Dari sloka ini dapat kita simpulkan bahwa tat tvam asi berarti ”kamu (semua makhluk
hidup) dan dia (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) adalah sama”. Kata ”sama” di sini hendaknya
tidak disalahartikan. Ini tidak berarti bahwa kita sepenuhnya sama dengan Tuhan, namun kita
mempunyai sifat yang sama dengan Tuhan dalam jumlah yang kecil. Di dalam Srimad Bhagavad
Gita,

kepribadian Ida Sang Hyang Widhi Wasa bersabda:


“mamaivamso jiva-loke
jiva-bhutah sanatanah
manah-sasthanindriyani
prakrti-sthani karsati”
Artinya:
“Para makhluk hidup di dunia material ini merupakan percikan terkecil dari diriku yang
kekal. Disebabkan oleh keterikatan hidup, mereka berjuang keras untuk menghadapi 6 indria
termasuk pikiran”.
pernyataan ini juga ditemukan di dalam Bhagavad Gita sebagai berikut,
“ernyataan ini juga ditemukan di dalam Bhagavad Gita sebagai berikut,
“aham sarvasya prabhavo
mattah sarvam pravartate
iti matva bhajante mam
budha bhava-samanvitah”
Artinya:
“Aku adalah sumber dari segala sesuatu baik alam material maupun alam rohani. Segala
sesuatu berasal dari diriKu. Orang bijaksana yang mengetahui ini secara sempurna menekuni
pengabdian suci bhakti dan menyembahKu dengan sepenuh hatinya”.
“Aku adalah sumber dari segala sesuatu baik alam material maupun alam rohani. Segala sesuatu
berasal dari diriKu. Orang bijaksana yang mengetahui ini secara sempurna menekuni pengabdian
suci bhakti dan menyembahKu dengan sepenuh hatinya”.

Ajaran ini merupakan dasar utama bagi kita untuk dapat mewujudkan masyarakat yang damai
(santhi).

Ajaran Tat Twam Asi patut kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta
hubungan yang harmonis diantara kita.

Bila kita sungguh-sungguh dapat memahami dan menerapkannya maka dalam diri kita akan
muncul sikap cinta kasih terhadap semua ciptaan-Nya.

Seperti halnya, menyayangi orang lain sebagaimana menyayangi diri sendiri merupakan salah
satu bentuk pengamalan dari ajaran ini,

Namun ada pula disebutkan bahwa Tat Twam Asi (Ia adalah engkau) sangat berkaitan
dengan susila yang dalam babad bali disebutkan mengandung makna bahwa hidup segala
makhluk sama, menolong orang lain berarti menolong diri sendiri, dan sebaliknya menyakiti
orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Jiwa sosial demikian diresapi oleh sinar tuntunan
kesucian Tuhan dan sama sekali bukan atas dasar pamrih kebendaan. Dalam hubungan ajaran
susila beberapa aspek ajaran sebagai upaya penerapannya sehari- hari diuraikan lagi secara lebih
terperinci

Filosofi yang termuat dari ajaran ini adalah bagaimana kita bisa berempati, merasakan apa
yang tengah dirasakan oleh orang yang di dekat kita. Ketika kita menyakiti orang lain, maka diri
kita pun tersakiti. Ketika kita mencela orang lain, maka kita pun tercela. Maka dari itu,
bagaimana menghayati perasaan orang lain, bagaimana mereka berespon akibat dari tingkah laku
kita, demikianlah hendaknya ajaran ini menjadi dasar dalam bertingkah laku.)

Anda mungkin juga menyukai