Om Swastyastu
Om Swastyastu
Terima kasih atas waktu yang telah di berikan kepada saya untuk menyampaikan sedikit pesan
dharma. Sebelumnya mari kita haturkan puji astungkara kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Baik pada kesempatan ini saya akan menyampaikan sebuah dharma wacana yang berjudul “Tat
Twam Asi”.
Kata tat twam asi berasal dari kata sanskerta, yang terdiri dari kata “Tat”= itu/dia, “Twam”=
engkau, dan”Asi”= adalah.
Secara umum kata Tat Twam Asi dapat diartikan, dia adalah engkau/kamu.
Sedangkan dalam filsafat Hindu “Tat Twam Asi” dijelaskan sebagai ajaran kesusilaan yang
tanpa batas, dan identik dengan ajaran kemanusiaan
artinya :
Ajaran ini merupakan dasar utama bagi kita untuk dapat mewujudkan masyarakat yang damai
(santhi).
Ajaran Tat Twam Asi patut kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta
hubungan yang harmonis diantara kita.
Bila kita sungguh-sungguh dapat memahami dan menerapkannya maka dalam diri kita akan
muncul sikap cinta kasih terhadap semua ciptaan-Nya.
Seperti halnya, menyayangi orang lain sebagaimana menyayangi diri sendiri merupakan salah
satu bentuk pengamalan dari ajaran ini,
Namun ada pula disebutkan bahwa Tat Twam Asi (Ia adalah engkau) sangat berkaitan
dengan susila yang dalam babad bali disebutkan mengandung makna bahwa hidup segala
makhluk sama, menolong orang lain berarti menolong diri sendiri, dan sebaliknya menyakiti
orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Jiwa sosial demikian diresapi oleh sinar tuntunan
kesucian Tuhan dan sama sekali bukan atas dasar pamrih kebendaan. Dalam hubungan ajaran
susila beberapa aspek ajaran sebagai upaya penerapannya sehari- hari diuraikan lagi secara lebih
terperinci
Filosofi yang termuat dari ajaran ini adalah bagaimana kita bisa berempati, merasakan apa
yang tengah dirasakan oleh orang yang di dekat kita. Ketika kita menyakiti orang lain, maka diri
kita pun tersakiti. Ketika kita mencela orang lain, maka kita pun tercela. Maka dari itu,
bagaimana menghayati perasaan orang lain, bagaimana mereka berespon akibat dari tingkah laku
kita, demikianlah hendaknya ajaran ini menjadi dasar dalam bertingkah laku.)