Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nusa Tenggara Barat telah lama dikenal sebagai salah satu daerah
produsen dan pemasok utama ternak sapi dan kerbau (potong dan bibit)
Lombok tercatat sebesar 29.934 ekor (Anonim, 2016). Seluruh kerbau yang
ada di Provinsi NTB merupakan jenis kerbau lumpur (swamp buffalo) dan
tidak ditemukan dari jenis kerbau sungai (river buffalo). Secara nasional,
sungai(Anonim , 2016).
rakyat sangat umum mencapai umur pubertas dan umur beranak pertama
1
tertunda, angka konsepsi rendah, dan selang beranak panjang. Penurunan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju reproduksi induk kerbau yang
Triwulaningsih, 2007).
mempertahankan sifat-sifat khas kerbau lokal yang dapat dikaji lebih dalam
2
pelestarian plasma nutfah kerbau di daerah Kabupaten Lombok Barat dan
tersebut. Penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sehingga
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
3
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk
2. Manfaat Praktis
E. Lingkup Penelitian
1. Subyek Penelitian
2. Obyek Penelitian
Sumbawa Barat.
4
Barat Menggunakan Metode PCA (Principle Component Analysis) Sebagai
istilah tersebut secara jelas. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah
sebagai berikut :
1. Karakter morfologi
dengan warna yang lebih cerah pada bagian kaki. Bagian dagu dan leher
2. Kerbau lokal
lainnya. Disamping itu sedikit sekali terjadi migrasi antar populasi dan
5
berada didaerah tersebut belum pernah terkontaminasi oleh kerbau lain
3. Konservasi
informasi yang terdiri dari satu atau beberapa halaman yang digunakan
oleh banyak orang untuk promosi dan pengenalan, baik itu produk atau
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
Kingdom : Animalia
Kelas : Mamalia
Sub-kelas : Ungulata
Ordo : Artiodactyla
Sub-ordo : Ruminansia
Famili : Bovidae
Genus : Bubalus
Spesies : Bubalus bubalis
7
masyarakat serta dapat pula sebagai hewan kurban pada acara – acara
ritual (Murtidjo, dalam Nazir, 2012).
Protein hewani ternak kerbau juga tidak kalah dengan sapi. Daging
kerbau mempunyai kandungan protein 20-30%. Kelebihan ternak kerbau
antara lain kemampuan daya cerna terhadap serat kasar mencapai 62,7%
lebih besar daripada ternak sapi yang hanya 51,1%. Daging kerbau
berwarna relatif gelap dan seratnya relatif keras dan kasar. Lemaknya
berwarna putih dan jika diraba akan melekat pada jari (Rukmana, 2003).
8
manusia , sehingga secara lokal tidak begitu ditemukan perbedaan. Secara
genetika kerbau Sumbawa termasuk tipe kerbau lumpur, dan sejak awal
keberadaannya di Pulau Sumbawa belum pernah terkontaminasi gen kerrbau
lain (Yasin, 2013).
9
Karakter morfologi kerbau lokal didaerah Sumbawa yaitu kerbau
memiliki berbagai macam warna. Namun secara umum digolongkan
kedalam tiga macam warna kulit (coat color) dan bulunya (hair color) yang
dalam bahasa Samawa di sebut mirauda( merah jambu atau pink), klau
( abu-abu) dan pisak ( hitam). Warna mira-uda adalah bulu dan kulitnya.
Sedangkan warna kulitnya hitam,akan tetapi bulunya abu-abu. Sedangkan
variasi warnanya adalah brak (warna sabak), brak mira dan blo. Kerbau
Sumbawa berwarna brak yakni kulit dan bulu berwarna hitam dan terdapat
warna putih pada bagian depan kepalanya. Ada juga yang berwarna putih-
keputihan. Kerbau Sumbawa yang berwarna blo adalah warna ini mungki
yang disebut albinoid (Yasin, 2013).
10
antara lima subpopulasi (kecamatan) di Kabupaten Dompu. Berdasarkan
analisis struktur kanonikal total, ukuran tubuh yang bisa dipakai sebagai
peubah pembeda kelompok kerbau pada Can-1 adalah dalam dada
(0,78803), lebar dada (0,71850) dan panjang badan (0,56646). Lebih jauh
jarak genetik terdekat ditemukan antara kerbau Dompu dan Hu,u sebesar
1,42735, sebaliknya jarak genetik terjauh antara kerbau Pajo dan Kempo,
sebesar 5,17273. Kerbau Pajo-Kempo mempunyai hubungan kekerabatan
paling jauh kemungkinan disebabkan letak geografis kedua lokasi
berjauhan, sehingga membatasi distribusi kerbau di dua kecamatan ini.
3. Penelitian yang dilakukan olehAkhmad Sukri, dkk(2016), Penelitian ini
mengkaji karakter morfologi kerbau lokal (Bubalusbubalis) di
Kabupaten Lombok Tengah. Sampel penelitian terdiri dari 21 ekor
kerbau yangdiambil dari dua kecamatan yang berbeda. Analisis one way
anova dilakukan untuk mengetahuiperbedaan rerata nilai masing-masing
parameter morfologi yang dibedakan berdasarkankelompok umur.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan variasi fenotip kerbau
lokalLombok Tengah yang meliputi warna dan bentuk tubuh, warna
mata dan bentuk tanduk. Hasilanalisis statistik mengungkapkan bahwa
ada perbedaan panjang kepala, panjang kaki, danpanjang leher untuk
masing-masing kelompok umur kerbau .
C. Kerangka Berfikir
Karakter morfologisuatu individu dipergaruhi juga oleh keadaan
lingkungan sekitar sehingga menimbulkan adaya perbedaan karakter antara
kerbau didaerah satu dengan daerah lainnya. Salah satunya penyebab
terjadinya perbedaan morfologi yang di miliki kerbau yang berada di
kabupaten lombok bbarat dengan kerbau yang berada di kabupaten
sumbawa barat di sebabkan oleh letak geografis yang berbeda . Letak
geografis Kabupaten Lombok Barat terletak pada 11 50 , 46 - 1160 , 20
BT dan 80.25- 80. 55 LS sedangkan Kabupaten Sumbawa Barat terletak
pada 116º 4200 - 117º 0800º BT dan 8º 22,500 - 9º 0500 LS . selain
disebabkan oleh letak geografis yang berbeda faktor lain yang dapat
11
menyebabkan adanya perbedaan karakter morfologi yaitu cara pemeliharaan
yang diberikan berbeda-beda , jenis pakan yang diberikaan kepada ternak
dan cara perkembangbiakan ternak kerbau itu sendiri atau reproduksi dari
kerbau.
Dari faktor-faktor tersebut menyebabkan adanya karakter-karakter
tersendiri yang dimiliki oleh kerbau yang ada pada setiap daerah sehingga
perbedaa karakter tersebut menjadi ciri khas kerbau di daerah setempat.
Kerbau lokal yang menjadi ciri khas daerah harus dilestarikan agar tidak
punah .
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
1. Populasi
Sumbawa Barat.
2. Sampel
kabupaten ini terletak pada pulau yang berbeda yaitu Pulau Lombok dan
13
Pulau Sumbawa .Masing-masing kabupaten ini memiliki daerah yang
Kabupaten Sumbawa Barat terletak pada 116º 4200 - 117º 0800º BT dan
lokasi yang berbeda , cara prilaku peternak dalam berternak kerbau juga
masing-masing daerah .
D. Instrumen Penelitian
Alat Fungsi
1. Alat tulis Untuk mencatat karakter morfologi kerbau
2. Pita ukur Untuk mengukur karakter morfologi kerbau
3. Camera Untuk mendokumentasi pada saat penelitian
E. Prosedur Penelitian
14
tertentu yaitu sampel diambil peneliti berdasarkan kondisi kerbau
dilapangan.
diamati yaitu panjang badan, panjang kaki, lebar kepala dan lebar
pinggul.
Bagian bagian tubuh kerbau yang diukur (dinyatakan dalam satuan cm)
2. Lebar dada (X2) adalah jarak antara penjolan sendi bahu (os
3. Dalam dada (X3) merupakan jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang
4. Tinggi pundak (X4) jarak tertinggi pundak melalui belakang scapula tegak
15
5. Panjang badan (X5) adalah garis lurus dari tepi tulang processus spinocus
6. Tinggi pinggul (X6) adalah jarak tertingi pinggul secara tegak lurus ke
7. Lebar pinggul (X7) diukur dengan tongkat ukur sebagai jarak lebar antara
8. Lebar kepala diukur dengan pita ukur sebagai jarak lebar antara kedua
pangkal tanduk.
1. Metode Observasi
yang diamati .
16
2. Lembar Validasi
didapat, dibagi skor maksimal dikali 100%, aspek yang dinilai berupa
1. Penyusunan Brosur
dkk (1974) yang terdiri dari 4 tahap yaitu Define, Design, Develop dan
17
tujuan dalam batasan materi pelajaran yang akan dikembangkan
perangkatnya.
Termasuk pula dalam tahap ini adalah (c) pemilihan format. Di dalam
pakar. Tahap ini biasanya meliputi: (a) validasi perangkat oleh pakar
rencana pelajaran.
1) Teknik Persentase
18
Tabel 3.3 Pengambilan Keputusan Revisi Bahan Ajar
DAFTAR PUSTAKA
19
Anonim, 2016.Populasi Nasional Ternak Kerbau Tahun 2011 s/d 2013,
http://ditjennak.deptan.go.id,diakses 30 November 2016, 09.15 am.
Arikunto, S. 2013. Manajemen Penelitian.Rineka Cipta: Jakarta
Hartatik, Tuti. 2014. Analisis Genetik Ternak Terlokal. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Murti, T. Wisnu dan G. Ciptadi. 1988. Kerbau Perah dan Kerbau Kerja.
Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Yasin, Suhubdy. 2013. Produksi Ternak Ruminansia ( Kerbau Dan Sapi). Pustaka
Reka Cipta. Bandung.
20