Anda di halaman 1dari 40

Rencana Kerja dan Syarat -syarat 1

RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

1 PASAL 1
KETENTUAN UMUM

1.1 Nama Kegiatan dan Pekerjaan


Kegiatan : Pembangunan Jalan - TPT

Pekerjaan : Pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT) Dusun Cidahu

1.2 Lokasi Pekerjaan


Lokasi Pekerjaan : Desa Cidahu Kec. Pagaden Barat Kab. Subang

1.3 Peraturan Teknis


a. Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
(menggunakan lembar-lembar ketentuan dan peraturan) memenuhi persyaratan-persyaratan
teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI, dan Standar Industri Indonesia (SII) dan
peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan antara lain :
 UU No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
 Peraturan-peraturan umum (Agregat Voorwarden) disingkat AV
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI. 2 (PBI-1971)
 Tata Cara Pembuatan Campuran Beton Normal 2834-2000 (SK.SNI.3775/BSN-
1/HK.64/12/2000)
 Standard Industri Indonesia (SII)
 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum tentang Penggunaan Tenaga
Kerja, Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja.
 Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI 1980)
 PUBI 1982 PERSYARATAN UMUM BAHAN BANGUNAN INDONESIA
TAHUN 1982
DTPI 1970 PERSYARATAN UMUM DARI DEWAN TEKNIK

PEMBANGUNAN IND

N1-3 PERATURAN UMUM UNTUK BAHAN BANGUNAN DI

INDONESIA

SKSNI T-15-1991-03 BUKU STANDAR BETON 1991

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 2
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

SKSNI S-05-1990-F UKURAN KAYU BANGUNAN

1253-1989-A CAT EMULSI

SP 74 : 1977 CAT TENTANG BESI DAN TENTANG KAYU

Standard Nasional Indonesia (SNI), sebagaimana diberikan dalam Lampiran Spesifikasi ini harus
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan. Dalam segala hal, Penyedia Jasa harus menggunakan
SNI yang relevan atau setara untuk menggantikan standar-standar lain yang mungkin ditunjukkan
dalam Spesifikasi ini.. Bilamana standar tersebut tidak terdapat dalam SNI, Penyedia Jasa dapat
menggunakan standar lain yang relevan sebagai pengganti atas perintah Direksi Pekerjaan.

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut diatas,
maupun standar-standar Nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar Internasional
yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standar-standar
Persyaratan Teknis dari Negara-negara asal bahan/pekerjaan yang bersangkutan
b. Jika ternyata pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat itu terdapat kelalaian/penyimpangan dari
peraturan-peraturan sebagaimana dinyatakan dalam ayat 1.1. diatas, maka Rencana Kerja
dan Syarat ini yang mengikat.
c. Merek-merek dagang
Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari bahan yang
disebutkan dalam Persyaratan Teknis ini ditujukan untuk maksud-maksud perbandingan
terutama dalam hal mutu, model, bentuk, jenis dan sebagainya setelah mendapat
persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas.
Dalam hal dimana disebutkan 3 (tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis bahan/pekerjaan
yang sama, maka Penyedia Jasa diharuskan untuk dapat menyediakan salah satu dari
padanya sesuai dengan persetujuan Direksi atau Konsultan Pengawas.
d. Pemakaian Umum
 Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab dalam menepati ketentuan yang tercantum dalam
rencana kerja berikut tambahan dan perubahannya.
 Penyedia Jasa wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagian-bagiannya dan segera memberitahukan kepada Konsultan Pengawas tentang setiap
perbedaan yang ditemukannya didalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat dan dalam
Gambar Kerja maupun dalam pelaksanaan. Penyedia Jasa baru diijinkan membetulkan
kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Penanggung
Jawab Kegiatan.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 3
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

 Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal apapun menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa; oleh karenanya Penyedia Jasa diwajibkan mengadakan
pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar-gambar dan dokumen yang ada.

1.4 Kondisi Lapangan


a. Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus benar-benar memahami kondisi/keadaan
site/lapangan atau hal-hal lain yang mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan
dan harus sudah memperhitungkan segala akibatnya.
b. Penyedia Jasa harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi tempat
bekerja, penempatan bahan-bahan/material, pengamanan dan kelangsungan operasi selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
c. Penyedia Jasa harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS, dan
agenda dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi lapangan sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan dengan baik.

1.5 Kebersihan dan Ketertiban.


a. Selama berlangsungnya pembangunan, Direksikeet, gudang dan bagian dalam bangunan
yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah dan
lain-lain.
b. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan Konsultan Pengawas atau Direksi memberi
perintah penghentian seluruh pekerjaan dan Penyedia Jasa harus menanggung seluruh
akibatnya.
c. Penimbunan bahan/material yang ada dalam gudang-gudang maupun yang berada diluar
gudang, harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan
pekerjaan/umum dan juga memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-
bahan/material oleh Konsultan Pengawas/Direksi maupun Pemberi Tugas.
d. Penyedia Jasa wajib membuat urinoir dan WC untuk para pekerja pada tempat-tempat
tertentu yang disetujui oleh Konsultan Pengawas, demi terjaminnya kebersihan dan
kesehatan dalam Proyek.
e. Para pekerja Penyedia Jasa tidak diperkenankan untuk :
 Menginap ditempat pekerjaan, kecuali dengan ijin Konsultan Pengawas atau Direksi.
 Memasak ditempat kerja, kecuali dengan ijin Konsultan Pengawas atau Direksi.
 Membawa masuk pedagang makanan, buah-buahan, minuman, rokok dan sebagainya ke
tempat pekerjaan.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 4
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

 Keluar masuk dengan bebas.

1.6 Pemeriksaan, Penyediaan Bahan dan Barang.


a. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuat dari suatu barang atau bahan, maka
hal ini dimaksudkan untuk menunjukan bahan dan barang yang digunakan dan untuk
mempermudah Penyedia Jasa mencari barang tersebut.
b. Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus disetujui
oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas dan bila ditentukan dalam RKS serta gambar kerja,
maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh Pemberi Tugas melalui
Konsultan Pengawas. Sedang biaya tetap menjadi tanggungan Penyedia Jasa.
c. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera disediakan
atas biaya Penyedia Jasa, setelah disetujui oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas atau
Direksi, harus dianggap bahwa bahan dan barang tersebut yang akan dipakai dalam
pelaksanaan pekerjaan nanti.
d. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh Konsultan Pengawas atau Pengelola
Teknik Proyek/Pemberi Tugas untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan
barang yang dipakai tidak sesuai dengan kualitas maupun sifatnya seperti contoh yang telah
disampaikan.
e. Dalam mengajukan harga penawaran, Penyedia Jasa harus sudah memasukan biaya untuk
keperluan pengujian berbagai bahan dan barang
f. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab pula atas biaya
pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas atau Direksi.

1.7 Perbedaan dalam Dokumen Lampiran Kontrak


a. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat ini, maka Penyedia Jasa harus menanyakan secara tertulis kepada Konsultan
Pengawas/Pemberi Tugas/Direksi dan Penyedia Jasa mentaati keputusan tersebut.
b. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar terbesar dan terakhir yang berlaku dan ukuran
dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran skala dari pekerjaan yang sudah
selesai.
c. Apabila terdapat perbedaan antara :

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 5
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

 Gambar Arsitektur dengan Gambar Struktur, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam
ukuran fungsional adalah Gambar Arsitektur, sedangkan untuk jenis dan kualitas bahan
dan barang adalah Gambar Struktur.
 Gambar Arsitektur dengan Gambar Sanitasi, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam
ukuran kualitas dan jenis bahan adalah Gambar Sanitasi, sedangkan untuk ukuran
fungsional adalah Gambar Arsitektur.
 Gambar Arsitektur dengan Gambar Elektrikal, maka yang dipakai sebagai pegangan
dalam ukuran fungsional adalah Gambar Grsitektur, sedangkan untuk ukuran kualitas dan
bahan-bahan adalah Gambar Elektrikal/Listrik.

1.8 Gambar Kerja (Shop Drawing)


a. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dalam gambar kerja atau diperlukan gambar
tambahan/gambar detail, atau untuk memungkinkan Penyedia Jasa melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Penyedia Jasa harus membuat
gambar tersebut dan dibuat rangkap 3 (tiga) atas biaya Penyedia Jasa serta dimintakan
persetujuan Konsultan Pengawas.
b. Gambar kerja hanya dapat berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh Pemberi
Kerja/Pengawas Lapangan, dengan mengikuti Penjelasan dan pertimbangan dari Perencana
dan Konsultan Pengawas.
c. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang diperintahkan
oleh Pemberi Tugas, sehingga jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan
gambar perubahan rencana.
d. Gambar tersebut harus diserahkan kepada Konsulatn Pengawas untuk disetujui sebelum
dilaksanakan.

1.9 Gambar Sesuai Pelaksanaan (Asbuilt Drawing)

a. Termasuk semua yang belum terdapat dalam gambar kerja (Gambar Arsitektur, Gambar
struktur dan Gambar Mekanikal dan Elektrikal), baik karena penyimpangan, perubahan atas
perintah Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas, maka Penyedia Jasa harus membuat gambar-
gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan
perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.

b. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar asli) dan
biaya pembuatannya ditanggung Penyedia Jasa.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 6
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

1.10 Jadwal Pelaksanaan


Dalam waktu paling lambat 2 (dua) minggu setelah Penyedia Jasa dinyatakan sebagai
pemenang lelang, atau dengan lain cara ditunjuk oleh Pemberi Tugas sebagai pelaksana
pembangungan, Penyedia Jasa harus segera membuat :

1. Jadwal Waktu (Time Schedule) pelaksanaan secara rinci yang digambarkan secara Diagram
Panah (Network Planning) dan Diagram Balok (Barchart).
2. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja.
3. Jadwal Pengadaan Bahan/Material Bangunan.
4. Jadwal Pengadaan dan Pemakaian Peralatan.
5. Diagram Cash-Flow (Arus Tunai).
Bagan/Diagram tersebut diatas harus mendapat persetujuan dari Pemberi
Tugas/Direksi/Konsultan Pengawas sebagai dasar/pedoman Penyedia Jasa dalam
melaksanakan pekerjaannya dan Penyedia Jasa wajib mematuhi dan menepatinya.

1.11 Petunjuk-petunjuk/Instruksi Direksi/Konsultan Pengawas


1. Semua insturksi dari Direksi/Konsultan Pengawas harus dilaksanakan secara baik oleh
Penyedia Jasa, jika Penyedia Jasa keberatan menerima petunjuk/instruksi Direksi/Konsultan
Pengawas tersebut, maka harus mengajukan secara tertulis kepada Direksi/Konsultan
Pengawas dalam waktu 7 (tujuh) hari.
2. Apabila dalam batas waktu tersebut diatas Penyedia Jasa tidak mengajukan keberatan maka
dianggap telah menyetujui dan menerima petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas untuk segera
dilaksanakan. Penyedia Jasa diharuskan merekam atau dalam kata lain mencatat setiap
petunjuk/instruksi Direksi/Konsultan Pengawas dalam buku harian lapangan/pelaksanaan dan
memintakan tanda tangan atau sepengetahuan Direksi/Konsultan Pengawas.

1.12 Hasil Pekerjaan


Untuk menjamin mutu/kualitas hasil pekerjaan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan, maka
Penyedia Jasa diharuskan menyediakan :

1. Pelaksana atau tenaga ahli yang mengerti dan berpengalaman tentang gambar kerja dan
cara-cara pelaksanaan.
2. Alat Bantu Kerja, Pompa Air untuk kerja, alat pemadat tanah, alat ukur waterpas, penyekat
tegak dan alat bantu pekerjaan lainnya.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 7
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

3. Bila diperlukan, sesuai dengan kondisi lapangan/situasi tempat kerja, maka sebelum
melakukan pekerjaan pembersihan, Penyedia Jasa maupun Pelaksana pembangunan,
Penyedia Jasa diwajibkan memasang alat-alat pengaman/pelindung/penyangga seperti
jaring/lori/katrol.

1.13 Penetapan Ukuran


1. Penyedia Jasa bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan ini dan tidak boleh
menambah ukuran tanpa seijin Direksi/Konsultan Pengawas. Setiap ada perbedaan dengan
ukuran-ukuran yang ada harus segera memberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas
untuk segera ditetapkan sebagaimana mestinya.
2. Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa wajib memberitahu Direksi/Konsultan
Pengawas, bagian pekerjaan yang akan dimulai untuk diperiksa terlebih dahulu ketepatan
ukuran-ukurannya.
3. Penyedia Jasa diwajibkan senantiasa mencocokan ukuran satu dengan yang lain dalam
setiap bagian pekerjaan dan segera melapor kepada Direksi/Konsultan Pengawas setiap
terdapat selisih/perbedaan ukuran untuk diberikan keputusan pembetulannya.
4. Mengingat setiap kesalahan ukuran selalu mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan yang
lainnya, maka ketetapan akan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh.
Kelalaian Penyedia Jasa terhadap hal ini tidak dapat diterima dan Direksi/Konsultan
Pengawas berhak untuk membongkar pekerjaan dan memerintahkan untuk menepati ukuran
sesuai ketentuan.
5. Kerugian terhadap kesalahan pengukuran oleh Penyedia Jasa sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.

1.14 Buku Harian Lapangan


1. Penyedia Jasa diwajibkan menyediakan dan mengisi Buku Harian Lapangan yang berisi
laporan tentang jumlah tenaga/pekerja, bahan bangunan dan pekerjaan yang dilaksanakan,
keadaan cuaca, peralatan yang dipakai serta lain-lain hal yang dianggap perlu atas petunjuk
dan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
2. Buku Harian Lapangan harus disediakan oleh Penyedia Jasa sesuai jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan dan harus selalu berada ditempat pekerjaan, diisi oleh Penyedia Jasa
dan diketahui Direksi/Konsultan Pengawas.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 8
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

3. Konsultan Pengawas mencatat instruksi-instruksi dan petunjuk pelaksanaan yang dianggap


perlu pada Buku Harian Lapangan dan merupakan petunjuk yang harus diperhatikan
Penyedia Jasa.
Buku Harian Lapangan dibuat masing-masing 3 (tiga) rangkap

2 PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1 Lingkup Pekerjaan


Yang dimaksud pekerjaan persiapan meliputi dan tidak terbatas untuk pekerjaan permulaan,
penunjang, pendukung atau pelengkap dari seluruh pekerjaan yang terdiri dari :
a. Adminstrasi dan Dokumentasi
b. Papan Nama Proyek
c. Pengadaan Air dan Listrik Kerja
d. Pekerjaan Bouwplank
e. Quality Kontrol

2.2 Administrasi dan Dokumentasi


2.2.1 Administrasi dan Asbuildrawing
Kontraktor diwajibkan memberikan dan melaporkan serta membuat laporan harian beserta
kelengkapan dokumentasi visual kepada konsultan pengawas untuk selanjutnya konsultan
pengawas menyusun kelengkapan tersebut dan melaporkan secara berkala kepada Pemilik
Pekerjaan

2.2.2 Dokumentasi

a Penyedia Jasa harus memperhitungkan baiya perawatan pembuatan dokumentasi serta


pengirimannya ke Kantor Pengelola Pekerjaan serta pihak-pihak lain yang diperlukan.

b Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi adalah :


- laporan-laporan perkembangan proyek
- foto-foto proyek, berwarna minimal ukuran kartu pos dilengkapi album
- Surat-surat dan dokumen yang lain.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 9
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

c Foto-foto yang menggambarkan kemajuan proyek hendaknya dilakukan sesuai dengan


petunjuk Konsultan Pengawas dan dibuat minimal sebanyak 5 (lima) peristiwa, yaitu : 0%,
25%, 50%, 75% dan 100%, disertai dengan foto-foto proses setiap item pekerjaan.

2.3 Papan Nama Proyek


a. Kontraktor diwajibkan memasang papan nama proyek pada lokasi pekerjaan dimana
pemasangan papan nama proyek di tempat yang mudah dilihat oleh umum.
b. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek
dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan pemilik proyek.
c. Pembuatan papan nama proyek harus kuat dan tahan lama, minimal seumur proyek itu
berjalan, disarankan terbuat dari bahan tiang besi serta plat baja, bentuk serta ukuran serta
isi penulisan dari pada papan nama proyek tersebut akan ditentukan kemudian oleh pihak
direksi.
Pada papan Nama Proyek harus diinformasikan hal-hal sebagai berikut:
 Nama Kegiatan
 Pemilik Kegiatan
 Volume Kegiatan
 Penyedia Jasa Pelaksana Pekerjaan
 Konsultan Pengawas Pekerjaan
 Nilai Kontrak
 Waktu Pelaksanaan

2.4 Air dan Listrik Kerja

a Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Penyedia Jasa harus
memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk
pekerja dan air kamar mandi/WC, selama berlangsungnya proyek.

b Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta
pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan
pekerjaan dan untuk keperluan Direksi keet, Kantor Penyedia Jasa, Kamar Mandi/WC atau
tempat-tempat lain yang dianggap perlu.

c Penyedia Jasa juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan, kebutuhan Direksikeet dan penerangan proyek pada malam hari sebagai

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 10
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

keamanan selam proyek berlangsung. Penyediaan Penerangan/tenaga listrik berlangsung


selama 24 jam penuh dalam sehari.

d Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan Generator Set,
dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi
dan armatur, stop kontak serta saklar atau panel.

2.5 Pengukuran
a. Seluruh titik-titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran setempat,
yaitu titik-titik ukur yang ada di lapangan Proyek seperti yang direncanakan dalam
gambar-gambar grading dan seperti yang disetujui Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.
b. Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran atau penelitian
ukuran tata letak atau ketinggian bangunan.

c. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas agar dapat ditentukan
sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Gambar
Kerja dan Persyaratan Teknis.

2.5.1 Pemasangan Bowplang

 Pemasangan bowplank harus dapat dijadikan acuan pekerja untuk melaksanakan


pekerjaan dengan dimensi-dimensi aktual yang didasarkan pada dimensi-dimensi yang
tertera dalam gambar perencanaan.
 Pemasangan bowplank harus mendapatkan persetujuan dari Pengguna Jasa atau
Konsultan Pengawas pada tempat dan setiap jarak yang ditentukan

3 PASAL 3
PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN

3.1 Umum
Sesuai dengan peil-peil yang ditetapkan dalam gambar rencana maka harus diadakan
penggalian-penggalian dan atau pengurugan sehingga ukuran peil-peilnya sesuai rencana.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 11
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

Tanah bekas galian harus segera diangkat ke tempat di mana diperlukan tanah urugan dan jika
tidak diperlukan diangkut ke tempat di luar pekerjaan yang akan ditunjukan/ditentukan oleh
Direksi.
Tanah dasar bangunan, saluran dan badan jalan atau semua pekerjaan yang berhubungan
dengan paket pekerjaan, harus dipadatkan dengan stamper atau dengan mesin gilas sesuai
dengan yang ditentukan oleh Direksi, sehingga Direksi menyatakan cukup.
Pekerjaan urugan/timbunan tanah dilaksanakan pada pekerjaan galian yang terlampau dalam
atau lubang-lubang bekas galian harus diisi dengan tanah merah atau tergantung dari material
untuk pengurugan yang baik dengan cara disebarkan kemudian dipadatkan dengan stamper
atau mesin gilas sesuai dengan item pekerjaannya yang diminta. Tinggi peninggian perlapisan
max.20cm. Dan dilakukan selapis demi selapis sampai tinggi peil yang direncanakan. Hasil dari
pengurugan material tersebut harus dilakukan pengujian terhadap bestek apakah sudah masuk
CBR-nya atau belum dengan standart uji diantaranya SNI 03-1744-1989 (AASHTO T193-81),
SNI 03-2828-1992 (AASHTO T191-86), dll

1. Uraian Pekerjaan
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah dan penimbunan sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan, menjaga terhadap kemungkinan terjadinya longsoran
sehingga mengganggu pelaksanaan pekerjaan sampai pengurugan kembali hingga padat.

2. Pembersihan
Penyedia Jasaan harus membersihan dan menyingkirkan semua semak – semak, rumput –
rumput didalam daerah pekerjaan.

Dalam pembersihan ini semua tunggul – tunggul dan akar – akar harus dimusnahkan dan
disingkirkan sehingga nantinya dapat diyakini semak – semak dan rumput – rumput tidak
akan tumbuh kembali.

Sampah – sampah dan bahan – bahan lain yang tidak akan dipergunakan harus dibakar
dalam daerah yang lapang sehingga selama pembakaran tidak akan merusak pohon – pohon
yang ada disekitarnya.

3. Pembuangan Lapisan Atas


Pembuangan lapisan tanah atas (Top Soil) dilakukan pada daerah (tempat) dimana nanti
akan dibangun konstruksi bangunan sedalam kurang dari 20 cm atau ketebalan disesuaikan
dengan kondisi lapisan tanah atas ditempat pekerjaan.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 12
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

3.2 Pekerjaan Galian Dan Penimbunan


3.2.1 Penggalian dan Penimbunan Kembali untuk Bangunan
1. Lingkup pekerjaan.
Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, termasuk
pengupasan dan penimbunan kembali lapisan atas (Top Soil) serta pekerjaan –
pekerjaan yang berhubungan dengan itu, yang disesuiakan dengan gambar – gambar.

2. Pelaksanaan
a. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman
yang perlu untuk dasar pondasi yang dipersyaratkan atau pada gambar – gambar.
Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu – batu dan bahan lain yang
dijumpai dalam pengerjaannya.

Kalau ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada kedalaman yang
diperlihatkan dalam gambar – gambar maka penggalian harus diperdalam,
diperbesar atau diubah sampai disetujui Konsultan Pengawas , untuk mana
pekerjaan ini akan dinilai sebagai pekerjaan tambah.

Kalau terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga
dicapai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat
disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka kelebihan diatas harus ditimbun kembali
dengan pasir yang dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada pemilik.

Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan rencana maka


Penyedia Jasa harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian
tersebut tidak merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada.

b. Penimbunan dan penimbunan kembali harus dilaksanakan didaerah – daerah


ataupun bagian – bagian pekerjaan, serta mengikuti ukuran – ukuran ketinggian,
kemiringan – kemiringan dan bentuk – bentuk seperti yang ditunjukkan dalam
gambar – gambar.

Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk – bentuk lapisan – lapisan dengan


ketebalan 20 cm gembur.

Padatkan sesuai dengan Instruksi Konsultan Pengawas. Penimbunan dan timbun


kembali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, harus dari bahan galian
pekerjaan ini.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 13
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

Bahan timbunan harus bebas dari kotoran – kotoran, tumbuh – tumbuhan batu –
batuan atau bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.

c. Perlindungan terhadap air.


Selama pekerjaan berlangsung Penyedia Jasa harus dengan semua cara yang
disetujui Konsultan Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan – genangan air
yang dapat menggangu/merusak semua pekerjaan galian atau urugan.

d. Penghamparan dan pemadatan.


Tanah harus dihamparkan dalam lapisan – lapisan tidak lebih dari 20 cm gembur,
agar dapat mangatur kepadatan yang merata untuk seluruh ketebalannya. Tanah
urugan harus dibasahi secukupnya (sebelum dipadatkan) untuk mencapai kepadatan
yang dipersyaratkan.
Segera setelah penempatan dan penebaran urugan, masing-masing lapisan harus
dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok dan memadai yang
disetujui oleh Direksi Teknik sampai kepada persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
i. Lapisan-lapisan yang lebih dari 30 cm di bawah permukaan dasar harus
dipadatkan sampai > 95% kepadatan kering standar maksimum yang ditetapkan
sesuai dengan AASHTO T99.
ii. Lapisan-lapisan di dalam 30 cm atau kurang, dibawah permukaan tanah dasar,
harus dipadatkan sampai 100% kepadatan kering standar maksimum yang
ditetapkan sesuai dengan AASHTO T99 ( PB. 0111-76 ).
Pemadatan urugan tanah harus dilakukan hanya bila kadar air bahan tersebut
berada di dalam batas 3% kurang dari kadar air optimum sampai 1% lebih dari
kadar air optimum, kadar air optimum akan ditetapkan sebagai kadar air dimana
kepadatan kering maksimum dicapai bila tanah tersebut dipadatkan sesuai
dengan AASHTO T99 (PB 0111-76). Kepadatan tanah harus dilakukan test
kepadatannya setiap lapis demi lapis agar tanah mencapai kepadatan yang sama.
Setiap kepadatan tanah ini harus mendapar persetujuan dari Pengguna
Jasa/Pemberi Tugas atau konsultan Pengawas.
Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai pada ujung paling luar serta masuk
ketengah dalam satu cara dimana masing-masing bagian menerima desakan
pemadatan yang sama.

Test Kepadatan

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 14
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

a. Test kepadatan akan dilaksanakan tipa lapis secara bersamaan (Penyedia Jasa,
Konsultan Pengawasdan Pemberi Tugas/Pengguna Jasa). Mengenai pembiayaan
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
b. Test kepadatan untuk tiap lapis dilakukan sebanyak 1 (satu) titik setiap 2500 m2,
yang mana titik tersebut akan ditunjuk/ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.
c. Peralatan yang digunakan untuk test kepadatan adalah dengan menggunakan sand
cone dan atau DCP atau sesuai petunjuk Konsutan Pengawas.
d. Apabila di suatu lapisan, hasil test kepadatan tidak memenuhi syarat yang telah
ditentukan maka pada lapisan tersebut harus diulangi proses pemadatannya, hingga
persyaratannnya tercapai.
e. Titik lokasi dan jadwal test kepadatan akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.

Permukaan Tanah
Sebelum memulai suatu penggalian, Penyedia Jasa harus memeriksa permukaan tanah,
baik setempat maupun garis transisi yang tertera dalam kontrak adalah betul. Jika tidak
sesuai Pelaksana harus memberitahu secara tertulis kepada Pemberi Tugas/Pengawas,
jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan
dipertimbangkan.

Tinggi Pendugaan (Peil)


Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan induk,
seperti yang dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksanaan.
Tinggi lantai ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai gedung yang telah ada/selesai
dibangun, sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.

Bouwplank
Pemasangan tanda dan papan bangunan (Bouwplank). Patok-patok untuk penjelasan
dan pedoman letak bangunan dibuat dari besi yang dibeton, ditanam didalam tanah kuat
– kuat. Papan – papan untuk bangunan, dibuat dari kayu sekurang – kurangnya ukuran
2x20 cm. Diserut pada sisi atasnya dan dipakukan pada sisi atasnya dan dipakukan
pada tiang – tiang kayu yang cukup kuat ditanam dalam tanah. Tanda – tanda ukuran
dilakukan dengan tanda gergaji dan cat merah.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 15
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

3.2.2 Penggalian dan Penimbunan Kembali untuk Infrastruktur


3.2.2.1 Galian Tanah
A. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri pembersihan rumput, akar, dan bekas yang tidak terpakai,
penggalian, penanganan atau penumpukan tanah atau batu ataupun bahan-bahan
lainnya dari jalan kendaraan dan sekitarnya yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan kontrak yang memuaskan.
Pekerjaan ini diperlukan untuk pembuatan jalan, pembuatan parit atau pondasi pipa,
gorong-gorong, saluran-saluran atau bangunan-banguan lainnya, untuk pembuangan
bahan-bahan yang tidak cocok dan tanah bagian atas untuk galian bahan konstruksi
ataupun pembuangan bahan-bahan buangan dan pada umumnya pembentukan
kembali daerah jalan sesuai dengan spesifikasi ini dan dalam pemenuhan yang sangat
bertanggung jawab terhadap galian batas, kelandaian dan potongan melintang yang
ditunjukkan pada gambar rencana.
Pemeriksaan Dilapangan
a. Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar di bawah bab ini, ketinggian dan garis
batasnya harus disetujui oleh Direksi Teknik, sebelum Penyedia Jasa memulai
pekerjaan.
b. Sesudah masing-masing penggalian untuk lapis tanah dasar, formasi atau pondasi
dipadatkan.

Penjadwalan Pekerjaan
Pembuatan parit atau penggalian lainnya memotong jalan kendaraan harus
dilaksanakan dengan menggunakan pelaksanaan setengah lebar atau secara lain
diadakan perlindungan sehingga jalan tersebut dijaga tetap terbuka untuk lalu lintas
setiap waktu.

Penggunaan dan Pembuangan Bahan-Bahan Galian


a. Semua bahan-bahan yang cocok yang digali di dalam batas-batas dan lingkup kerja
proyek, dimana mungkin akan digunakan dengan cara yang paling efektif, untuk
pembuatan formasi pematang atau untuk urugan kembali.
b. Penyedia Jasa akan bertanggung jawab untuk semua penyelenggaraan dan biaya-
biaya untuk pembuangan bahan-bahan lebihan atau bahan-bahan tidak cocok,

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 16
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

termasuk pengangkutannya dan mendapatkan ijin dari pemilik atau penyewa lahan
dimana buangan tersebut dilakukan.

B. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pelaksanaan galian harus sekecil mungkin terjadi gangguan terhadap bahan-bahan
di bawah dan di luar batas galian yang ditentukan sebelumnya.
2. Sejauh mungkin dan seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik, Penyedia Jasa harus
menjaga galian tersebut bebas air dan harus dilengkapi dengan pompa-pompa,
peralatan dan tenaga kerja, serta membuat tempat air mengumpul, saluran
sementara atau tanggul sementara seperlunya untuk mengeluarkan atau
membuang air dari daerah-daerah sekitar galian.

3.2.2.2 Urugan
A. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari mendapatkan, pengangkutan, penempatan dan memadatkan
tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembangunan, pematang, pengurugan
kembali parit-parit atau galian disekeliling pipa atau struktur serta pengurugan sampai
kepada garis batas, kemiringan dan ketinggian garis penampang melintang yang
ditentukan atau disetujui.

B. Bahan-Bahan
Sumber pengadaan
Bahan-bahan urugan harus dipilih dari sumber-sumber yang disetujui sesuai dengan
persyaratan pada bab “bahan-bahan dan penyimpangan” dari spesifikasi ini. Pengujian
klasifikasi tanah halus dilaksanakan atas perintah Direksi Teknik, yang sesuai dengan
AASHTO M145 untuk menentukan distribusi ukuran partikel dan plastisitas.

C. Pelaksanaan Pekerjaan
Penyiapan Lapangan
Sebelum mendapatkan urugan di atas suatu lapangan, semua operasi pemotongan
dan pengisian lubang-lubang disebabkan pembongkaran akar-akar harus diselesaikan
sesuai dengan spesifikasi, dan semua bahan-bahan yang tidak cocok harus dibuang
dari batangan tersebut seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik.

Penimbunan Urugan

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 17
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

a. Urugan harus dipersiapkan sampai ke permukaan yang telah dibuat dan


ditebarkan dalam lapisan-lapisan yang rata tidak melebihi ketebalan pada 20 cm,
yang memenuhi toleransi tebal lapisan yang diberikan pada spesifikasi ini.
Bilamana lebih dari satu lapisan harus dipasang, lapisan-lapisan tersebut sedapat
mungkin harus sama ketebalannya.
b. Urugan tanah harus diangkut secara langsung dari daerah galian bahan
ketepatan yang sudah dipersiapkan dan dihampar ( dalam cuaca kering ).
Penumpukan tanah pada umumnya tidak diijinkan khususnya pada musim hujan.

Pemadatan Urugan
a. Segera setelah penempatan dan penebaran urugan, masing-masing lapisan harus
dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok dan memadai
yang disetujui oleh Direksi Teknik sampai kepada persyaratan-persyaratan sebagai
berikut:
i. Lapisan-lapisan yang lebih dari 30 cm di bawah permukaan dasar harus
dipadatkan sampai > 95% kepadatan kering standar maksimum yang ditetapkan
sesuai dengan AASHTO T99.
ii. Lapisan-lapisan di dalam 30 cm atau kurang, dibawah permukaan tanah dasar,
harus dipadatkan sampai 100% kepadatan kering standar maksimum yang
ditetapkan sesuai dengan AASHTO T99 ( PB. 0111-76 ).
b. Pemadatan urugan tanah harus dilakukan hanya bila kadar air bahan tersebut
berada di dalam batas 3% kurang dari kadar air optimum sampai 1% lebih dari
kadar air optimum, kadar air optimum akan ditetapkan sebagai kadar air dimana
kepadatan kering maksimum dicapai bila tanah tersebut dipadatkan sesuai dengan
AASHTO T99 (PB 0111-76). Kepadatan tanah harus dilakukan test kepadatannya
setiap lapis demi lapis agar tanah mencapai kepadatan yang sama. Setiap
kepadatan tanah ini harus mendapar persetujuan dari Pengguna Jasa/Pemberi
Tugas atau konsultan Pengawas.
c. Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai pada ujung paling luar serta masuk
ketengah dalam satu cara dimana masing-masing bagian menerima desakan
pemadatan yang sama.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 18
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

Test Kepadatan
a. Test kepadatan akan dilaksanakan tiap lapis secara bersamaan (Penyedia Jasa,
Konsultan Pengawasdan Pemberi Tugas/Pengguna Jasa). Mengenai pembiayaan
menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa.
b. Test kepadatan untuk tiap lapis dilakukan sebanyak 1 (satu) titik setiap 2500m2,
yang mana titik tersebut akan ditunjuk/ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.
c. Peralatan yang digunakan untuk test kepadatan adalah dengan menggunakan sand
cone dan atau DCP atau ssuai petunjuk Konsutan Pengawas.
d. Apabila di suatu lapisan, hasil test kepadatan tidak memnuhi syarat yang telah
ditentukan maka pada lapisan tersebut harus diulangi proses pemadatannya,
hingga persyaratannnya tercapai.
e. Titik lokasi dan jadwal test kepadatan akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.

3.2.2.3 Penyiapan Tanah Dasar


A. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari menyiapkan tanah dasar yang langsung terletak di bawah
pondasi jalan, dalam keadaan siap menerima struktur perkerasan atau bahu jalan.
Tanah dasar tersebut meluas sampai lebar penuh dasar jalan seperti ditunjukkan pada
gambar, dan dapat dibentuk di atas timbunan biasa, timbunan pilihan, galian batu dan
diatas diatas bahan filler porous.

Penjadwalan Pekerjaan
a. Semua pekerjaan drainase tepi jalan disebelah tanah dasar harus diselesaikan dan
dapat berfungsi sampai satu tingkat yang dapat menyediakan drainase yang efektif
bagi limpasan air permukaan dari tanah dasar selama hujan lebat ataupun
sebagian hasil banjir dari daerah sekitarnya.
b. Gorong-gorong, dan bangunan-bangunan kecil lainnya yang diletakkan di bawah
tanah dasar harus diselesaikan sepenuhnya dengan urugan padat, sebelum
penyiapan tanah dasar dimulai.
Pengendalian Lalu Lintas
a. Pengendalian lalu lintas harus dilakukan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan
peryaratan umum kontrak.
b. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap semua konsekwensi lalu lintas
yang diijinkan lewat di atas tanah dasar, selama pelaksanaan pekerjaan dan ia

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 19
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

harus melarang lalu lintas tersebut bilamana mungkin dapat menyediakan satu
jalan pengalihan atau pembangunan setengah lebar.
Perbaikan Penyiapan Tanah Dasar yang Tidak Memuaskan
Penyedia Jasa akan memperbaikinya atas biaya Penyedia Jasa sampai disetujui
Direksi Teknik, setiap alur bebas roda, gundukan dan kerusakan-kerusakan lain yang
diakibatkan oleh lalu lintas atau tenaga kerja Penyedia Jasa atas tanah dasar yang
sudah selesai.

B. Bahan-Bahan
Bahan tanah dasar dan kwalitasnya harus sesuai dengan persyaratan yang berkaitan
untuk timbunan biasa, timbunan pilihan, atau galian tanah dasar yang ada. Bahan-
bahan yang dipergunakan dalam masing-masing keadaan dipasang seperti yang telah
ditetapkan.

C. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penyiapan Lapangan
a. Penggalian dan pengurugan untuk tanah dasar harus seperti yang ditetapkan
pada spesifikasi ini.
b. Penyedia Jasa harus menyediakan dan menggunakan mall logam dan mistar
logam untuk memeriksa punggung atau kemiringan melintang.
2. Pemadatan Tanah Dasar
Pemadatan lapisan tanah di bawah permukaan tanah dasar harus dilaksanakan
sesuai dengan persyaratan spesifikasi ini.
i. Lapisan-lapisan yang lebih dari 30 cm dibawah permukaan tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95% kepadatan kering maksimum yang ditetapkan sesuai
dengan AASHTO T99.
ii. Lapisan-lapisan yang berada pada 30 cm atau kurang dan sampai permukaan
tanah dasar harus dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksium.
D. Pengendalian Mutu
Pengujian-pengujian kwalitas untuk kepadatan dilapangan dan daya dukung harus
dilakukan untuk setiap 100 m panjang jalan sesuai dengan persyaratan pada
spesifikasi ini. CBR minimum untuk tanah dasar harus 5%, dan bilamana hal ini tidak
dapat tercapai perlu dipasang bahan lapis pondasi bawah atau bahan timbunan
pilihan.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 20
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

4 PASAL 4
PEKERJAAN PONDASI

4.1 PEKERJAAN PONDASI


a. Pek. Urugan pasir t = 5 cm

b. Lantai Kerja t = 5 cm

c. Pasangan Batu Kali Spasi 1 : 5

d. Pek. Beton Mutu Beton K 250

Umum

Didalam teknik pondasi terdapat bermacam –macam cara untuk menghitung besarnya
kapasitas daya dukung tanah pondasi yang dapat disebut pioner dan palin terkenal dikemukakan
oleh Terzaghi (1943), kemudian disusul oleh peneliti lainnya. Beban yang ada didalam tanah
mengakibatkan pembagian Zone Tegangan dalam :

 Zone I ( Zone yang langsung didalam bawah pondasi )


 Sepasang Zone II (Zone dari geser radial, karena dari zone ini terdapat gaya –gaya geser
radial)
 Sepasang Zone III (Zone dari gaya geser lincar)
Akibat Beban ini maka pondasi cenderung akan berbentuk segitiga ABC kebawah dengan
pergerakan lateral dari zone I dan zone II. Pergerakan lateral ini akan oleh gaya- gaya yang
bekerja pada ab dan ac.

Penentuan Jenis dan Dimensi Pondasi


Tentukan jenis dan dimensi pondasi tiang, baik tiang pancang atau tiang bor atau pondasi
khusus berdasarkan pertimbangan beberapa faktor :
 Daya dukung tanah baik aksial dan lateral
 Kapasitas penampang struktur tiang terhadap tekan, tarik dan lentur
 Ketersediaan peralatan
 Pengalaman konstruksi di lokasi proyek
 Pertimbangan lingkungan (suara, getaran, jalan akses dan lain-lain)
 Ekonomi (biaya)

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 21
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

4.1.1 Pekerjaan Pondasi Batu 1 : 5


a) Pekerjan pondasi batu kali dilakukan untuk peninggian dengan lebar dan tinggi sesuai
dengan gambar kerja.
b) Seluruh pekerjaan pondasi dilaksanakan sesuai ketentuan gambar, baik ukuran maupun
konstruksinya.
c) Dasar pondasi batu kali harus terletak pada tanah keras, dengan nilai CBR = 4%.
d) Bila tanah di dasar pondasi pada level yang ditunjukkan oleh gambar pelaksanaan, tidak
mencapai nilai yang disyaratkan itu, maka tanah di bawah pondasi harus diganti sampai
dengan lapisan yang memenuhi syarat tersebut diatas. Dengan cara diurug kembali
dengan pasir dan kerikil yang dipadatkan lapis demi lapis (tiap lapis 10 cm). Dasar tanah
untuk pondasi harus waterpass.
e) Tanah yang digali dan diganti dengan pasir dan kerikil tersebut di atas, minimum harus
mempunyai lebar total = lebar pondasi + 50 cm (25 cm di tiap sisi pondasi)
f) Pemadatan harus dilakukan dengan stamper dan tanah yang dipadatkan itu harus
disiram dengan air. Pemadatan tiap lapis baru dihentikan setelah CBR tanah yang
dipadatkan mencapai nilai = 4%.
g) Pengurugan selanjutnya hanya dapat diteruskan, bila pengawas lapangan mengatakan
pemadatan sebelumnya sudah memenuhi syarat, dan dinyatakan dalam berita acara.
h) Pasangan yang digunakan untuk pondasi batu kali harus terdiri dari batu-batu pecah
dengan ukuran maksimum 20 cm dengan memakai adukan/spesi 1 pc : 5 pasir. Sisi-sisi
pondasi yang terkena urugan tanah harus diplester kamprot (brapen) dengan adukan
yang sama.
i) Penggalian sisi-sisi pondasi harus dilakukan dengan kemiringan yang memadai agar
tidak terjadi kelongsoran.
j) Adukan untuk pasangan dibuat secukupnya untuk pekerjaan lebih kurang satu jam.
Adukan yang tidak terpakai dalam 1 jam tidak boleh dipakai lagi dann atau adukan yang
sudah sifat semennya mulai mengeras.
k) Komposisi : jenis adukan disesuaikan dengan pasal yang telah disebutkan di atas.
l) Pasangan batu pondasi harus menghasilkan bentuk yang sesuai dengan gambar
rencana.
m) Seluruh pasangan pondasi batu kali harus dilindungi terhadap kerusakan yang
diakibatkan oleh pekerjaan-pekerjaan lain. Bila terjadi kerusakan, kontraktor wajib
memperbaikinya. Seluruh biaya perbaikan merupakan tanggung jawab kontraktor.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 22
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

n) Bila ada pekerjaan-pekerjaan pasangan batu kali yang tidak diterima oleh pihak
pengawas, dikarenakan dalam pengerjaannya diluar aturan-aturan yang berlaku, maka
pekerjaan tersebut harus dibongkar, dan diperbaiki lagi atas beban kontraktor.
o) Pekerjaan menimbun kembali bekas galian, tidak diperkenankan sebelum pihak
konsultan pengawas atau wakilnya memberikan izin untuk pekerjaan tersebut.

4.1.2 Pekerjaan Pondasi Sumuran


Setelah galian tanah untuk pondasi sudah dilaksanakan dan sesuia dengan ukuran yang
telah ditentukan, selanjutnya dilakukan penurunan cincin sumuran dilanjutkan dengan
pengecoran beton kedap air K – 250, pengecoran sumuran dengan campur batu belah,
dilanjutkan dengan beton spiral menggunakan besi ulir. Dibawah sloof dipasang poer beton
bertulang dengan menggunakan beton K – 250 bentuk dan pembesian sesuai gambar dan
petunjuk pengawas.

Syarat –syarat Umum


a. Mutu Beton yang digunakan K – 250.
b. Bekesting harus dipasang dengan kuat dan tepat pada posisi sesuai dengan gambar
rencana
c. Stek – stek kolom, harus distek setepat – tepatnya sebelum pengecoran beton
dilaksanakan.
d. Harus diperhatikan sebelum memasang bekesting dan tulangan sloof, pipa – pipa
pembuangan air kotor dan suplay air bersih yang lewat dibawah sloof harus sudah
terpasang pada posisi yang tepat.

4.2 PEKERJAAN TANAH


a. Urugan Pasir
b. Urugan Tanah Kembali

4.2.1 Pekerjaan Urugan Pasir Bawah Pondasi

a) Yang dimaksud dengan pekerjaan urugan pasir padat adalah pekerjaan urugan pasir
diatas dasar galian tanah pondasi dan dibawah lapisan lantai kerja, lapisan bawah lantai,
dan seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar.
b) Pasir yang digunakan harus bersih, bebas dari segala kotoran dan gumpalan-gumpalan
tanah liat, lumpur dan bahan-bahan organis lainnya.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 23
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

c) Pemadatan lapisan pasir urug dilakukan lapis demi lapis maksimum 15 cm, hingga
mencapai tebal yang ditentukan, setiap lapisan pasir harus rata dan disirami dengan air
secekupnya hingga diperoleh kepadatan maksimum.

4.2.2 Pekerjaan Lantai Kerja

Pekerjaan lantai kerja ini bertujuan agar tidak terjadi pengeroposan pada tanah asli pondasi
juga dapat mengurangi kebutuhan dan ketebalan item pekerjaan diatasnya. Komposisi
Campuran Pekerjaan Lantai kerja antara lain :

 Semen
 Pasir
 Split
 Air
Dengan perbandingan 1 : 3 : 5 agar menghasilkan mutu beton K-125 sehingga dapat
menahan beban diatasnya dengan cara mengurangi ketebalannya.

4.2.3 Pekerjaan Urugan Tanah Kembali

a) Untuk pekerjaan urugan kembali , tanah yang digunakan sebagai pengisi adalah tanah
bekas galian , dan untuk mengikuti elevasi yang diinginkan akan mendatangkan tanah
urug dengan bahan yang telah disetujui oleh konsultan .
b) Dengan perhitungan volume kebutuhan adalah 20 % lebih banyak dari volume yang
akan diisi . Karena akan dipadatkan tahap demi tahap dengan stap maksimal 10 cm .Pasir
urug yang digunakan adalah pasir urug berbutir , bersih dari Lumpur dan kotoran lainnya
c) Pelaksanaan pekerjaan urugan tanah serta pemadatan tanah meliputi seluruh detail
dalam gambar kerja baik itu pekerjaan urugan tanah bekas galian,, maupun urugan tanah
peninggian elevasi lantai dan pekerjaan yang berhubungan serta atas petunjuk pengawas.
d) Bahan tanah untuk urugan harus memenuhi persyaratan.
e) Semua bagian/daerah urugan/timbunan (fill) harus diatur lapis demi lapis antara 15 s/d
20 cm, lalu dipadatkan dengan menggunakan mesin pemadat juga dikerjakan lapis per
lapis, sehingga dicapai suatu lapisan ketebalan 15 cm ataupun 20 cm dalam keadaan
padat. Pemadatan harus menggunakan Baby foot roller dengan berat tekanan +/-3 ton s/d
5 ton. Dan untuk urugan yang sifatnya sebagai urugan kembali bekas galian
pondasi/sloof, harus dipadatkan dengan menggunakan mesin stampler plate dengan
beratnya tekanan +/-500 kg s/d 1000 kg.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 24
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

f) Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk penimbunan, sisa-sisa puing-puing,
sampah-sampah tidak diperbolehkan sebahan bahan/disertakan tanah urugan, dalam arti
material yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai bahan timbunan.
g) Pemadatan harus mencapai 90% dari kepadatan modify proctor, bila ada material
pengisi yang tidak memenuhi persyaratan, maka kontraktor harus menggantinya tanpa
biaya tambahan.
h) Selama pemadatan harus selalu dikontrol kadar air dari material yang sama dengan
kadar air optimum dari hasil standard test dari contoh material.

5 PASAL 6
PEKERJAAN PIPA SULING-SULING
6. 1 Suling-suling harus dibuat dari pipa PVC dengandiameter 50 mm (2”) dan palingtidak satu buah
untuk setiap 2 m² luas permukaan.Setiap ujung pemasukan suling-suling harus dilengkapi
dengan saringan berupa ijuk ataupun geotextile untuk menghindari kemasukan material,
sehingga menghambatpelepasan air.

6. 2 Suling-suling dipasang bersamaan dengan pasangan batu/beton dan disisakan minimal 0,20 m
keluar sisi belakang pasangan batu (total 1m panjang perbuah) guna pemasangan saringan
sebelum diurug.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 25
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

6 PASAL 7
PEKERJAAN PLESTERAN

6.1 PEKERJAAN PLESTERAN


6.1.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh item pekerjaan plesteran dinding batu bata bagian
dalam dan bagian luar bangunan serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

A. Persyaratan Bahan
a. Bahan semen portland yang digunakan/dipakai harus terdiri dari satu produk, mutu I
dan yang disetujui Direksi/Konsultan Pengawas serta memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam NI-8. Bahan pasir harus memenuhi syarat NI-3 dan PUBI-1982.
b. Air harus memenuhi NI-3 pasal 10.
c. Campuran (aggregate) untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih dan bebas
dari segala macam kotoran, harus bersih dan diayak dengan ayakan # 1,6 – 2,0 mm.

B. Syarat-syarat Pelaksanaan
- Seluruh plesteran pada dinding batu bata dengan campuran adukan 1 PC : 5 pasir,
kecuali pada dinding batu bata semenraam/trasraam/rapat air.
- Pada dinding batu bata semenraam/rapat air, diplester dengan campuran adukan 1 PC
: 3 pasir (dilakukan pada bagian-bagian yang ditentukan disyaratkan dalam detail
Gambar Kerja).
- Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan
seperti yang telah disyaratkan.
- Material lain yang tidak terdapat dalam persyaratan diatas tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu baik dari
jenisnya dan disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
- Semen Portland yang dikirim kesite/lokasi kerja harus dalam keadaan tertutup atau
dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan type dan
tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak cacat.
- Tebal plesteran 1,5 cm dengan hasil ketebalan untuk dinding finish sesuai dengan
yang ditunjukkan dalam detail Gambar Kerja. Ketebalan plesteran yang melebihi 2 cm

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 26
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memprkuat daya lekat plesteran, pada
bagian pekerjaan yang diijinkan Direksi/Konsultan Pengawas.
- Pertemuan antara plesteran dengan jenis pekerjaan yang lain, dibuat naat (tali air)
dengan lebar minimal 7 mm kedalaman 5 mm, kecuali bila ditentukan lain.
- Plesteran halus (acian) digunakan campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen, acian dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering
betul).
- Kelembaban plesteran harus dijaga hingga pengeringan permukaan plesteran setiap
kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan
penutup yang bisa mencegah penyerapan air secara cepat.

6.2 Pekerjaan Pengacian

6.2.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan acian semen pada dinding tembok merupakan langkah akhir dari rangkaian
pemasangan dinding, dimulai dari pekerjaan pasangan dinding batu bata, batako atau selcon
kemudian dilakukan plesteran dan diakhiri dengan acian. setelah acian dilakukan maka bisa
ditinggal begitu saja untuk mendapatkan nuansa dinding bertekstur batu buatan atau dilapisi
dengan cat agar dinding menjadi berwarna sesuai selera. meskipun terkesan sederhana yaitu
hanya mengoleskan dan menghaluskan semen di permukaan dinding namun pekerjaan acian
ini memerlukan keahlian khusus agar finishing dinding bisa benar-benar bagus, oleh karena itu
diperlukan tukang bangunan yang telah profesional dalam mengaci dinding sehingga dapat
menghasilkan pekerjaan yang baik serta dapat selesai dalam waktu secepat mungkin.

Metode pekerjaan acian dinding


1. Persiapan bahan peralatan seperti air, semen, cetok, kertas bekas zak semen dan bahan-
bahan lainya sesuai kebutuhan.
2. Menyiapkan tempat penampungan air, bisa berupa ember cor, ember bekas tempat cat
atau tempat lainya yang dapat digunakan untuk menampung air acian.
3. Pelan-pelan menaburkan semen kedalam air, cukup ditaburkan saja dan tidak boleh
diaduk karena dapat menyebabkan semen menggumpal serta cepat kering sehingga tidak
dapat digunakan untuk bahan acian dinding.
4. menyiram dinding yang akan diaci dengan air hingga basah, hal ini dimaksudkan agar
nantinya dinding tidak banyak menyerap air semen.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 27
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

5. Melaburkan bahan acian semen yang sudah jadi ke permukaan dinding dengan
menggunakan cetok.
6. Menghaluskan pekerjaan acian dengan kertas bekas semen sehingga permukaan benar-
benar rata dan halus.
7. Usahakan agar hasil acian dinding tidak cepat kering, bisa dengan cara menyiram air.
karena pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan keretakan dinding.
8. Pekerjaan acian dinding selesai, namun perlu menunggu beberapa waktu untuk
melanjutkan ke pengerjaan pengecatan.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 28
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

7 PASAL 9
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI

7.1 Peraturan Perundang – Undangan


7.1.1 Umum
Terdapat beberapa produk hukum yang mengatur pelaksanaan K3. Konstruksi yaitu:

 Masing-masing No. 3 Tahun 1996 tentang pemenuhan sosial tenaga kerja.


 Peraturan pemerintah No. 14 Tahun 1996 tentang penyelenggaraan program pemenuhan
sosial tenaga kerja.
 Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat hubungan
kerja.
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan pada Konstruksi Bangunan Peraturan Pelaksanaan dari UU No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, dan
2. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU No.
KEP. 174/MEN/86 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontruksi pada 104 / KPTS /
1986

Tempat Kegiatan Konstruksi beserta Buku Pedomannya, sebagai persyaratan teknis


pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 01/MEN/1980.

 Surat Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. KEP.
07 / MEN / 1984 tentang tenaga kerja borongan dan harian 30 / KPTS / 1984
bebas pada proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum.

 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 425/MEN/1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan


Program Jamsostek bagi proyek-proyek APBD, Inpres, APP1N instansi lain serta proyek-
proyek swasta.

7.1.2 Pelaporan
Ketentuan didalam Buku Pedoman bahwa setiap kejadian kecelakaan atau kejadian berbahaya
harus dilaporkan kepada Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pekerjaan Umum yang
dalam hal ini dapat diinterprestasikan Kadep atau Kanwil masing-masing.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 29
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

7.1.3 Pengawasan
Selanjutnya SKB tersebut diatas menyebutkan bahwa pengawasan atas pelaksanaan
ketentuan-ketentuan didalam SK tersebut secara fungsional oleh Departemen Tenaga Kerja
dan Departemen PU sesuai dengan ruang lingkup tugas dan tanggung jawab masing-masing,

7.1.4 Sanksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 01/MEN/1980 menyebutkan bahwa pelanggar
ketentuan K3 Konstruksi dapat dipidana selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp. 100.000,-.
Didalam SKB disebutkan bahwa Menteri PU berwenang memberi sanksi administrative
terhadap pihak-pihak yang tidak mentaati ketentuan K3 Konstruksi telah ditetapkan.

7.2 Organisasi K3 Konstruksi Pada Pelaksanaan Pekerjaan


Pada pelaksanaan suatu proyek, Penyedia Jasa pelaksana perlu membentuk organisasi K3
Konstruksi dengan ketentuan sebagai berikut :

7.2.1 Ketentuan
 Penyedia Jasa harus menunjuk petugas k3 Konstruksi yang bertanggung jawab
mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya
kecelakaan.
 Petugas K3 Konstruksi harus bekerja full-time untuk mengurus dan menyelenggarakan K3
Konstruksi.
 Penyedia Jasa yang mempekerjakan pekerjaan dengan jumlah minimal 100 orang atau
kondisi dari sifat proyek memang memerlukan, wajib membentuk unit struktural dari
organisasi Penyedia Jasa.
 Petugas K3 konstruksi dan Unit Pembina k3 Konstruksi bekerja sebaik-baiknya dibawah
koordinasi Penyedia Jasa.
 Serta bertanggung jawab kepada Manajer Proyek.

7.2.2 Kewajiban Petugas K3 Konstruksi


 Melakukan latihan dan penerangan kepada tenaga kerja untuk dapat memahami
kewajiban-kewajibannya dalam pelaksanaan K3 Konstruksi.
 Mengusahakan pembuatan sarana dan prasarana yang diharuskan dalam K3 Konstruksi
untuk menghindari kecelakaan atau bahaya kesehatan pada penyelenggaraan proyek.
 Menyelenggarakan keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 30
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

 Memeriksa secara berkala semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan


kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
 Membuat laporan-laporan tentang kecelakaan kerja di lingkungan proyek kepada
Departemen Tenaga Kerja dan dapat diperiksa oleh Panitia Pembina K3 Konstruksi
tentang pelaksanaan K3 Konstruksi di proyek.

7.2.3 Kewajiban Penyedia Jasa


 Menanggung biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan K3 Konstruksi.
 Memberikan fasilitas kepada Unit Pembina K3 Konstruksi untuk melaksanakan tugasnya.
 Jika dalam satu proyek terdapat lebih dari satu Penyedia Jasa, maka harus bekerjasama
dalam kegiatan K3 Konstruksi.

7.3 Perlengkapan K3 Konstruksi


Perlengkapan untuk melindungi tubuh dari kecelakaan akibat kerja.

 Tutup Kepala
1. Helm untuk melindungi kepala dari benturan benda keras.
2. Topi untuk melindungi dari terik matahari.
 Tutup Telinga
Untuk melindungi telinga dari suara yang bising atau keras.
 Masker
Untuk melindungi pernafasan dari kotoran-kotoran debu atau gas beracun.
 Kaca Mata Hitam
Untuk melindungi dari sinar yang terlalu terang.
 Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari luka akibat gesekan atau zat-zat.
 Sabuk Pengaman
Untuk melindungi dari kecelakaan ditempat yang tinggi atau terperosok dalam lubang atau
lumpur yang dalam.
 Jaket Pelampung
Untuk menghindari tenggelam dalam air.
 Sepatu Karet
Untuk melindungi kaki dari luka akibat menginjak benda-benda tajam dan menghindari dari
tergelincir akibat jalan licin.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 31
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

 Jas Hujan
Untuk melindungi tubuh dari air hujan.

7.4 Persyaratan Teknis K3 Konstruksi Pada Tempat Kerja

7.4.1 Tempat Kerja


 Tempat kerja harus ditata dan diperlengkapi sarana dan prasarana untuk mencegah
kecelakaan kerja dan fasilitas yang diperlukan secara darurat bila terjadi kecelakaan kerja.
 Penyediaan sarana penerangan pada tempat kerja yang kurang cahaya.
 Menyediakan ventilasi cukup agar pekerja dapat menghirup udara segar dan mencegah
terkonsentrasinya udara yang dikotori oleh debu, atau zat lainnya yang disebabkan
oleh/akibat kerja.
 Menjaga tempat kerja selalu bersih dan rapi atas barang-barang atau peralatan yang
mengganggu atau mengakibatkan kecelakaan kerja.
 Perencanaan (desain) dan pelaksanaannya harus benar-benar memperhatikan kekuatan
“tempat kerja” sesuai dengan beban (barang atau orang) yang dipikul sehingga tidak
goyang atau melentur.
 Jembatan harus dilengkapi dengan terali atau pagar pengaman yang tingginya antara 1 –
1,5 m diatas lantai, terdiri dari 2 rel dan dilengkapi pinggir pengaman (toe board) tinggi 15
cm untuk mencegah orang terpelest.
 Lebar jembatan harus cukup untuk rencana barang atau orang yang melewati, minimum
50 cm.
 Di dalam kondisi darurat perlu disediakan perahu penyelamat.

7.4.2 Pencegahan Terhadap Kebakaran


1. Alat
 Ditempat kerja harus selalu tersedia alat-alat pemadam kebakaran.
 Alat pemadam kebakaran harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang yang
berwenang.
 Alat pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
 Harus diletakkan ditempat yang mudah terlihat.
 Alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat/yang ada alat-alat pengelas, yang
mudah terbakar dan bahaya aliran listrik.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 32
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

2. Petugas
 Semua pengawas dan beberapa tenaga kerja harus dilatih menggunakan alat pemadam
kebakaran.
 Orang yang terlatih dan cara menggunakan alat pemadam kebakaran harus selalu siap
selama jam kerja.
3. Pencegah dan Peringatan
 Perlu dihindarkan penempatan peralatan yang mudah mengakibatkan kebakaran pada
bahan yang mudah terbakar seperti kayu, terpal, bahan kanvas dan lain-lain.
 Menghindari penimbunan atau penempatan barang-barang yang mudah terbakar
diruang yang tidak terjaga keamanannya seperti : debu, serbuk gergaji, lap berminyak,
potongan kayu, bahan-bahan kimia, minyak solar atau bensin.
 Pengawasan secara rutin pada tempat-tempat dimana resiko kebakaran sangat besar.
 Tanda, petunjuk, sign dan peringatan atas : tempat/area yang berbahaya untuk umum,
tampat alarm atau alat pemadam kebakaran serta nomor telepon Dinas Pemadam
Kebakaran.

7.4.3 Pencegahan Terhadap Benda-Benda Jatuh


Pada lokasi dimana kemungkinan terjadinya benda jatuh dari suatu ketinggian perlu dibuat :

 Jaringan/jalan atau konstruksi pencegah (toe board atau perancah).


 Pemasangan pagar atau papan petunjuk tentang lokasi yang perlu dihindari.
 Alat atau konstruksi khusus untuk transportasi barang/material buangan dari ketinggian.

7.4.4 Perlindungan Terhadap Orang Jatuh


Kepada pekerja yang melakukan pekerjaan di ketinggian perlu dibuat atau dilengkapi failitas
pencegah atau alat bantu seperti :
 Pagar atau terali pengaman.
 Konstruksi tempat kerja yang kuat dan stabil.
 Pinggir pengaman (toe board) untuk menghindari kaki terpeleset.

7.4.5 Perancah
Dalam pelaksanaan pekerjaan di ketinggian yang tidak dapat dikerjakan secara aman, maka
perlu dibuat perancah dengan ketentuan sebagai berikut :

 Perancah harus dibuat dan dirubah oleh orang ahli.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 33
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

 Untuk perancah dapat digunakan bahan sebagai berikut :


- Kayu untuk konstruksi harus berurat lurus, padat, tak ada mata kayu yang besar,
kering, tidak busuk, tidak ada cacat atau kerusakan yang memperlemah.
- Bambu dari jenis yang tebal, tua, kering, tidak lapuk, lurus, dipakai secara utuh,
digunakan tali pengikat dari tambang ijuk atau kawat dan dilarang untuk hanya
menggunakan paku sebagai pengikat.
- Besi pipa logam untuk konstruksi harus dari material yang baik, lurus dan bebas karat.
- Perancah gantung yang menggunakan tali harus mempunyai serat material yang baik,
tidak lapuk/berkarat atau kena asam atau bahan kimia.
- Papan lantai perancah harus tahan retak/pecah.
 Konstruksi perancah harus memenuhi syarat-syarat :
- Faktor pengaman sebesar 4 kali beban maksimal.
- Diberi penguat (braced) yang cukup sehingga stabil/tidak goyang.
- Tidak boleh melebihi angker yang tinggi.
- Konstruksi tiang (gelagar memanjang dan melintang) dihubungkan dengan kuat pada
tiang/tembok penyangga.
 Perancah harus secara periodik diperiksa (stabilitas, bahan, konstruksi dan sambungan-
sambungannya).
 Perancah yang dibuat dari kayu bulat (dolken) atau bambu harus memenuhi ketentuan :
- Tiang Vertikal
a. Penyambungan tiang vertikal harus overlap 1,5 m.

b. Sambungan harus menumpu di atas balok memanjang/melintang atau perletakan


yang memadai.

c. Sambungan dilakukan dengan coakan (2 klaim bulat), pada tempat yang tidak
menerima banyak goyangan, kecuali untuk bambu tidak diperkenankan membuat
coakan.

d. Pengaman atas benturan pada bagian bawah tiang perancah.

- Balok Memanjang
a. Jarak vertikal balok memanjang tidak boleh melebihi 4 m.

b. Sambungan balok memanjang harus diikat erat-erat menjadi satu dengan tiang
vertikal.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 34
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

c. Balok memanjang harus dipasang menerus pada seluruh panjang perancah.

d. Balok memanjang harus diberi palang penguat (braced) yang cukup.

- Balok Kopel
a. Tiang perancah yang dipasang pada suatu bangunan harus di kopel, secara
diagonal dari atau ke bawah pada seluruh panjangnya.

b. Balok kopel diikat erat pada balok memanjang dan tiang vertikal pada titik-titik
silangnya.

c. Tiang perancah yang berdiri bebas harus dikopel dengan menggunakan palang
penguat.

- Perancah Pipa Logam harus memenuhi ketentuan :


a. Pipa vertikal dan horizontal terpasang kuat satu dengan lainnya.

b. Harus dipasang palang penguat dengan arah diagonal.

c. Tidak boleh dipasang dengan jarak kurang dari 5 m dari jaringan/peralatan listrik.

d. Pipa harus mempunyai ukuran dan ukuran yang cukup untuk menahan beban,
minimal diameter 5 cm.

7.4.6 Tangga
Dalam pelaksanaan pekerjaan Bangunan Air dengan konstruksi yang tinggi mungkin
diperlukan tangga.

1) Tangga Kerja
Tangga kerja menurut penggunaannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 Tangga Kerja Sementara.


 Tangga Kerja Lepas.
Khusus untuk tangga kerja lepas, dapat diklasifikasikan menjadi :

 Tangga kerja lepas (kayu atau besi).


 Tangga yang dapat berdiri sendiri.
 Tangga yang dapat diperpanjang.
2) Umum

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 35
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

 Tangga yang terbuat dari kayu harus terbuat dari mutu yang kuat, tidak ada kerusakan
dan kayu yang arah seratnya memanjang.
 Tangga yang terbuat dari logam harus tidak licin, bersih dan tidak berkarat serta dicat
dengan cat anti karat.
 Jarak antara anak tangga harus sama, tidak boleh kurang dari 25 cm atau lebih dari 35
cm.
 Tangga kerja terbuat dari kayu tidak boleh dicat tetapi harus dipernis atau diberi
pengawat yang jernih (transparan).
 Tangga kerja yang dipergunakan dalam waktu lama perlu dirawat dan diadakan
pemeriksaan pada waktu-waktu tertentu.
 Jarak perletakan kaki bawah ke dinding sandaran harus lebih kurang ¼ panjang tangga.
 Pekerja yang menggunakan tangga harus :
- Kedua tangan bebas untuk memegang tangga dan tidak membawa beban berat.
- Menghadap tangga.
- Tidak menggunakan alas kaki yang licin.
 Tempat/kedudukan tangga harus dalam kondisi yang sempurna/stabil dan aman dari
gangguan kendaraan atau orang serta tidak diletakkan di depan pintu yang terbuka ke
arahnya, dan terikat kuat/tidak bergeser.
 Pengaman diperlukan bila dipakai di tempat ramai.
3) Tangga Lepas Dua Kaki
 Tinggi maksimal tangga lepas 9 m setiap perbedaan tinggi 9 m harus diberi bordes yang
mempunyai ukuran yang cukup dan mempunyai railing.
 Tangga kerja lepas yang terbuat dari kayu harus diberi besi pengikat silang untuk
menjamin kekuatannya.
 Setiap tangga lepas yang digunakan untuk hubungan tingkat harus :
- Paling sedikit 1 m lebih tinggi dari tingkat yang dituju.
- Satu dari kaki tangga diperpanjang ke atas 1 m untuk pegangan.
4) Tangga yang dapat berdiri sendiri :
 Tangga boleh lebih panjang dari 6 m, lebar antara kaki di ujung atas minimal 40 cm,
lebar di bawah minimal 50 cm.
 Kaki bagian belakang diberi alas yang kuat.
 Tangga yang melebihi 1,5 m panjangnya harus diberi dua atau lebih ikatan silang.
 Antara kaki depan dengan belakang harus terikat dengan kuat.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 36
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

 Dalam kondisi terbuka anak tangga harus horizontal.


5) Tangga yang dapat diperpanjang :
 Tangga lepas yang dapat disambung tidak boleh lebih panjang 15 m.
 Tangga lepas yang disambung harus dibuat oleh orang yang ahli dilengkapi dengan
kunci dan alat pengaman, satu atau lebih.
 Tali penggerak, diangker kuat dan dikaitkan melalui roda kerekan.
 Pada bagian sambungan yang berhimpit anak tangga harus berhimpitan juga.
6) Tangga Lepas Mekanik
Tangga lepas mekanik artinya dapat diperpanjang secara mekanik dan ditumpu oleh alas
yang beroda dengan ketentuan sebagai berikut :

 Dilengkapi dengan peralatan tempat bekerja yang aman dan terbuat dari kerangka besi
yang tipis tetapi kuat.
 Bila sedang digunakan rodanya harus terkunci.
 Tangga lepas mekanik tidak boleh digerakkan bila seseorang sedang bekerja, kecuali
sudah dirancang untuk hal tersebut.

7.4.7 Kendaraan Proyek


Dalam pelaksanaan pekerjaan pengurugan lahan untuk peninggian level Bangunan sesuai
dengan perencanaan maka diperlukan tanah urugan yang harus didatangkan ke lokasi proyek.
Sehingga Penyedia Jasa harus memperhatikan beberapa hal :

 Tanah yang didatangkan dari quarry menuju lokasi pngurugan (lokasi proyek) dengan
menggunakan dump truck harus ditutup dengan terpal agar tanah yang dibawa tidak
berjatuhan ke area jalan yang dilalui oleh dump truck tersebut.
 Setiap dump truck yang keluar dan masuk di quarry maupun di lokasi proyek (pengurugan)
harus dilakukan pembersihan tanah yang melekat pada semua roda dengan menggunakan
air atau dengan alat lainnya (terutama di musim penghujan) agar tanah yang melekat di
roda tersebut tidak membahayakan pengendara lain baik pejalan kaki maupun kendran
roda dua.
 Tenaga-tenaga untuk pelaksanaan kebersihan tersebut sudah merupakan tanggungjawab
serta kewajiban (sudah diperhitungkan seluruh biayanya) dari Penyedia Jasa dari mulai
awal pelaksanaan sampai dengan akhir pelaksanaan proyek.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 37
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

7.5 Kecelakaan Kerja


7.5.1 Pengertian Istilah
1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun
di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2. Pengusaha adalah :
a. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik
sendiri.
b. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya.
c. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah
Indonesia.
3. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan
tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik Negara.
4. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah
melalui jalan yang bisa atau wajar dilalui.
5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami
oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal
dunia.
6. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) meliputi :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
b. Jaminan Kematian (JK).
c. Jaminan Hari Tua (JHT).
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 38
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

7.5.2 Pelaksanaan
1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 10 (sepuluh) orang tenaga
kerja atau membayar upah kepada seluruh tenaga kerja, kerjanya paling sedikit Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah) sebulan, wajib mengikut sertakan kerjanya dalam program
jaminan sosial tenaga kerja.

2. Program jaminan sosial tenaga karja sebagaimana dimaksud di atas diselelnggarakan oleh
Badan Penyelenggara, dalam hal ini PT. Jamsostek.

3. Pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi


tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari paket Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Dasar menurut Peraturan Pemerintah ini, tidak wajib ikut dalam Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek.

4. Kepesertaan tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja borongan dan tenaga kerja kontrak
dalam program jaminan sosial tenaga kerja diatur lebih lanjut oleh Menteri.

5. Untuk tenaga kerja borongan dan tenaga kerja lepas diatur oleh :

a. Surat Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. :
KEP-07/MEN/1984 dan No. : 30/KPTS/1984 tertanggal 29 Januari 1984, khusus bagi
pekerja yang bekerja di proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum.

b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. : KEP.425/MEN/1984 tentang petunjuk


pelaksanaan Program Astek bagi tenaga kerja borongan/harian lepas pada Penyedia
Jasa jasa konstruksi khusus bagi pekerja pada :

 Proyek-proyek APBD, Inpres dan lain-lain, pemotongan iuran ASTEK dilaksanakan


oleh bendaharawan proyek.
 Proyek-proyek APBN, pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia Jasa dengan
menyetorkan langsung ke bank yang ditunjuk atas rekening Perum ASTEK.
 Proyek-proyek swasta, pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia Jasa/pemilik
proyek pada saat menerima Ijin Mendirikan Bangunan dan/atau Surat Ijin
Pelaksanaan Pembayaran (SIPP).
6. Program asuransi ini memberikan perlindungan bagi tenaga kerja terhadap resiko
kecelakaan kerja yang meliputi seluruh biaya pengangkutan, pengobatan, perawatan di

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 39
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

rumah sakit dan tunjangan sementara tidak mampu bekerja, tunjangan cacat, tunjangan
kematian dan biaya penguburan.

7. Apabila ada yang mengalami kecelakaan kerja, tenaga kerja atau siapa saja harus
secepatnya memberitahukan ke perusahaan/pengusaha.

8. Pengusaha wajib memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi tenaga kerja
yang tertimpa kecelakaan.

9. Pengusaha wajib menigisi dan mengirimkan formulir Jamsostek 3 kepada Depnaker dan
PT. JAMSOSTEK (Persero) setempat sebagai Laporan Kecelakaan Kerja Tahap 1 tidak
lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.
10. Pengusaha wajib melaporkan Kecelakaan Tahap ke II kepada Kantor Depnaker dan PT.
Jamsostek (Persero) setempat dengan mengisi formulir Jamsostek 3a dalam waktu tidak
lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam setelah menerima surat keterangan dokter
(formulir Jamsostek 3b) yang menerangkan :

a. Keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir.

b. Keadaan cacat sebagian untuk selama-lamanya, atau

c. Keadaan cacat total tetap untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental, atau

d. Meninggal Dunia.

7.5.3 Santunan
1. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja.
Dalam hal ini adalah mereka yang memborong pekerjaan sendiri.

2. Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor
Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24
jam.

3. Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacat atau
meninggal dunia.

[Type text]
Rencana Kerja dan Syarat -syarat 40
RKS Pembangunan tpt bidang jembatan

4. Pada dasarnya pembayaran jaminan yang menjadi hak tenaga kerja dibayarkan langsung
kepada yang bersangkutan, dalam hal tenaga kerja meninggal dunia kepada ahli warisnya
yang sah.

7.6 Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja


7.6.1 Pengertian
Menurut keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993, penyakit yang timbul karena hubungan kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.

 Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak
mendapat Jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun
setelah hubungan kerja berakhir. Hak atas Jaminan Kecelakaan Kerja bagi tenaga kerja yang
hubungan kerjanya telah berakhir akan diberikan, apabila menurut hasil diagnosis dokter
yang merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selama tenaga kerja yang
bersangkutan masih dalam hubungan kerja. Hak jaminan kecelakaan kerja tersebut akan
diberikan, apabila penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung
sejak hubungan kerja tersebut berakhir.
 Bila tenaga kerja tertimpa penyakit yang timbul karena hubungan kerja, pengusaha wajib
mengisi dan mengirimkan formulir khusus tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat)
jam sejak menerima diagnosis dari Dokter Pemeriksa. Penyampaian formulir tersebut
berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan kecelakaan kerja. Karena itu
harus disertai bukti-bukti sesuai ketentuan yang berlaku.

[Type text]

Anda mungkin juga menyukai