KELOMPOK : 3 ( RADIASI )
4. EFEK RADIOTERAPI
(https://www.kompasiana.com/erina30951/5bf62f28ab12ae64da6e82b2/efek-samping-
radioterapi)
Radioterapi adalah jenis pengobatan yang biasa diterapkan pada pasien yang
menderita kanker yang tujuannya untuk membunuh pertumbuhan sel kankernya.
Selain fokus utama radioterapi sebagai cara mengobati kanker, pengobatan ini juga
digunakan untuk mengatasi jenis penyakit non-kanker yang lainnya. Seperti penyakit
tiroid, tumor dan penyakit lainnya yang berhungan dengan darah, juga bisa di atasi
dengan radioterapi.
Hampir setengah dari pasien yang mengidap kanker semuanya dianjurkan untuk
melakukan radioterapi. Bahkan seseorang yang sudah menderita kanker stadium lanjut
pun dianjurkan untuk menjalani radioterapi, walaupun tipis kemungkinan untuk
sembuh tapi setidak nya bisa mengurangi rasa sakit yang di deritanya.
Efek Samping Radioterapi ?
Bahaya radio terapi bisa menyebabkan efek samping bagi para pasiennya. Efek
samping dari radioterapi dibedakan menjadi dua masa yaitu, efek samping jangka
pendek dan jangka panjang.
Efek Samping Jangka Pendek
Gejala yang akan muncul setelah radioterapi yaitu akan ada rasa mual dan mutah.
Rambut juga akan rontok sedikit demi sedikit, dan bisa lebih banyak jika
melakukan radioterapi di bagian kepala. Selain itu juga akan mengalami
penurunan nafsu makan serta terganggunya sistem pencernaan. Bahkan bagi
wanita bisa mengelami gangguan pada menstruasi dan pada pria bisa
menyebabkan kualitas sperma menurun
Efek Samping Jangka Panjang
Efek samping jangka panjang bisa terjadi akibat sel normal yang rusak saat
setelah melakukan radioterapi. Ketika sel DNA rusak maka masalah yang lain
pun akan berdatangan. Masalah tersebut antara lain :
1. Jika melakukan radio terapi di bagian panggul dan perut, maka bisa
menyebabkan kandung kemih menjadi tidak elastis, keseringan buang air
kecil dan terjadi peradangan pada saluran kemih. Bahkan bagi wanita , vagina
pun akan menjadi sempit dan kurang elastis
2. Teradi pembengkakan pada lengan, jika melakukan terapi pada bagian
pundak
3. Membuat payudara menjadi lebih kencang dan keras, jika melakukan terapi
di bagian payudara
4. Fungsi paru-paru bisa terganggu, jika mendapatkan radiasi pada bagian dada
5. Dan berisiko utuk mengalami penyempitan saluran nafas jika mendapatkan
radiasi dada bagian dada atau leher, sehingga akan kesulitan untuk menelan
makanan.
5. BAHAYA RADIASI ELEKTROMAGNETIK (RADIASI ULTRAVIOLET-
B)
http://quantabioenergiindonesia.com/baca/21/Bahaya-Radiasi-
Elektromagnetik.html
Paparan radiasi ultraviolet-B yang berlebih terhadap manusia, hewan, tanaman
dan bahan-bahan bangunan dapat menimbulkan dampak negatif. Pada manusia,
radiasi UV-B berlebih dapat menimbulkan penyakit kanker kulit, katarak mata
serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Selain itu, peningkatan radiasi gelombang pendek UV-B juga dapat memicu
reaksi kimiawi di atmosfer bagian bawah, yang mengakibatkan penambahan
jumlah reaksi fotokimia yang menghasilkan asap beracun, terjadinya hujan asam
serta peningkatan gangguan saluran pernapasan.
1. Pada tumbuhan, radiasi UV-B dapat menyebabkan pertumbuhan berbagai
jenis tanaman menjadi lambat dan beberapa bahkan menjadi kerdil.
Sebagai akibatnya, hasil panen sejumlah tanaman budidaya akan menurun
serta tanaman hutan menjadi rusak.
2. Pulsa microwaves dapat menimbulkan efek stres pada kimia syaraf otak.
3. Apabila terjadi lubang ozon, maka sinar UV, khususnya yang jenis UV
tipe B yang memiliki panjang gelombang 290 nm, yang menembus ke
permukaan bumi dan kemudian mengenai orang, dapat menyebabkan kulit
manusia tersengat, merubah molekul DNA, dan bahkan bila berlangsung
menerus dalam jangka lama dapat memicu kanker kulit, termasuk terhadap
mahluk hidup lainnya.
4. Radiasi HP dapat mengacaukan gelombang otak, menyebabkan sakit
kepala, kelelahan, dan hilang memori, pemakaian HP bisa menyebabkan
kanker otak.
5. Beberapa efek negatif yang bisa muncul sebagai akibat radiasi HP antara
lain kerusakan sel saraf, menurunnya atau bahkan hilangnya konsentrasi,
merusak sistem kekebalan tubuh, meningkatkan tekanan darah, hingga
gangguan tidur dan perubahan aktivitas otak.
6. Sebagian besar garis-garis wajah dan kerut/keriput disebabkan oleh
pemaparan berlebihan terhadap sinar UV, baik UVA yang bertanggung
jawab atas noda gelap, kerut/keriput, dan melanoma maupun UVB yang
bertanggung jawab atas kulit terbakar dan karsinoma.
7. Dampak negatif wi-fi sehubungan dengan radiasi elektromagnetik:
keluhan nyeri di bagian kepala, telinga, tenggorokan dan beberapa bagian
tubuh lain bila berada dekat dengan peralatan elektronik atau menara
pemancar.
Bahaya Gelombang Elektromagnetik
Dapat menyebabkan kanker kulit (Sinar ultraviolet).
Dapat menyebabkan katarak mata(Sinar ultraviolet).
Dapat menghitamkan warna kulit (Sinar ultraviolet).
Dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh (Sinar ultraviolet).
Dapat menyebabkan kemandulan (Sinar gamma).
Dapat menyebabkan kerusakan sel/jaringan hidup manusia (Sinar X dan
terutama sinar gamma).
6. RADIASI ELEKTROMANETIK
(https://www.liputan6.com/news/read/2144481/radiasi-ponsel-menembus-otak-dan-
picu-kanker)
Sudah lama kecurigaan mengarah ke telepon seluler. Paparan radiasinya mungkin
berpotensi membahayakan tubuh, bahkan nyawa manusia.
Ahli epidemiologi dan ilmuwan bidang kesehatan, George Carlo, PhD, JD adalah yang
pertama sadar dan menyebut potensi bahaya dari paparan gelombang elektromagnetik
yang dihasilkan ponsel.
Ia menjalani penelitian panjang, dari tahun1993, 1999, bahkan terus berlanjut hingga
kini.
"Setiap hari, kita berenang di samudera radiasi elektromagnet (electromagnetic
radiation) yang diproduksi oleh peralatan listrik, kabel-kabel catu daya, atau kabel
yang semata berseliweran di kolong meja dan gedung tempat kita kerja, bahkan di
rumah,” ujar Carlo, dikutip dari Lef, Senin (8/12/2014).
Tak hanya ponsel yang ditempelkan ke telinga kita.
Sejumlah peralatan dari alat pencuci piring, microwave, hingga jam, dan ponsel di
dekat bantal tempat kepala kita terebah tertidur serta pancaran sinar televisi,
gelombang elektromagnet merangsek ke seluruh bagian tubuh. Seluruh bagian tubuh
kita terpapar gelombang elektromagnet.
Belum ada satu pun penelitian membuktikan keamanan semua alat itu, seberapa
bagusnya mereka membuat produk dan mengklaim keamanannya.
Carlo bercerita, industri telepon seluler lahir di awal 1980-an, ketika teknologi
komunikasi yang dikembangkan untuk Departemen Pertahanan akhirnya diizinkan
untuk diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang berfokus pada keuntungan.
Kelompok ini, dengan ide-ide besar dan sumber daya yang terbatas, menekan lembaga-
khususnya peraturan pemerintah Food and Drug Administration (FDA) untuk menjual
ponsel tanpa tes kelayakan (dampak bagi kesehatan).
"Pada saat itu, satu-satunya efek kesehatan dilihat dari gelombang mikro yang cukup
kuat sehingga memanaskan jaringan tubuh manusia. Namun karena tekanan bisnis,
ponsel dibebaskan dari semua jenis pengawasan, peraturan, dan pengecualian. Bahkan
hingga kini," ujar Carlo.
Saat ini, lanjut Carlo, ada lebih dari dua miliar pengguna ponsel yang terkena paparan
radiasi elektromagnetik (EMR). Namun pemerintah AS dan industri ponsel menolak
untuk mengakui masalah ini. Termasuk beberapa kemungkinan yang dipaparkan para
ahli seperti kerusakan genetik, disfungsi otak, tumor otak, dan kondisi lain seperti
gangguan tidur dan sakit kepala
"(Ancaman) 1-9 jam saat menelepon sangat tidak relevan. Mekanisme bahaya ponsel
bisa dipicu dalam hitungan detik. Industri ponsel sepenuhnya sadar bahaya ini. Sayang,
belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk menggugat produsen ponsel atau penyedia
layanan," katanya.
Carlo pun mengulas sejumlah studi yang tidak relevan, seperti studi di Jerman yang
menyatakan ponsel aman -- tapi terkuak riset tersebut didanai industri ponsel. Pada
Desember 2006, studi epidemiologi mengenai bahaya ponsel diterbitkan
dalam Journal of National Cancer Institute.
"Akibat penemuan ini, 10 headline koran berbunyi, 'Studi Denmark Menemukan
Penggunaan Ponsel Aman'. Begitupun dengan seluruh penyiar berita TV yang
mengatakan ponsel itu aman! Sayangnya, setelah ditelusuri, itu adalah studi cacat yang
didanai oleh industri ponsel dan dirancang untuk membawa hasil positif," kata Carlo.
Menurut Carlo, masalah utama dengan penelitian ini adalah rancunya definisi orang
yang tidak terkena radiasi. Pengguna ponsel didefinisikan sebagai orang yang
setidaknya melakukan satu panggilan telepon per minggu selama enam bulan antara
tahun 1982 dan 1995. Pada kenyataannya, paparan radiasi antara pengguna dan non-
pengguna didefinisikan dengan cara ini tidak terlihat.
"Penelitian ini tidak konsisten dengan statistik kanker yang diterbitkan di seluruh dunia
karena dilakukan hanya dalam populasi Denmark. Selain itu, penelitian ini
menunjukkan risiko rendah kanker secara keseluruhan, padahal Denmark merupakan
salah satu negara dengan populasi kanker tertinggi di dunia. Ketidakkonsistenan ini
menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak pas," ujarnya.