Anda di halaman 1dari 11

PRODI : SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TK.

MATA KULIAH : FISIKA BIOLOGI

NAMA DOSEN : dr.Hilda,M.Kes

KELOMPOK : 3 ( RADIASI )

DISUSUN OLEH : 1. APRIZA YULIA CITRA (P07220419005)


2. DEWI KUSUMA WARDANI (P07220419009)
3. JENIFER INGGRED ANGELIA (P07220419022)
4. LIS DIANA (P07220419025)
5. NUR SAJIDA (P07220419030)
6. NURUL ALIFAH (P07220419031)
7. PITRA SHASA ANGGITA (P07220419032)
8. PUTRI ANISSA DEWI (P07220419033)
9. RUTNIRI YOHANA MALAU (P07220419040)
10. RINAWATI (P07220419038)
11.ROHMAH UTAMI SAPUTRI (P07220419039)
12. SHELLAWATI (P07220419043)
.
MACAM MACAM KASUS DARI DAMPAK RADIASI :

1. EFEK RADIASI PADA KULIT.


(http://dharmais.co.id/news/168/Manajemen-Keperawatan-Efek-Samping-Radiasi-
Pada-Kulit)
Berbagai tingkat dermatitis radiasi dialami oleh pasien yang menjalani terapi
radiasi. Pada kebanyakan pasien, dermatitis radiasi ringan sampai sedang, sekitar 15-
25% pasien mengalami reaksi parah, oleh karena itu kita perlu mengetahui untuk
melakukan mengurangi dan atau pengobatan pada dermatitis akut radiasi.
Jenis Terapi Radiasi
Terdapat 2 jenis terapi radiasi, yaitu radiasi eksternal dan brakhiterapi. Radiasi
eksternal adalah pemberian radiasi dari jarak tertentu ke volum target yang telah
ditentukan, tujuan dari radiasi eksternal yaitu untuk mengobati (definitif, ajuvan,
neoajuvan), pengobatan paliatif, dan untuk mengontrol (Radiation oncology Nursing
Practice and education .hal 157). Sedangkan brakhiterapi yaitu proses penyinaran
dimana sumber radiasi didekatkan sedekat mungkin dengan organ target yang akan
diradiasi dan proses pemberian radiasi dosis tinggi dengan meminimalkan efek radiasi
pada jaringan normal (Radiation oncology Nursing practice and Edukasi hal 13).
Efek Samping Radiasi
Efek samping dari radiasi adalah sebagai berikut
•Fatigue (selama radiasi tubuh membutuhkan banyak energi untuk memulihkan sel-sel
yang rusak)
•Reaksi kulit (eritema, deskuamasi kering dan basah)
•Mual dan muntah
•Anoreksia (faktor yang mempengaruhi adalah inactivity, medikasi, dan masalah
psikologis)
•Kesulitan menelan
•Mukositis
•Xerostomia
•Diare 
•Cystitis 
•Supresi sumsum tulang
Pada artikel kali ini akan khusus membahas mengenai efek samping radiasi yang
berupa reaksi kulit (eritema, deskuamasi kering dan basah).

2. KANKER YANG DISEBABKAN OLEH RADIASI NUKLIR


(https://news.detik.com/internasional/d-3048777/pekerja-reaktor-fukushima-
menderita-kanker-akibat-radiasi-nuklir)
Otoritas Jepang mengakui satu mantan pekerja pembangkit nuklir Fukushima,
Jepang didiagnosis kanker yang terkait radiasi. Konfirmasi ini merupakan yang
pertama kali selang empat tahun lebih usai salah satu insiden atom terburuk di dunia.
Seorang pejabat Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan satu mantan pekerja
pusat pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima menderita leukimia. Pekerja laki-
laki ini berusia 30-an tahun ketika bekerja di pusat pembangkit nuklir pada tahun 2011
lalu. 
Kini, dia disebut berusia 41 tahun namun tidak disebut identitasnya. "Kasus ini telah
memenuhi kriteria (mengkaitkan penyakit ini pada insiden nuklir)," ucap pejabat yang
enggan disebut namanya ini.
"Orang ini pergi menemui dokter karena merasa tidak enak badan. Saat itulah dia
didiagnosis dengan leukimia," imbuhnya.
Pihak kementerian tidak mengungkapkan lebih lanjut informasi rinci soal pekerja pria
ini, hanya menyebut dia bekerja di salah satu gedung yang hancur akibat gempa tahun
2011 lalu. Gedung itu menjadi lokasi salah satu reaktor nuklir yang rusak.
Pejabat kementerian ini menyebutkan, pria yang terus mengenakan pakaian dan
perlengkapan pelindung selama satu tahun lebih bertugas di Fukushima ini, akan
mendapat kompensasi untuk membiayai pengobatannya dan juga sebagai ganti rugi.
Namun tidak disebut jumlah pastinya. 
Televisi nasional Jepang, NHK menyebut sekitar 45 ribu orang dipekerjakan di pusat
pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima sejak insiden terjadi pada tahun 2011
lalu sebagai bagian dari upaya pembersihan besar-besaran. Muncul perdebatan apakah
insiden ini bisa memicu penyakit kanker di antara pekerja dan orang-orang yang
tinggal di sekitar lokasi.
Hingga kini, belum ada kematian yang terjadi akibat radiasi dari kebocoran nuklir di
kawasan tersebut. Puluhan ribu orang terpaksa mengungsi dan membuat kawasan di
sekitar reaktor Fukushima tak berpenghuni, mungkin hingga beberapa dekade ke
depan.

3. EFEK RADIASI HANDPHONE PADA KESEHATAN


 https://www.alodokter.com/dampak-radiasi-handphone-pada-kesehatan
Radiasi gelombang radio yang diterima dan dikirimkan oleh handphone dapat
menyebar ke segala arah, termasuk tubuh. Radiasi handphone tidak sama dengan
radiasi jenis lain, seperti sinar X dalam foto Rontgen dan CT scan, yang sudah
dipastikan berbahaya jika terpapar terlalu sering. Radiasi handphone belum diketahui
secara pasti efeknya pada kesehatan. Namun terdapat beberapa kemungkinan pengaruh
radiasi handphone pada tubuh.
Berikut beberapa kemungkinan efek yang ditimbulkan dari
radiasi handphone terhadap tubuh:
 Dampak pada kesuburan pria
Menelepon menggunakan hands-free mungkin bisa berdampak pada 
kesuburan pria. Mengapa demikian? Pria yang menggunakan hands-free saat
menelepon cenderung menaruh handphone pada saku celana atau
menyelipkannya pada ikat pinggang. Karena letaknya yang berdekatan dengan
organ intim, kemungkinan radiasi yang dikeluarkan handphone dapat
memengaruhi sperma. Sperma yang terekspos radiasi mungkin dapat mengalami
kerusakan, kemampuan bergeraknya lebih rendah, dan daya tahan hidupnya
sebentar. Namun data penelitian mengenai temuan ini masih belum konsisten dan
masih perlu ditinjau lebih lanjut.
 Efek radiasi handphone pada ibu hamil
Dianjurkan untuk berhati-hati memakai handphone ketika Anda sedang
hamil. Radiasi handphone dapat memengaruhi lapisan pelindung yang
mengelilingi sel saraf otak pada janin. Selain itu, anak yang terlahir dari ibu
hamil yang terekspos handphone diduga dapat mengalami gangguan perilaku,
seperti sulit bergaul, hiperaktif, dan menjadi anak yang tidak peka. Meski begitu,
ada pula hasil penelitian yang tidak menemukan data valid mengenai kaitan
kedua hal itu. Penelitian lainnya menyatakan bahwa penggunaan handphone tidak
memberi dampak pada tumbuh kembang, termasuk kemampuan bicara anak.
Untuk berjaga-jaga, dianjurkan untuk menggunakan hands-free ketika menerima
telepon dan jangan meletakkan handphone di atas perut.
 Efek radiasi handphone dan kanker
Hubungan antara radiasi handphone dan kanker masih kontroversial. Hingga
kini belum ada bukti kuat yang menyatakan radiasi handphone dapat
meningkatkan risiko terkena kanker. Berdasarkan penelitian dan observasi para
ahli dari berbagai organisasi kesehatan termasuk Badan Kesehatan Dunia
(WHO), radiasi handphone sejauh ini diperkirakan mungkin dapat berdampak
kanker pada manusia. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk
mendukung kesimpulan tersebut.
 Dampak radiasi handphone pada anak-anak
Anak-anak berisiko lebih tinggi mengalami kerusakan tubuh akibat
radiasi handphone. Menurut teori, anak-anak lebih mudah terpapar
radiasi handphone ketimbang orang dewasa karena tengkorak anak lebih tipis,
jaringan otak anak lebih mudah menyerap, serta ukuran tubuh anak lebih kecil.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa radiasi gelombang radio
dari handphone memiliki dampak pada terbentuknya kelainan jaringan dan
metabolisme sel-sel saraf di otak. Akan tetapi, dampak lebih lanjut pada tumbuh
kembang anak masih belum dapat disimpulkan dengan jelas.

4. EFEK RADIOTERAPI
(https://www.kompasiana.com/erina30951/5bf62f28ab12ae64da6e82b2/efek-samping-
radioterapi)
Radioterapi adalah jenis pengobatan yang biasa diterapkan pada pasien yang
menderita kanker yang tujuannya untuk membunuh pertumbuhan sel kankernya.
Selain fokus utama radioterapi sebagai cara mengobati kanker, pengobatan ini juga
digunakan untuk mengatasi jenis penyakit non-kanker yang lainnya. Seperti penyakit
tiroid, tumor dan penyakit lainnya yang berhungan dengan darah, juga bisa di atasi
dengan radioterapi.
Hampir setengah dari pasien yang mengidap kanker semuanya dianjurkan untuk
melakukan radioterapi. Bahkan seseorang yang sudah menderita kanker stadium lanjut
pun dianjurkan untuk menjalani radioterapi, walaupun tipis kemungkinan untuk
sembuh tapi setidak nya bisa mengurangi rasa sakit yang di deritanya.
Efek Samping Radioterapi ?
Bahaya radio terapi bisa menyebabkan efek samping bagi para pasiennya. Efek
samping dari radioterapi dibedakan menjadi dua masa yaitu, efek samping jangka
pendek dan jangka panjang.
 Efek Samping Jangka Pendek
Gejala yang akan muncul setelah radioterapi yaitu akan ada rasa mual dan mutah.
Rambut juga akan rontok sedikit demi sedikit, dan bisa lebih banyak jika
melakukan radioterapi di bagian kepala.  Selain itu juga akan mengalami
penurunan nafsu makan serta terganggunya sistem pencernaan. Bahkan bagi
wanita bisa mengelami gangguan pada menstruasi dan pada pria bisa
menyebabkan kualitas sperma menurun
 Efek Samping Jangka Panjang
Efek samping jangka panjang bisa terjadi akibat sel normal yang rusak saat
setelah melakukan radioterapi. Ketika sel DNA rusak maka masalah yang lain
pun akan berdatangan. Masalah tersebut antara lain :
1. Jika melakukan radio terapi di bagian panggul dan perut, maka bisa
menyebabkan kandung kemih menjadi tidak elastis, keseringan buang air
kecil dan terjadi peradangan pada saluran kemih. Bahkan bagi wanita , vagina
pun akan menjadi sempit dan kurang elastis
2. Teradi pembengkakan pada lengan, jika melakukan terapi pada bagian
pundak
3. Membuat payudara menjadi lebih kencang dan keras, jika melakukan terapi
di bagian payudara
4. Fungsi paru-paru bisa terganggu, jika mendapatkan radiasi pada bagian dada
5. Dan berisiko utuk mengalami penyempitan saluran nafas jika mendapatkan
radiasi dada bagian dada atau leher, sehingga akan kesulitan untuk menelan
makanan.
5. BAHAYA RADIASI ELEKTROMAGNETIK (RADIASI ULTRAVIOLET-
B)
 http://quantabioenergiindonesia.com/baca/21/Bahaya-Radiasi-
Elektromagnetik.html
Paparan radiasi ultraviolet-B yang berlebih terhadap manusia, hewan, tanaman
dan bahan-bahan bangunan dapat menimbulkan dampak negatif. Pada manusia,
radiasi UV-B berlebih dapat menimbulkan penyakit kanker kulit, katarak mata
serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Selain itu, peningkatan radiasi gelombang pendek UV-B juga dapat memicu
reaksi kimiawi di atmosfer bagian bawah, yang mengakibatkan penambahan
jumlah reaksi fotokimia yang menghasilkan asap beracun, terjadinya hujan asam
serta peningkatan gangguan saluran pernapasan.
1. Pada tumbuhan, radiasi UV-B dapat menyebabkan pertumbuhan berbagai
jenis tanaman menjadi lambat dan beberapa bahkan menjadi kerdil.
Sebagai akibatnya, hasil panen sejumlah tanaman budidaya akan menurun
serta tanaman hutan menjadi rusak.
2. Pulsa microwaves dapat menimbulkan efek stres pada kimia syaraf otak.
3. Apabila terjadi lubang ozon, maka sinar UV, khususnya yang jenis UV
tipe B yang memiliki panjang gelombang 290 nm, yang menembus ke
permukaan bumi dan kemudian mengenai orang, dapat menyebabkan kulit
manusia tersengat, merubah molekul DNA, dan bahkan bila berlangsung
menerus dalam jangka lama dapat memicu kanker kulit, termasuk terhadap
mahluk hidup lainnya.
4. Radiasi HP dapat mengacaukan gelombang otak, menyebabkan sakit
kepala, kelelahan, dan hilang memori, pemakaian HP bisa menyebabkan
kanker otak.
5. Beberapa efek negatif yang bisa muncul sebagai akibat radiasi HP antara
lain kerusakan sel saraf, menurunnya atau bahkan hilangnya konsentrasi,
merusak sistem kekebalan tubuh, meningkatkan tekanan darah, hingga
gangguan tidur dan perubahan aktivitas otak.
6. Sebagian besar garis-garis wajah dan kerut/keriput disebabkan oleh
pemaparan berlebihan terhadap sinar UV, baik UVA yang bertanggung
jawab atas noda gelap, kerut/keriput, dan melanoma maupun UVB yang
bertanggung jawab atas kulit terbakar dan karsinoma.
7. Dampak negatif wi-fi sehubungan dengan radiasi elektromagnetik:
keluhan nyeri di bagian kepala, telinga, tenggorokan dan beberapa bagian
tubuh lain bila berada dekat dengan peralatan elektronik atau menara
pemancar.
Bahaya Gelombang Elektromagnetik
 Dapat menyebabkan kanker kulit (Sinar ultraviolet).
 Dapat menyebabkan katarak mata(Sinar ultraviolet).
 Dapat menghitamkan warna kulit (Sinar ultraviolet).
 Dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh (Sinar ultraviolet).
 Dapat menyebabkan kemandulan (Sinar gamma).
 Dapat menyebabkan kerusakan sel/jaringan hidup manusia (Sinar X dan
terutama sinar gamma).

6. RADIASI ELEKTROMANETIK
(https://www.liputan6.com/news/read/2144481/radiasi-ponsel-menembus-otak-dan-
picu-kanker)
Sudah lama kecurigaan mengarah ke telepon seluler. Paparan radiasinya mungkin
berpotensi membahayakan tubuh, bahkan nyawa manusia.
Ahli epidemiologi dan ilmuwan bidang kesehatan, George Carlo, PhD, JD adalah yang
pertama sadar dan menyebut potensi  bahaya dari paparan gelombang elektromagnetik
yang dihasilkan ponsel.
Ia menjalani penelitian panjang, dari tahun1993, 1999, bahkan terus berlanjut hingga
kini.
"Setiap hari, kita berenang di samudera radiasi elektromagnet (electromagnetic
radiation) yang diproduksi oleh peralatan listrik, kabel-kabel catu daya, atau kabel
yang semata berseliweran di kolong meja dan gedung tempat kita kerja, bahkan di
rumah,” ujar Carlo, dikutip dari Lef, Senin (8/12/2014).
Tak hanya ponsel yang ditempelkan ke telinga kita.

Sejumlah peralatan dari alat pencuci piring, microwave, hingga jam, dan ponsel di
dekat bantal tempat kepala kita terebah tertidur serta pancaran sinar televisi,
gelombang elektromagnet merangsek ke seluruh bagian tubuh. Seluruh bagian tubuh
kita terpapar gelombang elektromagnet.
Belum ada satu pun penelitian membuktikan keamanan semua alat itu, seberapa
bagusnya mereka membuat produk dan mengklaim keamanannya.
Carlo bercerita, industri telepon seluler lahir di awal 1980-an, ketika teknologi
komunikasi yang dikembangkan untuk Departemen Pertahanan akhirnya diizinkan
untuk diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang berfokus pada keuntungan.
Kelompok ini, dengan ide-ide besar dan sumber daya yang terbatas, menekan lembaga-
khususnya peraturan pemerintah Food and Drug Administration (FDA) untuk menjual
ponsel tanpa tes kelayakan (dampak bagi kesehatan).
"Pada saat itu, satu-satunya efek kesehatan dilihat dari gelombang mikro yang cukup
kuat sehingga memanaskan jaringan tubuh manusia. Namun karena tekanan bisnis,
ponsel dibebaskan dari semua jenis pengawasan, peraturan, dan pengecualian. Bahkan
hingga kini," ujar Carlo.
Saat ini, lanjut Carlo, ada lebih dari dua miliar pengguna ponsel yang terkena paparan
radiasi elektromagnetik (EMR). Namun pemerintah AS dan industri ponsel menolak
untuk mengakui masalah ini. Termasuk beberapa kemungkinan yang dipaparkan para
ahli seperti kerusakan genetik, disfungsi otak, tumor otak, dan kondisi lain seperti
gangguan tidur dan sakit kepala
"(Ancaman) 1-9 jam saat menelepon sangat tidak relevan. Mekanisme bahaya ponsel
bisa dipicu dalam hitungan detik. Industri ponsel sepenuhnya sadar bahaya ini. Sayang,
belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk menggugat produsen ponsel atau penyedia
layanan," katanya.
Carlo pun mengulas sejumlah studi yang tidak relevan, seperti studi di Jerman yang
menyatakan ponsel aman -- tapi terkuak riset tersebut didanai industri ponsel. Pada
Desember 2006, studi epidemiologi mengenai bahaya ponsel diterbitkan
dalam Journal of National Cancer Institute.
"Akibat penemuan ini, 10 headline koran berbunyi, 'Studi Denmark Menemukan
Penggunaan Ponsel Aman'. Begitupun dengan seluruh penyiar berita TV yang
mengatakan ponsel itu aman! Sayangnya, setelah ditelusuri, itu adalah studi cacat yang
didanai oleh industri ponsel dan dirancang untuk membawa hasil positif," kata Carlo.
Menurut Carlo, masalah utama dengan penelitian ini adalah rancunya definisi orang
yang tidak terkena radiasi. Pengguna ponsel didefinisikan sebagai orang yang
setidaknya melakukan satu panggilan telepon per minggu selama enam bulan antara
tahun 1982 dan 1995. Pada kenyataannya, paparan radiasi antara pengguna dan non-
pengguna didefinisikan dengan cara ini tidak terlihat.
"Penelitian ini tidak konsisten dengan statistik kanker yang diterbitkan di seluruh dunia
karena dilakukan hanya dalam populasi Denmark. Selain itu, penelitian ini
menunjukkan risiko rendah kanker secara keseluruhan, padahal Denmark merupakan
salah satu negara dengan populasi kanker tertinggi di dunia. Ketidakkonsistenan ini
menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak pas," ujarnya.

Di sisi lain, penelitian Eropa mengonfirmasi temuan Dr Carlo. Studi tersebut


menunjukkan bahwa radiasi ponsel bisa mengakibatkan disfungsi otak, tumor, dan
berpotensi tinggi autisme, gangguan perhatian (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder), penyakit neurodegenerative, dan masalah perilaku dan psikologis.
Dr Carlo akhirnya membawa informasi ini ke hadapan publik melalui bukunya, 'Cell
Phones: Invisible Hazards in the Wireless Age, dan tata cara keselamatan Wireless dan
ponsel bagi kesehatan.
Kuncinya: jaga jarak aman. "Selalu menggunakan headset untuk meminimalkan
paparan radiasi ponsel berbahaya," ujarnya.
Kata-katanya ini ternyata semakin membuatnya ditantang untuk membuktikan bahaya
paparan radiasi ponsel.
"Ketika dipanggil untuk membuktikan bahaya ponsel, saya masih bekerja dengan FDA
untuk penelitian silikon implan payudara. Tapi sebagai seorang ahli epidemiologi, ia
kemudian dipilih oleh industri ponsel untuk membuat pernyataan kalau ponsel itu
aman," tukasnya.
Bagaimanapun, dia akhirnya menolak untuk menjadi sasaran empuk industri ponsel.
Dia segera merekrut sekelompok ilmuwan terkemuka untuk bekerjasama dengannya.
Dia bahkan menciptakan semacam diskusi kelompok yang melibatkan lebih dari 200
dokter dan ilmuwan dan diketuai Dr John Graham dari Harvard University School of
Public Health untuk membahas masalah ini.
Akhirnya diputuskanlah empat persyaratan yang disajikan Dr Carlo terkait risetnya itu.
Pertama, dana yang dikelola industri harus independen dan tidak bisa digunakan untuk
mengontrol siapapun. Kedua, segala ulasan sebelum dipublikasikan harus di review.
Ketiga FDA tetap mengawasi dan memberikan masukan untuk mencegah persepsi
bahwa industri membayar sejumlah kalangan. Dan terakhir yang menurutnya paling
penting adalah peranan media yang terbuka terhadap semua hal.

Anda mungkin juga menyukai