Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ERITRODERMA
DI RUANG ANTORIUM RSD dr. SOEBANDI JEMBER

NAMA : Alivia Karima Faqih


NIM : 20020004

PRODI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

2020/2021
PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan pada kasus ...........................................................................


Telah dibuat pada tanggal .......................................................................................
Pada pasien di ruang.................................................................................................

......................., …..…………2021
Pembimbing ruangan, Pembimbing Akademik,

(…………………………………..) (…………………………………………..)
NIP/NIK. NIK.

Kepala Ruangan,

(……………………………………………..)

NIP/NIK
LAPORAN PENDAHULUAN

ERITRODERMA

1.1 PENGERTIAN
Endoderma berasal dari bahasa Yunani yang berati erytro (red=merah)
dan derma, dermatos (skin= kult), merupakan keradangan kulit yang
mengenai 90% atau lebih pada permukaan kulit yang biasanya disertai
skuma.
Eritroderma adalah elainan kulit yang dtandai dengan adanyakemerahan
atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan
tubuh yang berlangsung dalam beberaoa hari sampai minggu. Pada
eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karenabercampur dengan
hiperpigmentasi. Sedangkan skuaama adalah lapisan stratum korneum yang
terlepas dari kulit.
Nama lain penyakit ini adalah dermatitis eksfoliativa generalisata,
dermatitis eksfoliativa adalah suatu keadaan serius yang ditandai
denganinflamasi progresif dimana terjadi eritema dan sisik dengan
penyebaran yang lebih atau kurang umum (Smeltzer, Suzanne C, 2011).
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema
seluruh atau hampir seluruh permukaan tubuh dan biasanya disertai skuama
(arief Mansjoer. M, 2014).

1.2 ETIOLOGI
Menurut Mansjoer, Arief (2014), penyebab eritroderma :
a. Alergi obat, biasanya secara sistemik adalah pinisilin,sulfonamide,
analgetik/antipiretik dan terasiklin.
b. Perluasan penyakit kulit, misalnya psariosis, dan dermatitit seborik,
dermatitis atopic, dan liken planus.
c. Penyakit sistemik termasuk keganasan
1.3 PATOFISIOLOGI
pada eritroderma terjadi pelepasan stratum korneum (lapisan kulit yang
paling luar) yang mencolok menyebabkan kebocoran kapiler.
Hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negativ. Karena dilatasi
pembuluh darah kulit yang luas. Akibatnya tubuh akan kehilangan panas.
eritroderma terjadi eritema dan suama (pelepasan lapisan tanduk dari
permukaan kulit sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan
sel sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehigga
tampak sebagai sisisk atau plak jaringan epidermis yang profus)
mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik
dan imunologik (alergik), tetapi sebagian besar merupakan reaksi
imunologis pada mekanisme imunologik. Pemberian obat terjadi pada
pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat engan berat
molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap
(hapten). Obat metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojungsi
dahulu dengan protein, misalnya jaringan, serum/ protein dari membran sel
untuk mementuk antigen obat yang berat molekul tinggi dapat berfungsi
langsung sebagai antigen lengkap (Smeltzer, Suzane C., 2011)
1.4 PATHWAY
1.5 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Brunner & Sudarth (2013), tanda dan gejala dari eritroderma
adalah sebagai berikut:
a. Mengigil, demam, prostasi, toksisitas berat, kulit gatal, kulit bersisik.
b. Kehilangan lapisan stratum, komeum yang sangat banyak (lapisan kulit
yang paling luar) misalnya kebocoran kapiler,hipopreiteinema,
keseimbangan nitrogen negative.
c. Dilatasi pembuluh kutan yang meluas mengakibatka kehilangan panas
tubuh dalam jumlah besar
d. Arna kulit berubsh dari merah muda menjadi merah gelap setelah
seminggu, mulai terbentuk eksfoliatif (bersisik) dalam bentuk serpihan
tipis yang membuat lapisan kulit menjadi halus dan merah dengan
pembentukan sisik baru karena sisik sebelumnya terkelupas.
e. Kemungkinan terjadi kerontokan rambut
f. Terjadi relaps
g. Pengaruh sistemik : gagal jantung kongesif curah tinggi, ginekomastia,
hiperurisemia, dan gangguan suhu tubuh

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Menurut Brunner & Suddarth (2013), pemeriksaan diagnostic yan dapat
dilakukan adalah :
a. Biopsi kulit, yang harus dilakukan pada dua daerah kulit yang terpisah.
b. Darah lengkap, profi kimia dan radiograf toraks dapat bermanfaat
c. Pemeriksaan darah tepi untuk mengetahuo se; Sezary mungkin
diperlukan.
d. Pada pemeriksaan laboratorium didaatkan eusinofilia pada dermatitis
exfoliativa oleh karena drmatitis atopik.
e. Gambaran lainnya adalah sedimen yang meningkst, turunnya albumin
serum dan globulin serum relatif meningkat, serta tanda disfungsi
kegagalan jantung dan intetinal.
1.7 DIAGNOSA BANDING
Menurut Brunner & Suddarth (2013), pemeriksaan diagnostic yan dapat
dilakukan adalah :
a. Dermatitis
b. Psoriaris
c. Drug eruption
d. Limfoma
e. Leukimia
f. Pemfigus
g. Pitisiasis
h. Lihen plsnus
i. Saies

1.8 KOMPLIKASI
a. Abses
b. Limfadenopati
c. Hepatomegali
d. Konjungtivis
e. Stomatis

1.9 PENATALAKSANAAN
a. Medis
Menurut Mansjoer, Arief. M (2013) penatalaksanaan medis eritroderma
adalah sebagai berikut :
1. Diit tinggi protein
2. Sistemik
1) Golongan I : kortikosteroid (prednison 3-4x10 mg)
penyembuhan terjadi selama beberapa hari sampai beberapa
minggu.
2) Golongan II: kortikosteroid (prednison 4x10-15 mg). Bila terjadi
pada pengobatan dengan ter pada psoriasis, obat harus dihetikan.
Penyembuhan terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan.
3. Penyakit leiner : kortikosteroid (prednison 3x1-2 mg)
4. Sindrom sezary : kortikosteroid (prednison 30mg) dan sitostatik
(klorambusil 2-6 mg)
5. Topikal : salep lanolin 10%
b. Keperawatan
Menurut Brunner & Sudath (2013), penanganan eritrodermatis meliputi :
1. Rawat pasien dengan posisi tirah baring
2. Pertahankan suhu ruangan agar stabil karena proses termoregulasi
pada pasien eritroderma abnormal.
3. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit misanya kehilangan
cairan dan protein dalam permukaan kulit dalam jumlah yang
banyak.
4. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan lab untuk mendeteksi
adanya infeksi
5. Berikan antibotic yang diserapkan pada hasil pemeriksaan kultur dan
senstivitas.
6. Amati tanda dan gejla gagal jantung kongestif
7. Kaji terhadap hipotermia karena peningkatan aliran darah menjadi
dua kali lipat dengan meningkatkan cairan.
8. Berikan steroid parenteral atau oral yang diresepkan saat penyakit
tidak terkontrol dengan terapi yang lebih onservatif.
9. Eduksi tentang penyebab terjadiya eriema.

1.10 KONSEP KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitias
Penyakit ini dapat menyerang pria maupun wanita namun paling
sering terjadi pada pria dengan rasio 2; 1 sampai 4:1 dengan onset
usia rata rata >45 tahun meskipun eritroderma dapat terjadi pada
semua usia.
b. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan merah merh pada kulit, ulit bersisik,
gatal dan perih pada kulit.
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit saat ini
Biasanya tubuhnya merah merah dengan disertai sisik pada kulit
dan merasa gatal, menggigil, panas, dan pembentukan skuama
kulit.
b) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah sebeumnya pasien menderita planus, psoriasis,
dermatitis seboroik, limfoma.
c) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga sebelumnya juga
memiliki keluhan dan penyakit yang sama.
d) Riwayat psikososial
1) Respon emosional pada pasien dengan eritrodermatits
biasanya gelisah dan cemas
2) Pasien akan cenderung manrik diri karena merasa malu
dengan gangguan kulitnya.
d. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : lemah
b) Kesadaran : composmentis
GCS : E:4-V:5-M:6
c) Tanda tanda vital
TD: normal/ meningkat dengan faktor lain
N: normal/ meningkat karena ada faktor lain
RR: normal
S: dapat mengalami hipotermi dan hipertermi akibat dari
abnormal termoregulasi.
d) ADL
1) Nutrisi : kaji penurunan nafsu makan
2) Aktivitas : aktivias terganggu karena adanya manifestasi
klinis gatal gatal atau bahkan karena nyeri pada luka
3) Istirahat tidur : gangguan kenyamanan secara umum akan
menyebabkan gangguan pola tidur
4) Eliminasi :pada umunya normal tidak terganggu
5) Personal hygiene : kaji kebersihan dan lingkungan rumah.
e) Head to toe
1) Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena maka akan terjadi alopesia
2) Mata
Konjungtiva merah muda
3) Telinga
Simetris, tidak ada serumen
4) Hidung
Tidak ada polip dan nyeri tekan
5) Mulut
Lesi juga bisa mengenai mulut pada membran mukosa yang
diakibatkan oleh obat
6) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limve, teraba vena jugularis,
dan tidak ada pembengkakakan kelenjar tiroid
7) Thorax
Paru
I: bentuk simetris, pengembangan dada simetris, tidak ada
etraksi dinding dada, terdapat skuama pada kulit dada
P: tidak ada nyeri tekan
P:sonor seluruh lapang dada
A: pernafasan vesikuler tidak ada bunyi nafas tamabahan.
Jantung
I: tidak ada pulsasi ictus cordis
P: adanya ictus cordis IC4/5
P: baas jantung normal
A : bunyi jantun tunggal, adakah buyi jantung abnormal
8) Abdomen
I: terdapat skuama ada kulit perut
A: bising usus normal
P: palpasi
P: suara timpani
9) Ekstremitas / integumen
Kulit periobital mengalami inflamasi dan edema pada
keadaan kronis, terjadi gangguan pigmentasi, adanyaeritema,
pengelupasan kulit bersisik, kuku bisa lepas.
10) Genetalia
Tidak ada kelainan genetalia

2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b/d eksfoiliasi dan respon peradangan
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan periritis
3. Hipotermi berhubungan dengan abnormalitas termoregulasi
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
5. Gangguan konsep diri : citra tubuh berhubungan dengan penampilan
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
ditandai dengan
8. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
9. Ansietas berhubungan dengan ancaman tentang konsep diri
10. Risiko ketidak seimbangan cairan
3. Perencanaan
1. Gangguan integritas kulit b/d eksfoiliasi dan respon peradangan
ditandai dengan eritema

Diagnosa Rencana Keperawatan


SLKI SIKI
Gangguan Tujuan : setelah 1. Perawatan
integritas dilakukan asuhan integritas kulit
kulit/jaringan keperawatan selama
berhubungan 3x24 jam masalagh Observasi
dengan eksfoilasi gangguan integritas a. Identifikasi
dan repin kulit jarinagn pada penyebab
peradangan pasien dapat teratasi: terjadiya
ditandai dengan integritas kulit
eritema 1. Integritas kulit dan Terapeutik
jaringan a. Ubah posisi
Kode : D 0129 Indikator SA ST setiap 2 jam
Kerusakan 2 5 saat tirah
jaringan baring
Keruskan 2 5 b. Gunakan
lapisan produk
kulit berbahan
Nyeri 2 5 ringan
kemerahan 2 5 Edukasi
Pigmentas 2 5 a. Anjurkan untuk
i abnormal meningkatkan
konsumsi buah
Keterangan : dan sayur
1: meningkat b. Anjurkan untuk
2: cukup meningkat tidak terpapar
3: sedang suhu ekstrem
4: cukup menurun Kolaborasi
5: menurun a. Kolaborasi
pemberian
salep

2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan periritis ditandai


dengan adanya eritema

Diagnosa Rencana Keperawatan


SLKI SIKI
Gangguan rasa Tujuan : setelah 1. Pengaturan posisi
nyaman dilakukan asuhan Observasi
berhubungan keperawatanselama a. Monitor status
dengan periritis 3x24 jam masalah kenyamanan
dotandai dengan gangguan rasa nyaman dan yang
adanya eritema pada pasien dapat membuat
teratasi : pasien gelisah
Kode : D 0074 Terapeutik
1. Status kenyamanan a. Atur posisi
Indikator SA ST yang membuat
Gelisah 2 5 nyaman saat
Gatal 2 5 tirah baring
Iritabilitas 2 5 b. Berikan bantal
yang nyaman
Keterangan : pada leher
1: meningkat c. Motivasi untuk
2: cukup meningkat kut andil
3: sedang dalam
4: cukup menurun perubahan
5: menurun posisi
Edukasi
a. Informasikan
saat akan
dilakukan
perubahan
posisi
Kolaborasi
a. Kolaborasikan
pemberian
premedikasi
sebelum
perubahan
posisi.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Diagnosa Rencana Keperawatan


SLKI SIKI
Nyeri akut Tujuan : setelah 1. Manajement nyeri
berhungan dilakukan asuhan Observasi
dengan agen keperawatan selama a. Identifikasi
cidera fisik 3x24 jam masalah nyeri lokasi,
ditandai dengan akut pada pasien dapat karakteristik,
infeksi teratasi : durasi,
frekeuensi,
Kode D 0077 1. Tingkat nyeri kualitas,
Indikator SA ST intensitas nyeri
Keluhan 2 5 b. Identifikasi
skala nyeri
nyeri c. Identifikasi
Meringis 2 5 respon nyeri
Gelisah 2 5 non verbal
Keterangan : Terapeutik
1: meningkat a. Fasilitasi
2: cukup meningkat istirahat dan
3: sedang tidur
4: cukup menurun b. Kontrol
5: menurun lingkungan
untuk
mengurangi
memperparah
nyeri
Edukasi
a. Jelaskan
penyebab nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
analgesik
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, A. 2010. Dermatosis Eritrokuamosa. Dalam : ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Cetakan Ketiga. Editor : Djunda A, Hamzah M, dkk. Jakarta :
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 197-200

Smeltzer, Suzana C. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikah Bedah Brunner &
Sudarth. Edisi 8 jakarta. KGC
SDKI, PPNI. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI,
2018

SIKI, PPNI. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI,


2018.

SLKI, PPNI. Stadart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI, 2018.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA

…………………………………………………………………………

………………………………………………………………

…………………………………………….

NAMA : .......................................................
NIM : .......................................................

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2020/2021
PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Klien ……………………………………….......................


dengan kasus …………………………………….................................................

Telah dilaksanakan pada tanggal …………………………………......................

di ruang……………………………………………………..................................

........................, ……..………2021
Pembimbing ruangan, Pembimbing Akademik,

(……………………………….….....) (…………..…………………….……..)
NIP/NIK. NIK.

Kepala Ruangan,

(……………………………………………..)

NIP/NIK

Anda mungkin juga menyukai