AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB 7 – BAB 11
Oleh:
NAMA : PUTU DIAH UTARI
NO ABSEN : 08
NIM : 1802612010038
KELAS : PMS A PAGI SOKA 2018
PENGANGGARAN MODAL
Keterangan
n: Tahun terakhir jumlah arus kas belum bisa menutupi modal investasi
awal.
a: Jumlah investasi awal.
b: Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c: Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
2. Jika jumlah aliran kas per-tahun sama.
Dimana:
NI = Net Income (keuntungan netto rata-rata tahunan)
Lo = Intial Outlay (jumlah invs. Pada awal periode)
2. ARR atas dasar Average Invesment
Dimana:
NI = Net Income
Lo : 2 = Average Invesment (investasi rata-rata)
H. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas
yang akan masuk dengan nilai sekarang dari arus kas yang akan keluar pada
periode waktu tertentu. Jadi, NPV merupakan sebuah nilai sekarang dari aset
yang akan dikurangi dengan harga pembelian awal. Metode penilaian investasi
yg menggunakan discounted cashflow (mempertimbangkan nilai waktu uang
pada aliran kas yg terjadi sekarang dengan arus kas keluar yang akan diterima
pada masa yang akan datang). Kebaikan: memperhitungkan time value of
money, memperhitungkan seluruh cash flow selama usia investasi.
Kelemahan: dalam membandingkan dua investasi yang sama modalnya, nilai
tunai netto tidak dapat digunakan sebagai pedoman. Kriteria: Jika NPV (+),
investasi diterima dan Jika NPV (-), investasi ditolak.
Persamaan dan rumus dari Net Present Value ( NPV ) adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
NPV = Net Present Value (rupiah)
Ct = Arus kas per tahun pada periode t
C0 = Nilai investasi awal pada tahun ke 0 (rupiah)
R = Suku bunga atau discount rate (%)
Selain rumus NPV di atas, kita juga bisa menggunakan tabel PVIFA
(Present Value Interest Factor for an Annuity) kemudian masukan hasil nya ke
persamaan atau rumus NPV yang terdapat di bawah ini:
BAB 8
A. Distorsi Biaya
Penentuan biaya produksi dengan metode traditional costing dapat
menimbulkan distorsi biaya produksi. Hal ini disebabkan karena metode
tersebut hanya mempergunakan satu macam basis pembebanan biaya untuk
pemakaian sumber daya sementara setiap sumber daya yang berbeda dapat saja
dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula.Untuk mengatasi keterbatasan
pada metode traditional costing maka dikembangkan sistem biaya yang
didasarkan pada aktivitas yang disebut Activity Based Costing (ABC). ABC
didasari oleh asumsi bahwa aktivitas mengkonsumsi biaya dan produk
mengkonsumsi aktivitas Model ABC memperbaiki kelemahan mendasar
akuntansi biaya “tradisional”, yang cenderung mengalokasikan biaya overhead
berdasarkan volume, sesuai dengan rasionalitas hubungan biaya overhead
dengan basis tertentu, seperti baiay tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja
langsung, dan jam kerja mesin. Berbeda dengan metode-metode akuntansi
biaya tradisional, ABC menghitung biaya produk, pelanggan, atau jasa dengan
menghubungkan biaya overhead bukan dengan berdasarkan pada volume,
melainkan pada aktivitas yang diperlukan atau dilakukan untuk menghasilkan
atau menyediakan jasa, produk, dan pelanggan tersebut sesuai dengan
prinsip cause and effect terjadinya biaya.
B. Activity Based Costing
Activity-based costing (ABC) adalah model akuntansi biaya. Model ABC
ini digunakan untuk mengalokasikan semua biaya, berdasarkan sumber daya
yang digunakan untuk menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan produk
dan jasa yang disediakan bagi pelanggan. Model ABC ini didasari pada konsep
bahwa untuk menjalankan suatu rencana, manajemen perusahaan
melaksanakan serangkaian aktivitas. Dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas
tersebut akan mengkonsumsi sumber daya, baik berupa material, tenaga kerja,
mesin-mesin, gedung, dan sebagainya. Konsumsi sumber daya ini
menimbulkan terjadinya cost atau biaya. Model ABC mengkaitkan antara
aktivitas dengan konsumsi sumber daya. Model ABC pada awalnya lebih
banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead, yaitu salah satu
komponen biaya produksi, selain biaya pemakaian material dan biaya tenaga
kerja langsung, untuk mengkonversi material menjadi produk jadi.
C. Keunggulan & Kelemahan Sistem Activity Based Costing
1. Keunggulan
Biaya produk lebih realistik.
Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk.
Mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause
cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
Memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu
dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak
menambah nilai terhadap produk.
Mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modern.
Memberikan suatu indikasi terhadap pengambilan keputusan yang
strategik.
Memberikan suatu indikasi terhadap pengambilan keputusan yang
strategik.
Sistem biaya ABC cukup fleksibel.
2. Kelemahan
Metode untuk melakukan implementasi dan pengembangan Activity
Based Costing terbilang mahal.
Waktu untuk implementasi ABC dari mulai hingga selesai membutuhkan
waktu yang lama, biasanya lebih dari satu tahun sampai bisa berhasil.
Metode Activity Based Costing belum termasuk biaya iklan, promosi dan
riset.
Laporan Activity Based Costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku saat ini.
D. Hirarki Activity Based Costing
Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk
digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Facility sustaining activity cost (biaya yang berkaitan dengan aktivitas
mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan).
2. Product sustaining activity cost (biaya yang berkaitan dengan aktivitas
penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan
produk untuk tetap dapat dipasarkan).
3. Bacth activity cost (biaya yang berkaitan dengan jumlah batch produk yang
diproduksi).
4. Unit level activity cost (biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah
unit produk yang dihasilkan).
E. Identifikasi dan Klasifikasi Aktivitas
Biaya dibebankan pada tingkat yang berbeda sehingga analisis dapat
mengidentifikasi biaya yang meningkat untuk keputusan manajemen yang
berbeda. Menurut Carter (2009:529-531) yaitu:
Biaya tingkat unit (unit-level cost).
Biaya tingkat batch (batch-level cost).
Biaya tingkat produksi (product-level cost).
Biaya tingkat pabrik (plant-level cost).
JUST IN TIME
BALANCE SCORECARD