Anda di halaman 1dari 23

RANGKUMAN MATERI

AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB 7 – BAB 11

Dosen Pengampu: Luh Pande Eka Setiawati, SE., M.Si

Oleh:
NAMA : PUTU DIAH UTARI
NO ABSEN : 08
NIM : 1802612010038
KELAS : PMS A PAGI SOKA 2018

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2021
BAB 7

PENGANGGARAN MODAL

A. Pengertian Penganggaran Modal


Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah proses yang mencakup
seluruh aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat pada waktu yang akan datang. Penganggaran modal
berkaitan dengan penilaian aktivitas investasi yang diusulkan. Aktivitas suatu
investasi ditujukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan selama periode
tertentu di waktu yang akan datang, yang mempunyai titik awal (kapan
investasi dilaksanakan) dan titik akhir (kapan investasi akan berakhir).
Penganggaran modal sangat penting untuk menentukan keputusan investasi.
Biasanya ada dua jenis keputusan investasi: 
1. Memilih fasilitas baru atau memperluas fasilitas yang ada.
2. Mengganti fasilitas yang ada dengan fasilitas baru.
B. Manfaat Penganggaran Modal
 Manfaat utama dari penganggaran modal atau capital budgeting adalah
untuk bisa mengetahui keperluan dana secara lebih detail, karena dana bisa
terikat jangka waktu yang lebih dari setahun. Sehingga akan meminimalisir
adanya over investment atau under investment.
 Selain itu, capital budgeting juga dilakukan agar bisa mencegah terjadinya
kesalahan dalam hal decision making.
C. Tujuan dan Fungsi Anggaran Modal
 Penganggaran modal memiliki tujuan untuk membuat keputusan tentang
investasi jangka panjang modal perusahaan ke dalam operasi.
 Anggaran modal juga merencanakan pengembalian akhirnya atas investasi
dalam permesinan, real estat dan teknologi baru adalah semua contoh
penganggaran modal.
 Manajer dapat mengadopsi salah satu dari beberapa teknik untuk
penganggaran modal, tetapi banyak usaha kecil bergantung pada teknik
paling sederhana, yang disebut periode pengembalian, yang hanya
mengukur waktu yang dibutuhkan untuk investasi untuk mengembalikan
nilainya.
D. Aliran Kas
Di dalam melakuan analisa  capital budgeting diperlukan estimasi arus
kas. Dimulai dari investasi awal hingga proyek itu berjalan. Pada tahap awal
kas perusahaan masih negatif karena perusahaan hanya mengeluarkan dana
untuk pelaksanaan proyek tersebut, setelah proyek tersebut selesai dan arus kas
akan menjadi positif akibatnya adanya penghasilan yang dihasilkan dari
investasi tersebut.
Empat (4) hal yang harus diperhatikan di dalam menentukan arus kas
tambahan yaitu (Ross, 2008):
1. Sunk Cost
Pengeluaran yang telah terjadi di masa lalu, yang tidak terpengaruh oleh
keputusan menerima atau menolak suatu proyek.
2. Opportunity Cost  
Biaya yang timbul karena perusahaan kehilangan kesempatan menerima
suatu pendapatan karena aset perusahaan digunakan pada proyek yang
lain.
3. Side Effect  
Dapat diklasifikan sebagai  erosion atau  synergy.  Erosion terjadi
ketika produk baru menurukan cash flow sedangkan synergy terjadi
sebaliknya  
4. Allocated Cost  
Dilihat sebagai pengeluaran kas jika terjadi kenaikan cost pada proyek.
Arus kas dalam suatu proyek terdiri atas beberapa komponen yaitu:
1. Initial investment (Investasi awal)  
Semua pengeluaran yang digunakan untuk membiayai proyek tersebut.
2. Free Cash Flow
Arus kas bersih yang dapat dihasilkan selama proyek tersebut
berlangsung. Yang diperhitungkan disini adalah selisih arus kas masuk
dan keluar (pendapatan dan biaya) setelah dikurangi pajak dan tidak
memperhitungkan bunga dan depresiasi.
3. Terminal Value
Arus kas yang dihasilkan jika pada akhir periode, investasi tersebut
dijual. Nilai ini adalah nilai bersih dari penjualan tersebut.
E. Metode Keputusan Penganggaran Modal
Modal Tanpa Pendiskontoan Arus Kas
Model keputusan investasi modal dapat diklasifikasikan kedalam dua katagori :
1. Model tanpa pendiskontoan arus kas (nondiscounting model)
Arus kas mengabaikan nilai waktu uang.
2. Model pendiskontoan arus kas (discounting model)
Arus kas secara eksplisit memerhitungkan nilai waktu uang.
F. Payback Periode
Jenis pertama model tanpa pendiskontoan arus kas adalah periode
pengambilan. periode pengambilan (payback periode) adalah waktu yang
dibutuhkan sebuah perusahaan untuk menutupi investasi semula.
Kelebihan: Digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk
pengembalian investasi dengan resiko yang besar dan sulit. Dapat digunakan
untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai rate of return dan resiko
yang sama, sehingga dapat dipilih investasi yang jangka waktu
pengembaliannya cepat. sangat mudah diterapkan
Kelemahan: Metode ini tidak memperhatikan pendapatan selanjutnya setelah
investasi pokok kembali. Tidak memperhitungkan nilai waktu uang
Cara Menghitung/Rumus Payback Period:
Cara menghitung Payback Period adalah dengan membagikan nilai investasi
(Cost Of Invesment) dengan aliran kas netto yang masuk per-tahun (Annual
Net Cash Flow). Berikut adalah rumus payback period.
1. Jika jumlah aliran kas per-tahun berbeda.

Keterangan
 n: Tahun terakhir jumlah arus kas belum bisa menutupi modal investasi
awal.
 a: Jumlah investasi awal.
 b: Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
 c: Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
2. Jika jumlah aliran kas per-tahun sama.

 jika payback periode > umur ekonomis, investasi ditolak


 jika payback periode < umur ekonomis, investasi diterima
 Periode pengembalian lebih cepat: layak
 Periode pengembalian lebih lama: tidak layak
 Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian
yang lebih cepat yang dipilih.
G. Accounting Rate of Return
Mendasarkan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku/reported
acc.Income. Metode ini menilai suatu dengan memperhatikan rasio antara rata-
rata dengan jumlah modal yang ditanam (initial investment) dengan ratio antara
laba bersih dengan rata-rata modal yang ditanam. Kelebihan: terletak pada
kesederhanannya yang mudah dimengerti karena menggunakan data akuntansi
yang tersedia. Kelemahan: yidak memperhatikan time of money value,
untuk proyek yang ada rata-rata laba bersihnya.
ARR dapat dihitung dengan du acara:
1. ARR atas dasar Initial Invesment

Dimana:
NI = Net Income (keuntungan netto rata-rata tahunan)
Lo = Intial Outlay (jumlah invs. Pada awal periode)
2. ARR atas dasar Average Invesment

Dimana:
NI = Net Income
Lo : 2 = Average Invesment (investasi rata-rata)
H. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas
yang akan masuk dengan nilai sekarang dari arus kas yang akan keluar pada
periode waktu tertentu. Jadi, NPV merupakan sebuah nilai sekarang dari aset
yang akan dikurangi dengan harga pembelian awal. Metode penilaian investasi
yg menggunakan discounted cashflow (mempertimbangkan nilai waktu uang
pada aliran kas yg terjadi sekarang dengan arus kas keluar yang akan diterima
pada masa yang akan datang). Kebaikan: memperhitungkan time value of
money, memperhitungkan seluruh cash flow selama usia investasi.
Kelemahan: dalam membandingkan dua investasi yang sama modalnya, nilai
tunai netto tidak dapat digunakan sebagai pedoman. Kriteria: Jika NPV (+),
investasi diterima dan Jika NPV (-), investasi ditolak.
Persamaan dan rumus dari Net Present Value ( NPV ) adalah sebagai
berikut:

Keterangan:
NPV = Net Present Value (rupiah)
Ct = Arus kas per tahun pada periode t
C0 = Nilai investasi awal pada tahun ke 0 (rupiah)
R = Suku bunga atau discount rate (%)

Selain rumus NPV di atas, kita juga bisa menggunakan tabel PVIFA
(Present Value Interest Factor for an Annuity) kemudian masukan hasil nya ke
persamaan atau rumus NPV yang terdapat di bawah ini:
BAB 8

PENENTUAN HARGA JUAL

A. Penentuan Harga Jual Barang dan Jasa


Hansen dan Mowen (2001:633) mendefinisikan “harga jual adalah jumlah
moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan
atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Keputusan penentuan harga
jual sangat penting, karena selain mempengaruhi laba yang ingin dicapai
perusahaan juga mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Penentuan
harga jual yang salah bisa berakibat fatal pada masalah keuangan perusahaan
dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha perusahaan tersebut seperti kerugian
terus menerus.
B. Tujuan Penentuan Harga Jual
 Kelangsungan hidup perusahaan, bertahan hidup lebih utama daripada
menghasilkan keuntungan.
 Peningkatan arus keuntungan. Perusahaan dapat memaksimalkan laba
jangka pendek apabila perusahaan lebih mementingkan prestasi keuangan
jangka pendeknya dibandingkan jangka panjang.
 Kepemimpinan kualitas produk., perusahaan menetapkan harga yang tinggi
supaya kualitas produksi tetap terjamin.
 Meningkatkan penjualan. Peningkatan penjualan akan mempengaruhi
penerimaan perusahaan, jumlah produksi dan laba perusahaan. Perusahaan
selalu menginginkan jumlah penjualan yang tinggi untuk menunjang
kelangsungan hidupnya.
 Mempertahankan dan meningkatkan bagian pasar. Salah satu strategi yang
dapat ditempuh perusahaan adalah mempertahankan dan meningkatkan
pangsa pasar. Banyak perusahaan menetapkan harga yang rendah untuk
mempertahankan dan memperbesar pangsa pasar
 Menstabilkan harga. Perusahaan berupaya menstabilkan harga dengan
tujuan untuk menghindari adanya perang harga pada waku permintaan
meningkat atau menurun (tidak stabil).
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Jual
 Faktor Biaya
Dalam penentuan harga jual, faktor biaya digunakan sebagai batas bawah
karena dalam kondisi wajar harga jual harus dapat menutup semua biaya
yang bersangkutan dengan produk/jasa dan dapat menghasilkan laba yang
diharapkan. Maka dapat diasumsikan bahwa harga jual yang ditetapkan
harus lebih tinggi dari total biaya yang telah dikeluarkan supaya
menguntungkan bagi perusahaan.
 Faktor Bukan Biaya
- Keadaan perekonomian
- Tindakan atau reaksi pesaing
- Tipe pasar
- Pengawasan pemerintah
- Citra atau kesan masyarakat
- Tanggung jawab sosial perusahaan
- Tujuan non laba (nirlaba)
D. Metode Penentuan Harga Jual
1. Harga Jual Normal
Unsur pertama yang diperhitungkan dalam harga jual adalah taksiran biaya
penuh. Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan dua pendekatan yaitu
Full Costing dan Variable Costing.
Unsur kedua yang diperhitungkan dalam harga jual adalah laba yang
diharapkan. Cost-plus pricing adalah penentuan harga jual dengan cara
menambahkan laba yang diharapkan di atas biaya penuh masa yang akan
datang untuk memproduksi dan memasarkan produk.
2. Harga Jual untuk Pesanan Khusus
Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar
pesanan regular perusahaan. Dalam keadaan seperti ini, yang perlu
dipertimbangkan oleh manajer penentu harga jual adalah:
 Pesanan regular adalah pesanan yang dibebani tugas untuk menutup
seluruh biaya tetap yang akan terjadi dalam setahun anggaran.
 Jika misalnya dengan penerimaan khusus, perusahaan diperkiran tidak
hanya akan meregularkan biaya variable saja, namun memerlukan biaya
tetap, karena harus beroperasi di atas kapasitas yang tersedia, maka harga
jual pesanan khusus harus di atas biaya variable dengan kenaikan biaya
tetap karena pesanan khusus tersebut.
 Dalam mempertimbangkan penerimaan pesanan khusus, informasi
akuntansi diferensial merupakan dasar yang dipakai sebagai landasan
penentu harga jual.
3. Harga Jual dengan Cost Type Contract
Cost-type Contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak
pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan
pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen dengan laba
yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya
tersebut. Jika dalam keadaan normal, harga jual produk atau jasa yang akan
dijual di masa yang akan datang ditentukan dengan metode cost-plus
pricing, berdasarkan taksiran biaya penuh sebagai dasar, dalam cost-type
contract harga jual yang dibebankan kepada konsumen dihitung
berdasarkan biaya penuh sesungguhnya yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi dan memasarkan produk.
Rumusan Menghitung Harga Jual Per Unit (Manufaktur)

4. Harga Jual yang dihasilkan oleh Perusahaan yang diatur Pemerintah


Perusahaan yang mengatur hajat hidup orang banyak, sehingga dalam
penetapan harga jual produk dibutuhkan pedoman:
Unsur-unsur biaya produksi dan non produksi
Cara pengukurannya: Dengan adanya pedoman tsb, diharapkan didapatkan
harga yang wajar. Tiap kenaikan harga diatur peraturan pemerintah yang
harus dapat dipertanggungjawabkan (dilihat dari biaya penuh yang
digunakan sebagai dasar dan kewajaran labanya).
Harga Jual   =  Tafsiran Biaya penuh masa yad + Expectasi Laba
BAB 9

ACTIVITY BASED COSTING

A. Distorsi Biaya
Penentuan biaya produksi dengan metode traditional costing dapat
menimbulkan distorsi biaya produksi. Hal ini disebabkan karena metode
tersebut hanya mempergunakan satu macam basis pembebanan biaya untuk
pemakaian sumber daya sementara setiap sumber daya yang berbeda dapat saja
dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula.Untuk mengatasi keterbatasan
pada metode traditional costing maka dikembangkan sistem biaya yang
didasarkan pada aktivitas yang disebut Activity Based Costing (ABC). ABC
didasari oleh asumsi bahwa aktivitas mengkonsumsi biaya dan produk
mengkonsumsi aktivitas Model ABC memperbaiki kelemahan mendasar
akuntansi biaya “tradisional”, yang cenderung mengalokasikan biaya overhead
berdasarkan volume, sesuai dengan rasionalitas hubungan biaya overhead
dengan basis tertentu, seperti baiay tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja
langsung, dan jam kerja mesin. Berbeda dengan metode-metode akuntansi
biaya tradisional, ABC menghitung biaya produk, pelanggan, atau jasa dengan
menghubungkan biaya overhead bukan dengan berdasarkan pada volume,
melainkan pada aktivitas yang diperlukan atau dilakukan untuk menghasilkan
atau menyediakan jasa, produk, dan pelanggan tersebut sesuai dengan
prinsip cause and effect terjadinya biaya.
B. Activity Based Costing
Activity-based costing (ABC) adalah model akuntansi biaya. Model ABC
ini digunakan untuk mengalokasikan semua biaya, berdasarkan sumber daya
yang digunakan untuk menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan produk
dan jasa yang disediakan bagi pelanggan. Model ABC ini didasari pada konsep
bahwa untuk menjalankan suatu rencana, manajemen perusahaan
melaksanakan serangkaian aktivitas.  Dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas
tersebut akan mengkonsumsi sumber daya, baik berupa material, tenaga kerja,
mesin-mesin, gedung, dan sebagainya.  Konsumsi sumber daya ini
menimbulkan terjadinya cost atau biaya.  Model ABC mengkaitkan antara
aktivitas dengan konsumsi sumber daya. Model ABC pada awalnya lebih
banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead, yaitu salah satu
komponen biaya produksi, selain biaya pemakaian material dan biaya tenaga
kerja langsung, untuk mengkonversi material menjadi produk jadi.
C. Keunggulan & Kelemahan Sistem Activity Based Costing
1. Keunggulan
 Biaya produk lebih realistik.
 Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk.
 Mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause
cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
 Memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu
dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak
menambah nilai terhadap produk.
 Mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modern.
 Memberikan suatu indikasi terhadap pengambilan keputusan yang
strategik.
 Memberikan suatu indikasi terhadap pengambilan keputusan yang
strategik.
 Sistem biaya ABC cukup fleksibel.
2. Kelemahan
 Metode untuk melakukan implementasi dan pengembangan Activity
Based Costing terbilang mahal.
 Waktu untuk implementasi ABC dari mulai hingga selesai membutuhkan
waktu yang lama, biasanya lebih dari satu tahun sampai bisa berhasil.
 Metode Activity Based Costing belum termasuk biaya iklan, promosi dan
riset.
 Laporan Activity Based Costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku saat ini.
D. Hirarki Activity Based Costing
Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk
digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Facility sustaining activity cost (biaya yang berkaitan dengan aktivitas
mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan).
2. Product sustaining activity cost (biaya yang berkaitan dengan aktivitas
penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan
produk untuk tetap dapat dipasarkan).
3. Bacth activity cost (biaya yang berkaitan dengan jumlah batch produk yang
diproduksi).
4. Unit level activity cost (biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah
unit produk yang dihasilkan).
E. Identifikasi dan Klasifikasi Aktivitas
Biaya dibebankan pada tingkat yang berbeda sehingga analisis dapat
mengidentifikasi biaya yang meningkat untuk keputusan manajemen yang
berbeda. Menurut Carter (2009:529-531) yaitu:
 Biaya tingkat unit (unit-level cost).
 Biaya tingkat batch (batch-level cost).
 Biaya tingkat produksi (product-level cost).
 Biaya tingkat pabrik (plant-level cost).

F. Pembebanan Biaya Overhead


Perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Cost driver
2. Rasio konsumsi
3. Homogeneous cost pool
Dua tahap pembebanan BOP (Mulyadi, 1993:94):
1. Tahap pertama
Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktivitas yang sejenis
atau homogen, terdiri dari 4 langkah:
 Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya ke dalam berbagai aktivitas.
 Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas.
 Mengidentifikasikan cost driver.
 Menentukan tarif/unit cost driver.
2. Tahap kedua
Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas ke masing-masing produk
yang menggunakan cost driver.
BAB 10

JUST IN TIME

A. Sistem Persediaan Just In Time


Just in Time (JIT) adalah sistem produksi yang dirancang untuk
mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan
seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat
dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya
(baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Tepat
waktu disini berarti semua persedian bahan baku yang akan diolah menjadi
barang jadi harus tiba tepat waktunya dengan jumlah yang tepat juga. Semua
barang jadi juga harus siap diproduksi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
oleh pelanggan pada waktu yang tepat pula.  
B. Empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam Just In Time (JIT)
1. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan
hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
2. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang
tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3. Tenaga kerja fleksibel, adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai
dengan fluktuasi permintaan.
4. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan.
Guna mencapai empat konsep ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai
berikut:
 Sistem kanban  untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).
 Metode pelancaran produksi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
permintaan.
 Penyingkatan waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
 Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang
fleksibel.
 Aktifitas perbaikan
Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke
seluruh bagian perusahaan.
C. Tujuan Sistem Manajemen Inventaris JIT
 Manajemen rantai pasokan strategis, membangun rantai pasokan yang
efisien namun lengkap yang dipenuhi vendor dengan keandalan tinggi dan
kinerja yang terbukti dalam memenuhi  yang penting untuk proses produksi
perusahaan Anda.
 Menghindari terjadinya kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi
(overproduction), persediaan yang berlebihan (excess Inventory) dan juga
pemborosan dalam waktu penungguan (waiting).
 Optimalisasi proses melalui analisis waktu nyata dan peningkatan
berkelanjutan untuk menargetkan area masalah dan meningkatkan kinerja
dan keandalan.
D. Kelebihan & Kelemahan Sistem Just In Time (JIT)

E. Pemborosan pada Just In Time


 Produksi yang berlebih (Over Production).
 Waktu menunggu (Waiting time).
 Tranportasi (Transportation).
 Proses yanga berlebih (Procesing).
 Persediaan berlebih (Inventory).
 Gerakan yang tidak perlu (Motion).
 Produk Cacatx (Product Defect).
 Kreatifitas karyawan yang tidak dimanfaatkan.
F. Elemen-Elemen Just In Time
1. Pengurangan waktu set up
Pemilahan kegiatan set up bisa dipilah menjadi:
 Kegiatan eksternal set up: persiapan cetakan & alat bantu, pemindahan
cetakan, dan lain-lain.
 Kegiatan internal set up: bongkar pasang pada mesin, penyetelan mesin,
dan lain-lain.
Langkah mengurangi waktu set up:
 Memisahkan pekerjaan set up yang harus diselesaikan selagi mesin
berhenti (internal set up) terhadap pekerjaan yang dapat dikerjakan selagi
mesin beroperasi (eksternal set up).
 Mengurangi internal set up dengan mengerjakan lebih banyak eksternal
set up, contohnya: persiapan cetakan, pemindahan cetakan, peralatan, dan
lain-lain.
 Mengurangi internal set up dengan mengurangi kegiatan penyesuaian
(adjustment), menyederhanakan alat bantu dan kegiatan bongkar pasang,
menambah personil pembantu, dan lain-lain.
2. Aliran produksi lancar (layout)
 Pada process layout, mesin dengan fungsi yang sama
dikelompokkan pada lokasi yang sama. Layout tipe ini disebut function
layout atau layout proses.
 Menuju ke product layout, pada product layout barang bergerak sesuai
dengan urutan proses. Kerancuan berkurang, seperti kapan dan kemana
produk yang sudah selesai harus dikirim. Proses dikaitkan lebih dekat
dan terpadu, sehingga penyusutan jarak lintasan barang dalam proses
produksi menjadi lebih ramping.
 Aliran Produksi, merupakan konsep penting dalam JIT. Arti aliran di sini
adalah pergerakan barang sepanjang pabrik. Aliran yang lancar
diwujudkan dengan tidak adanya genangan barang dalam proses sejak
saat penerimaan sampai pengiriman barang jadi.
3. Produksi tanpa kerusakan mesin
 Preventive Maintenance, kegiatan preventive maintenance harus
dilakukan demi keunggulan perusahaan. Untuk menjadi perusahaan yang
siap bersaing, kerusakan mesin dan segala gangguan harus dilenyapkan.
 Total Productive Maintenance, adalah konsep pemeliharaan yang
melibatkan semua karyawan. Tujuanya adalah mencapai efektifitas pada
keseluruhan sistem produksi melalui partisipasi dan kegiatan
pemeliharaan yang produktif.
4. Produksi tanpa cacat
Kualitas produk yang dihasilkan pada setiap proses harus tanpa cacat.
Artinya setiap produk yang dihasilkan oleh setiap tahap produksi harus
dijamin bagus, kalau ada produk yang cacat tidak boleh dikirimkan kepada
bagian berikutnya. Bagian yang seharusnya menerima juga hanya boleh
menerima produk yang betul-betul bagus. Tanggung jawab kualitas produk
terletak pada siapa yang mengerjakan.
Untuk mengantisipasi produk cacat ini digunakan alat-alat sebagai berikut:
 Jidoka (otomasi) adalah konsep yang dikembangkan di Jepang untuk
melengkapi mesin dengan kecerdasan bisa melakukan penilaian sendiri
terhadap cacat produksi, kerusakan alat, kekurangan komponen, dan
memberi isyarat pada operator untuk segera menghentikan mesin.
 Andon (lampu peraga gangguan) adalah lampu peraga gangguan yang
digunakan untuk membantu memperlihatkan keadaan tidak wajar dalam
pabrik.
 Papan kontrol produksi digunakan untuk menyampaikan secara visual
kegiatan produksi nyata dibandingkan dengan rencana produksi.
 Poka Yoke (alat anti salah) : adalah alat anti salah yang mempermudah
kerja operator terutama dalam mengurangi berbagai masalah karena cacat
produksi, keselamatan kerja, kesalahan operasi, dan lain-lain tanpa
memerlukan perhatian yang berlebihan dari operator.
5. Peranan operator
a. Kemampuan Multifungsi
Salah satu usaha untuk mengatasi pemborosan ini adalah setiap operator
harus meningkatkan kemampuan multifungsi sehingga mampu
menangani beberapa proses sekaligus. Operator yang bertugas
seharusnya mampu menangani beberapa proses sekaligus (multifungsi)
baik dalam proses pembentukan, pemotongan, maupun perakitan.
b. Rotasi Kerja
Rotasi kerja tidak hanya meningkatkan fleksibilitas kegiatan produksi
pada saat terjadi perubahan permintaan dan membentuk operator yang
memiliki kemampuan multifungsi.
6. Hubungan yang harmonis dengan pemasok
Keterlibatan semua pekerja dan pengembangan tujuan bersama di antara
pekerja tetap merupakan kunci sukses suatu perusahaan. Di samping itu
semakin berkembang keterampilan para pekerja, semakin kuat pula
perusahaan. Semakin banyak terjadi pertukaran informasi antar pekerja dan
semakin terdidik dan terlatih, semakin sedikit kesulitan dihadapi dalam
mengembangkan sasaran bersama dan mengadakan perbaikan bagi
perusahaan.
7. Penjadwalan produksi stabil dan terkendali
Selain penerapan aliran produksi yang lancar dan stabil, perlu diterapkan
jadwal produksi yang stabil dan terkendali, agar setiap orang yang terlibat
dalam produksi akan lebih dapat mengendalikan bidangnya masing-masing.
Hal ini akan berpengaruh dalam membangun situasi yang lebih mudah
diatur dan mempermudah penerapan kegiatan perbaikan.
8. Sistem Kanban
Sistem kanban adalah suatu sistem informasi secara serasi mengendalikan
produksi produk yang diperlukan pada waktu yang diperlukan dalam setiap
proses pabrik dan juga diantara pabrik (Monden, 2000). Kartu-kartu ini
digunakan untuk mengendalikan produk Work In Proces (WIP) dan aliran
persediaan. Sistem Kanban mengizinkan suatu perusahaan dapat
menggunakan JIT dengan sistem order yang mengakibatkan mereka dapat
mengurangi persediaan dengan tepat memenuhi kebutuhan pelanggan.
BAB 11

BALANCE SCORECARD

A. Konsep dan Sejarah Balance Scorecard


Balanced Scorecard adalah metode pengukuran hasil kerja yang
digunakan perusahaan atau biasa disebut dengan strategi menajemen. Balanced
Scorecard dikembangkan oleh Drs. Robert Kaplan dari Harvard Business
School dan David Norton pada awal tahun 1990. Scorecard sendiri memiliki
makna kartu skor. Maksudnya yaitu kartu skor yang akan di gunakan dalam
merencanakan skor yang di wujudkan pada masa yang akan datang. Sedangkan
balanced memiliki makna berimbang, yang artinya dalam mengukur kinerja
seseorang atau suatu organisasi harus di ukur secara seimbang dari dua sudut
pandang seperti keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan jangka
pendek, intern dan ekstern. Pada awalnya Balanced Scorecard atau disingkat
BSC digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif.
Dengan BSC perusahaan jadi lebih tahu sejauh mana pergerakan dan
perkembangan yang telah dicapai. Dengan adanya BSC sangat membantu
perusaan untuk memberikan pandangan menyeluruh mengenai kinerja
perusahaan. Agar kinerja lebih efektif dan efisien, dibutuhkan sebuah informasi
akurat yang mewakili sistem kerja yang dilakukan.
B. Pengertian Balance Scorecard
Balance Scorecard adalah alat untuk memantau keputusan strategis yang
diambil oleh perusahaan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya dan yang harus menembus setidaknya melalui empat aspek –
keuangan, pelanggan, proses internal dan pembelajaran & pertumbuhan.
C. Manfaat Balance Scorecard
1. Perencanaan Strategis yang lebih baik
Balanced Scorecard menyediakan kerangka kerja yang kuat untuk
membangun dan mengkomunikasikan strategi.
2. Peningkatan Komunikasi Strategis dan Eksekusi
Adanya gambaran strategi bersama menyeluruh dan saling terkait tentu
membuka peluang bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan strategi
secara internal dan eksternal.
3. Penyelarasan Proyek dan Inisiatif yang lebih baik
Balanced Scorecard membantu organisasi memetakan proyek dan inisiatif
ke dalam berbagai tujuan strategis yang berbeda, di mana pada akhirnya
akan memastikan bahwa proyek dan inisiatif sangat terfokus pada
penyampaian tujuan yang paling strategis.
4. Informasi Manajemen yang Lebih Berkualitas
Pendekatan Balanced Scorecard membantu organisasi mendesain indikator
kinerja utama untuk berbagai tujuan strategis perusahaan.
5. Peningkatan Pelaporan Kinerja
Balanced Scorecard dapat menjadi panduan dari desain laporan perusahaan.
Hal ini memastikan bahwa pelaporan manajemen berfokus pada isu-isu
strategis yang penting dan membantu perusahaan melakukan monitoring
dari pelaksanaan rencana perusahaan.
6. Penyelarasan Organisasi yang Lebih Baik
Balanced Scorecard memungkinkan perusahaan untuk lebih menyelaraskan
struktur organisasi mereka dengan tujuan strategis.
7. Penyelarasan Proses yang Lebih Baik
Penerapan Balanced Scorecard yang baik juga membantu menyelaraskan
proses organisasi seperti penganggaran, manajemen risiko dan analitik
dengan prioritas strategis. Ini akan membantu menciptakan organisasi yang
benar-benar berfokus pada strategi.
D. Tujuan Balanced Scorecard
Metode yang digunakan dalam Balanced Scorecard cukup panjang dan
memerlukan beberapa tahapan analisis yang tidak bisa dilewati. Namun, hal
tersebut sangat berguna untuk merancang strategi dan keputusan bisnis yang
akan dilakukan oleh perusahaan. Berikut ini adalah tujuan penggunaan nya: 
 Untuk Mengkomunikasikan Target Perusahaan 
 Menyusun Job Desk Karyawan yang Sesuai dengan Strategi
 Menentukan Prioritas Proyek, Produk, dan Layanan
 Mengukur dan Memantau Perkembangan Perusahaan Menuju Target 
E. Perspekif Dalam Balanced Scorecard
1. Perspektif Keuangan
Financial perspektif merupakan hal yang penting. Dari perspektif ini akan
memudahkan pengukuran finansial dan memberikan ringkasan konsekuensi
dari tindakan ekonomis yang sudah diambil oleh perusahaan. Ada tiga tolak
ukur dalam perspektif keuangan, yaitu:
 Pertumbuhan dari pertambahan yang didapatkan selama proses bisnis
berlangsung.
 Penurunan aset ke arah yang optimal dan memaksimalkan strategi
investasi.
 Penurunan biaya dan peningkatan produktivitas kerja.
2. Perspektif Pelanggan
Customer perspective atau perspektif pelanggan berkaitan erat dengan cara
perusahaan melayani pelanggan. Dalam hal ini, setiap pelanggan harus
diperlakukan secara layak. Dengan begitu, mereka merasa puas atas
pelayanan yang diberikan. Ada pun ukuran yang ditetapkan perusahaan
dalam perspektif pelanggan, antara lain:
 Seberapa besar omzet penjualan.
 Tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan.
 Berapa banyak pelanggan yang didapatkan.
 Persentase loyalitas pelanggan terhadap produk.
 Tingkat kepuasan pelanggan.
 Tingkat profitabilitas pelanggan.
 Kebutuhan pelanggan.
3. Perspektif Proses Internal
Dalam internal process perspective, perusahaan menilai seberapa besar
ukuran dan sinergi dari setiap unit kerja. Untuk mengukur poin ini,
pemimpin perusahaan harus rutin mengamati bagaimana kondisi internal
dalam perusahaan. Apakah semuanya dijalankan sesuai dengan metode yang
ditetapkan atau malah melenceng dari peraturan. Ada tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam perspektif proses bisnis internal, antara lain:
 Proses inovasi berkaitan dengan ide-ide terhadap produksi barang.
 Proses operasi berkaitan dengan aktivitas dan rutinitas sehari-hari yang
dilakukan bagian internal.
 Proses pasca penjualan berkaitan dengan metode pemasaran yang tepat
untuk meningkatkan omzet penjualan.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam perspective ini, karyawan menjadi aset berharga perusahaan yang
harus dijaga. Tanpa adanya karyawan, proses pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan akan menghadapi banyak kendala. Selain itu,
karyawan juga menjadi faktor pendukung dalam perspektif keuangan dan
pelanggan. Di sisi lain, perusahaan juga perlu memperhatikan sistem dan
prosedur kerja yang seperti apa yang perlu diterapkan dalam internal
perusahaan. Ada tiga hal yang dijadikan tolak ukur dalam perspektif ini,
antara lain:
 Kapabilitas atau kemampuan karyawan.
 Kemampuan mengelola sistem informasi.
 Motivasi, dorongan, dan garis tanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai