Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN MASALAH DIABETES MELLITUS


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENDAL KEREP

OLEH:
FIRDA AYU MAGHFIRO
P17212205065

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah
ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi),
tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir
dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan
Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat
tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga
dibagi menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina
hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak
atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal care
(pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi
peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses
belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual,
dan menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan
terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu
santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan
masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta
melakukan life review masa lalu.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat
B. Konsep Penyakit
1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas
tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang
menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan
prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. (WHO
Global Report, 2016).
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara
genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat. ( Price and Wilson, 2000 ). Diabetes mellitus adalah
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemi( Smeltzer and Bare,2000). Diabetes melitus
merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi atau resistansi
insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011)
2. Klasifikasi
Menurut Kemenkes pada website P2PTM yang di akses pada tahun
2020, Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa
gejala yang harus diwaspadai sebagai syarat kemungkinan diabetes. Gejala
tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering
buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/
mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur,
koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki,
timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat
badan menurun tanpa sebab yang jelas.
1. Pada DM Tipe I
Pada DM Tipe 1, gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),
iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
2. Pada DM Tipe 2
Pada DM Tipe 2, gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada.
DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai
beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi
sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi,
sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya
menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada
pembuluh darah dan syaraf.
Menurut Suyono, et all, 2001 menyebutkan bahwa klasifikasi DM dan
gangguan toleransi glukosa adalah sebagai berikut :
Diabetes mellitus
a. DM tipe 1 (tergantung insulin)
b. DM tipe 2 (tidak tergantung insulin)
- Gemuk
- Tidak gemuk
c. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
- Penyakit pancreas
- Hormonal
- Obat atau bahan kimia
- Kelainan reseptor
- kelainan genital dan lain-lain
d. Toleransi glukosa terganggu
e. Diabetes Gestasional
3. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa / produksi
glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen
dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah
hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg / dl ). Jika terdapat defisit
insulin, empat perubahan metabolic terjadi menimbulkan hiperglikemi (Long
,1996). Empat perubahan yang terjadi yaitu :
1. Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang
2. Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
3. Glikolisis meningkat sehingga dadangan glikogen berkurang dan glukosa
hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
4. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang
tercurah ke dalam darah dari pemecahan asam amino dan lemak
Menurut Smeltzer and Bare, 2000, pada DM tipe 1 terdapat ketidak
mampuan menghasikan insulin karena sel-sel beta telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Akibat produksi glukosa tidak terukur oleh hati, maka terjadi
hiperglikemia. Jika konsentrasi klokosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap semua glukosa, akibatnya glukosa muncul dalam urine (glukosuria).
Ketika glukosa berlebihan diekskresikan dalam urine disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit (diuresis osmotik). Akibat kehilangan cairan berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan berkemih (poli uri) dan rasa haus
(polidipsi). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan . pasien juga mengalami
peningkatan selera makan (polifagi) akibat penurunan simpanan kalori.gejala
lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi insulin
ini disertai dengan penurunan reaksi intra sel sehingga insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada gangguan
sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah meningkat. Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan DM
tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami sering bersifat
ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar
glukosanya sangat tinggi ) .
4. Tanda dan Gejala
Menurut Paramita, 2011 tanda gejala pasien DM yaitu :
1. Ketoasidosis atau serangan diam- diam pada tipe 1
2. Yang Paling sering terjadi adalah keletihan akibat defisiensi eneri dan
keadaan katabolis
3. Kadang kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe 2
4. Dieuretik ostomotik yan disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput
lendir, dan kekencangan kulit buruk
5. Pada Ketoasidosi dan keadaan non-ketotik hipermosmolar hiperglikemik,
dehidrasi berpotensi menyebabkan hipovolemia dan syok
6. Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat
badan dan selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak
7. Gejala klasik :
❖ Poliuri
❖ Polidipsi
❖ Polifagi
8. Penurunan Berat Badan
9. Lemah
10. Kesemutan, rasa baal
11. Bisul / luka yang lama tidak sembuh
12. Keluhan impotensi pada laki-laki
13. Keputihan
14. Infeksi saluran kemih
4. Komplikasi
• Akut
Ketoasidosis diabetic
Hipoglikemi
Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam hari diikuti
peningkatan rebound pada pagi hari )
Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari antara
jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan sikardian kadar
glukosa pada pagi hari )
Komplikasi jangka panjang
Makroangiopati
❖ Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
❖ Penyakit vaskuler perifer
❖ Stroke
Mikroangiopati
❖ Retinopati
❖ Nefropati
❖ Neuropati diabetik
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan kadar serum glukosa
1. Gula darah puasa :
Glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes. Pada pemeriksaan ini pasien
harus berpuasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan dilakukan. Spesimen darah
yang digunakan dapat berupa serum atau plasma vena atau juga darah kapiler.
Pemeriksaan gula darah puasa dapat digunakan untuk pemeriksaan
penyaringan, memastikan diagnostik atau memantau pengendalian DM. Nilai
normal 70-110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam pp
200 mg / dl. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada pasien tanpa
perlu diperhatikan waktu terakhir pasien pasien. Spesimen darah dapat berupa
serum atau plasma yang berasal dari darah vena. Pemeriksaan gula darah
sewaktu plasma vena dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaringan dan
memastikan diagnosa Diabetes Melitus. Nilai normal <200 mg/dl.
3. Gula darah sewaktu :
Lebih dari 200 mg / dl. Pemeriksaan ini sukar di standarisasi, karena
makanan yang dimakan baik jenis maupun jumlah yang sukar disamakan dan
juga sukar diawasi pasien selama 2 jam untuk tidak makan dan minum lagi,
juga selama menunggu pasien perlu duduk, istirahat yang tenang, dan tidak
melakukan kegiatan jasmani yang berat serta tidak merokok. Untuk pasien
yang sama, pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau DM. Nilai normal
<140 mg/dl.
4. Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu
nilai lain lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr
5. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
6. Pemeriksaan kadar glukosa urin
Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau menggunakan enzim
glukosa . Pemeriksaan reduksi urin positif jika didapatkan glukosa dalam urin.
6. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi
vaskuler serta neuropatik.Tujuan terapetik pada setiap tipe DM adalah mencapai
kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada
pola aktifitas pasien. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu diet,
latihan, pemantauan, terapi dan pendidikan kesehatan.
1. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral
Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
Memenuhi kebutuhan energy
Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis.
Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar
glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot
juga diperbaiki dengan olahraga.
3. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan pencegahan
hipoglikemi serta hiperglikemia.
4. Terapi
- Insulin
- Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
- Obat oral anti diabetik
Sulfonaria
Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
Biguanid
Metformin 500 mg
5. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat,
pengenalan dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene umum )
Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat
(Smeltzer and Bare, 2000)
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
- Nama kepala keluarga (KK), Umur, Alamat dan telepon, Pekerjaan
kepala keluarga, Pendidikan kepala keluarga, Komposisi keluarga dan
Genogram (Genogram dalam tiga generasi)
- Tipe Keluarga: Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
- Latar Belakang Budaya (Etnis): Mengkaji asal suku bangsa keluarga
tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan
- Identifikasi Religius: Mengkaji agama yang dianut keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Status Ekonomi: Status ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang
dimiliki oleh keluarga
- Aktivitas rekreasi atau waktu luang: Aktivitas rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun juga penggunaan waktu
luang/senggang keluarga
b. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
− Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan
tahap kehidupan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejahuh mana keluarga
melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan. Sedangkan riwayat
keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat
kesehatan keluarga :
− Tahap perkembangan keluarga saat ini
− Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang
sesuai dengan tahap perkembangan saat ini
− Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian dan pengalaman-
pengalaman kesehatan yang unik atau yang berkaitan dengan
kesehatan (perceraian, kematian, hilang, dll) yang terjadi dalam
kehidupan keluarga.
− Riwayat keluarga sebelumnya : keluarga asal kedua orang tua (seperti
apa kehidupan keluarga asalnya; hubungan masa silam dan saat dengan
orang tua dari kedua orang tua
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
− Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll).
Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah ini
− Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).
Interior rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu,
kamar tidur, dll), penggunaan-penggunaan kamar tersebut dan
bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan
perabot. Penerangan, ventilasi, lantai, tangga, susunan dan kondisi
bangunan .
− Dapur : suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, pengamanan
untuk kebakaran.
− Kamar mandi: sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan
handuk.
− Mengkaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah pengaturan
tersebut memadai bagi pada anggota keluarga, dengan pertimbangan
usia mereka, hubungan dan kebutuhan- kebutuhan khusus mereka
lainnya.
− Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah.
Apakah ada serbuan serangga-serangga kecil (khususnya di
dalam) dan/atau masalah-masalah sanitasi yang disebabkan oleh
kehadiran binatang-binatang piaraan.
− Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah.
Apakah keluarga menganggap rumahnya memadai bagi mereka
− Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga merasakan privasi
mereka memadai. Evaluasi ada dan tidak adanya bahaya-bahaya
terhadap keamanan rumah/lingkungan.
− Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.
− Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara
keseluruhan dengan pengaturan/penataan rumah.
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas
− Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota).
− Tipe tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan industri
kecil, agraris) di lingkungan.
− Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, tidak
terpelihara, sementara/diperbaiki).
− Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll).
− Adanya dan jenis-jenis industri di lingkungan (kebisingan, masalah-
masalah polusi air dan udara).
− Bagaimana karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas?
− Kelas sosial dan karakteristik etnis penghuni.
− Perubahan-perubahan secara demografis yang berlangsung
belakangan ini dalam lingkungan/komunitas.
− Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan-pelayanan sosial apa
yang ada dalam lingkungan dan komunitas?
− Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, toko, apotik, pasar).
− Lembaga-lembaga kesehatan (klinik-klinik, rumah sakit, dan fasilitas-
fasilitas gawat darurat).
− Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling,
pekerjaan).
− Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah di lingkungan atau komunitas
dapat diakses dan bagaimana kondisinya?.
− Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini.
− Tersedianya transportasi umum. Bagaimana pelayanan-pelayanan
dan fasilitas-fasilitas tersebut dapat diakses keluarga (dalam arti,
jarak, kecocokan, dan jam, dll).
− Bagaimana insiden kejahatan di lingkungan dan komunitas?
Apakah ada masalah keselamatan yang serius?.
3) Mobilitas Geografis Keluarga
− Lama keluarga tinggal di daerah ini.
− Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal?
4) Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-Fasilitas Kesehatan dalam
Komunitas
− Anggota keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan dan tempat pelayanan kesehatannya.
− Seberapa sering keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
5) Sistem Pendukung Keluarga:
− Fasilitas- fasilitas yang dimiliki keluarga yang dapat dimanfaatkan
untuk pemeliharaan kesehatan
− Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga membutuhkan
bantuan, (orang tua, keluarga dekat, teman-teman dekat, tetangga,
lembaga : Pemerintah maupun Swasta/LSM)
− Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga
d. Struktur Keluarga
− Pola-pola Komunikasi
Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan
instruksi?
Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan
perasaan-perasaan mereka dengan jelas?
Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respons
dengan baik terhadap pesan?
Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti suatu pesan?
− Struktur Kekuasaan
Keputusan dalam Keluarga
Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan (otoriter,
musyawarah/kesepakatan, diserahkan pada masing-masing individu)?
Apakah keluarga merasa puas dengan pola pengambilan keputusan
tersebut?
Model kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat
keputusan? (Kekuasaan tak berdaya, keahlian, penghargaan, paksaan
kekuasaan berdasarkan kekuatan/berpengaruh, kekuasaan aktif).
− Struktur Peran
1) Struktur Peran Formal
2) Struktur Peran Informal
3) Peran-peran informal bersifat yang disfungsional, siapa yang
melaksanakan peran-peran ini ?
4) Apa pengaruh/dampak terhadap orang (-orang) yang memainkan
peran-peran tersebut?
5) Analisa Model Peran
− Struktur Nilai-Nilai Keluarga
1) Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau
komunitas yang lebih luas
2) Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga.
3) Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar
4) Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga.
5) Kelas sosial keluarga, latar belakang kebudayaan
mempengaruhi nilai-nilai keluarga.
6) Bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan
keluarga.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
2) Fungsi Sosialisasi, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
4) Fungsi reproduksi
f. Stress Dan Koping Keluarga
1. Stressor jaangka pendek dan panjang
- Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
- Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
a. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
b. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
c. Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian,
menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif b.d Konflik Pengambilan Keputusan
(D.0116)
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah (D.0117)
3. Penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan hambatan fisik
(D.0125)
3. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SDKI) (SLKI)
1 Manajemen Kesehatan Tidak Setelah diberikan intervensi Dukungan Pengambilan Keputusan (I.09265)
Efektif b.d Konflik keperawatan selama ….kali, Observasi
Pengambilan Keputusan Manajemen Kesehatan meningkat 1. Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi
(D.0116) dengan kriteria hasil: (L.12104) yang memicu konflik
1. Melakukan tindakan untuk Terapeutik
mengurangi faktor resiko 1. Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang
meningkat membantu membuat pilihan
2. menerapkan program 2. Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap
perawatan meningkat solusi
3. verbalisasi kesulitan dalam 3. Fasilitasi melihat situasi secara realistik
menjalani program 4. Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan yang
perawatan menurun diharapkan
5. Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboratif
6. Hormati hak pasien untuk menerima atau menolak
informasi
7. Fasilitasi menjelaskan keputusan kepada orang lain,
Jika perlu
8. Fasilitasi hubungan antara pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya
Edukasi
1. Informasikan alternatif solusi secara jelas
2. Berikan informasi yang diminta pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
memfasilitasi pengambilan keputusan
Edukasi Kesehatan (I.12383)
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan (I.12435)
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Gunakan variasi metode pembelajaran
5. Gunakan pendekatan promosi kesehatan
6. Berikan pujian dan dukungan terhadap usaha positif
dan pencapaiannya
Edukasi
1. Jelaskan penanganan masalah kesehatan
2. Informasikan sumber yang tepat yang tersedia di
masyarakat
3. Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
4. Anjurkan mengevaluasi tujuan secara periodik
5. Ajarkan menentukan perilaku spesifik yang harus
diubah
6. Ajarkan mengidentifikasi Tujuan yang akan dicapai
7. Ajarkan program kesehatan dalam kehidupan sehari-
hari
8. Ajarkan pencarian dan penggunaan sistem fasilitas
pelayanan kesehatan
9. Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan

2. Pemeliharaan kesehatan tidakSetelah diberikan intervensi


Edukasi Kesehatan (I.12383)
efektif berhubungan dengan keperawatan selama ….kali,
Obsevasi
ketidakmampuan mengatasi Pemeliharaan kesehatan meningkat 1. Identidikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
masalah (D.0117) dengan kriteria hasil: (L.12106) 2. Identifikasi faktor yang dapat meningkatkan dan
1. Menunjukan perilaku menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
adaptif meningkat Terpeutik
2. Menunjukan pemahaman 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
perilaku sehat meningkat 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. kemampuan menjalankan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
perilaku sehat meningkat Edukasi
4. Menunjukan minat 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
meningkat 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Meningkatkan perilaku Dukungan Keluarga Merencanakan Perawatan (1.13477)
sehat meningkat Observasi
6. memiliki sistem pendukung 1. Identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
meningkat kesehatan
2. Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3. Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga
Terapeutik
1. Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung
upaya kesehatan
2. Gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam keluarga
Edukasi
1. Informasikan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga
2. Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
3. Ajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga
Dukungan kepatuhan program pengobatan (1.12361)
Observasi
1. Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
Terapeutik
1. Buat komitmen menjalani program pengobatan
2. Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian
menemani pasien selama menjalani pengobatan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan
yang dijalani
Edukasi
1. Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
2. Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
3. Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke
pelayanan kesehatan terdekat, jika perlu
3. Penampilan peran tidak Setelah diberikan intervensi Dukungan penampilan peran (1.13478)
efektif berhubungan dengan keperawatan selama ….kali, Observasi
hambatan fisik (D.0125) Penampilan peran membaik dengan 1. Identifikasi peran yang ada dalam keluarga
kriteria hasil: (L.13119) 2. Identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi
1. Verbalisasi harapan Terapeutik
meningkat 1. Fasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap perubahan
2. verbalisasi kepuasan peran peran yang tidak diinginkan
meningkat 2. Fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga dalam peran
3. verbalisasi harapan timbale balik
terpenuhi meningkat Edukasi
4. adaptasi peran meningkat 1. Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat
5. dukungan sosial meningkat penyakit atau ketidakmampuan
6. konflik peran menurun 2. Diskusikan strategi positif untuk mengelola perubahan
peran
3. Ajarakan perilaku baru yg dibutuhkan oleh pasien untuk
memenuhi peran
Dukungan Kelompok (1.09258)
Observasi
1. Identifikasi masalah yang sebenarnya dialami
kelompok
2. Identifikasi kelompok memiliki masalah yang sama.
Terapeutik
1. Siapkan lingkungan terapeutik dan rileks.
2. Bentuk kelompok dengan pegalaman dan masalah
yang sama.
3. Diskusikan penyelesaian masalah dalam kelompok.
4. Berikan kesempatan saling mendukung dalam
kelompok terkait masalah dan penyelesaian masalah.
Edukasi
1. Anjurkan anggota kelompok mendengarkan dan
memberi dukungan saat mendiskusikan masalah dan
perasaan.
2. Anjurkan bersikap jujur dalam menceritakan perasaan
dan masalah
3. Anjurkan relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC.

H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatri Edisi ke-5. Jakarta: FKUI.
Kemenkes. 2020. Penyakit Diabetes Mellitus. (Online)
(http://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus) diakses
12 Oktober 2020.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba


Medika.

Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease


processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 2000

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical –
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

WHO Fact Sheet of Diabetes, 2016


Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner

Anda mungkin juga menyukai