Anda di halaman 1dari 11

PERILAKU PERAWATAN INFEKSI OPORTUNISTIK PADA ORANG

DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KLINIK VCT RS WZ JOHANES


KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR

Manuscript

Oleh:
SUHAINI HUSEIN
NIM: G2A213052

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
2

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Manuscript dengan judul


Perilaku Perawatan Infeksi Oportunistik Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Klinik
VCT RS WZ Johanes Kupang, Nusa Tenggara Timur

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan


Semarang, April 2016

Pembimbing I

Ns. Yunie Armiyati, M.Kep, Sp.KMB

Pembimbing II

Ns. Ernawati, S.Kep, M.Kes

Perilaku Perawatan Infeksi Oportunistik Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Klinik


VCT RS WZ Johanes Kupang, Nusa Tenggara Timur
3

Suhaini Husein 1), Yunie Armiyati 2), Ernawati 3)


1)
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,
2,3)
Dosen prodi Keperawatan Fikkes Unimus
Email:

Abstrak

Jumlah kasus HIV/ AIDS yang dirawat di RSUD WZ Johannes, sebanyak 48 orang dengan
infeksi sekunder terbanyak adalah tuberculosis paru sebanyak 19%, unspecified anemia 17%,
bronkopneumonia 15%, dan gastroentritis 10%. Data diperoleh pasien pulang dengan tidak
sembuh dengan berbagai alasan atau pulang paksa sebanyak 54% dan meninggal sebanyak 20%.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perilaku penderita HIV/AIDS terhadap perawatan
infeksi oportunistik. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 45 responden, dengan metode
accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan umur rata-rata
33,91 tahun dengan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan status menikah, tingkat
pengetahuan sebagian besar 44 (97,8%) responden dengan tingkat pengetahuan baik, semua 45
(100%) responden dengan sikap positif dan sebanyak 41 (91,1%) responden dengan praktek
baik. Berdasarkan hasil penelitian rekomendasi yang dapat diberikan adalah agar petugas
kesehatan tetap melakukan konseling pada ODHA sesuai dengan prosedur dan standar pelayanan
VCT.

Kata Kunci : HIV/AIDS, Infeksi Oportunistik, Perilaku Perawatan

Abstract

The number cases of HIV / AIDS reported in WZ Johannes Hospital found 48 patients with
secondary infection from pulmonary tuberculosis by 19%, unspecified anemia 17%, 15%
bronchopneumonia and gastroenteritis 10%. Patients discharged to home was not recovered by
many of reasons or forcefully discharged as 54% and death 20%. The purpose of this study was
to know the behavior people with HIV / AIDS on the treatment of opportunistic infections. This
study took a sample of 45 respondents, with a accidental sampling method. The results showed
respondents with the age average 33.91 years with most the male sex and married status, level
knowledge the majority of 44 (97.8%) respondents with good knowledge level, all 45 (100%)
respondents with positive attitude and total 41 (91.1 %) respondents with good practice. The
recommendation can be given based on this research is that health workers have to counseling
HIV patients in accordance with the procedures and service standards of VCT.
 
Keywords: HIV/AIDS, Opportunistic Infections, Behavioral Treatment

PENDAHULUAN
Di seluruh dunia pada tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta
perempuan dan 3,2 juta anakberusia <15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2013
4

sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan240.000 anak berusia <15 tahun. Jumlah
kematian akibat AIDS sebanyak 1.5 yang terdiri dari 1,3 juta dewasa dan 190.000 anak berusia
<15 tahun (Kemernkes RI, 2014).

Laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh
Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah
menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979
HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal
tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di
Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000 dan sekarang Indonesia menjadi negara
peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia
(Spritia, 2013).

Kasus warga yang terinfeksi HIV/ AIDS di wilayah Provinsi Kepulauan Nusa Tenggara Timur
(NTT) terus meningkat. Jumlahnya terus meningkat, yang meresahkan masyarakat. Pengidap
terbanyak justru ibu rumah tangga (IRT), yakni 780 orang, menyusul urutan kedua  pekerja
swasta 610 orang, petani 410 orang, serta pekerja seks komersial (PSK) 155 orang. Hal tersebut
disampaikan pengurus Harian KPA Provinsi NTT, Gusti Brewon lewat hari Hari AIDS Sedunia
yang diselenggerakan di Kota Kupang pada 28 November 2014. Menurut beliau lagi pada tahun
2014 sebanyak 3.041 kasus yang ditemukan di NTT menunjukkan jumlah kasus berdasarkan
setiap kota/kabupaten di NTT. Didapatkan jumlah kasus terbanyak adalah di Kota Kupang
sebanyak 610 kasus menderita HIV / AIDS ( Brewon, 2014).

Data yang diperoleh dari rekam medis RSUD WZ Johanes Kupang total dari kunjungan pasien
rawat jalan di klinik Sobat (VCT) pada tahun 2011 ditemukan sebanyak 385 penderita yang
diwakili jumlah penderita laki-laki 198 dan perempuan sebanyak 168. Jumlah kunjungan ini
meningkat pada tahun 2014 sebanyak 670 penderita HIV mengunjungi klinik Sobat yang terdiri
dari jumlah laki-laki sebanyak 369 dan jumlah penderita perempuan sebanyak 301. Dari data ini
menunjukkan peningkatan yang drastis lebih dari dua kali lipat penderita yang didiagnosa positif
HIV pada tahun 2014 (Catatan Rekam Medik RSUD WZ Johanes Kupang, NTT, 2015).
Berdasarkan data tahun 2014, sebanyak 48 penderita HIV yang dirawat di RSUD WZ
Johannes, dengan kasus terbanyak adalah tuberculosis paru sebanyak 19%, unspecified anemia
17%, bronkopneumonia 15%, dan gastroentritis 10%. Lama perawatan infeksi oportunistik rata-
rata satu sampai tiga minggu dengan prognosis kebanyakan pulang dengan tidak sembuh dan
5

meninggal. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berminat untuk melakukan
penelitian mengenai perilaku penderita HIV/AIDS (ODHA) dalam merawat infeksi oportunistik
untuk mempertahankan kualitas hidup sebagai penderita ODHA. Penelitian ini perlu dilakukan
untuk mengidentifikasi perilaku perilaku penderita HIV/AIDS (ODHA) dalam perawatan infeksi
oportunistik agar dapat di rumuskan strategi yang tepat dalam penanganan infeksi oportunistik
ODHA.

Menurut Nasronudin (2007) dan Taylor (2006) dukungan, perawatan dan pengobatan terhadap
ODHA mempunyai arti begitu penting dalam upaya meningkatkan kualitas dan memperpanjang
umur harapan hidup ODHA. Kualitas dan umur harapan hidup ODHA dipengaruhi beberapa
faktor. Faktor internal yang berpengaruh adalah kepadatan HIV dalam tubuh penderita, respon
imun, serta penerimaan terhadap penyakitnya. Faktor eksternal adalah dukungan psikologis dan
psikososial. Dukungan psikologis dan psikososial para tenaga medis, paramedis, pasangannya,
sesama ODHA, keluarga, masyarakat umum, masyarakat peduli AIDS, para tokoh masyarakat
akan berpengaruh positif terhadap kualitas hidup dan umur harapan hidup. Hasil studi kualitatif
Setioadi (2010) menggambarkan pengalaman dukungan sosial ODHA dalam kehidupan sehari-
hari berasal dari pelayanan kesehatan dan kontrol kesehatan sehingga berdampak pada
perubahan sosial dan merancang masa depan ODHA (Suratini, 2011).

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menggambarkan perilaku perawatan infeksi
oportunistik pada klien HIV/AIDS di klinik VCT RSUD WZ Johanes Kupang NTT. Sampel
yang dipilih untuk penelitian kali ini adalah Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang berkunjung
di Klinik VCT RSUD WZ Johanes Kupang, NTT pada 9 Oktober sampai dengan 14 Oktober
2015 sebanyak 45 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
accidental sampling yaitu mengambil sampel sesuai dengan kondisi di klinik VCT RSUD WZ
Johanes Kupang, NTT yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian.

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisa secara univariat untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik dari subyek penelitian meliputi: jenis kelamin, umur, status
pendidikan, tempat tinggal , status menikah, lama sakit menderita HIV/AIDS. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan metode distribusi frekuensi dikarenakan seluruh data yang
diperoleh adalah data yang bersifat kategorik.
6

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian di dapatkan bahwa karakteristik rata-rata usia responden di Klinik VCT RSUD
WZ Johanes Kupang Nusa Tenggara Timur adalah 33,91 tahun, umur tengah responden adalah
31 tahun, usia yang terbanyak responden adalah 45 tahun, standart deviasi adalah 8,772, umur
terendah adalah 20 tahun dan umur tertinggi adalah 61 tahun.

Penelitian karakteristik berdasarkan jenis kelamin sebagian besar 28 (62,2%) responden dengan
jenis kelamin laki-laki dan sebanyak 17 (37,8%) responden dengan jenis kelamin perempuan.
Status Pernikhan sebagian besar 25 (55,6%) responden dengan status menikah dan sebanyak 3
(6,7%) responden dengan status janda. Tingkat pendidikan sebagian besar 21 (46,7%) responden
dengan tingkat pendidikan SLTA dan sebanyak 2 (4,4%) responden dengan tingkat pendidikan
Sekolah Dasar. Tempat tinggal responden sebagian besar 36 (80%) dengan tempat tinggal
di kota Kupang dan sebanyak 9 (20%) responden dengan tempat tinggal di luar kota Kupang.
Lama sakit sebagian besar 14 (31.1%) responden menderita infeksi oportunistik HIV/AIDS
kurang sama dengan 1 tahun dan sebanyak 1 (2,2%) responden menderita infeksi oportunistik
HIV/AIDS selama 8 tahun dan jenis infeksi sebagian besar 11 (24,4%) responden dengan jenis
infeksi TBC, sebanyak 11 (24,4%) responden dengan jenis infeksi TBC, diare dan jamur.

Pengukuran hasil penelitian tentang pengetahuan tentang infeksi opportunistik penyakit


HIV/AID sebanyak 44 (97,8%) responden dengan tingkat pengetahuan baik dan sebanyak 1
(2,2%) responden dengan tingkat pengetahuan cukup (Tabel 1)
Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pada Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Klinik VCT RSUD WZ Johanes Kupang Nusa Tenggara Timur,
Oktober 2015 (n=45)

Tingkat Pengetahuan Responden Persentase


Kurang 0 0
Cukup 1 2,2
Baik 44 97,8
Total 45 100
Peran Klinik VCT sudah bergerak dengan lebih baik, di Kupang sendiri sudah menyediakan
layanan VCT mobile.  petugas menyiapkan lokasi/tempat guna memudahkan masyarakat untuk
menjangkau untuk melakukan pemeriksaan. Selain itu juga disediakan layanan langsung menuju
rumah para penderita HIV/AIDS ketika diminta oleh pasien melalui nomor call center yang
sementara disiapkan,” kata Kepala Puskesmas Bakunase Maria Ivonny Ray kepada moral-
politik.com Tujuan mobile VCT ini, untuk mendekatkan pelayanan konseling
dan testing kepadaklien yang lokasi tempat tinggal jauh dari klinik VCT. Selain itu, tambahnya,
7

tujuan lainnya untuk meningkatkan cakupan penemuan klien dengan HIV positif. Selain dari itu
adanya tiga buah rumah sakit RS WZ Johanes, RS Wirasakti dan RS Bhayangkara serta Yayasan
Tanpa Batas (NGO) sangat membantu dalam memberikan informasi HIV/AIDS dankonseling
kepada ODHA (Erny, 2015).

Hal ini sesuai dengan penelitian Kumala (2010) yang berjudul Analisis Faktor Perilaku
Perawatan Infeksi Oportunistik Penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soebandi
Kabupaten Jember. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang sangat berpengaruh
adalah tingkat pengetahuan dengan p value 0,004 dan Exp(B) 5,639 yang mempunyai makna
bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik mempunyai 6 kali pengaruh terhadap
perawatan infeksi oportunistik HIV/AIDS. Penelitian ini juga menganjurkan petugas kesehatan
memberikan konseling kesehatan tentang mencegah terjadinya infeksi oportunistik pada
penderita HIV/AIDS. Dengan adanya konseling kesehatan sedini mungkin, maka responden
akan mempunyai pengetahuan yang baik tentang perawatan infeksi oportunistik HIV/AIDS
sehingga diharapkan mempunyai perilaku perawatan infeksi oportunistik HIV/AIDS yang baik
pula.

Dari proses pemberian konseling kesehatan tersebut, responden diharapkan mendapatkan


pengalaman dan pendidikan tentang perawatan infeksi oportunistik HIV/AIDS yang melalui 6
tingkatan dalam domain kognitif yaitu dari tahu sampai evaluasi. Dengan demikian responden
dalam melakukan recall pengetahuan tentang perawatan infeksi oportunistik HIV/AIDS dapat
dengan mudah dijabarkan. Dengan demikian bila dilakukan penilaian pengetahuannya hasilnya
baik. Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
hal – hal tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian tentang sikap perawatan infeksi oportunistik pada ODHA yang diperoleh
menunjukan bahwa semua 45 responden (100%) dengan sikap positif yang dapat dilihat (Tabel
2).
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
di Klinik VCT RSUD WZ Johanes Kupang Nusa Tenggara Timur,
Oktober 2015 (n=45)

Sikap Responden Persentase


Positif 45 100
Negatif 0 0
8

Total 45 100

Hasil peneltian diperoleh bahwa responden mempunyai sikap positif tentang perawatan infeksi
oportunistik HIV/AIDS disebabkan karena sebagian besar responden mempunyai pengetahuan
yang baik tentang perawatan infeksi oportunistik HIV/AIDS. Sikap responden dalam perawatan
infeksi oportunistik HIV/AIDS secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan reaksi bersifat emosional
terhadap stimulus sosial (Notoadmojo, 2012).

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
obyek. Sikap secara nyata menunjukkan kesesuaian reaksi terhadap stimulus yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan akan tetapi
merupakan predisposisi perilaku seseorang. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu: 1)
kepercayaan/keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek, 2) kehidupan emosional, 3)
kecenderungan untuk bertindak. Sikap mempunyai tingkatan yaitu sebagai berikut: Menerima
(Receiving), merespon (Responding), menghargai (Valuing), Bertanggungjawab (Responsible)
(Notoatmojo, 2012).

Hasil penelitian tentang perilaku perawatan infeksi oportunistik pada ODHA yang diperoleh
menunjukan bahwa sebagian besar 41 (91,1%) responden dengan praktek baik dan sebanyak 4
(8,9,%) responden dengan praktek cukup baik yang dapat dilihat (Tabel 3).

Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Praktek Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
di Klinik VCT RSUD WZ Johanes Kupang Nusa Tenggara Timur,
Oktober 2015 (n=45)

Praktek Responden Persentase


Kurang Baik 0 0
Cukup 4 8,9
Baik 41 91,1
Total 45 100

Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden mempunyai pengetahuan dan sikap yang
baik tentang perawatan infeksi oportunistik HIV/AIDS. Sikap yang baik merupakan reaksi atau
9

respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu keinginan. Sikap secara nyata menunjukkan
kesesuaian reaksi terhadap stimulus yang bersifat emosional terhadap stimulus. Sikap belum
merupakan suatu tindakan akan tetapi merupakan predisposisi perilaku seseorang (Notoadmojo,
2007).

Menurut Notoatmodjo (2003) pengertian perilaku dibatasi sebagai keadaan jiwa (berpendapat,
berfikir, bersikap dan sebagainya) untuk memberikan responsi terhadap situasi di luar subyek
tersebut, yang bersifat pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga bersifat aktif (dengan tindakan dan
action). Faktor-faktor tersebut diatas akan meningkatkan motivasi responden untuk melakukan
tindakan. Dengan demikian responden mempunyai praktek yang baik untuk melakukan upaya
perawatan infeksi oportunistik HIV/AIDS.

Hasil penelitian menunjukkan ada 8,9,% responden yang melakukan praktek perawatan infeksi
oportunistik dalam kategori cukup. Aspek perawatan yang masih perlu diperhatikan misalnya
masih ada responden yang minum ARV hanya jika sakit saja, kondisi ini tentu saja
membahayakan pasien. Masih adanya praktek perawatan infeksi oportunistik yang termasuk
kategori cukup juga perlu mendapatkan perhatian. Peran petugas kesehatan di Klinik VCT
RSUD WZ Johanes Kupang Nusa Tenggara Timur memberikan konseling yang tepat kepada
responden untuk memastikan bahwa perawatan dan penagangan infeksi oportunistik sudah
dilakuakan dengan baik. Faktor diluar perilaku (Non behavior causes) yang dapat mempengaruhi
perawatan infeksi oportunistik HIV/AIDS yaitu kebijakan pemerintah dalam menekankan
pentingnya edukasi dan konseling HIV/AIDS pada Klinik VCT.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar 44 (97,8%) responden dengan tingkat
pengetahuan baik, semua responden mempunyai sikap positif dan sebagian besar 41 (91,1%)
responden dengan praktek baik. Keadaan tersebut disebabkan responden dan keluarga tidak ingin
responden menderita infeksi oportunistik HIV/AIDS. Hal ini sesuai dengan penelitian Kumala
(2010) yang berjudul Analisis Faktor Perilaku Perawatan Infeksi Oportunistik Penderita
HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soebandi Kabupaten Jember. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa faktor yang sangat berpengaruh adalah tingkat pengetahuan dengan p value
0,004 dan Exp(B) 5,639 yang mempunyai makna bahwa responden dengan tingkat pengetahuan
baik mempunyai 6 kali pengaruh terhadap perawatan infeksi oportunistik HIV/AIDS.

PENUTUP
10

Penulis dalam penelitian kali ini memberikan perhatian khusus terutama dalam perilaku
perawatan infeksi opportunistik pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di klinik VCT RSUD
WZ Johanes Kupang Nusa Tenggara Timur. Institusi kesehatan perlu melakukan tindakan yaitu
1) konseling sesuai dengan prosedur dan standar pelayanan VCT, 2) melibatkan semua profesi
dalam memberikan konseling kesehatan kepada penderita HIV/AIDS. Bagi Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA) di klinik VCT RSUD WZ Johanes Kupang Nusa Tenggara Timur dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan dan sumber daya kesehatan khususnya klinik VCT RSUD WZ
Johanes Kupang Nusa Tenggara Timur dalam menunjang kesehatan. Bagi institusi pendidikan
perlu ditekannkan adanya studi kelanjutan tentang perawatan infeksi oportunistik dan peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS dimasyarakat

DAFTAR PUSTAKA
Erny. (2015). http://kupang.moral-politik.com/index.php/2015/09/17/halo-ntt-cegah-hivaids-ada-
sistim-pelayanan-mobile-vct/

Brewon, G. (2014). Penyebaran Hiv/Aids Di Kupang, Ntt. Retrived november 10, 2014
fromhttp://www.suarapembaruan.com/home/penyebaran-hivaids-di-kota-kupang-
Kemenkes RI (2014). Data Statistik HIV/AIDS di Indonesia. Retrived October 5,
2015fromhttp://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin
%20AIDS.
Kumala, (2010), Analisis Faktor Perilaku Perawatan Infeksi Oportunistik Penderita HIV/AIDS
di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soebandi Kabupaten Jember. Skripsi. Univesitas
Airlangga Surabaya.

Notoatmodjo (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka cipta. Jakarta


RSUD WZ Johanes Kupang, (2015). Catatan Laporan Penderita HIV/AIDS di RSUD WZ
Johanes Kupang. Nusa Tenggara Timur.

Suratini, (2011), Pengalaman Orang Dengan Hiv/Aids (Odha)Mendapatkan Perawatan


Keluarga Di Wilayah Kabupaten Kulon ProgoDaerah Istimewa Yogyakarta
Studi Fenomenologi. Yogyakarta

Spritia, Yayasan (2013) Opportunistic Infection. Retrived on April 2014


http://www.aidsinfonet.org
Spiritia, Yayasan (2011). Pasangan Status HIV berbeda. Retrived on March 2016.
http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=613
11

Anda mungkin juga menyukai