Anda di halaman 1dari 7

NAMA:Muhammad rio suteja

NPM:186040002

1. musik folk mulai dikenal pada tahun 1960-an. Gordon Tobing digadang-gadang sebagai
pelopor musik folk di Indonesia.

Saat itu lagu-lagunya memang didominasi oleh lagu-lagu kerakyatan. Gordon Tobing juga
seringkali mewakili Indonesia dalam rangka misi kebudayaan Indonesia untuk seni musik.

Di Indonesia juga tercatat tiga kota yang menjadi basis pertumbuhan musik folk diantaranya
Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Di era saat ini, musisi yang mengambil jalur folk dan bisa dibilang berhasil meraih kesuksesan
contoh diantaranya:

1.Stars and Rabbit

2.Payung Teduh

3.Banda Neira

4.Float

5.Nostress

6.efek rumah kaca.

Salah satu contoh profil band folk

Efek rumah kaca


Personel
Cholil Mahmud, vokal utama, gitar, kibor
Adrian Yunan Faisal, vokal, bass, kibor, narator
Poppie Airil, bass, vokal latar
Akbar Bagus Sudibyo, drum, vokal latar

Sejarah dan Perkembangan


Efek Rumah Kaca berdiri pada tahun 2001.
Sebelum memakai nama Efek Rumah Kaca, band ini pernah memakai nama Hush, Rivermaya,
kemudian berganti menjadi Superego.
Pada 2005, mereka resmi memakai nama Efek Rumah Kaca, seperti salah satu judul lagu dalam
album pertama mereka.
Pemakaian nama Efek Rumah Kaca pertama kali yaitu saat mereka tampil di Gothe Institute,
Menteng, Jakarta Pusat dalam acara peringatan kematian Munir.
Sejarah perjalanan Efek Rumah Kaca bisa dibilang cukup panjang.
Efek Rumah Kaca bermula dari keakraban Cholil Mahmud dan Andrian Yunan Faisal, kawan
satu SMA.
Keduanya mulai intens berdiskusi dan menulis lagu pada akhir 1999.
Cholil dan Adrian kemudian bertemu dengan AkbarBagus Sudibyo pada Februari 2001.
Selain mereka bertiga, awalnya ada dua personel pengisi gitar dan kibor, namun karena mereka
keluar Cholil yang semula hanya sebagai vokalis harus merangkap posisi sebagai gitaris juga.
Sejak 2001 sampai 2005 mereka terus berlatih di sela waktu bekerja, namun tidak pernah
manggung.
Efek Rumah Kaca terus mencari karakter musik mereka dengan mendengarkan lagu-lagu
Smashing Pumpkins, Jeff Buckley, Jon Anderson, Radiohead, sampai Slank.
Perkembangan mereka mulai terlihat ketika lagu “Melankolia” dan “Di Udara” masuk dalam
kompolasi Paviliun Do Re Mi dan Todays of Yesterday.
Pada September 2007, Efek Rumah Kaca merilis album self titled mereka.
Efek Rumah Kaca mulai populer ketika lagu mereka yang berjudul Cinta Melulu meledak.
Setahun berikutnya, Efek Rumah Kaca kembali merilis album kedua mereka, Kamar Gelap.
Album ini kemudian berhasil menyabet penghargaan The Best Album dalam ajang perdana
Indonesia Cutting Edge Music Awards (ICEMA) 2010.
Pada penghujung 2015, Efek Rumah Kaca merilis album ketiganya, Sinestesia.
Pengerjaan album ini terbilang cukup lama karena gangguan kesehatan yang dialami Adrian
serta proses studi S2 Cholil di Amerika.
Durasi lagu dalam album Sinestesia terbilang cukup panjang, ada yang mencapai belasan menit.
Warna musik mereka juga terdengar lebih kaya.
Album
Efek Rumah Kaca (2007)
Kamar Gelap (2008)
Sinestesia (2015)
Single
Jatuh Cinta Itu Biasa Saja (Efek Rumah Kaca)
Cinta Melulu (Efek Rumah Kaca)
Di Udara (Efek Rumah Kaca)
Desember (Efek Rumah Kaca)
Kenakalan Remaja di Era Informatika (Kamar Gelap)
Balerina (Kamar Gelap)
Pasar Bisa Diciptakan (Sinestesia)
Biru (Sinestesia)
Putih (Sinestesia)
Merdeka
Penghargaan
(2008) AMI Awards 2008, Karya Produksi Alternative Terbaik (Cinta Melulu), Nominasi
(2008) MTV Indonesia Award 2008, The Best Cutting Edge, Menang
(2008), Rolling Stone Indonesia, Rookie of the Year, Menang
(2009), Class Music Heroes 2009, Class Music Heroes, Menang
(2009), Rolling Stone Indonesia, 150 Lagu Indonesia Terbaik (Di Udara), ke 131
(2009), Rolling Stone Indonesia, 150 Lagu Indonesia Terbaik (Cinta Melulu), ke 143
(2010), Indonesia Cutting Edge Music Awards 2010, The Best Album (Kamar Gelap), Menang
(2010), Indonesia Cutting Edge Music Awards 2010, Favorite Alternative Song (Kenakalan
Remaja di Era Informatika), Menang
(2016), Indonesian Choice Awards 2016, Album of the Year (Sinestesia), Nominasi
(2016), AMI Awards 2016, Karya Produksi Alternatif Terbaik (Merah), Nominasi
(2017), AMI Awards 2017, Karya Produksi Alternatif Terbaik (Merdeka), Nominasi

2.

1) Judul lagu : karna cinta

Pencipta lagu atau awal mula di bawakan oleh :(gleen fredly)

Di populerkan atau di di reproduksi kembali oleh ( joy tobing )

Pendapat :lagu karna cinta, ini sangat berbeda dibawahkan oleh joy tobing berbeda dengan
nuansa oleh penciptanya (gleen fradly) karna gleen membawakan gaya musik pop yang
berbeda berikut karakternya bernyanyi. Menurut saya lagu ini lebih enak di bawa kan oleh
gleen karna gleen memiliki karakter suara yang berbeda / khas ,

2) Judul lagu : always be my baby

awal mula di bawakan oleh:( mariah carey )

Di reproduksi kembali oleh (david cook)

Pendapat: awalnya lagu ini bernuansa pop Rnb yang di bawakan oleh mariah carey , setelah
reproduksi kembali oleh david cook dengan pembawaan yang berbeda lebih ke pop moderen
karna mengikuti zaman sehingga dapat di gandrungi kaum milenial. Dari masing masing
penyanyi ini memiliki karakter suara tersendiri .
3) Judul: andaikan kau datang kembali

Awal mula dibawakan oleh (ruth sahanaya)

Di reproduksi kembali oleh grup band noah

Pendapat : lagu yang di nyanyikan ruth sahanaya menurut saya kurang menarik tetapi pada
zamannya banyak di minati, berbeda dengan pembawaaannya oleh grup band noah karna
lagu yang di kemas ini menjadi nuansa pop alternativ sehingga banyak di minati kaum
milenial.

4) Judul: sahabat jadi cinta

Awal mula di bawakan oleh grup band zigas

Di reproduksi kembali oleh (mike mohede)

Pendapat :lagu yang di bawakan kembali oleh mike mohede sangat jauh berbeda dari lagu

aslinya , awal lagunya bergenre pop rock alternativ , menjadi pop slow/ gospel.

5) Judul: aku lelaki mu

Pencipta lagu atau awal mula di bawakan oleh ( anang hermansyah )

Di reproduksi kembali oleh ( virza idol )

Pendapat : dari segi musik tidak jauh berbeda hanya saja musik yang di kemas oleh virza
lebih moderen dan karakter suaranya berbeda.

3.Sejarah Musica Studio's[sunting | sunting sumber]


Berawal dari pekerjaan Yamin Widjaja (Amin) sebagai pemilik toko elektronik dan distributor
album rekaman yang membuka outletnya di kawasan Pasar Baru, dimulailah sejarah panjang
industri rekaman terbesar di Indonesia. Toko elektronik dan distributor rekaman tersebut
didirikan pada awal tahun 60-an dengan nama toko Eka Sapta. Pak Amin Cengli - begitu Yamin
Widjaja biasa disapa - secara tak sengaja banyak berkenalan dengan orang-orang tenar di dunia
musik, antara lain almarhum Bing Slamet, Ireng Maulana, Enteng Tanamal dan Idris Sardi.
Pergaulan di seputar orang musik itulah yang pada akhirnya menjadi inspirator lahirnya nama
band Eka Sapta. Sebagai pemilik toko elektronik dan distributor rekaman yang ikut membangun
band Eka Sapta, Amin bergerak lebih jauh dengan mendirikan perusahaan rekaman sendiri. Pada
awalnya ia meminjam alat rekaman milik perusahaan Remaco, membuat rekaman
di Singapura dan membangun studio rekaman sendiri dengan nama PT Warung Tinggi di
kawasan Warung Kopi Jakarta. Perusahaan ini pada awalnya memproduksi sejumlah rekaman,
satu diantaranya adalah album Titiek Puspa. PT Warung Tinggi inilah yang merupakan embrio
berdirinya PT Metropolitan Studio pada tahun 1968. Hoki Amin Cengli - ayah 6 anak dan istri
Lanni Djajanegara itu - kian berkembang. Pada awalnya memproduksi rekaman band Eka Sapta,
karya lagu dan suara almarhum Bing Slamet, A. Riyanto dan sejumlah rekaman lain dalam
bentuk piringan hitam (PH) dan kaset. Seiring dengan sukses debut rekaman tersebut,
pada Oktober tahun 1971, Amin mengubah nama PT Metropolitan Studio menjadi PT Musica
Studio's dalam bentuk akta pendirian perusahaan rekaman formal. Sejak saat itulah berlangsung
pembenahan perangkat lunak dan perangkat keras perusahaan rekaman ini, misalnya dari jumlah
studio rekaman yang hanya 2 buah dengan masing-masing 4 tracks pada tahun 1968 menjadi 8
tracks pada tahun 1979, berkembang lagi menjadi 16 tracks pada 1981 dan 24 tracks pada
tahun 1983. Kini jumlah studio rekaman yang terletak di kompleks PT Musica Studio Jl.
Perdatam Pasar Minggu Jakarta Selatan itu berjumlah 5 buah. Sebagai perusahaan rekaman
terbesar di Indonesia, Musica Studio's segera melakukan inovasi dalam pola kerja manajemen
produksi. Sumber daya manusianya ditingkatkan, kualitas produksi album rekaman diperbesar.
Sewaktu Yamin Widjaja meninggal dunia pada bulan Agustus 1979, istrinya Ny. Lanni
Djajanegara bersama 4 dari 6 anaknya - mengambil alih kendali, menjadi tulang punggung
'kerajaan bisnis' rekaman PT. Musica Studio's. Empat orang putera-puterinya itu adalah Sendjaja
Widjaja, Indrawati Widjaja, Tinawati Widjaja dan Effendy Widjaja. Di bawah kuartet pekerja
rekaman bertangan dingin ini, PT Musica Studio's berkembang bagai kerajaan musik raksasa
di Indonesia, yang berhasil mengantar orang-orang musik muda menjadi artis tenar di
bumi Indonesia. Sebelum itu, PT Musica Studio's juga didukung oleh keluarga Widjaja lainnya,
yaitu Seniwati Widjaja dan Sundari Widjaja.
Musica Studio's menjadi kantung-kantung dan base-camp artis tenar Indonesia. Setelah era A.
Riyanto, Emilia Contessa, Ineke Kusumawati, Vivi Sumanti, Rhoma Irama dan Ernie
Djohan pada tahun 60-an, kemudian muncul nama tenar Rafika Duri, Harvey Malaiholo, Jamal
Mirdad, Chrisye, Andi Meriem Matalatta, Hetty Koes Endang, Ritta Rubby Hartland, Elly
Sunarya, Grace Simon pada tahun 70-an. Pada dekade 80-an muncul nama-nama tenar Betharia
Sonata, Iwan Fals, Nani Sugianto dan lain-lain. Kemudian pada dekade 90-an seiring dengan
munculnya trend grup dan jenis musik yang beragam - Musica Studio's membidani
popularitas Trio Libels, Kahitna,Shamen,Java Jive,Monkey Republics,komedian Project Pop dan
penyanyi solo Inka Christie, rapper Iwa K dan sejumlah album kompilasi. Juga tak boleh
dilupakan, Musica Studio's berperan besar pada lahirnya kelompok musisi remaja tenar Base
Jam. Dan akhir-akhir ini dirilislah album-album yang membesarkan nama Broery
Marantika, NOAH, D'MASIV, Geisha, Nidji, dan Sheryl Sheinafia.

4. menurut pandangan saya sedari kecil dari tahun ke tahun banyak perubahan mengenai musik
dan media penyangganya, seperti grup band sheila on 7 , peterpan ,kerispatih, ada band,
menggunakan media penyangga seperti, kaset pita dan media tv kemudian perubahan dari tahun
ke tahun adanya media penyangga CD atau DVD kemudian ke MP3 atau MP4 kemudian
perubahan kembali terjadi melalui media social seperti instagram,youtube,facebook Dll.

5. Salah satu contohnya seperti mawar eva de jongh yang melakukan konser live yang di
sponsori oleh salah satu sponsor disaat kondisi pandemik ini yang dominan orang-orang
merasakan ekonominya menurun sehingga banyak pula musisi - musisi lain yang menggunakan
akses instagram atau youtube dll untuk melakukan konser live . inilah merupakan cara para
musisi untuk survive pada kondisi pandemic ini .

Anda mungkin juga menyukai