OLEH
193223162
WIRA MEDIKA
DENPASAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegpty (Pusdatin Kemenkes, 2018).
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Indonesia dengan jumlah
kasus 68.407 tahun 2017 mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2016
sebanyak 204.171 kasus. Pada tahun 2017 dilaporkan kasus meninggal akibat Demam
Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 493 orang dan Insiden Rate sebesar 26,12 per 100.000
kasus Demam Berdarah Dengue dengan kejadian terbanyak di Desa Pejeng Kangin
sebanyak 4 kasus. Pada tahun 2019 terdapat 91 kasus DBD diantaranya di Desa Pejeng
Kangin sebanyak 26 kasus dengan 1 orang dilaporkan meninggal akibat DBD pada bulan
Desember 2019. Dalam bulan Januari 2020 sampai Februari 2020 dilaporkan sebanyak
39 kasus Demam Berdarah Dengue. Kasus terbanyak terdapat di Desa Pejeng Kangin
sebanyak 25 kasus. Dari seluruh kasus DBD yang terjadi di Desa Pejeng Kangin jumlah
terakhir tercatat di tahun 2016 sebanyak 3.673 orang dengan kematian sebanyak 15
orang, tahun 2017 jumlah kasus DBD sebanyak 511 orang dengan kematian sebanyak 2
orang dan tahun 2018 kasus DBD sebanyak 72 orang dengan kematian 0. Sedangkan
pada akhir bulan Januari tahun 2019 tercatat sebanyak 26 kasus dibandingkan dengan
tahun 2018 periode sama bulan januari hanya 8 kasus. (Dinkes Gianyar, 2019)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, sampai dengan November
2019, jumlah kasus DBD mencapai 4.945 orang. Sementara pada tahun 2018 lalu, jumlah
kejadiannya hanya tercatat 897 orang (Pusat Data dan Informasi Dinas Kesehatan
menimbulkan syok yang berujung kematian. Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh
salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Terdapat 4
merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus yang berat. Dalam tubuh
manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4–6 hari (intrinsic incubation period)
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue
dan dapat dilakukan oleh semua umur dan dari seluruh jenjang pendidikan adalah
dengan pesan inti 3M plus Keberhasilan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dapat
diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ ≥ 95% diharapkan dapat
Maret 2020 di Dusun Pesalakan Desa Pejeng Kangin diperoleh data bahwa di Dusun
Menaburkan bubuk Abate pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, sejak
bulan Februari 2020, namun belum semua rumah melaporkan pelaksanaan kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara teratur setiap pekan. Berdasarkan data
petugas DBD UPTD Puskesmas Tampaksiring II diperoleh data Angka Bebas Jentik
(ABJ) di Dusun Pesalakan Desa Pejeng Kangin pada bulan Januari 2020 sebesar 84 %
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah pada penelitian ini adalah
; Apakah ada “Hubungan Perilaku 3M pada Masyarakat dengan Kejadian DBD di Desa
Pejeng Kangin”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Satu Jumantik terhadap Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Dusun Pesalakan
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik responden diantaranya usia , pendidikan , jenis
plus plus Menaburkan bubuk Abate pada tempat penampungan air yang sulit
Pejeng Kangin
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
bubuk Abate pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan untuk mencegah
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat tentang
Mengubur, Menutup) plus Menaburkan bubuk Abate pada tempat penampungan air
pelaksanaan satu rumah satu jumantik terhadap angka kejadian Demam Berdarah
itu juga untuk menyediakan informasi hasil awal untuk tambahan perpustakaan yang
keperawatan.
pengetahuan dalam bidang penyakit dalam khususnya bagi perawat dalam upaya
promotif dan preventif pencegahan kasus Demam Berdarah Dengue. Penelitian ini
selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian ( Luluk Lidya Ayun dan Eram Tunggul Pawenang, 2017) berjudul
“Hubungan antara Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku dengan Kejadian Demam
DBD) dibandingkan dengan kelompok kontrol (kelompok yang tidak menderita DBD),
kemudian secara retrospektif (penelusuran ke belakang) diteliti apakah kasus dan kontrol
terkena risiko penyakit DBD atau tidak (Sudigdo Sastroasmoro, 2002:78). Berdasarkan
hasil penelitian, didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna keberadaan kawat kasa
dengan kejadian DBD dengan p value = 0,024; OR = 4,545 (95% CI = 1,370– 15,077),
menunjukkan bahwa sampel yang tidak memasang kawat kasa mempunyai risiko 4,545
kali lebih besar menderita DBD daripada sampel yang memasang kawat kasa.
Berdarah Dengue Di Kota Blitar Tahun 2015-2017”. Jenis penelitian adalah deskriptif
observasional dengan pendekatan case series. Pada penelitian ini, mayoritas demam
berdarah terjadi pada kelompok umur 5-14 tahun (46,72%). Sebagian besar kasus
demam berdarah terjadi pada laki-laki (51,19%). Peningkatan kasus demam berdarah
tidak seiring dengan peningkatan curah hujan yang ada di kota Blitar. Jumantik terdapat
166 orang yang tersebar di 21 wilayah, namun Angka Bebas Jentik (ABJ) dari kota
Blitar masih 79%, jauh dari indikator keberhasilan yaitu 95%. Berdasarkan hasil
penelitian, didapatkan hasil bahwa pola kejadian DBD berdasarkan waktu dan jenis
kelamin didapati pada masing-masing tahun bila rata-rata curah hujan maksimal maka
angka kejadian DBD justru rendah. Bila rata-rata curah hujan tinggi namun bukan
maksimal maka angka kejadian DBD akan tinggi. Angka Kejadian DBD ditemui pola
dari masing-masing tahun angka kejadian tertinggi terjadi pada bulan Januari dan
Februari.
3. Penelitian ( Jasrida Yunita, Mitra, Herlina Susmaneli, 2012) berjudul “Pengaruh
Kebiasaan menggantung pakaian, OR= 6,29 (95% CI: 3,09-12,81) dan faktor Kondisi
dengan kejadian DBD adalah kebiasaan menggantung pakaian, artinya mereka yang
untuk terkena DBD dibandingkan dengan mereka yang tidak biasa menggantung
pakaian. Faktor Kondisi lingkungan yang dominan berhubungan dengan kejadian DBD
adalah keberadaan jentik pada tempat penambungan air, artinya mereka yang
dirumahnya ada jentik nyamuk pada penampung airnya berisiko untuk menderita DBD
dibanding dengan mereka yang dirumahnya tidak ada jentik nyamuk pada penampung
airnya.