Paper Komunikasi Antarpribadi
Paper Komunikasi Antarpribadi
• Pasangan Pertama :
Nama responden : Ibu DM
Umur responden : 55 tahun
Usia pernikahan : 33 tahun
Hasil wawancara :
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu DM, beliau mengaku bahwa topik-
topik yang paling sering ia bahas bersama pasangan adalah terkait pandemic, keluarga,
serta kerohanian. Ibu DM berpikir bahwa alasan mereka membahas topik-topik tersebut
dikarenakan topik-topik tersebutlah yang sedang dialami, dipikirkan, dan dikerjakan
bersama dengan pasangan, dimana mereka berdua terlibat aktif dalam pelayanan di
Gereja, serta kedua anak mereka, yang bernama Anggi dan Angga, dimana Anggi
berprofesi sebagai dokter yang harus terjun ke lapangan sebagai tenaga medis untuk
mengatasi Covid-19. Oleh karena itu Ibu DM dan pasangan lebih sering membahas topik-
topik berat, serta topik-topik seputar apa yang mereka gumulkan dalam kehidupan
pernikahan mereka.
Saat konflik atau kesalahpahaman itu terjadi, Ibu DM merasa bahwa tidak
semua konflik diselesaikan dengan baik. Ada yang bisa diselesaikan secara cepat dalam
suasana santai. Namun ada juga konflik yang ‘hilang’ begitu saja seiring dengan
berjalannya waktu. Namun diluar itu semua, Ibu DM percaya bahwa dalam hubungan
yang paling penting adalah kepercayaan terhadap pasangan, keakraban yang terus dibina
selama pernikahan berjalan, saling menghargai, saling memberi dukungan ketika
pasangan menghadapi masalah, serta adanya emosional yang sama ketika komunikasi
sedang berlangsung. Dengan demikian, kemungkinan miskomunikasi bisa lebih diperkecil
serta hubungan bisa berlangsung lebih lama.
• Pasangan Kedua :
Nama responden : Kak MA
Umur responden : 23 tahun
Usia pernikahan : 1 tahun 2 bulan
Hasil wawancara :
Kak MA adalah seorang ibu rumah tangga yang baru beberapa bulan yang lalu
melahirkan seorang putra bernama Jevanya. Kak MA dan pasangan terpaut usia yang
cukup jauh dimana saat mereka menikah Kak MA masih berkuliah semester 6 (karena kak
MA setelah lulus SMK memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu, sehingga ia baru kuliah
setelah 2 tahun bekerja), dan pasangannya sendiri adalah pria berusia 30 tahun yang
sudah lumayan mapan dalam pekerjaannya.
Selain itu, karena perbedaan usia Kak MA serta pasangan juga yang membuat
keduanya lebih sulit memahami pikiran pasangan. Saya sebagai interviewer mengenal
dekat Kak MA serta cukup mengenal pasangannya, dimana menurut saya kepribadian
mereka lumayan bertolak belakang. Pasangan Kak MA, yaitu Kak JT memiliki kepribadian
yang lebih humoris serta lebih sering bercanda. Sedangkan Kak MA sendiri, walaupun
lebih muda beberapa tahun daripada Kak JT memiliki kepribadian yang lebih serius, serta
lebih mudah panikan. Hal ini pula yang menurut Kak MA menjadi factor pemicu
kesalahpahaman mereka dalam berkomunikasi. Misalnya saat komunikasi verbal
berlangsung, kemudian terjadi kesalahpahaman, dimana mungkin Kak JT
menganggapnya sebagai lelucon namun Kak MA menanggapinya secara serius, kemudian
nada bicara salah satunya mulai meninggi, maka kemudian hal tersebut memicu
pasangan untuk berdebat.
• Analisis
A. Berdasarkan hasil wawancara Ibu DM dan Kak MA saya menyadari adanya
kesamaan bahwa pasangan yang sudah menikah cenderung membicarakan topik-
topik yang berat, tanggung jawab mereka, ataupun masalah-masalah yang sedang
mereka hadapi di kehidupan nyata. Meskipun pasangan tersebut baru menikah 1
tahun ataupun sudah puluhan tahun, namun mungkin karena pernikahan
bukanlah suatu hubungan yang bisa putus begitu saja saat merasa sudah tidak
cocok, melainkan suatu hubungan jangka panjang yang harus dibina terus
menerus. Sehingga komunikasi yang terjadi di antara pasangan pun cenderung
serius, karena tanggung jawab yang lebih besar pula saat sudah menikah,
misalnya karena anak, pekerjaan, pandemi, rencana hidup, dll. Saya dapat
menyimpulkan ini karena saya mengamati sendiri adanya perubahan perilaku
komunikasi pada pasangan Kak MA-Kak JP, dimana sebelum menikah
pembicaraan mereka masih lebih ringan.
Selain itu pembicaraan tentang keluarga & anak juga menjadi pembicaraan yang
paling sering dibicarakan. Baik Ibu DM yang anaknya sudah dewasa, ataupun Kak
MA yang anaknya masih bayi, keduanya tetap paling sering membicarakan tetang
anak-anak mereka. Mungkin ini karena keduanya adalah seorang ibu, walaupun
anak Ibu DM sudah dewasa & sudah bisa bertanggungjawab atas hidupnya sendiri,
namun Ibu DM tetap mengkhawatirkan mereka.