Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan intervensi fisioterapi pada ibu Nuraidah umur 44 tahun

dengan diagnosa hemiparase dextra post stroke non hemoragic selama 6 kali

dengan problematika fisioterapi yang ditemukan adalah adanya kelemahan

anggota gerak sebelah kanan didapatkan hasil yang lebih baik. Perkembangan

tindakan fisioterapi tersebut dapat dinilai dari evaluasi awal terapi sampai akhir

terapi yaitu pada tanggal 07, 09, 14, 18, 23, dan 28 Januari 2020.

4.1 Hasil

4.1.1 Evaluasi Kekuatan Otot

Untuk evaluasi kekuatan otot pada pasien penulis menggunakan alat ukur MMT

yang diadobsikan dalam bentuk:

0: Tidak ada kontraksi

1: Ada kontraksi,tidak ada gerakan

2: Ada kontraksi,tidak bisa melawan gravitasi

3: Ada kontraksi,bisa melawan gravitasi tapi tidak bisa melawan tahanan

4: Bisa melawan tahanan minimal

5: Normal

Didapatkan hasil sebagai berikut:

41
42

Tabel 4.1 Evaluasi Kekuatan Otot

Anggota Gerak Kanan

Grup Otot T1 T2 T3 T4 T5 T6
Flexor shoulder 1 1 1 1 1 1
Extensor shpulder 1 1 1 1 1 1
Abduktor shoulder 2 2 2 2 2 2
Adduktor shoulder 2 2 2 2 2 2

Fleksor Elbow 2 2 2 2 2 3
Ekstensor Elbow 2 2 2 2 3 3
Supinator 3 3 3 3 3 4
Pronator 3 3 3 3 3 4

Fleksor Wrist 3 3 3 3 3 4
Ekstensor Wrist 3 3 3 3 3 4

Fleksor Jari-jari Tangan 3 3 3 3 3 4


Ekstensor Jari-jari Tangan 3 3 3 3 3 4
Fleksor Hip 4 4 4 4 5 5

Ekstensor Hip 4 4 4 4 5 5
Adduktor Hip 4 4 4 4 5 5

Abduktor Hip 4 4 4 4 5 5
Fleksor Knee 4 4 4 4 5 5

Ekstensor Knee 4 4 4 4 5 5
Plantar Fleksor Ankle 4 4 4 4 5 5

Grafik 4.1 Evaluasi Kekuatan Otot pada AGA


43

Chart Title
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

flexor shoulder extensor shoulder abduktor shoulder adduktor shoulder


flexor elbow extensor elbow supinator pronator
flexor wrist extensor wrist flexor jari-jari extensor jari-jari

Grafik 4.2 Evaluasi Kekuatan Otot pada AGB

Chart Title
6

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

flexor hip extensor hip adduktor hip abduktor hip


flexor knee extensor knee plantar flexor ankle plantar extensor ankle

Hasil : Pada grafik di atas dapat kita lihat bahwa setelah dilakukan terapi sebanyak

6 kali didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan kekutan otot pada

pasien.peningkatan otot yang terjadi pada pasien meningkatkan tapi tidak

keseluruhan.

4.1.2 Evaluasi Aktifitas Fungsional dengan Indeks Barthel pada T1 dan T6


44

Tabel 4.2 Evaluasi Aktifitas Fungsional

Aktifitas T1 T6

B M B M

Makan 10 10
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 5 15

sebaliknya termasuk duduk ke tempat tidur


Kebersihan diri,mencuci muka,menyisir,mencukur 0 5

dan menggosok gigi


Aktivitas toilet (menyemprot,mngelap) 5 5
Mandi 5 5
Berjalan di jalan yang datar (jika tidak mampu jalan 15 15

melakukannya dengan kursi roda


Naik turun tangga 5 5
Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 10
Mengontrol BAB 10 10
Mengontrol BAK 10 10
Jumlah 80 90
Keterangan:

0 – 20: Ketergantungan penuh 100: Mandiri

21 – 61: Ketergantungan berat atau sangat tergantung

62 – 90: Ketergantungan moderat

91 - 99: Ketergantungan ringan

Grafik 4.3 Evaluasi Aktifitas Fungsional


45

Chart Title
16

14

12

10

0
T1 T6

Makan berpindah tempat kebersihan diri aktivitas toilet mandi


berjalan naikturun tangga berpakaian mengotrol BAB Mengontrol Bak

Hasil : dari grafik di atas didapatkan hasil bahwa pasien mengalami peningkatan

aktifitas hanya pada kebersihan diri,mencuci muka,menyisir,mencukur dan

menggosok gigi dan juga berpakaian termasuk menggunakan sepatu.dan pada

aktifitas yang lainnya pasien masih sama dan tidak ada peningkatan yang terjadi.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kelemahan otot

Kelemahan otot pada penderita stroke di sebabkan karena adanya kerusaka

jaringan otak pada area motorik korteks serebri yang terletak di lobus frontal yang

mengontrol kerja otot secara sepesifik atau sekelompok otot. Dengan melihat

grafik 4.1 dapat di simpulkan bahwa terapi latihan metode PNF sangat efektif

untuk meningkatkan meningkatkan kekuatan otot. Memberikan rangsangan-

rangasangan tertentu yang di harapkan timbul reaksi-reaksi yang sesuai dengan

jenis rangsangan yang ada dan sesuai dengan gerakan-gerakan yang dinginkan.

Gerakan-gerakan yang kuat bisa dimanfaatkan untuk memperkuat bagian bagian


46

yang lebih lemah, untuk membentuk pola gerak melalui stimulus propioseptor

sehingga mendapat respon neuromuscular secara benar sebenar sebegaiefek yang

di hasilkan didalam syaraf karena penerima rangsang berikutnya mempermudah

timbulnya reaksi (gerakan).

4.2.3 Aktifitas Fungsional

` Penurunan aktifitas fungsional pada pasien post stroke di sebabkan

kurangnya saliran darah ke otak sehinggah menimbulkan kematian jaringan pada

otak dan jaringan yang mengalami kerusakan akan mengalami penurunan kerja

sesuai dengan fungsi masing-masing terutama pada jaringan yang mengatur

daerah motorik. Kemampuan fungsional mengalami peningkatan karena diotak

adanya perbaikan lesi primer oleh membaiknya system vaskularisasi. Dalam

waktu kemudian berlanjut ke perbaikan fungsi aksional/aktifasi sinap yang tidak

efektif melalui Neural Plasticity yaitu kemampuan otak untuk memodifikasi dan

mengorganisasi fungsi yang mengalami kerusakan melalui sprouting yaitu bagian

yang tidak mengalami kerusakan akan menuju pada bagian yang mengalami lesi,

unsmaking yaitu dalam keadaan normal tidak semua sinap aktif, karena adanya

lesi pada jalur utama maka bagian yang tidak aktif akan menggantikan posisi yang

mengalami lesi. Tergantung pada aktifitas yang dilakukan secara berulang-ulang

akan menjadi gerak yang terkontrol/terkendali sehingga dengan mengenalkan dan

mengajarkan kembai latihan aktif pada pola gerak fungsional sendiri mungkin

mempercepat pasien melakukan gerak dan fungsi yang mempengaruhi terhadap

derajat penyembuhan maupun dalam kecepatan penyembuhan (Suyono, 2009).

Anda mungkin juga menyukai