Disusun oleh
2011212010
Aktifitas Fungsional Rekreasi (AFR) konsep dasar bahwa manusia secara alamiah terlibat
dalam kegiatan dan di dalam proses keterlibatan itu akan diperoleh kesehatan dan kesejahteraan.
Aktifitas sangat bermanfaat untuk pemeliharaan kesehatan bagi mereka yang sehat dan pemulihan
bagi mereka yang sakit atau cacat.
Dengan kesibukan dalam kegiatan yang bertujuan dan bermanfaat dapat memberikan
perubahan dalam perilaku maupun daya guna dari pola disfungsional, AFR sebagai fasilisator dalam
proses perubahan. Disfungsi (mental dan kaku fisik) dapat berubah, disesuaikan menuju ke fungsional
melalui aktifitas.
Tahun 1983 telah disepakati dalam Konggres Persatuan AFR se-Amerika tentang arti dari
“aktifitas” dalam kaitannya dengan AFR. Aktifitas adalah suatu “tugas” atau pengalaman dimana
seseorang aktif terlibat didalamnya. Keterlibatan dalam aktifitas akan membutuhkan koordinasi antara
fisik,sistem emosional serta sistem kognitif seseorang. Apabila seseorang terlibat dalam suatu aktifitas
akan mengarah perhatiannya kepada aktifitas itu lebih daripada proses internal yang dibutuhkan untuk
mencapai keberhasilan aktifitas tersebut.
Aktifitas dipengaruhi oleh peran seseorang dalam kehidupannya serta mempunyai arti yang
unik untuk setiap orang. Aktifitas yang termasuk didalam modalitas AFR adalah aktifitas yang
mengandung tujuan terapi, antara lain :
1. Perkembangan dan pemeliharaan kekuatan, ketahanan, toleransi kerja, ROM dan koordinasi
2. Mempraktekkan pengguna gerakan volunteer maupun refleks dalam tugas/kagiatan terarah.
3. Mengandung gerakan-gerakan untuk melatih bagian tubuh yang sakit.
4. Untuk mengeksplorasi potensi yang bersifat vocational atau melatih skill yang dibutuhkan
dalam penyesuaian kerja.
5. Meningkatkan fungsi sensasi, persepsi dan cognisi.
6. Meningkatkan keterampilan sensasi sosialisasi serta pengembangan emosi.
Keunikan disini terletak dalam penekanan pada kegunaan yang sangat luas dari aktifitas
bermanfaat yaitu termasuk hastakarya dan seni, olahraga dan rekreasi, bermain, pemeliharaan diri,
pengelolaan rumah tangga serta kegiatan kerja.
Kapasitas fisik.
Secara sederhana yang dimaksud dengan kapasitas fisik adalah kondisi yang tersedia dan dimiliki
oleh individu yang potensial untuk melakukan kemampuan fungsional yang dipengaruhi oleh sistem
dan sub sistemnya dimana komponennya berurutan secara berjenjang dimulai dari sel, jaringan, organ
sampai sistem tubuh. Berdasarkan fungsi dan sudut pandang Fisioterapi maka kapasitas fisik dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Aspek motorik
2. Aspek sensorik
3. Aspek kognitif
4. Aspek psikologik
Kemampuan Fungsional
Aktifitas produktif adalah semua bentuk aktivitas baik yang menghasilkan bentuk jasa
ataupun komoditi yang digunakan oleh orang lain dapat memberikan peningkatan sehingga dapat
kemampuan, ide, pemenuhan kebutuhan, dan lain-lain.
Aktivitas rekreasi adalah semua bentuk aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang dan
membuat pelakunya menjadi lebih gembira dan dapat menikmati aktivitas tersebut. Fungsi AFR
dengan Fisioterapi aktifitas dapat memenuhi banyak kebutuhan dan keinginan dari suatu individu,
serta penting untuk perkembangan fisik maupun psikososialnya.
Perubahan pola aktifitas dapat merubah dari disfungsional dari suatu individu. Individu
mampu mengadakan perubahan dan ingin perubahan. Perubahan dilakukan melalui motorik, kognitif
dan sosial learning.Aktifitas harus dianalisis untuk menentukan karakter, arti aktifitas itu sendiri bagi
individual serta potensi sebagai alat perubahan.Analisis harus dapat menghasilkan informasi
mengenai kegunaan serta penerapan aktifitas sebagai strategi intervensi.
AKTIFITAS FUNGSIONAL REKREASI PADA KASUS STROKE HEMIPARESE DEXTRA
Contoh Kasus
Seorang Ibu, 63 tahun, hobi menari, mantan sekertaris, dengan diagnose post stroke
hemipharese dextra dengan spastic dan dimensia ringan.
Peranan fisioterapi pada kasus stroke hemipharesedextra masuk dalam tahapan rehabilitasi.
Sesuai dengan contoh kasus yang telah diuraikan di atas maka tindakan fisioterapi yang dapat
diberikan antara lain adalah :
1. Inhibisi spastic
3. Latihan Lingkup Gerak Sendi baik aktif maupun pasif untuk menjaga ROM
Pasien dengan post stroke hemipharase dextra sudah 1,5 tahun. Dengan spastic nilai 1. Wajah
mencong ke kiri, alis kiri lebih tinggi dari kanan, pola sinergis cenderung ke endo rotasi flexi elbow,
dengan pola jalan hemiplegic gait.
Seorang fisioterapi dalam melakukan intervensi memandang individu sebagai manusia utuh
dengan berbagai aspek dengan berbagai komponen-komponen dan kebutuhan dalam melakukan
aktifitas. Melalui terapi akan didapatkan berbagai kemajuan yang kemudian akan mendukung
kapasitas fisik dan kemampuannya dalam hal untuk mempertahankan hidupnya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam melakukan intervensi untuk memenuhi dua hal
tersebut diatas dapat dilakukan dengan aktifitas fungsional rekreasi, yaitu bentuk aktifitas terapi yang
dilakukan dengan membuat terapi sedemikian rupa hingga dapat memiliki efek gembira pada pasien
tanpa meninggalkan makna terapi yang sesungguhnya. Pada kasus post stroke hemipharase dextra
sudah 1 tahun, maka aktifitas fungsional rekreasi yang dapat dilakukan sebagai terapi antara lain:
1. Berdansa dengan irama music klasik sekaligus pasien dapat menyalurkan hobinya.
Kapasitas fisik yang dapat diraih: Reedukasi pola gerakan yang spastic dan memberikan
latihan kognitif. Latihan kognitif merupakan salah satu bentuk terapi nonfarmakologis yang
sangat penting dilakukan dalam rangka peningkatan daya ingat dan konsentrasi, mengurangi
gangguan psikologis seperti depresi, ansietas, agitasi, halusinasi, insomnia.
Aspek Emosi yang dapat diraih : Ps bersabar untuk merajut tiap benang hingga selesai.
Aspek Intelegensi yang dapat diraih :latihan kognitif yakni memberikan stimulasi
kognitif,salah satunya dengan mendengarkan music nostalgia dapat mempertahankan
kemampuan kognitif yang masih ada. latihan tersebut dapat melatih daya ingat dan mencegah
kerusakan lebih lanjut selain itu pemberian latihan juga dapat membantu mempertahan
kualitas dimensia dengan memanfaatkan kemampuan yang masih ada seoptimal mungkin.
3. Pasien diberikan Senam Stroke. Aspek yang dapat diperoleh dari latihan ini adalah :
Kapasitas fisik yang dapat diraih : Reedukasi gerakan yang spastic, meningkatkan endurance
Aspek Emosi yang dapat diraih: sabar dalam mengikuti senam sampai selesai
Aspek Sosial yang dapat diraih dapat bersosialisasi dengan pasien lainnya, dapat termotivasi
untuk latihan
Aspek Intelegensi yang dapat diraih dapat mengingat gerakan-gerakan latihan stroke
4. Edukasi
Pasien duduk sambil meminum teh beristirahat setelah latihan bersama fisioterapis.
Fisioterapis memberikan notes book untuk pasien. Pasien di sarankan untuk menulis latihan yang tadi
telah ia lakukan. Dan menulis setiap kegiatan yang dilakukannya setiap hari.
KESIMPULAN
Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran
darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)
timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu. Timbulnya kelainan
saraf yang ada sifatnya mendadak.
Gejala dan tanda, harus sesuai daerah mana yang diotak terganggu. Otak mendapatkan darah
dari sepasang arteri karotis interna kiri dan kanan di sebelah depan, dan sepasang arteri vertebralis
yang akan menyatu menjadi arteri basilaris di bagian belakang. Pertemuan sepasang arteri karotis
interna dan arteri basilaris, akan membentuk bangunan yang disebut CirculusWillici.
Peranan fisioterapi dalam kasus stroke masuk dalam tahap rehabilitasi. Seorang fisioterapis
dalam melakukan intervensi memandang individu sebagai manusia utuh dengan berbagai aspek
dengan berbagai komponen-komponen dan kebutuhan dalam melakukan aktifitas.
Cara yang dapat dilakukan dalam melakukan intervensi untuk memenuhi dua hal tersebut
diatas dapat dilakukan dengan aktifitas fungsional rekreasi yang sangat cocok dilakukan pada kasus
stroke dengan memperhatikan empat aspek penting yaitu meningkatkan kapasitas fisik, intelektualitas,
emosi, dan kehidupan sosial pasien.
Pada kasus ini peran fisioterapis terutama menjadi motivator untuk dapat kembali beraktifitas
secara mandiri. Karena seringkali pasien dengan kasus stroke merasa depresi dan kehilangan motivasi
untuk bertahan hidup. Latihan dengan aktifitas fungsional rekreasi dapat dimulai dengan memilih-
milih latihan mana yang sesuai dengan hobi pasien agar pasien dapat lebih termotivasi untuk
melakukan latihan yang diberikan dan agar hasil yang dicapai lebih maksimal.