Anda di halaman 1dari 3

CT Value pada Hasil Tes PCR

CORONAVIRUS

Ditinjau oleh: dr. Rizal Fadli

06 Agustus 2021

“Ketika menjalani tes PCR, kamu akan menemukan angka CT value. Memahami CT value
penting untuk memprediksi seberapa banyak jumlah virus yang ada di dalam tubuh,
memantau kondisi pengidap COVID-19, dan membantu dokter menentukan langkah
pengobatan.”

Halodoc, Jakarta - Episode akhir pandemi COVID-19 di Indonesia tampaknya masih belum bisa


diprediksi. Meski angka vaksinasi terus meningkat, kenaikan kasus positif masih terus terjadi.
Salah satu yang belakangan ramai diperbincangkan adalah CT value (cycle threshold value) pada
hasil tes PCR orang yang terinfeksi.

Perlu diketahui bahwa untuk mengetahui status infeksi COVID-19, diperlukan pemeriksaan,
salah satunya dengan tes PCR atau polymerase chain reaction. Di dalam hasilnya, CT value
adalah salah satu yang jadi patokan. Sebenarnya, apa sih yang dimaksud CT value? Yuk simak
pembahasannya!

Mengenal CT Value pada Tes PCR

Di kalangan pasien maupun penyintas COVID-19, istilah CT value rasanya sudah tidak asing
lagi. Beberapa bulan ke belakang, terkait tes COVID-19 umumnya orang-orang hanya
membahas status positif atau negatif. Namun, kali ini justru istilah CT value yang menyita
perhatian publik. Lalu, apa itu CT value?

Secara sederhana, CT value adalah banyaknya jumlah siklus yang dihasilkan dalam mencari
materi genetik virus dari sampel lendir atau hasil swab pasien COVID-19. Pertanyaannya, siklus
apa yang dimaksud?

Nah, di sini kamu harus memahami metode real-time RT-PCR, pemeriksaan yang mengambil


sampel swab cairan dari hidung serta tenggorokan. Setelah diambil, sampel ini dimasukkan ke
dalam tabung khusus berisi cairan untuk menjaga kestabilan materi genetik virus (VTM/viral
transport medium) dan dibawa ke laboratorium. 

Mengutip dari laman Rumah Sakit Universitas Indonesia, tahap selanjutnya sampel akan melalui
prosedur ekstraksi, yaitu proses menggunakan kit tertentu. Tujuannya untuk mengeluarkan
materi genetik virus yang dikehendaki.

Virus yang menyebabkan COVID-19 merupakan virus RNA, sehingga dalam mendeteksi virus
ini perlu didahului proses perubahan atau konversi dari RNA menjadi DNA. 

Setelah itu, akan dilakukan amplifikasi atau perbanyakan target materi genetik menggunakan
mesin real-time PCR. Mesin ini menggunakan fluoresensi sehingga setiap terjadi amplifikasi,
akan terbentuk sinyal fluoresensi yang ditangkap oleh detektor sepanjang proses PCR
berlangsung.

Proses amplifikasi tersebut terjadi berulang-ulang hingga sekitar 40 siklus. Sinyal fluoresensi
yang dihasilkan berbanding lurus atau proporsional terhadap amplifikasi yang terjadi. 

Pada satu titik, jumlah sinyal fluoresensi pada proses amplifikasi tersebut mencapai nilai
minimal untuk dapat diinterpretasikan sebagai hasil positif. Nah, titik tersebut dinamakan nilai
CT atau CT value.

Arti Angka yang Perlu Dipahami

Jumlah angka yang tertera pada CT value juga masih perbincangan hangat. Hal yang perlu
dicatat, angka hasil CT value itu berbanding terbalik dengan konsentrasi genetik virus.

Semakin besar angka pada CT value, maka semakin sedikit konsentrasi virus pada sampel tubuh
pasien. Artinya, semakin tinggi CT value, maka semakin rendah kemungkinan virus untuk
menyebabkan infeksi.

Hal sebaliknya juga berlaku, semakin sedikit angka CT value, maka materi virus pada tubuh
masih terbilang banyak. Alhasil, kemungkinan virus mampu menyebabkan infeksi masih besar.
Virus dari sampel yang memiliki CT value lebih dari 34, tidak menimbulkan infeksi. Nah, hal ini
yang membuat beberapa dokter menggunakan CT value untuk menentukan penularan penyakit
lebih lanjut. Selain itu, CT value kini juga digunakan dokter untuk menetapkan apakah seorang
pasien masih perlu melakukan isolasi mandiri lebih lanjut atau tidak. 

Jika masih memiliki pertanyaan tentang COVID-19 atau memiliki keluhan kesehatan lainnya,
kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Jika kamu sedang menjalani
isolasi mandiri, tenang saja, kamu bisa beli obat dan vitamin dengan mudah melalui
aplikasi Halodoc.

Referensi:
American Association for Clinical Chemistry. Diakses pada 2021. SARS-CoV-2 Cycle
Threshold: A Metric That Matters (or Not).
The Lancet. Diakses pada 2021. Ct values and infectivity of SARS-CoV-2 on surfaces.
Rumah Sakit Universitas Indonesia. Diakses pada 2021. Mengenal CT (Cycle Threshold)
Value Dalam Diagnosis COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai