Anda di halaman 1dari 3

NOTULEN SEMINAR

MANAJEMEN RISIKO BENCANA PARIWISATA : KEBIJAKAN PEMERINTAH


KESIAPSIAGAAN BENCANA PADA DESTINASI PARIWISATA

Dosen : I DW Pt Gd putra Yasa,S.Kp.M.Kep.Sp.MB


Moderator : Ni Putu Chika Maharani (8013)
Notulis : Ni Kadek Ria Hendriyani (8016)
Observer : Ni Komang Marni (8017)
Penyaji : Ni Nyoman Armelia Dewi (8005)
A A Istri Wahyuliniya (8006)
Jumlah Peserta Seminar: 26 mahasiswa
Pelaksanaan Seminar : Rabu, 04 Agustus 2021. Pukul: 13.00 WITA-selesai

KEBIJAKAN PEMERINTAH KESIAPSIAGAAN BENCANA PADA


DESTINASI PARIWISATA

A. Kesimpulan
Bencana merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat,
sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi,
ekonomi atau lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan
untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri. Kebijakan dalam
penganggulanan bencana salah satunya adalah Lampiran Peraturan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor: PM.106/PW.006/MPEK/2011 Tentang
Sistem Manajemen Pengamanan Hotel pada Elemen Sembilan tentang Penanganan
Keadaan Darurat, dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang
KoordinasiKegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373).
Bencana yang terjadi dapat berdampak pada sector pariwisata misalnya kerusakan atau
musnahnya bangunan monumental yang sangat berharga sebagai sumber dan bukti
sejarah. Oleh karna hal tersebut maka diperlukan managemen resiko bencana, dimana
managemen resiko bencana merupakan pengetahuan yang terkait dengan upaya untuk
mengurangi risiko, yang meliputi tindakan persiapan sebelum bencana terjadi, dukungan,
dan membangun kembali masyarakat saat setelah bencana terjadi. Tujuan dari
manajemen resiko bencana diantaranya adalah mengurangi atau menghindari kerugian
secara fisik, ekonomi,maupunjiwa yangdialamioleh perorangan atau masyarakat dan
negara, perlunya managemen risiko bencana di sector pariwisata karena Industri
pariwisata melibatkan banyak orang, baik itu pekerja, penduduk lokal, maupun
wisatawan yang sama-sama terancam ketika sebuah destinasi terkena bencana. Ada
beberapa tahapan proses manajemen resiko bencana yaitu pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan (Preparedness), dan aksi tanggap (Response). Tahap
sertifikasikesiapsiagaan bencana dalam industry pariwiata memiliki beberpa parameter
diantaranya pengetahuan bencana, mitigasi, kesiapsiagaan dan kapasitas respon dan
keamaan sedangkan persiapan dan pengorganissasiaannya meliputi kelengkapan
administrasi, dan kelengkapan piranti keras (Hardware).

Tambahan dari Dosen :

B. Sesi Tanya Jawab


1. Penanya: Ni Nyoman Mastini Padmi (8007)
Pada upaya kesiapsiagaan di kawasan pariwisata, dijelaskan terkait kegiatan pada
tahap preparedness yaitu penyusunan rencana kontijensi. Saya ingin bertanya
bagaimana contoh rencana kontijensi di kawasan pariwisata? Mungkin dari klp,
bisa mengambil 1 contoh kawasan pariwisata di indonesia
Jawaban oleh: Ni Nyoman Armelia Dewi (8005)
Pada dasarnya penyusunan rencana kontijensj merupakan proses identifikasi dan
penyusunan rencana yang didasarkan pada ancaman yang mungkin terjadi dari
potensi bencana yang ada. Ketika bencana itu datang sewaktu-waktu, sehingga
dampak dan jumlah korban serta kehilangan aset" berharga dapat dinimalkan.
Area manajemen rencana kontijensi ini dipilih berdasarkan titik rawan dan risiko
bencana.

Proses penyusunan rencana kontijensi dilakukan dengan beberapa tahapan


diantaranya:
1. Sosialisasi
Dilakukan identifikasi bencana dan pengertian tentang Rencana Kontijensi.
2. Kajian Risiko Bencana
Kajian Risiko Bencana didasarkan kepada ketersediaan data. Kemudia sumber
data dikombinasi untuk menetapkan pilihan/penentuan Rencana Kontijensi jenis
bencana yang akan dirancang.
3. Penyusunan Rencana Kontijensi/Skenario
Penyusunan Rencana Kontijensi bersifat partisipatif oleh stake holder pada
wilayah tertentu. Dalam penyusunan Rencana Kontijensi ini dibuat skenario yang
sesuai kajian risiko bencana, yang memuat:
•Rambu dan Papan Informasi;
•Lokasi yang diperkirakan terkena dampak bencana;
•Lokasi pengungsian;
•Jumlah dan karakteristik penduduk yang terkena;
•Akses penduduk untuk mendapatkan bantuan;
•Waktu lamanya bantuan diperlukan;
•Profil pengungsi;
•Total kebutuhan.
4. Konsultasi Publik
Konsultasi publik berupa pertemuan untuk menyampaikan hasil draft Rencana
Kontijensi kepada masyarakat untuk mendapatkan penyempurnaan.
5. Finalisasi Rencana Kontijensi
Pembuatan Dokumen Rencana Kontijensi Bencana yang dikerjakan oleh panitia
sebagai tim perumus dan finalisasi dokumen.
6. Uji Coba Rencana Kontijensi, Table Top Exercise (TTX) dan Gladi Posko
7. Penyerahan Rencana Kontijensi
Degalisasi Rencana Kontijensi Bencana ini disahkan dengan Surat Ketetapan
Kepala Daerah/ atau Bupati.
2. Penanya: Gusti Ayu Putri Diah Saraswati (8009)
Bagaimana cara meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat,
terutama pada daerah-daerah pariwisata yang rawan bencana?
Jawaban oleh penyaji : A A Istri Wahyuliniya (8006)
Dengan memberikan sosialisasi tentang dampak dari bencana tersebut, dan
memberikan simulasi cara pencegahan terhadap bencana. Contohnya seperti
banjir menanam tanaman di sekitaran tempat pariwisata, dan selalu menyediakan
tempat sampah di sekitaran tempat pariwisata
C. Tambahan Dari Dosen
Hotel di bali sudah mempunyai mitigasi apa belum jadi ketika ada bencana alam bisa
ditanggulangi ,lalu dampak dan menanggulanginya kita dapat mengatasinya dengan menjadi
relawan vaksin seperti yang sudah dilakukan oleh mahasiswa poltekkes

Anda mungkin juga menyukai