Anda di halaman 1dari 8

[ LAPORAN KASUS ]

Tatalaksana Syok Hipovolemik Et Causa Suspek Intra Abdominal


Hemorrhagic Post Sectio Caesaria

Muhamad Iqbal Tafwid


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Syok adalah suatu sindrom klinis yakni terdapat kegagalan dalam pengaturan peredaran darah sehingga terjadi kegagalan
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Dengan demikian, syok dapat terjadi oleh berbagai macam sebab dan
dengan melalui berbagai proses. Seorang perempuan, 38 tahun, dengan keluhan utama penurunan kesadaran setelah
menjalani operasi Sectio Cesaria (SC) atas indikasi pre eklampsia berat. Sebelumnya pasien telah menjalani persalinan
dengan operasi SC ± 4 jam sebelum dirujuk ke rumah sakit Ahmad Yani Metro. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran apatis, skor GCS (Glasgow Coma Scale) 10, tekanan darah 80/50 mmHg, nadi
120x/menit teraba reguler, isi kurang ,dan tegangan lemah, pernapasan 32 x/menit, suhu 35,7oC, CRT (Capilary Refill Time)
memanjang. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan shifting dullnes. Pada ekstrimitas superior dan inferior akral teraba
dingin. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 7,6 g/dl. Pada pemeriksaan urine lengkap didapatkan hasil
darah samar (++), keton (+++). Pada pemeriksaan radiologis foto cardiomegali dan edema pulmo, sedangkan hasil USG
abdomen ditemukan gambaran asites di cavum pelvis. Terapi yang diberikan pada pasien yaitu pemberian cairan infus
ringer laktat 500 cc, dan fimahes 500 cc serta pemantauan urine output, pemberian O2 sungkup 3-5L/menit, injeksi
dobutamin 10, injeksi lasix 20mg/24 jam, injeksi oksitosin 10 IU/8 jam, dan transfusi PRC (Packet Red Cell) 2 kolf. Syok
hipovolemik yang terjadi pada pasien ini disebabkan oleh adanya suatu perdarahan, oleh karena itu dibutuhkan diagnosis
yang cepat dan tepat serta tatalaksana yang sesuai untuk memperbaiki kondisi dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
[J Agromed Unila 2015; 2(3):203-210]

Kata kunci: perdarahan post partum, syok hipovolemik, wanita

Abstrak
Shock is a clinical syndrome in which there is a failure in the regulation of blood circulation resulting in failure to supplies the
metabolic needs of the body. Thus shock can occur by a variety of reasons and through a variety of processes. A woman
aged 38 years with a chief complaint impairment of consciousness after undergoing surgery on indications sectio Cesaria
severe pre eclampsia. Patients had undergone previous surgery labor with Sectio Caesaria ± 4 hours before refer to hospital
Ahmad Yani in Metro. Based on physical examination found the general condition is severely ill, apathetic consciousness,
GCS (Glasgow Coma Scale) scores 10, blood pressure 80/50 mmHg, pulse: 120x / min regular, less contents and weak stress,
breathing 32 times per minute, temperature 35 , 7ºC, CRT (Capilary Refill Time) longer than normal. On abdominal
examination, shifting dullnes (+). At the superior and inferior extremities felt cold akral. In laboratory tests showed Hb 7.6
g/dl. In a. Radiological examination of x-rays on the AP found cardiomegali and pulmonary edema, whereas the abdomen
sonogram picture Ascites was found in the pelvic. Therapy given to patients with the administration of intravenous fluids
Ringer's lactate 500 cc and 500cc Fimahes and monitoring of urine output as well as the provision of O2 facemask 3-5L/min,
10 meq Dobutamine Injection, 20mg Lasix injection/24 hours, Oxytocin Injection 10 IU/8 h and 2 Kolf PRC (Packet Red Cell)
transfusion. Hypovolemic shock that occurs in these patients due to the presence of bleeding, therefore it takes it takes a
quick and accurate diagnosis and appropriate management of the condition to improve and prevent further complications.
[J Agromed Unila 2015; 2(3):203-210]

Key word: hypovolemic shock, post partum hemorrhage, women

Korespondensi: Muhamad Iqbal Tafwid | iqbaltafwid@yahoo.com

Pendahuluan jantung ataupun karena perubahan resistensi


Syok adalah suatu sindrom klinis ditandai vaskuler perifer. Berdasarkan sumber
dengan kegagalan dalam pengaturan penyebabnya terdapat 4 macam syok, yaitu
peredaran darah sehingga terjadi kegagalan syok hipovolemik, syok kardiogenik, syok
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme obstruktif, dan syok distributif.1
tubuh. Kegagalan sirkulasi ini biasanya Pengertian syok terdapat bermacam-
disebabkan oleh kehilangan cairan macam sesuai dengan konteks klinis dan
(hipovolemik), karena kegagalan pompa tingkat kedalaman analisisnya. Secara
Muhamad Iqbal Tafwid | Tatalaksana Syok Hipovolemik e.c Suspek Intra Abdominal Hemorrhagic Post Sectio Caesaria

patofisiologi syok merupakan gangguan perubahan-perubahan sekunder pada organ-


sirkulasi yang diartikan sebagai kondisi tidak organ primer dan organ-organ sekunder
adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau sehingga terjadi kerusakan merata. Kehilangan
perfusi yang diakibatkan oleh gangguan darah dari intravaskular sampai 10% dari
hemodinamik. Gangguan hemodinamik Estimated Blood Volume (EBV) tidak
tersebut dapat berupa penurunan tahanan mengganggu volume sebesar yang hilang.
vaskuler sitemik terutama di arteri, Tetapi kehilangan yang lebih dari 25% atau bila
berkurangnya darah balik, penurunan terjadi syok atau hipotensi maka sekaligus
pengisian ventrikel, dan sangat kecilnya curah kompartemen interstitial dan intrasel ikut
jantung. Dengan demikian syok dapat terjadi terganggu.5
oleh berbagai macam sebab dan dengan Pengetahuan tentang fisiologi
melalui berbagai proses. Secara umum dapat hemodinamik dasar dan dokumentasi
dikelompokkan kepada empat komponen yaitu patofisiologi yang sedang terjadi dengan
masalah penurunan volume plasma menggunakan teknik pemantauan yang
intravaskuler, masalah pompa jantung, tersedia tetap merupakan pendekatan paling
masalah pada pembuluh baik arteri, vena, tepat untuk merancang intervensi terapeutik
arteriol, venule atupun kapiler, serta sumbatan untuk pasien syok.6
potensi aliran baik pada jantung, sirkulasi Di Indonesia angka kematian ibu (AKI)
pulmonal dan sitemik.1 masih menjadi salah satu masalah yang harus
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang dihadapi, salah satu penyebab tingginya angka
tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa lemahnya kematian ibu adalah perdarahan post partum,
aliran darah yang merupakan petunjuk yang hal ini tentu menjadi tugas bagi para tenaga
umum, walaupun ada bermacam-macam kesehatan terutama dokter untuk mengurangi
penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi jumlah angka kematian ibu yang cukup tinggi
empat sistem yang terpisah namun saling ini.
berkaitan yaitu jantung, volume darah, Etiologi dari perdarahan postpartum
resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas antara lain atonia uteri, laserasi jalan lahir,
vena. Jika salah satu faktor ini kacau dan faktor retensio plasenta, sisa plasenta, inversio uteri,
lain tidak dapat melakukan kompensasi maka dan kelainan darah.7
akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah Tingginya angka kematian ibu di
arteri mungkin normal sebagai kompensasi Indonesia menjadi suatu catatan khusus bagi
peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. para pelayan kesehatan terutama dokter
Jika syok berlanjut, curah jantung menurun dan sebagai lini depan dalam mengatasi masalah ini.
vasokontriksi perifer meningkat.2 Karena angka kematian ibu merupakan salah
Syok hemoragik (hipovolemik) satu indikator dari kemajuan sebuah negara
disebabkan kehilangan akut dari darah atau dalam layanan kesehatan. Terlepas dari itu
cairan tubuh. Cairan di tubuh manusia terdiri semua syok hipovolemik juga bisa diakibatkan
dari cairan intraselular dan cairan ekstraselular berbagai macam faktor risiko dan penyakit
terbagi dalam cairan intravaskular, cairan yang apabila tidak terdiagnosa dan dilakukan
interstisial, dan cairan transelular.3 Volume penanganan yang sesuai dapat berlanjut ke
kompartemen cairan sangat dipengaruhi oleh komplikasi yang serius.
natrium dan protein plasma. Natrium paling
banyak terdapat di cairan ekstraselular, di Kasus
cairan intravaskular (plasma) dan interstisial Seorang perempuan, usia 38 tahun,
kadarnya sekitar 140 mEq/L.4 dengan keluhan utama penurunan kesadaran
Hipovolemia menyebabkan beberapa setelah menjalani operasi sectio cesaria atas
perubahan yaitu vasokonstriksi organ sekunder indikasi pre eklampsia berat. Penurunan
(viscera, otot, kulit) untuk menyelamatkan kesadaran mulai tampak ±3 jam sebelum
organ primer (otak, jantung) dengan aliran dibawa ke rumah sakit, keluarga pasien
darah yang tersisa. Vasokonstriksi mengaku pasien terlihat lemas, tampak
menyebabkan hipoksia jaringan, terjadi mengantuk, dan sulit diajak berkomunikasi.
metabolism anaerobik dengan produk asam Sebelumnya pasien telah menjalani persalinan
laktat yang menyebabkan asidosis asam laktat. dengan operasi sectio caesaria ±4 jam sebelum
Asidosis asam laktat menyebabkan dirujuk ke rumah sakit Ahmad Yani Metro.

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 204


Muhamad Iqbal Tafwid | Tatalaksana Syok Hipovolemik e.c Suspek Intra Abdominal Hemorrhagic Post Sectio Caesaria

Selain itu pasien juga mengeluh dada terasa (fossa illiaca dextra) dan fossa
sesak nafas, perut terasa penuh dan semakin splenorenalis.
membesar. Pasien sempat mendapatkan Diagnosis pasien syok hipovolemi et
perawatan di Rumah Sakit Way Jepara namun causa suspek perdarahan intra abdominal post
karena kondisi pasien memburuk pasien op sectio cesaria. Pasien diterapi dengan
dirujuk ke Rumah Sakit Ahmad Yani Metro pemberian cairan infus ringer laktat 500 cc,
untuk perawatan yang intensif di ruang ICU. dan fimahes 500 cc, dan dilanjutkan untuk
Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat pemeliharaan per 8 jam, serta dilakukan
penyakit lain seperti hipertensi, diabetes pemantauan urine output, pemberian O2
melitus, asma, alergi, dan riwayat operasi. sungkup 3-5L/menit, injeksi dobutamin 10 mEq,
Berdasarkan pemeriksaan fisik, injeksi dexametason 5 mg, injeksi lasix 20
didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, mg/24 jam, injeksi oksitosin 10 IU/8 jam, dan
kesadaran apatis, skor GCS (Glasgow Coma transfusi Packet Red Cell (PRC) 2 kolf.
Scale) E=4; M=3; V=3, Total 10 poin. Tekanan
darah 80/50 mmHg, nadi 120x/menit reguler, Pembahasan
isi kurang dan tegangan lemah, pernapasan 32 Syok hemoragik adalah kehilangan akut
x/menit, suhu 35,7oC, Capilary Refill Time (CRT) volume peredaran darah yang menyebabkan
memanjang. Pada wajah ditemukan suatu kondisi yang menyebabkan perfusi
konjunctiva anemis, napas cuping hidung, dan jaringan menurun dan inadekuatnya hantaran
sianosis sentral. Pada leher tidak ditemukan oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel.
pembesaran kelenjar getah bening dan Keadaan apapun yang menyebabkan
kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan pulmo kurangnya oksigenasi sel maka sel dan organ
ditemukan bunyi vesikuler menurun dan akan berada dalam keadaan syok.8
terdapat ronkhi basah di basal kedua paru. Dalam kedaan fisiologis, kedua sistem
Pada pemeriksaan jantung ictus cordis terlihat saraf ini mengatur funsgi tubuh termasuk
pada ICS V dan teraba di linea axilaris anterior kardiovaskuler secara homeostatik melalui
sinistra setinggi ICS V. Batas atas pada ICS II mekanisme autoregulasi. Misalnya pada saat
linea midclavicularis sinistra, batas kanan pada aktifitas fisik meningkat, tubuh membutuhkan
ICS IV linea parasternal sinistra, Batas kiri pada energi dan metabolisme lebih banyak dan
ICS V linea axilaris anterior sinistra, dan tidak konsumsi oksigen meningkat, maka sistem
ditemukan murmur maupun gallop. simpatis sebagai respon homeostatik akan
Pada pemeriksaan abdomen, terlihat meningkatkan frekuensi denyut dan
cembung dan didapatkan nyeri tekan pada kontraktilitas otot jantung, sehingga curah
kuadran kanan atas, shifting dullnes (+). Pada jantung dapat ditingkatkan untuk mensuplai
pemeriksaan ekstrimitas superior dan inferior oksigen lebih banyak. Begitu juga bila terjadi
akral teraba dingin. kehilangan darah, maka respon simpatis adalah
Pada pemeriksaan laboratorium dengan terjadinya peningkatan laju dan
didapatkan hasil Hb 7,6 g/dl, hematokrit 22,2 kontraktilitas jantung serta vasokontriksi
%, leukosit 17.500/mm3, trombosit pembuluh darah, sehingga keseimbangan
236.000/mm , eritrosit 2,7 juta/mm3. Pada
3
volume dalam sirkulasi dapat terjaga dan curah
pemeriksaan kimia darah didapatkan AST jantung dapat dipertahankan. Namun bila
(SGOT) 18 U/L, ALT (SGPT) 10 U/L, ureum 14,4 gangguan yang terjadi sangat berlebihan, maka
mg/dl, kreatinin 0,83 mg/dl, gula darah kompensasi autoregulasi tidak dapat lagi
sewaktu 126 mg/dl. Pada pemeriksaan urine dilakukan sehingga menimbulkan gejala-gejala
lengkap didapatkan hasil darah samar (++), klinis.9,10
keton (+++). Pada pemeriksaan apus darah tepi Gejala-gejala klinis pada suatu
didapatkan hasil anemia normokrom perdarahan bisa belum terlihat jika kekurangan
normositer. darah kurang dari 10% dari total volume darah
Pada pemeriksaan radiologis, foto karena pada saat ini masih dapat dikompensasi
rontgen AP (anterior posterior) ditemukan oleh tubuh dengan meningkatkan tahanan
suspek kardiomegali dan terdapat edema pembuluh dan frekuensi dan kontraktilitas otot
pulmo. Sedangkan hasil USG abdomen jantung. Bila perdarahan terus berlangsung
ditemukan gambaran asites di cavum pelvis maka tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasinya dan menimbulkan gejala-

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 205


Muhamad Iqbal Tafwid | Tatalaksana Syok Hipovolemik e.c Suspek Intra Abdominal Hemorrhagic Post Sectio Caesaria

gejala klinis. Namun secara umum syok asupan oksigen ke jaringan atau sel (perfusi)
hipovolemik menimbulkan gejala peningkatan juga tidak dapat dipenuhi. Begitu juga halnya
frekuensi jantung dan nadi (takikardi), bila terjadi gangguan primer di jantung, bila
pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan otot-otot jantung melemah yang menyebabkan
turgor yang jelek, ujung-ujung ektremitas yang kontraktilitasnya tidak sempurna, sehingga
dingin dan pengisian kapiler yang lambat.11,12 tidak dapat memompa darah dengan baik dan
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik curah jantungpun menurun. Pada kondisi ini
pada kasus ini ditemukan penurunan meskipun volume sirkulasi cukup tetapi tidak
kesadaran, peningkatan frekuensi jantung dan ada tekanan yang optimal untuk memompakan
takikardi, pengisian nadi yang lemah, ujung- darah yang dapat memenuhi kebutuhan
ujung ekstremitas dingin dan pengisian kapiler oksigen jaringan, akibatnya perfusi juga tidak
yang lambat yang sesuai dengan gejala dari terpenuhi.11,12
syok hipovolemik. Angka kematian maternal merupakan
Berdasarkan hasil anamnesa, pada indikator yang mencerminkan status kesehatan
penderita kasus di atas didapatkan bahwa ibu, terutama risiko kematian bagi ibu pada
keluhan utama yang membawa pasien datang waktu hamil dan persalinan. Setiap tahun
ke rumah sakit adalah penurunan kesadaran diperkirakan 529.000 wanita di dunia
dengan skor GCS 10. Keluhan tersebut disertai meninggal sebagai akibat komplikasi yang
peningkatan frekuensi jantung dan takikardi, timbul dari kehamilan dan persalinan, sehingga
pengisian nadi yang lemah, ujung-ujung diperkirakan Angka kematian maternal di
ekstremitas dingin dan pengisian kapiler. seluruh dunia sebesar 400 per 100.000
Kemudian dilanjutkan dengan dilakukannya kelahiran hidup.15 Kematian maternal 98%
pemeriksan fisik serta pemeriksaan penunjang terjadi di negara berkembang.16 Indonesia
didapatkan adanya kondisi anemis yang sebagai negara berkembang, masih memiliki
dibuktikan dari pemeriksaan penunjang angka kematian maternal cukup tinggi.
didapatkan Hb 7,6 g/dl, dengan pemeriksaan Penyebab kematian ibu yang paling
apus darah tepi didapatkan gambaran umum di Indonesia adalah penyebab obstetri
normokrom normositer. langsung yaitu perdarahan 28%,
Pada kasus ini penyebab terjadinya syok preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11%,
hipovolemik oleh karena terjadinya perdarahan sedangkan penyebab tidak langsung adalah
intra abdominal yang didapatkan berdasarkan trauma obstetri 5 % dan lainnya. Hal ini
hasil anemnesis, pemeriksaan fisik, dan menunjukan masih cukup tinggi nya angka
pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
pasien ini, yang menunjukan adanya yang dapat berlanjut
penurunan kadar Hb darah dan ditemukannya ke kondisi syok hipovolemik.17,18
adanya asites pada pemeriksan shifting dullnes Pemeriksaan yang dilakukan untuk
(+) yang diperkuat dari pemesiksaan USG menegakkan diagnosis adanya syok
ditemukan gambaran asites di cavum pelvis hipovolemik dilakukan dengan pemeriksaan
(fossa illiaca dextra) fossa splenorenalis yang pengisian dan frekuensi nadi, tekanan darah,
mengidikasi adanya suatu perdarahan. pengisian kapiler yang dilakukan pada ujung-
Pada pasien yang melakukan sectio ujung jari, suhu dan turgor kulit. Berdasarkan
caesaria perdarahan post partum didefinisikan persentase volume kehilangan darah, syok
kehilangan darah lebih dari 1.000 cc setelah hipovolemik dapat dibedakan menjadi empat
dilakukannya sectio caesaria.13 Pada kasus tingkatan atau stadium. Stadium syok dibagi
pasien ini termasuk ke dalam perdarahan post berdasarkan persentase kehilangan darah,
partum primer (early), karena terjadi dalam yaitu 15, 15-30, 30-40, dan >40%. Setiap
waktu 24 jam pertama setelah persalinan.14 stadium syok hipovolemik ini dapat dibedakan
Pada kasus ini, dengan terjadinya dengan pemeriksaan klinis tersebut.11,12,19
penurunan hebat volume intravaskuler apakah Syok hipovolemik stadium-I adalah syok
akibat perdarahan atau dehidrasi akibat sebab hipovolemik yang terjadi pada kehilangan
lain maka darah yang balik ke jantung (venous darah hingga maksimal 15% dari total volume
return) juga berkurang dengan hebat, sehingga darah. Pada stadium ini tubuh mengkompensai
curah jantung pun menurun. Pada akhirnya dengan dengan vasokontriksi perifer sehingga
ambilan oksigen di paru juga menurun dan terjadi penurunan refiling kapiler. Pada saat ini

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 206


Muhamad Iqbal Tafwid | Tatalaksana Syok Hipovolemik e.c Suspek Intra Abdominal Hemorrhagic Post Sectio Caesaria

pasien juga menjadi sedkit cemas atau gelisah, memungkinkan melakukan resusitasi cairan
namun tekanan darah dan tekanan nadi rata- secepat mungkin. Selanjutnya dibawa ke
rata, frekuensi nadi dan nafas masih dalam tempat pelayaan kesehatan, dan yang perlu
kedaan normal. diperhatikan juga adalah teknik mobilisai dan
Syok hipovolemik stadium-II adalah jika pemantauan selama perjalanan. Perlu juga
terjadi perdarahan sekitar 15-30%. Pada diperhatikan posisi pasien yang dapat
stadium ini, vasokontriksi arteri tidak lagi membantu mencegah kondisi syok menjadi
mampu menkompensasi fungsi kardiosirkulasi, lebih buruk, misalnya posisi pasien trauma agar
sehingga terjadi takikardi, penurunan tekanan tidak memperberat trauma dan perdarahan
darah terutama sistolik dan penurunan yang terjadi, pada wanita hamil dimiringkan ke
tekanan nadi, refiling kapiler yang melambat, arah kiri agar kehamilannya tidak menekan
peningkatan frekuensi nafas, dan pasien vena cava inferior yang dapat memperburuk
menjadi lebih cemas. fungsi sirkulasi. Sedangkan saat ini posisi
Syok hipovolemik stadium-III bila terjadi tredelenberg tidak dianjurkan lagi karena justru
perdarahan sebanyak 30-40%. Gejala-gejala dapat memperburuk fungsi ventilasi paru.8,20,21
yang muncul pada stadium-II menjadi semakin Pada pasien ini dilakukan pemberian
berat. Frekuensi nadi terus meningkat hingga cairan resusitasi yaitu ringer laktat 500 cc
diatas 120 kali per menit, peningkatan secara cepat, cairan koloid fimahes 500 cc dan
frekuensi nafas hingga di atas 30 kali per menit, dilanjutkan dengan cairan rumatan
tekanan nadi dan tekanan darah sistolik sangat menggunakan ringer laktat per 8 jam serta
menurun, refiling kapiler yang sangat lambat. dilakukan pemasangan urine cateter untuk
Stadium-IV adalah syok hipovolemik memantau urine output, hal ini dilakukan
pada kehilangan darah lebih dari 40%. Pada untuk mengatasi masalah fungsi sirkulasi dari
saat ini takikardi lebih dari 140 kali per menit pasien tersebut. Respon penderita kepada
dengan pengisian lemah sampai tidak teraba, resusitasi cairan awal merupakan kunci untuk
dengan gejala-gejala klinis pada stadium-III menentukan terapi berikutnya. Setelah
terus memburuk. Kehilangan volume sirkulasi membuat diagnosis dan rencana sementara
lebih dari 40% menyebabkan terjadinya berdasarkan evaluasi awal dari penderita,
hipotensi berat, tekanan nadi semakin kecil dokter sekarang dapat mengubah
dan disertai dengan penurunan kesadaran atau pengelolaannya berdasarkan respons
letargik. penderita pada resusitasi cairan awal.22
Penatalaksanaan syok hipovolemik Pada pusat layanan kesehatan atau
meliputi mengembalikan tanda-tanda vital dan dapat dimulai sebelumnya harus dilakukan
hemodinamik kepada kondisi dalam batas pemasangan infus intravena. Cairan resusitasi
normal. Selanjutnya kondisi tersebut yang digunakan adalah cairan isotonik NaCl
dipertahankan dan dijaga agar tetap pada 0,9% atau ringer laktat. Pemberian awal adalah
kondisi stabil. Penatalaksanaan syok dengan tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB pada
hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan anak atau sekitar 1-2 liter pada orang dewasa.
sebagai pengganti cairan tubuh atau darah Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan
yang hilang. Jika ditemukan oleh petugas dengan pemantauan tanda vital dan
dokter atau petugas medis, maka hemodinamiknya. Jika terdapat perbaikan
penatalaksanaan syok harus dilakukan secara hemodinamik, maka pemberian kristaloid terus
komprehensif yang meliputi penatalaksanaan dilanjutnya. Pemberian cairan kristaloid sekitar
sebelum dan di tempat pelayanan 5 kali lipat perkiraan volume darah yang hilang
kesehatan atau rumah sakit.11,12,19 dalam waktu satu jam, karena distribusi cairan
Penatalaksanaan sebelum di tempat koloid lebih cepat berpindah dari intravaskuler
pelayanan kesehatan harus memperhatikan ke ruang intersisial. Jika tidak terjadi perbaikan
prinsip-prinsip tahapan resusitasi. Selanjutnya hemodinamik maka pilihannya adalah dengan
bila kondisi jantung, jalan nafas, dan respirasi pemberian koloid, dan dipersiapkan pemberian
dapat dipertahankan, tindakan selanjutnya darah segera.8,20,21
adalah adalah menghentikan trauma penyebab Pemberian cairan kristaloid pada kasus
perdarahan yang terjadi dan mencegah ini sebagai cairan resusitasi yang diberikan
perdarahan berlanjut. Menghentikan pada penatalaksaan awal karena cairan
perdarahan sumber perdarahan dan jika kristaloid memiliki kemiripan dengan cairan

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 207


Muhamad Iqbal Tafwid | Tatalaksana Syok Hipovolemik e.c Suspek Intra Abdominal Hemorrhagic Post Sectio Caesaria

fisiologis tubuh dan dapat di ekskresi dengan Expiratory Presure (PEEP). Insiden dari
baik, selain itu ketersedian cairan kristaloid di pulmonary insufficiency post resusitasi cairan
tempat-tempat pelayanan kesehatan adalah 2,1%.7 Oleh sebab itu pasien
memudahkan seorang dokter dalam mendapatkan pemberian O2 sungkup 3-
melakukan resusitasi cairan. Larutan kristaloid 5L/menit, injeksi dobutamin 10 mEq, dan
adalah larutan air dengan elektrolit dan atau injeksi lasix 20 mg/24 jam.
dextrosa, tidak mengandung molekul besar. Selain itu pasien mendapatkan tranfusi
Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar PRC sebanyak 2 Kolf atau sekitar 400cc, hal ini
akan keluar dari intravaskular, sehingga merujuk dari nilai Hb pasien ini yaitu 7,6 g/dl.
volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5- Pertimbangan untuk transfusi darah pada
4 kali) dari volume darah yang hilang. Kristaloid kadar Hb 7-10 g/dl adalah bila pasien akan
mempunyai waktu paruh intravaskular 20-30 menjalani operasi yang menyebabkan banyak
menit. Ekspansi cairan dari ruang intravaskular kehilangan darah serta adanya gejala dan
ke interstisial berlangsung selama 30-60 menit tanda klinis dari gangguan transportasi oksigen
sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48 jam yang dapat diperberat oleh anemia.15
sebagai urin.17 Hal ini menjadi salah satu rujukan
Perkiraan volume darah yang hilang pemberian tranfusi namun, hal yang perlu di
dilakukan dengan kriteria Traumatic Status. ingat tranfusi memiliki berbagai macam
Dalam waktu 30 sampai 60 menit sesudah komplikasi yang dapat timbul apabila tidak
infusi, cairan ringer laktat akan meresap dipertimbangkan secara rasional. Pada
keluar vaskular menuju interstitial. Demikian perdarahan akut dan syok hipovolemik, kadar
sampai terjadi keseimbangan baru antara Hb bukan satu-satunya pertimbangan dalam
Volume Plasma/Intravascular Fluid (IVF) dan menentukan kebutuhan transfusi sel darah
Interstitial Fluid (ISF). Ekspansi ISF ini merah. Setelah pasien mendapat koloid atau
merupakan interstitial edema yang tidak cairan pengganti lainnya, kadar Hb atau
berbahaya. Bahaya edema paru dan edema hematokrit dapat digunakan sebagai indikator
otak dapat terjadi jika semula organ-organ apakah transfusi sel darah merah dibutuhkan
tersebut telah terkena trauma. Dalam 24 jam atau tidak.15
kemudian akan terjadi diuresis spontan. Jika Perdarahan berat adalah perdarahan
keadaan terpaksa, diuresis dapat dipercepat yang mengakibatkan kehilangan darah
lebih awal dengan furosemid setelah transfusi sebanyak 30% atau lebih dari EBV.
diberikan.23 Penatalaksanaan cairan pada syok perdarahan
Keluhan yang terjadi pada pasien ini berat adalah dengan melakukan resusitasi
disebabkan adanya edema pada paru, hal ini agresif/resusitasi standar (massive
dibuktikan dengan gambaran radiologis yang resuscitation) untuk mengganti cairan yang
menunjukan adanya gambaran edema pulmo. hilang dengan menggunakan kristaloid dengan
Adanya edema paru dapat dinilai antara lain pemberian 3 kali lipat dari estimate blood loss,
dengan meningkatnya rasio Qs/Qt. Pemberian hal ini dikenal dengan ’hukum 3 untuk 1’ (’3 for
koloid yang diharapkan tidak merembes 1 rule’). Dasar pemikiran pada resusitasi ini
keluar IVF ternyata mengalami kenaikkan adalah cairan kristaloid memiliki partikel
Qs/Qt yang sama yaitu 16 + 1%. Akibat molekul kecil yang relatif berdifusi keluar dari
pengenceran darah, terjadi transient intravaskuler ke interstitial, sehingga dianggap
hypoalbuminemia 2,5 ± 0,1 mg% dari hanya 25% atau kurang lebih 1/3 dari cairan
sebelumnya sebesar 3,5 ± 0,1 mg%. kristaloid yang bertahan dalam intravaskuler.
Penurunan albumin ini diikuti penurunan Namun resusitasi agresif ini memiliki beberapa
tekanan onkotik plasma dari 21 + 0,4 kerugian yaitu mengakibatkan terjadinya
menjadi 13 + 1,0.7 Jika masih terjadi edema rebleeding, koagulopati, hipotermia, serta
paru, berikan furosemid 1-2mg/kg. Gejala cedera reperfusi. Pada dekade terakhir, prinsip
sesak nafas akan berkurang setelah urin penatalaksanaan ini mulai berubah dengan
keluar 1.000-2.000 ml. Lakukan digitalisasi adanya konsep resusitasi hipotensif/resusitasi
atau berikan dopamin drip 5–10 terbatas (permissive hypotension) yakni
mcg/kgBB/menit. Sebagai terapi simptomatik pemberian cairan tidak dilakukan secara agresif,
berikan oksigen, atau bila diperlukan namun dengan pemberian cairan minimal yang
mendesak lakukan nafas buatan + Positive End sudah memberikan perfusi jaringan yang cukup,

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 208


Muhamad Iqbal Tafwid | Tatalaksana Syok Hipovolemik e.c Suspek Intra Abdominal Hemorrhagic Post Sectio Caesaria

sehingga tidak terjadi hal yang merugikan Ags 28]. Tersedia dari:
seperti yang diakibatkan oleh resusitasi http://emedicine.medscape.com
agresif.24 9. Preston RR, Wilson T. Physiology: lippincott's
Tujuan dari resusitasi cairan adalah illustrated reviews series. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2012.
mempertahankan distribusi oksigen ke jaringan.
10. Costanzo L. Physiology cases and problems.
Besar volume cairan yang hilang serta jenis Edisi ke-4. Philadelphia: Lippincott Williams &
cairan yang digunakan mempengaruhi jumlah Wilkins; 2012.
cairan yang diberikan. Perbandingan cairan 11. George Y, Harijanto E, Wahyuprajitno B. Syok:
kristaloid dengan volum cairan yang hilang definisi, klasifikasi dan patofisiologi. Dalam:
adalah 3:1. Sedangkan perbandingan cairan Harijanto E, editor. Panduan tatalaksana terapi
koloid dengan volum cairan yang hilang adalah cairan perioperatif. Jakarta: Perhimpunan
1:1. Lebih dianjurkan cairan yang diberikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi
ialah garam seimbang seperti ringer laktat (RL) Indonesia; 2009.
2-4 L dalam 20-30 menit. Penggunaan 12. Armstrong DJ. Shock. Dalam: Alexander MF,
Fawcett JN, Runciman PJ, editors. Nursing
resusitasi dengan garam isotonus (NaCL 0,9%)
practice hospital and home. Edisi ke-2.
harus diwaspadai efek samping asidosis Edinburg: Churchill Livingstone; 2004.
hiperkloremik.25 13. Cunningham FG, Gant FG, Leveno KJ, Bloom SL,
Hauth JC, Rouse DJ, et al. Obstetri williams.
Simpulan Edisi ke-21. Jakarta: EGC; 2006.
Syok hipovolemik yang dialami oleh pasien ini 14. Scearce J, Uzelac PS. Third-trimester vaginal
disebakan oleh adanya perdarahan intra bleeding. Dalam: DeCherney AH, editor.
bdominal yang terjadi setelah dilakukannya Current diagnosis and treatment obstetrics
tindakan sectio cesaria, sehingga and gynecology. Edisi ke-10. New York:
McGraw-Hill; 2007.
diperlukannya diagnosis yang tepat dan cepat
15. Australasian Society of Blood Transfusion.
dari seorang dokter sehingga didapatkan terapi Clinical practice guidelines on the use of blood
yang sesuai untuk menangani kasus tersebut components (red blood cells, platelets, fresh
dan dapat mencegah komplikasi lebih lanjut frozen plasma, cryoprecipitate). Australia:
dari kondisi pasien tersebut. NHMRC-ASBT; 2002.
16. Alexander MF, Fawcett JN, Runciman PJ.
Daftar Pustaka Nursing practice hospital and home. Edisi ke-2.
1. Guyton A, Hall J. Textbook of medical Edinburg: Churchill Livingstone; 2004.
physiology. Edisi ke-12. Philadelphia, 17. Ina H. Analisis kematian ibu di Indonesia tahun
Pensylvania: Saunders; 2010. [internet]. Jakarta: Depkes RI; 2010 [diakses
2. Wijaya IP. Syok hipovolemik. Dalam: Sudoyo 2014 Ags 28]. Tersedia dari:
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/
Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit 18. Chalik TMA. Perdarahan pada kehamilan lanjut
dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2006. dan persalinan. Dalam: Sarwono P, editor. Ilmu
3. Isselbacher K, Braunwald E, Wilson JD, Martin kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Bina Pustaka
JB, Fauci AS, Kasper DL. Prinsip-prinsip ilmu Sarwono Prawirohardjo; 2008.
penyakit dalam. Edisi ke-13. Jakarta: EGC; 2000. 19. Worthley LIG. Shock: a review of
4. Hartanto, Widya W. Terapi cairan dan pathophysiology and management: part 1.
elektrolit perioperatif. Bandung: Bagian Critical Care and Resuscitation. 2000; 2:55-65.
Farmakologi Klinik Dan Terapeutik Fakultas 20. Kolecki P, Menckhoff CR, Dire DJ, Talavera F,
Kedokteran Universitas Padjadjaran; 2007. Kazzi AA, Halamka JD, et al. Hypovolemic
5. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and shock treatment & management [internet].
acid base balance. Edisi ke-5. Missouri: New York: WebMD LLC; 2013 [diakses pada
Elsevier-mosby; 2005. 2014 Ags 22]. Tersedia dari:
6. Rosenthal MH, Pearl RG. Shock. Dalam: http://emedicine.medscape.com/article/7601
Donegan JD, editor. Manual of anesthesia for 45-treatment
surgery. New York: Churchill Livinstone; 2009. 21. Pascoe S, Lynch J. management of
7. Wiknjosastro HS, Bari A, Rachimhadhi T. Ilmu hypovolaemic shock in trauma patient. Sydney:
bedah kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina NSW Health; 2007.
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. 22. Guyton A, Hall J. Textbook of medical
8. Udeani J, Kaplan LJ, Talavera F, Sheridan RL, physiology. Edisi ke-12. Philadelphia: Saunders;
Rice TD, Geibel J. Hemorrhagic shock [internet]. 2010.
New York: WebMD LLC; 2013 [diakses 2014

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 209


Muhamad Iqbal Tafwid | Tatalaksana Syok Hipovolemik e.c Suspek Intra Abdominal Hemorrhagic Post Sectio Caesaria

23. Wirjoatmodjo K. Anestesiologi dan reanimasi AJ, Evans TR, editors. ABC of resuscitation.
modul dasar untuk pendidikan S1 Edisi ke-5. London: BMJ Publishing Group;
kedokteran. Jakarta: Direktorat Jenderal 2004.
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan 25. Fauci L. Harrison’s manual of medicine. Edisi
Nasional; 2000. ke-18. New York: McGraw-Hill; 2013.
24. Deakin CD. Resuscitation of the patient with
major trauma. Dalam: Colquhoun MC, Handley

J Agromed Unila | Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 210

Anda mungkin juga menyukai